Anda di halaman 1dari 4

1.

Proporsi dan pencatatan saham


Diketahui :

Saham
Preferen 2.500 lembar
Nominal 20.000
agio saham 2.000.000
31 Des mengumumkan dapat ditukar dengan saham biasa dengan nominal Rp11,000, dan
proporsi saham preferen 2x saham biasa , maka

 PPh yang disetor

Utang PPh 23
2,000,000 x 15% 300.000
Jadi, PPh 23 yang disetor ke kas negara adalah
Rp300,000

 Pencatatan Konversi Saham

Konversi Saham
Stock Split
lembar saham
2,500 lembar x 2 5.000 biasa

Nominal Saham Biasa


Rp11,000 x 5,000
lembar 55.000.000

2. Jumlah penghasilan lain-lain :

a Bunga
. Deposito Rp25.432.000
Jasa Giro Rp2.750.000
Tidak lagi memotong pajak karena pajak sudah dipotong langsung oleh bank, sesuai
dengan PPh Final Pasal 4 ayat 2 dengan tarif untuk bunga deposito sebesar 20% dan jasa
giro sebesar 15%

b
. Penghasilan BUnga Rp7.638.000
PPh 23 yang Rp7.638.000 x
dipotong 15%
Rp1.145.700

c Dividen Rp6.456.00
. d 0
Tidak dipotong dividend karena terdapat kepemilikan lebih dari 25%

Maka, total penghasilan lain-lain :

Total Penghasilan Lain-


lain
Bunga Deposito Rp25.432.000
Jasa Giro Rp2.750.000
Penghasilan BUnga Rp7.638.000
Dividend Rp6.456.000
Rp42.276.000

Total PPh yang di


pungut Rp1.145.700

3. Jurnal untuk perolehan dan penyusutan aktiva


a. Perolehan Aktiva
Aktiva Kelompok I 80.000.000
PPN Masukan 8.000.000
Kas / Hutang 88.000.000
b. Penyusutan
Biaya Penyusutan 40.000.000
Akumulasi Penyusutan 40.000.000

4. Laba fiskal berbeda dengan laba akuntansi


Di dalam perhitungannya, perhitungan akuntansi menurut fiskal dan menurut
akuntansi memang berbeda, sehingga perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan dalam
laba, ketika hal ini terjadi maka kita biasa melakukan yang disebut “Rekonsiliasi FIskal”
dimaan rekonsiliasi fiskal ini berguna untuk mencocokan perbedaan antara laba fiskal
dan laba akuntansi.
Dalam konteks ini, laporan yang akan diberikan kepada pemegang saham dan
juga fiskus akan ada 2 laporan, yaitu laporan laba menurut akuntansi untuk kepentingan
manajemen dan pemegang saham dan laporan rekonsiliasi fiskal untuk kepentingan
pelaporan pajak dan juga fiskus. Hanya saja pembukuannya cukup dilakukan 1x karena
laporan rekonsiliasi fiskal akan langsung memakai data dari laporan laba rugi akuntansi
yang dibuat oleh perusahaan.

5. Maka, laba rugi dan perolehan bisa didapat dari :

Depresiasi menurut
akuntansi
Metode : saldo
menurun
Nilai buku biaya akumulasi nilai buku
awal penyusutan penyusutan akhir
30 Maret 2014 645.000.000 258.000.000 258.000.000 387.000.000
30 Maret 2015 387.000.000 154.800.000 412.800.000 232.200.000
31 Desember 2015 232.200.000 69.660.000 482.460.000 162.540.000
tarif penyusutan = (100% / 5) x 2 = 40%
karena masih tanggal 3 januari, maka depresiasi bisa dianggap sampai dengan 31
desember, total penyusutan dengan metode menurun adalah Rp. 482.460.000

Laba Menurut akuntansi :

harga mesin
baru 560.000.000
harga mesin
lama 162.540.000
Laba 397.460.000

Depresiasi menurut fiskal

Metode : garis lurus


Depresiasi = harga mesin - nilai sisa
umur

Depresiasi = 545.000.000
5
Depresiasi / tahun = 109.000.000

Nilai buku biaya akumulasi nilai buku


awal penyusutan penyusutan akhir
30 Maret 2014 545.000.000 109.000.000 109.000.000 436.000.000
30 Maret 2015 436.000.000 109.000.000 218.000.000 327.000.000
31 Desember
2015 327.000.000 81.750.000 299.750.000 245.250.000

karena masih tanggal 3 januari, maka depresiasi bisa dianggap sampai dengan 31
desember, total penyusutan dengan metode garis lurus adalah Rp. 299.750.000

Laba menurut fiskal :

harga mesin
baru 560.000.000
harga mesin
lama 245.250.000
Laba 314.750.000

Untuk harga perolehan mesin baru baik untuk akuntansi maupun fiskal sifatnya sama
yaitu sebesar 560.000.000

Anda mungkin juga menyukai