Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

I. Kebijakan Bahasa
Kebijakan bahasa ialah sebagai rangkaian dasar yang menjadi pedoman
dalam perencanaan, pengembangan, dan pembinaan bahasa dan sastra
Indonesia secara umum.
A. Definisi Bahasa
Bahasa dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu secara teoritis, dan
secara praktis. Secara teoritis, bahasa ialah sebagai sistem lambang bunyi
yang berupa ujaran bermakna bertujuan yang diproduksi oleh alat ucap titik
artikulasi dan artikulator manusia. Sedangkan secara praktis, bahasa
merupakan sarana atau media berkomunikasi antaranggota masyarakat
dalam suatu tempat tertentu.
B. Ciri Bahasa
Pada hakikatnya, bahasa yang digunakan dalam keseharian itu memiliki
ciri utama, yaitu arbiter (manasuka) dan konvensi. Arbiter (manasuka) ialah
bahwa apa-apa yang kita namai pada sesuatu benda itu pada awalnya bebas
sekehendak kita, misalnya, untuk menyebut tumpukan tanah besar dan
tinggi yang ditanami banyak tumbuhan kita menyebutnya adalah bukit atau
gunung. Sedangkan konvensi ialah proses menyepakati pemberian nama
oleh kelompok penutur bahasa tertentu dalam suatu masyarakat sehingga
nama untuk benda itu menjadi populer karena sudah disepakati.
C. Fungsi Bahasa
1. Sebagai alat komunikasi
2. Sebagai sarana ekspresi
3. Sebagai alat integrasi
4. Sebagai alat kontrol sosial
D. Bahasa Melayu sebagai Sumber Bahasa Indonesia
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, bahasa Melayu sudah
menjadi lingua franca di Indonesia, yaitu bahasa perhubungan dan
perdagangan. Sistem bahasa Melayu relative sederhana dan mudah
dipelajari, karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan berbahasa
(undak-usuk, ngoko, kromo). Secara politis, suku-suku di luar Melayu
(Jawa, Sunda, Bali, dll.) tidak berprotes dan menerima keputusan bahwa
bahasa Melayu dijadikan sumber bahasa Indonesia. Bahasa Melayu tidak
sama dengan bahasa Indonesia, karena bahasa Melayu adalah bahasa
daerah yang sejajar dengan bahasa daerah lainnya, seperti Sunda dan Jawa.
Sedangkan bahasa Indonesia, adalah bahasa Melayu yang sudah dikelilingi
atau diperluas oleh bahasa daerah lainnya, seperti Jawa, Sunda,
Minangkabau, Palembang. Selain itu, bahasa Indonesia pun sudah
diperkarya bahasa asing, seperti Arab, Belanda, India, dan Inggris.
E. Bahasa Indonesia Dipelajari di Dunia Pendidikan
1. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan
bahasa Negara.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai lambang kebanggaan nasional.
b. Sebagai lambang identitas nasional.
c. Sebagai penghubung antarsuku bangsa.
d. Sebagai pemersatu antarsuku bangsa.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai bahasa resmi Negara.
b. Sebagai bahasa pengantar pendidikan formal.
c. Sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
d. Sebagai alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
2. Variasi dalam Pemakaian Berbahasa
Variasi pemakaian bahasa, ialah wujud pemakaian bahasa yang
didasarkan pada situasi. Situasi berbahasa terbagi atas dua, yaitu situasi
formal (resmi), dan situasi nonformal (santai). Situasi formal
contohnya saat berpidato, berpresentasi, berdiskusi, dll. Sedangkan
situasi nonformal contohnya saat berbicara di pasar, di rumah,
mengobrol, dll. Variasi bahasa pun terbagi kepada dua, yaitu variasi
bahasa baku, dan nonbaku. Dalam situasi formal, kita dituntut untuk
menggunakan variasi bahasa baku, yaitu bahasa yang baik dan benar.
Sedangkan dalam situasi nonformal, kita dituntut untuk menggunakan
variasi bahasa nonbaku.
3. Perkembangan Bahasa yang Dinamis
Perkembangan bahasa yang dinamis, ialah tumbuh atau hidupnya
suatu bahasa dalam komunitas (masyarakat) yang menempati daerah
tertentu menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik atau maju.
Bahasa Indonesia lahir lebih muda dari bahasa asing lainnya. Bahasa
Indonesia terbentuk pada 28 Oktober 1928, yaitu melalui gerakan
peristiwa Sumpah Pemuda. Meski terlahir lebih muda, perkembangan
bahasa Indonesia sangat dinamis dan cukup pesat. Di antara indicator
perkembangan suatu bahasa adalah dengan bertambahnya jumlah
kosakata yang dimilikinya. Hal ini tampak dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), jumlah kosakata (entri dalam kamus) secara
berturut-turut berikut :
 Edisi I : berjumlah 62.100 (1988).
 Edisi II : berjumlah 68.000 (1991).
 Edisi III : berjumlah 78.000 (2001).
 Edisi IV : berjumlah 90.000 (2008).
 Edisi V : berjumlah 118.000 (2016).
Selain jumlah kosakata, struktur bahasa pun mengalami
perkembangan dengan pesat, dulu pola atau fungsi kalimat itu terdiri
atas Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan (SPOK), kini kita
mengenal istilah pelengkap.
Contoh :
a. Ramadan bermain bola di lapangan.
b. Ayah membelikan kami baju baru.
Pada kedua kalimat tersebut, tampak fungsi pelengkap kalimat,
yaitu bola dan baju baru. Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia
dapat dilihat secara utuh pada mikrolinguistik (fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, wacana) dan makrolinguistik (sosiolinguistik,
psikolinguistik, etnolinguistik, pragmatik).
4. Kemampuan Mahasiswa dalam Berbahasa masih Rendah
Mengaplikasikan bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi
mahasiwa merupakan kegiatan yang relative cukup berat.
Perhatikan ekspresi berikut!
Selamat pagi para bapak, para ibu, dan para hadirin,
Dalam kesempatan ini kali ijin kanlah saya sampaikan presentasi
dengan topik peran bahasa sebagai media utama daripada penelitian
ilmiah.
Penggalan kutipan pembukaan presentasi tersebut sering kita dengar
dalam situasi fomal. Pernyataan tersebut masih belum mencerminkan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berikut ekspresi perbaikan penggalan pembukaan presentasi
tersebut.
Elamat pagi, Bapak Ibu sekalian dan hadirin yang saya hormati,
Pada kesempatan ini izinkanlah saya menyampaikan presentasi yang
bertopik peran bahasa sebagai media utama dalam penelitian ilmiah.
5. Perintah Undang-Undang
Pada Pasal 37, Ayat 2 tentang Pendidikan Nasional dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa
Pendidikan Tinggi atau Perguruan Tinggi diwajibkan melaksanakan
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Mata kuliah
pengembangan kepribadian itu adalah Bahasa Indonesia, Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan atau Pancasila.
F. Ragam Bahasa
Ragam bahasa dalam praktik pemakaiannya dapat dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Kedua ragam tersebut sangat
dipengaruhi oleh variasi pemakaian, yaitu baku dan nonbaku. Suatu bahasa
dikatakan baku jika memiliki dua sifat berikut :
1. Kemantapan dinamis, ialah bahwa bahasa Indonesia itu di samping
memiliki kaidah dan aturan yang relative tetap, juga cukup terbuka untuk
menerima perubahan sejalan dengan perkembangan zaman pada
masyarakat.
2. Kecendekiaan, ialah bahwa bahasa Indonesia itu sanggup
mengungkapkan pemikiran yang rumit di berbagai ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Contoh penggunaan bahasa nonbaku, sebagai berikut :
a. Bilang sama dia barang itu belum bisa dikasihkan sekarang.
b. Kapan Sodara jalan ini dibuatin lebar?
Ungkapan tersebut dapat dinyatakan berikut :
a. Katakana kepada dia bahwa barang itu belum bisa diberikan (pada)
hari ini.
b. Kapan Saudara jalan ini dilebarkan?
II. Ejaan Bahasa Indonesia 1 (EBI 1)
A. Huruf Kapital dan Huruf Miring
1. Huruf Kapital
a. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya :
 Apa maksudnya?
 Dia membaca buku
b. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.
Misalnya :
 Amir Hamzah
 Jenderal Kancil
 Rudolf Diesel
Catatan :
1) Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama
orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
 ikan mujair
 5 ampere
2) Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf
pertama kata yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti,
boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya :
 Abdul Rahman bin Zaini
 Ayam Jantan dari Timur
3) Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dalam petikan
langsung.
Misalnya :
 Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
 “Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya.
4) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata
nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan
kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
 Islam
 Alquran
 Tuhan
 Allah akan menunjukkan kepada hamba-Nya.
5) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama
gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik
yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang
mengikuti nama orang.
Misalnya :
 Sultan Hasanuddin
 Doktor Mohammad Hatta
 Agung Permana, Sarjana Hukum
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama
gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama
jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya :
 Selamat datang, Yang Mulia.
 Terima kasih, Kiai.
6) Huruf kapital digunakan sebagai huruf petama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama intansi,
atau nama tempat,
Misalya :
 Wakil Presiden Adam Malik
 Gubernur Papua Barat
7) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
 bangsa Indonesia
 bahasa Bali
Catatan :
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang digunakan
sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya :
 pengindonesiaan kata asing
 ke inggris-inggrisan
8) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya :
 tahun Hijriah
 bulan Agustus
 hari Lebaran
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama
peristiwa sejarah.
Misalnya :
 Konferensi Asia Afrika
 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan :
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan
sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya :
 Soekarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
9) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya :
 Jakarta
 Asia Tenggara
 Jawa Barat
10) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata
dalam nama Negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, yang, dan
untuk.
Misalnya :
 Republik Indonesia
 Perserikatan Bangsa-Bangsa
11) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata
di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta
nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya :
 Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma.
 Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
12) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya :
 S.S. sarjana sastra
 Dg. Daeng
 Sdr. Saudara
13) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan
paman,serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam
penyapaan atau pengacuan.
Misalnya :
 “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
 Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
Catatan :
a) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan
penyapaan atau pengacuan.
Misalnya :
 Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
 Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
b) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya :
 Sudahkah Anda tahu?
 Siapa nama Anda?
2. Huruf Miring
a. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama
majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan,
termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya :
 Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
b. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya :
 Huruf terakhir kata abad adalah d.
 Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
c. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kataatau ungkapan
dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya :
 Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
 Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
B. Penulisan Kata
1. Kata Turunan
Kata turunan atau kata berimbuhan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah kata yang terbentuk sebagai hasil dari proses
afikasi, reduplikasi, atau penggabungan.
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya :
 berjalan
 berkelanjutan
 mempermudah
b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya :
 adibusana
 infrastruktur
 proaktif
 aerodinamika
2. Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya :
 duta besar
 model linear
 kambing hitam
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya :
 anak-istri pejabat
 anak istri-pejabat
 ibu-bapak kami
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya :
 bertepuk tangan
 menganak sungai
d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya :
 dilipatgandakan
 menggarisbawahi
e. Gabungan katayang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya :
 acapkali
 hulubalang
 radioaktif
3. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya :
 Di mana dia sekarang?
 Kain itu disimpan di dalam lemari.
4. Partikel
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya :
 Bacalah buku itu baik-baik!
 Apakah yang tersirat dalam surat itu?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.
 Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih
tersedia.
Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis
serangkai.
Misalnya :
 Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat
pada waktunya.
 Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
c. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau‘mulai’ditulis terpisah
dari katayang mengikutinya.
Misalnya:
 Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu persatu.
 Harga kain itu Rp50.000,00 permeter.
5. Singkatan
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya :
 A.H.Nasution Abdul Haris Nasution
 H. Hamid Haji Hamid
 Suman Hs. Suman Hasibuan
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
Misalnya :
 NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
 UI Universitas Indonesia
 PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf capital tanpa tanda titik.
Misalnya :
 PT perseroan terbatas
 MAN madrasah aliah negeri
c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya :
 hlm. halaman
 dll. dan lain-lain
 dsb. dan sebagainya
d. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya :
 a.n. atas nama
 d.a. dengan alamat
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
 Cu kuprum
 cm sentimeter
6. Akronim
a. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf capital tanpa tanda titik.
Misalnya :
 BIG Badan Informasi Geospasial
 BIN Badan Intelijen Negara
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya :
 Bulog Badan Urusan Logistik
 Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya :
 iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
 pemilu pemilihan umum
 puskesmas pusat kesehatan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai