Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Kode Etik Profesi Lainnya


Dosen Pengampu : Agustiawan, S.E., M.Sc., Ak

Disusun Oleh Kelompok 6:

Cindea Corycha Putri (190301246)

Jessy Amenda (190301241)

Lidia Sihotang (190301252)

Satria Edi Putra (180301207)

Joana Sarah f (180301210)

Rio Andisfa (180301213)

Yogi Triwidyatmoko (180301217)

Taufik Elpikar (180301224)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Etika
Bisnis dan Profesi.

Makalah Etika Bisnis dan Profesi ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga Makalah Etika bisnis dan profesi ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 27 Desember 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pembahasan......................................................................................................2
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
D. Tujuan dan Manfaat...................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Keberadaan Berbagai Profesi.....................................................................................................3
B. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI).....................................4
C. Kode Etika Profesi Advokat......................................................................................................8
D. Perbandingan Kode Etik..........................................................................................................12
E. Studi Kasus..............................................................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................................14
LEMBAR PERTANYAAN.................................................................................................................15
LEMBAR JAWABAN........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika bisnis & profesi adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Proses kreatif dan
inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran untuk
menciptakan yang berbeda. Setiap orang memiliki kesempatan dan peluang untuk
menjadi wirausahawan. Untuk memperoleh peluang tersebut, wirausahawan harus
memiliki kemauan, kemampuan dan penegetahuan. Seoarang wirausaha tidak akan
berhasil jika tidak memiliki kemauan, kemampuan, dan pengetahuan. Ada kemauan
tetapi tidak ada kemampuan dan pengetahuan tidak akan menjadi wira usaha sukses.
Sebaliknya, memiliki kemampuan dan pengetahuan tetapi tidak ada kemauan juga
tidak akan berhasil didalam wirausaha. Sehingga sebagai wirausahawan yang sukses
harus menegetahui apa saja yang menjadi modal dasar berwirausaha agar kelak bisa
mencapai kesuksesan yang diinginkan. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam
berbagai bidang khususnya bidang teknologi informasi. Kode etik sangat dibutuhkan
dalam bidang TI (Teknologi Informasi), karena kode etik tersebut dapat menentukan
apa yang baik dan yang tidak baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
IT-er itu dapat dikatakan bertanggungjawab atau tidak. Kode etik profesi dalam
bidang apapun merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan
lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan
dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci
norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma
tersebut sudah tersirat dalam etika profesi.
Dewasa ini setelah era reformasi, makin banyak bermunculan organisasi
profesi dari kelompok profesi sejenis, contoh: IAI untuk para akuntan, IDI untuk para
dokter, dan PGRI untuk para guru, dan wadah organisasi untuk pejabat keuangan
publik (pemerintah/negara) adalah Departemen Keuangan RI.

1
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Pada pembahasan ini berfokus pada etika profesi Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK-RI) dan Advokat.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana keberadaan berbagai profesi?
2. Apa kode etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)?
3. Apa kode etik profesi Advokat?
4. Bagaimana perbandingan kode etik antara BPK-RI dan Advokat?

D. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat dari makalah ini adalah :
1. Memahami keberadaan keberadaan profesi.
2. Memahami kode etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI).
3. Memahami kode etik profesi Advokat.
4. Memahami perbandingan kode etik antara BPK-RI dan Advokat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keberadaan Berbagai Profesi
Dewasa ini makin banyak bermunculan organisasi profesi dari kelompok
profesi sejenis dan setiap organisasi makin menyadari perlunya membuat kode etik
untuk menjadi pedoman perilaku bagi para anggotanya.
Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan
kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang telah
disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi seperti ini tidak
membeda-bedakan latar belakang status para anggota mereka, baik dari sektor swasta
atau sektor publik.
Setiap organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk menjadi
standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Karena banyaknya organisasi profesi
yang ada, maka pada kesempatan ini hanya akan dibahas beberapa contoh kode etik
dari beberapa organisasi profesi, yaitu profesi Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI) dan Advokat Indonesia.
Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi ini, dapat diketahui
bahwa: (1) tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik; (2) terdapat banyak
istilah dan konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-istilah atau konsep
tersebut bias jadi berbeda; dan (3) banyak konsep dan istilah yang maknanya
tumpang-tindih. Mengingat adanya perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep,
dan istilah yang dipergunakan, maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas
masing-masing kode etik akan digunakan model penalaran kode etik berdasarkan
acuan pada unsur-unsur pokok suatu profesi sebagaimana terlihat pada gambar
berikut.
Model Penalaran Kode Etik Profesi

3
B. Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Kode etik BPK RI diatur dalam Peraturan BPK RI No. 2 tahun 2011.
Peraturan ini pengganti dari Peraturan BPK RI No. 2 tahun 2007 yang dinyatakan
sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi. Peraturan
tersebut merupakan turunan lanjutan Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 15 Tahun
2006.
Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang berbeda
menurut pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan BPK RI No. 2 tahun 2011, yaitu :
1. Anggota BPK adalah Pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
2. Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.

Proses Penalaran Kode Etik BPK

No Ciri Profesi Kode Etik BPK


1 Kepentingan Publik Mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan.
(Pasal 8 ayat 1c)
2 Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut knowledge, skill, dan attitude.
3 Kompetensi Dilihat dari tiga unsur kompetensi (knowledge,
skill, dan attitude)
a. Pengetahuan Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan
(Knowledge) komitmen profesi dalam menjalankan tugas. (Pasal
1 ayat 11)
b. Keterampilan Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah,
(Skill) analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, obyektif, dan profesional berdasarkan
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. (Pasal 1 ayat 5)
c. Sikap Perilaku Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan
(attitude) lembaga/pihak lain.
 Menyangkut diri Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib

4
(pribadi) mematuhi, memiliki dan menjunjung nilai-nilai
dasar (Pasal 8 dan 9) :
 Mengutamakan kepentingan negara (pasal
8 ayat 1b)
 Bertanggungjawab, konsisten dan bijak
(pasal 8 ayat 1f)
 Bersikap jujur, tegas, bertanggungjawab,
obyektif dan konsisten (pasal 9 ayat 1a)
 Hubungan rekan Mampu mengendalikan diri dan bertingkah laku
sejawat sopan, serta saling mempercayai untuk
mewujudkan kerja sama yang baik dalam
pelaksanaan tugas (pasal 9 ayat 1c)
 Hubungan klien  Menghindari terjadinya benturan
kepentingan (pasal 8 ayat 1d)
 Dilarang meminta dan/atau menerima uang,
barang, dan/atau fasilitas lainnya baik
langsung maupun tidak langsung dari pihak
yang terkait dengan pemeriksaan (pasal 9
ayat 2a)
 Dilarang mempublikasikan hasil
pemeriksaan sebelum diserahkan kepada
lembaga perwakilan dan tanpa izin atau
perintah dari anggota BPK (pasal 8 ayat 2e,
2f dan pasal 9 ayat 2m)
 Hubungan lain  Dilarang menjadi anggota/pengurus partai
politik (pasal 9 ayat 2f)
 Dilarang menjadi pengurus yayasan,
dan/atau badan-badan usaha yang kegiatan
nya dibiayaianggaran negara (pasal 9 ayat
2g)
Selanjutnya, penjelasan lebih lanjut atas nilai-nilai dasar independensi,
integritas dan profesionalisme diberikan pada tabel berikut :

Nilai Dasar Anggota BPK Pemeriksa


Independensi Wajib : Wajib :

5
 Melaksanakan sumpah  Netral dan tidak berpihak
jabatan  Menghindari benturan
 Netral dan tidak berpihak kepentingan
 Menghindari benturan  Menghindari hal-hal yang
kepentingan dapat memengaruhi
 Menghindari hal-hal yang objektivitas
dapat memengaruhi  Mempertimbangkan
objektivitas informasi, pandangan dan
Dilarang : tanggapan pihak lain
 Merangkap jabatan  Bersikap tenang dan
 Menjadi anggota partai mampu mengendalikan
politik diri
 Menunjukkan sikap dan Dilarang :
perilaku yang  Merangkap jabatan
menyebabkan orang lain  Menunjukkan sikap dan
meragukan perilaku yang
independensinya menyebabkan orang lain
meragukan
independensinya
 Tunduk pada
intimidasi/tekanan orang
lain
 Membocorkan informasi
 Dipengaruhi oleh
prasangka, interpretasi
atau kepentingan tertentu
baik untuk kepentingan
pribadi maupun pihak
lain
Integritas Wajib : Wajib :
 Bersikap jujur dan tegas  Memegang rahasia pihak
 Memegang rahasia pihak yang diperiksa
yang diperiksa Dilarang :

6
Dilarang :  Menerima pemberian
 Menerima pemberian dalam bentuk apapun,
dalam bentuk apa pun, baik langsung maupun
baik secara langsung tidak langsung
maupun tidak langsung  Menyalahgunakan
wewenang
Profesionalita  Prinsip kehati-hatian,  Prinsip kehati-hatian,
s teliti dan cermat ketelitian, kecermatan
 Menyimpan rahasia  Menyimpan rahasia
negara dan jabatan negara dan jabatan
 Tidak menyalahgunkan  Tidak menyalahgunakan
rahasia negara untuk rahasia Negara untuk
kepentingan pribadi dan kepentingan pribadi dan
golongan/oihak lain golongan/pihak lain
 Menghindari perbuatan  Menghindari perbuatan
diluar tugas dan diluar tugas dan
wewenangnya wewenangnya
 Komitmen tinggi
 Meningkatkan
kemampuan
 Profesionalisme secara
berkelanjutkan
 Kerja sama saling
menghormati dan
memercayai antar rekan
sejawat
 Berkomunikasi dan
berdiskusi antar rekan
sejawat
 Menggunakan sumber
daya publik secara
efisien, efektif, dan
ekonomis.

7
C. Kode Etika Profesi Advokat
Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode Etik Profesi
Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002 dan disepakati
berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yang tergabung dalam Komite
Kerja Sama Advokat Indonesia (KKAI).
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia

No Ciri Profesi Kode Etik Advokat


1 Kepentingan publik  Tidak bertujuan semata-mata untuk
memperoleh imbalan materi, tetapi lebih
mengutamakan tegaknya hukum,
kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
 Wajib memberikan bantuan hukum cuma-
cuma bagi orang yang tidak mampu
(Pasal7h)
2 Tanggung jawab  Menjaga citra dan martabat kehormatan
profesi, menjunjung tinggi kode etik dan
sumpah jabatan (pembukaan), dan
memelihara kompetensi
3 Kompetensi  Mencakup pengetahuan, keterampilan dan
perilaku
a. Pengetahuan  Berpraktik memberi jasa hukum, baik di
(knowledge) dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan
undang-undang yang berlaku (Pasal 1a)
b. Sikap perilaku
(attitude)
 Menyangkut diri  Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(kepribadian) bersikap satria, jujur, serta menjunjung
tinggi hukum dan Undang Undang Dasar
(Pasal 2)
 Bersedia memberi nasehat dan
bantuan hukum tanpa membedakan
agama, suku, keturunan, kedudukan
sosial, keyakinan politik (Pasal 3a)
 Bekerja dengan bebas dan mandiri serta

8
tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam
negara hukum Indonesia (Pasal 3c)
 Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain
yang dapat merugikan kebebasan, derajat,
dan martabat advokat (Pasal 3f)
 Bersikap sopan terhadap semua pihak
(Pasal 3h)
 Hubungan rekan  Memegang teguh rasa solidaritas sesama
sejawat advokat dan wajib membela secara cuma-
cuma teman sejawat yang diajukan sebagai
tersangka dalam perkara pidana (Pasal 3d
dan 3e)
 Hubungan antara teman sejawat advokat
berdasarkan sikap saling menghormati,
menghargai, dan memercayai (Pasal 5a)
 Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan
atau yang menyakitkan hati (Pasal 5b)
 Keberatan terhadap tindakan teman sejawat
harus diadukan kepada Dewan Kehormatan
(Pasal 5c)
 Tidak diperkenankan menarik klien teman
sejawat (Pasal 5d)
 Advokat baru hanya dapat menerima
perkara setelah menerima bukti pencabutan
pemberian kuasa kepada advokat terdahulu
(Pasal 5e)
 Advokat lama wajib memberikan kepada
avokat yang baru semua surat dan
keterangan penting untuk mengurus perkara
itu (Pasal 5f)
 Hubungan klien  Mengutamakan penyelesaian damai dalam
perkara perdata (Pasal 4a)
 Tidak memberikan keterangan yang dapat

9
menyesatkan klien (Pasal 4b)
 Tidak dibenarkan menjamin kepada klien
bahwa perkaranya akan menang (Pasal 4c)
 Penetapan honor berdasarkan kemampuan
klien (Pasal 4d)
 Tidak dibenarkan membebani klien dengan
biaya-biaya yang tidak perlu (Pasal 4e)
 Perhatian yang sama diberikan terhadap
perkara yang diurus secara cuma-cuma
(Pasal 4f)
 Harus menolak mengurus perkara yang
tidak ada dasar hukumnya (Pasal 4g)
 Wajib memegang rahasia jabatan tentang
hal- hal yang menyangkut klien(Pasal 4h)
 Dilarang melepaskan tugas yang
dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan klien atau akan merugikan
klien yang tidak dapat diperbaiki lagi (Pasal
4i)
 Mengundurkan diri sepenuhnya dari
pengurusan kepentingan bersama dua pihak
atau lebih apabila kemudian timbul
pertentangan kepentingan diantara pihak-
pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
 Mempunyai hak retensi terhadap klien
tetapi tidak dapat digunakan apabila dengan
retensi itu kepentingan klien akan dirugikan
yang tidak dapat diperbaiki lagi (Pasal 4k)
 Hubungan lain  Sebagai profesi mulia, advokat dalam
menjalankan profesinya di bawah
perlindungan hukum, undang-undang, dan
kode etik (Pasal 8a)
 Tidak diperkenankan memasang iklan,

10
termasuk pemasangan papan nama dengan
ukuran berlebihan (Pasal 8b)
 Tidak mengadakan kantor cabang di tempat
yang merugikan kedudukan advokat,
misalnya di rumah atau di kantor seorang
yang bukan advokat (Pasal 8c)
 Tidak mengizinkan pencantuman namanya
di papan nama, iklan, atau cara lain oleh
orang bukan advokat, tetapi
memperkenalkan diri sebagai wakil
advokat (Pasal 8d)
 Tidak mengizinkan karyawan yang tidak
berkualitas untuk mengurus sendiri perkara,
memberi nasihat kepada klien secara lisan
atau tertulis (Pasal 8e)
 Tidak mempublikasikan diri melalui media
massa untuk menarik perhatian masyarakat
mengenai perkara yang sedang
ditanganinya, kecuali untuk menegakkan
prinsip hukum yang wajib diperjuangkan
oleh semua advokat(Pasal 8f)
 Advokat dapat mengundurkan diri dari
perkara yang diurusnya bila dicapai
kesepakatan dengan kliennya (Pasal 8g)
 Tidak mengizinkan advokat mantan
hakim/panitera menangani perkara di
pengadilan yang bersangkutan selama tiga
tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut (Pasal h)
 Pengawasan  Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini
dilakukan oleh Dewan Kehormatan (Pasal
9)

11
D. Perbandingan Kode Etik
Institusi/Profesi Penekanan Kode Etik
BPK  Untuk kepentingan negara
 Independensi, integritas, dan profesionalitas
Advokat  Untuk kepentingan klien, demi penegakan hukum dan
keadilan
 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap
satria, jujur, tidak membeda-bedakan agama, suku,
keturunan, kedudukan sosial, keyakinan politik,
mandiri, serta tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia

E. Studi Kasus
Kasus Mulya Lubis Diberhentikan
Majelis Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat Indonesia DKI Jakarta
memberhentikan secara tetap Todung Mulya sebagai advokat. Ia dinilai melakukan
pelanggaran berat, yaitu melanggar larangan konflik kepentingan dan lebih
mengedepankan materi dalam menjalankan profesi dibandingkan dengan penegakan
hukum, kebenaran dan keadilan. Putusan itu dibacakan oleh Majelis Kehormatan
Daerah Pimpinan advokat Indonesia (MKD Peradi) Dki Jakarta. Jum’at 16 Mei 2008
di Kantor Predi Kuningan, Jakarta. Sidang dipimpin oleh Jack. R. Sidabutar, Hotman
Paris Hutapea, dan pihak teradu, Todung Mulya serta sejumlah advokat dari kantor
hukum lubis, Santos dan Maulana. 2 Anggota MKD memberikan pendapat berbeda.
Menurut mereka, pemberhentian tetap terlalu berat .Dua anggota tersebut
mengusulkan hukuman pemberhentuan sementara selama 12 bulan. Todung
mengungkapkan bahwa dirinya sangat sedih dan kecewa dengan putusan MKD Peradi
DKI Jakarta. Ia mengatakan, putusan tersebut sebagai sebuah dagelan yang tidak lucu,
dan langsung mengajukan banding.
Majelis Kehormatan menilai Todung melanggar pasal 4j dan Pasal 3b Kode
Etik Advokat Indonesia. Pelanggaran tersebut dilakukan ketika Todung menjadi kuasa
hukum Salim Grup terkait kasus Sugar Group Companies (SGC). Benturan
kepentingan terjadi ketika pada tahun 2002 Todung menjadi anggota Tim Bantuan
Hukum Komite Kebijakan Sektor Keuangan (TBH-KKSK). Tim tersebut diminta
bantuan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melakukan legal audit

12
terhadap kekayaan Salim Group. Saat itu SGC merupakan salah satu perusahaan milik
Salim. Pihak BPPN kemudian menjual SGC ke pemilik baru.
Pada tahun 2006, pemilik baru menggugat Salim Group dan pemerintah. Pihak
Salim diwakili oleh Todung Mulya Lubis selaku kuasa hukum. Memang saat itu tugas
Todung di TBH sudah selesai sejak tahun 2002. Namun MKD menilai ada benturan
keinginan saat Todung menjadi kuasa hukum SGC dan anggota TBH-KKSK.
Apalagi, didalam persidangan Todung menggunakan hasil legal audit TBH-KKSK.
Terkait legal audit SGC seharusnya dipertahankan dan dirahasiakan oleh Todung. Hal
tersebut ditegaskan dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2 perjanjian TBH-KKSK. Walaupun
didalam dokumen TBH dikatakan bahwa Salim Group dinyatakan melanggar MSAA,
Todung justru mengatakan sebaliknya.
Pada 14 Juni 2004, Dewan Kehormatan Ikatan Advokat Indonesia memberi
peringatan keras kepada Todung sehubung dengan adanya iklan di media massa
mengenai keputusan pengadilan, tetapi isi iklan berbeda dengan putusan pengadilan.
Saat ini pun Todung masih tidak terima dengan hasil putusan yang diberikan, tidak
merasa melanggar kode etik advokat. Serta ia menganggap ini semua adalah dagelan
yang tidak lucu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan yang dihasilkan
berdasarkan penerapan pemikiran suatu profesi. Kode Etik Profesi dapat berubah dan
diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan
nilai profesi hakiki yang tidak dipaksakan dari luar.
Tujuan dari Kode Etik Profesi, yaitu : menjunjung tinggi martabat profesi,
menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota, meningkatkan pengabdian para

13
anggota profesi, meningkatkan mutu profesi, meningkatkan mutu organisasi profesi,
meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi, mempunyai anggota professional
yang kuat dan terjalin erat dan menentukan baku standarnya sendiri.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan
agar kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah
bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di
drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain karena
tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu
sendiri.

LEMBAR PERTANYAAN
1. Apakah ada aturan khusus tentang etika profesi BPK RI?
2. Apa pengertian Anggota BPK dan Pemeriksa BPK?
3. Bagaimana aturan kode etik profesi Advokat di Indonesia?
4. Sebutkan perbedaan manfaat dari profesi BPK dan Advokat!
5. Sebutkan perbedaan dalam hal penekanan kode etik profesi BPK dan Advokat!
6. Apakah kepentingan publik dari profesi BPK?
7. Apakah kepentingan publik dari profesi Advokat?

14
8. Berdasarkan studi kasus diatas apakah menurut anda Majelis Kehormatan Daerah
DKI Jakarta telah mengambil keputusan yang adil?
9. Apakah menurut anda reaksi yang disampaikan oleh Todung Mulya Lubis di media
massa dalam menanggapi keputusan Majelis adalah wajar dan dapat dibenarkan?
10. Bagaimana pendapat anda atas pernyataan Todung yang merasa dirinya tidak
melanggar kode etik advokat?

LEMBAR JAWABAN
1. Kode etik BPK RI diatur dalam Peraturan BPK RI No. 2 tahun 2011. Peraturan ini
pengganti dari Peraturan BPK RI No. 2 tahun 2007 yang dinyatakan sudah tidak
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi. Peraturan tersebut merupakan
turunan lanjutan Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 15 Tahun 2006.
2. Anggota BPK adalah Pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan
diresmikan oleh Presiden.
Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
3. Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode Etik Profesi
Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002 dan disepakati
berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yang tergabung dalam Komite
Kerja Sama Advokat Indonesia (KKAI).
4. BPK bermanfaat untuk kepentingan negara dan Advokat bermanfaat untuk
kepentingan klien, demi penegakan hukum dan keadilan.
5. BPK menekankan independensi, integritas, dan profesionalitas, sedangkan Advokat
menekankan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur, tidak
membeda-bedakan agama, suku, keturunan, kedudukan sosial, keyakinan politik,
mandiri, serta tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
6. Kepentingan publik BPK mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
pribadi, seseorang, dan/atau golongan. (Pasal 8 ayat 1c)
7. Kepentingan publik Advokat tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh imbalan
materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya hukum, kebenaran, dan keadilan (Pasal

15
3b) dan wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi orang yang tidak mampu
(Pasal7h)
8. Menurut pendapat kami, mMajelis Kehormatan Daerah DKI Jakarta telah mengambil
keputusan yang tepat dan adil. Karena kasuss Todung telah melanggar kode etik
advokat indonesia dengan mem bocorkan hasil legal audit TBH-KKSK, kemudian
sebagai seorang advokat harusnya mengutamakan tegaknya hukum, kebenaran dan
keadilan.
9. Menurut kami reaksi Todung Mulyo Lubis di media massa dalam menanggapi
keputusan Majelis tidak wajar dan tidak dapat dibenarkan. Karena sebagai seorang
advokat yang jelas sudah melanggar kode etik tidak seharusnya bereaksi berlebihan
seperti itu
10. Menurut pendapat kami seharusnya Todung intropeksi diri terlebih dahulu, kerena
dalam kasus tersebut Todung telah melanggar kode etik sebagai advokat.

DAFTAR PUSTAKA

Sukrino Agoes, Cenik Ardana. 2011. Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat

16
(2022) Eprints.undip.ac.id. Available at: http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf
(Accessed: 27 Desember 2021).

(2021) Bpk.go.id. Available at: https://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-07-volii-juli-


2012_hal_02_____30_.pdf (Accessed: 27 Desember 2021).

17

Anda mungkin juga menyukai