Tugas Individu Mphi P6 - Wahyu Pramuji - 157
Tugas Individu Mphi P6 - Wahyu Pramuji - 157
Tugas Individu Mphi P6 - Wahyu Pramuji - 157
Kebenaran pragmatis
Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth) memandang bahwa “kebenaran suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis”; dengan kata lain, “suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu
mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia”.
Contoh:
Seseorang yang mengemukakan ide untuk menciptakan suatu alat komunikasi untuk
berbicara dalam jarak jauh, kemudian ide tersebut direalisasikan hingga tercipta alat
komunikasi berupa handphone yang dapat digunakan oleh manusia untuk mempermudah
komunikasi jika ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan tanpa bersusah payah untuk
saling bertemu jika dalam jarak jauh dan dalam keadaan yang sibuk . Maka alat
komunikasi yang berupa handphone dianggap benar, karena alat tersebut adalah
fungsional dan mempunyai kegunaan untuk masyarakat.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif ?
Jawab:
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang mengutamanakan bahan yang sulit
diukur dengan angka atau dengan ukuran lain yang bersifat eksak
1. Metode historis --› menggunakan analisa atas peristiwa peristiwa dalam masa lalu
untuk merumuskan prinsip prinsip umum
2. Metode kompastif --› mementingkan perbandingan antara bermacam macam
masyarakat beserta bidang bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan
serta penyebabnya’
3. Metode study khusus --› metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok,
masyarakat setempat, lembaga lembaga, ataupun individu individu
Metode penelitian kuantitatif adalah metode yang mengutamakan bahan bahan
keterangan dengan angka menggunakan ilmu pasti atau matematika
1. Metode statistik --› bertujuan menelaah gejala gejala sosial secara matematis
2. Metode induktif --› mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan aturan
yang berlaku dalam hubungan yang lebih luas
3. Metode deduktif --› mulai dengan aturan aturan yang dianggap umum kemudian
dipelajari dengan keadaan khusus
4. Metode empiris --› menekankan pada gejala yang nyata dalam masyarakat
5. Metode fungsionalisme --› bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga lembaga
kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat
6. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara karakteristik penelitian kuantitatif dan
karakteristik penelitian kualitatif :
Jawab:
A. • Kualitatif:
Penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa pandangan responden dalam
bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para responden bersama peneliti meberi
penafsiran sehingga menciptakan konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian
kuantitatif berangkat dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif
mengembangkan ,menciptakan, menemukan konsep atau teori.
• Kuantitatif:
Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep (variabel) yang
terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian dicari datanya, melalui kuesioner
untuk pengukuran variabel-variabelnya.
B. •Kualitatif:
Penelitian kualitatif lebih berfokus pada sesuatu yang tidak bisa diukur oleh hitam putih
kebenaran, sehingga pada penelitian kualitatif peneliti mengorek data sedalam-dalamnya
atas hal-hal tertentu. Sehingga, kualitas penelitian kualitatif tidak terlalu ditentukan oleh
banyaknya narasumber yang terlibat, tetapi seberapa dalam peneliti menggali informasi
spesifik dari narasumber yang dipilih.
• Kuantitatif:
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen penelitian
berupa tes/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dikonversikan menggunakan
kategori/kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kualitas penelitian kuantitatif
ditentukan oleh banyaknya responden penelitian yang terlibat.
C. •Kualitatif:
Hasil penelitian kualitatif berupa interpretasi peneliti akan sebuah fenomena, sehingga
laporan penelitian akan lebih banyak mengandung deskripsi.
• Kuantitatif:
Hasil penelitian kuantitatif dipresentasikan dalam bentuk hasil penghitungan matematis.
Hasil penghitungan dianggap sebagai fakta yang sudah terkonfirmasi. Keabsahan
penelitian kuantitatif sangat ditentukan oleh validitas dan reliabilitas instrumen yang
digunakan.
D. • Kualitatif:
Peneliti sebagai instrument (human instrument) dan juga alatnya seperti buku catatan, tape
recorder, camera, handycam, dan lainnya
• Kuantitatif:
Sedangakan Kuantitatif menggunakan berupa Test, angket, wawancara terstruktur, dan juga
instrument yang telah terstandar.
E. • Kualitatif:
Harus empati, akrab, supaya memperoleh pemahaman yang mendalam kedudukan sama
bahkan sebagai guru, konsultan jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan
hipotesis atau teori.
• Kuantitatif:
Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak agar objektif kedudukan peneliti lebih tinggi
dari responden jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan.
•
F. • Kualitatif:
Penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya
memperoleh data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan
dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi, kemudian
dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai temuan.
• Kuantitatif:
Penelitian kuantitatif berproses secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep),
kemudian pengumpulan data dan menyimpulkan.
8. CONTOH KASUS
Isu penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) ke banyak negara, mengundang
protes dari masyarakat internasional, terlebih oleh pemerintah negara setempat. Tak kurang
dari 30 negara menjadi korban penyadapan Gedung Putih, termasuk Indonesia. Berbagai
bentuk protes pun dilayangkan oleh pemerintah negara setempat. Prancis menunda
perundingan perdagangan Uni Eropa dengan Amerika hingga masalah penyadapan ini
terungkap jelas.
Jerman juga menyuarakan protesnya setelah mengetahui telepon seluler Perdana Menteri
Angela Merkel disadap. Brazil tak kalah gerah menyikapi kasus penyadapan ini. Bahkan,
Dilma Roussef, presiden Brazil, sampai membatalkan kunjungan kenegaraan ke Amerika
begitu mengetahui Brazil menjadi salah satu bidikan penyadapan oleh National Security
Agency (NSA).
Realisme dibangun berdasarkan anggapan bahwa individu pada dasarnya mementingkan diri
sendiri dan cenderung mencari kekuasaan. AS begitu menghayati pemikiran-pemikiran
Realisme dalam pergaulannya di dunia Internasional. Struggle for power, petuah
Morghentau, tidak dapat dihentikan dan menjadi karakteristik permanen.
Prinsip balance of power lalu diyakini sebagai upaya untuk menghadapi dunia yang anarkis
ini. Negara-negara harus berupaya menyeimbangkan kekuatan dengan negara lain serta
menjalankan politik deterrence untuk mengamankan sistem internasional. Setiap negara pun
harus menerapkan standar kewaspadaan yang tinggi terhadap negara lain.
Jauh sebelum isu penyadapan ini muncul ke permukaan, AS telah melakukan usaha-usaha
demi memperkuat pertahanan dan keamanan negaranya. Paham Machiavelli yang selaras
dengan realisme diterapkan melalui legalisasi segala cara demi melindungi kepentingan
nasionalnya. George Walker Bush, Jr. adalah salah satu presiden Amerika yang
memfokuskan politik luar negeri AS ke pertahanan dan keamanan. Demi alasan balance of
power pula lah AS melakukan penyadapan di negara-negara yang dianggapnya berpengaruh
terhadap kepentingan nasional mereka. Tak peduli apakah negara tersebut bersekutu
dengannya atau tidak. Ambil contoh Jerman. Negara ini bersahabat lama dengan AS, namun
masih juga menjadi sasaran penyadapan oleh kubu Obama. Maka, dapat dipahami kemudian
jika pemerintahan Jerman berang atas perlakuan Amerika ini.
Realisme mendefinisikan power dalam konteks sumber daya materi yang dapat digunakan
untuk memaksa pihak lawan. Demikian juga yang dilakukan AS melalui pemanfaatan
kecanggihan teknologi, tak sulit bagi Amerika menciptakan komunitas peretas yang
ditugaskan resmi oleh badan legal untuk mengawasi gerak-gerik pemerintahan negara-
negara di dunia.
Dengan membandingkan unsur-unsur dasar pemikiran realis dengan politik luar negeri AS,
maka tak sulit memetakan maksud dan tujuan penyadapan oleh AS ke negara-negara di
dunia tanpa terkecuali. Reaksi AS terhadap konstelasi politik internasional yang anarkis
diimplementasikan ke upaya pertahanan dan keamanan, baik dalam maupun luar negeri,
yaitu menyadap telekomunikasi pemerintah-pemerintah pusat negara bidikan.
9. Apa yang dimaksud dengan Teori dan sambungkan dengan masalah diatas
Jawab:
Teori adalah pendapat, cara, dan aturan melakukan sesuatu. Teori memiliki fungsi
sebagai suatu ikhtisar fakta dan hukum yang jelas dan ilmiah. Untuk mendapatkan pengertian
dan mengorganisasikan pengalaman merupakan peran teori. Adapun tujuan teori ialah untuk
mendapatkan pemahaman tentang sesuatu. Namun secara umum Kata teori sangat sering
digunakan baik di lingkungan akademis maupun non-akademis. Uniknya, pemakaian yang
sering ini ternyata diwarnai oleh banyaknya arti di balik penggunaan itu. Sebagaimana
dikemukakan Waltz (1975: 2), oleh kalangan pemelajar hubungan internasional, istilah teori
digunakan secara bervariasi; sering dipakai
untuk merujuk karya-karya yang diawali dari hanya sekedar deskripsi, tetapi jarang
ditujukan hanya untuk karya-karya yang memenuhi standar filsafat keilmuan. Keberagaman
arti kata teori juga diakui Aron (1968). Menurutnya, di dalam terminologi Barat konsep teori
mempunyai asal dan arti ganda dari dua tradisi yang berbeda.
Pertama teori sebagai pengetahuan kontemplatif, diturunkan dari tatanan dasar
dunia yang dapat disejajarkan dengan filsafat. Disini teori berbeda tidak saja dari
segi praktis tetapi juga dari segi pengetahuan yang disemangati keinginan untuk
mengetahui dalam rangka memprediksi dan dengan demikian mampu bertindak.
Jadi sebuah teori dikatakan semakin tinggi tingkatannya ketika semakin tinggi
tingkat abstraksinya, sementara tingkat kepraktisannya semakin sedikit.
Kedua, teori sebagaimana dipahami secara ilmiah. Dalam konteks ini, teori
adalah suatu hipotesis, sistem deduktif yang terdiri atas sejumlah hipotesis yang
konsepkonsepnya diartikan secara presisi serta hubungan antar-konsep disajikan
dalam bentuk hubungan yang berifat matematis. Elaborasi sistem ini berawal
dengan konseptualisasi mengenai realitas yang diobservasi dilanjutkan dengan
pembentukan aksioma atau hubunganhubungan abstrak pada tingkat tinggi yang
menuntun sistem dan memungkinkan ilmuwan menemukan dengan deduksi, baik
formula yang dapat dijelaskan dengan baik maupun fakta-fakta yang dipersepsi
melalui instrumen sehingga teori tersebut dapat tervalidasi atau tidak (Aron, 1968:
1-22)
Sebagaimana dalam pemecahan masalah diatas yang dimana memakai teori persfektif
realisme, bahwasannya Realisme adalah "spektrum ide" yang berpusat pada empat ide utama,
yaitu grupisme politik, egoisme, anarki internasional, dan politik kekuasaan.