ABSTRACT
The coastal area is vulnerable to ecological damage . Conservation of biological resources and
ecosystems are needed to minimize them . Nyamplung (Calophyllum inophyllum) have the
ability to restrain the rate of coastal erosion. This study was to determine the effect of planting
holes size on growth of nyamplung. Planting trials carried out in the western coastal area of the
island Selayar by making observations of demonstration plots at a spacing of 3x3 m , consists
of three planting hole size is 20x20x15 cm , 20x20x25 cm and 20x20x35 cm . Parameters
measured were the effect of the size of the planting holes to the high growth , the increase in
diameter and survival rate. The analysis showed that the treatment effect size of the planting
holes is not noticeable to the three parameters were observed . The best growth rate obtained
in the planting hole size 20x 20x35 cm with high growth and accretion 23.43 cm diameter 5.27
mm . Highest survival rates are 91.11 % was obtained on treatment of the planting hole size of
20x20x25 cm .
ABSTRAK
Kawasan pesisir cukup rentan terhadap kerusakan ekologis. Konservasi sumberdaya hayati dan
ekosistem sangat diperlukan untuk meminimalisir kerusakan ekologis dan sebagai pelindung
dari ancaman abrasi dan erosi pantai. Nyamplung ( Calophyllum inophyllum) salah satu jenis
tumbuhan berkayu yang memiliki kemampuan dalam menahan laju abrasi pantai. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran lubang tanam terhadap pertumbuhan
nyamplung. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan uji coba penanaman nyamplung pada
daerah pesisir sebelah Barat Ppulau Selayar. Uji coba penanaman dilakukan dengan membuat
demplot pengamatan dengan jarak tanam 3 x 3 m, terdiri dari tiga ukuran lubang tanam yaitu
20 x 20 x 15 cm, 20 x 20 x 25 cm dan 20 x 20 x 35 cm. Analisis sidik ragam dilakukan untuk
mengetahui pengaruh ukuran lubang tanam terhadap pertumbuhan tinggi, pertambahan
diameter dan persen hidup tanaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan ukuran
lubang tanam berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter
dan persen hidup tanaman nyamplung. Meskipun demikian rerata pertumbuhan terbaik
diperoleh pada ukuran lubang tanam 20 x 20 x 35 dengan pertumbuhan tinggi 23,43 cm dan
pertambahan diameter 5,27 mm. Persen hidup tertinggi yaitu 91,11 % diperoleh pada
perlakuan ukuran lubang tanam 20 x 20 x 25 cm.
Kata kunci : Pesisir, Nyamplung (Calophyllum inophyllum), lubang tanam, pertumbuhan.
ABSTRACT
The coastal area is vulnerable to ecological damage . Conservation of biological resources and
ecosystems are needed to minimize them . Nyamplung (Calophyllum inophyllum) have the
ability to restrain the rate of coastal erosion. This study was to determine the effect of planting
holes size on growth of nyamplung. Planting trials carried out in the western coastal area of the
island Selayar by making observations of demonstration plots at a spacing of 3x3 m , consists
of three planting hole size is 20x20x15 cm , 20x20x25 cm and 20x20x35 cm . Parameters
measured were the effect of the size of the planting holes to the high growth , the increase in
diameter and survival rate. The analysis showed that the treatment effect size of the planting
holes is not noticeable to the three parameters were observed . The best growth rate obtained
in the planting hole size 20x 20x35 cm with high growth and accretion 23.43 cm diameter 5.27
mm . Highest survival rates are 91.11 % was obtained on treatment of the planting hole size of
20x20x25 cm .
I. PENDAHULUAN
(Treatment
)
Blok 2 2637,.807 1318,.904 6,.341 0,.002
(Block)
Error 114 23710,.682 207,.988
Total 118 26839,.173
Keterangan :ns= berbeda tidak nyata pada taraf 0.,05
Remark : ns = Not Significant at 0,.05 level
Rerata pertaumbuahan tinggi tanaman dapat dilihat tersaji pada Gambar 1. berikut :
21
pertuambuahan
Rerata pertumbuhan tinggi
20 18.42
tinggi nyamplung
15 usia 9 bulan
dengan 3 ukuran
10 lubang tanam (
Figure 1. Height growth
5 average of C.
inophyllum at 9
0 months old with
20 x 20 x 15 20 x 20 x 25 20 x 20 x 35 3 hole planting
Ukuran lubang tanam sizes)
(Planting holes size)
5.27
diameter
Rerata pertumbuhan diameter
5 4.67
nyamplung usia 9
3.91
4 bulan dengan 3
ukuran lubang
3
tanam (
2 Figure 2. Diameter growth
average of C.
1 inophyllum at 9
0 months old with 3
20 x 20 x 15 20 x 20 x 25 20 x 20 x 35 hole planting sizes)
Ukuran Lubang Tanam
(Planting holes size)
Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan ukuran lubang tanam berpengaruh tidak nyata
terhadap pertaumbuahan tinggi dan diameter tanaman nyamplung, meskipun demikian
rerata pertumbuhan terbaik diperoleh pada ukuran lubang tanam 20 x 20 x 35 dengan
pertuambuahan tinggi 23,43 cm dan pertambahan diameter 5,27 mm. Menurut
Sudrajat dan Bramasto (2009), salah satu manipulasi lingkungan yang dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah variasi ukuran lubang tanam, sesuai
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pertumbuhan jati
(Tectona grandis) semakin baik dengan bertambahnya ukuran lubang tanam.
Penelitian Tabari dan Saeidi (2008) yang dilakukan dengan menanam cCemara
(Cupressus sempervirens) di lahan marginal dataran rendah memberi hasil bahwa
kelangsungan hidup cemara yang di tanam pada kedalaman 40 cm lebih baik
dibanding kedalaman 20 cm. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vincent dan Davies
(2003) pada lahan terdegradasi dan terbuka bekas tebangan hutan alam dengan
ukuran kedalaman lubang tanam 12 x 18 cm dan 20 x 30 cm dengan jenis tanaman
Dryobalanops aromatica dan Shorea pavirfolia juga memberikan pengaruh yang tidak
nyata. (umurnya ada gak? Sama dengan umur tanaman kita gak? Kalo ada
dimasukkan biar lebih kuat, mungkin umur tanaman ada pengaruhnya) Hasil penelitian
yang juga memberikan pengaruh yang tidak nyata ditunjukkan pada penanaman jenis
Dryobalanops aromatica dan Shorea pavirfolia pada lahan terdegradasi dan terbuka
bekas tebangan hutan alam dengan ukuran kedalaman lubang tanam 12 x 18 cm dan
20 x 30 cm (Vincent dan Davies, 2003). Penelitian Surata (2009) juga menyatakan
bahwa ukuran lubang tanam berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi,
diameter dan persen hidup tanaman Eucalyptus camaldulensis Dehnh dan kesambi
(Schleichera oleosa ) karena pertumbuhan perakaran agak lambat sebagai akibat dari
kekurangan air yang agak lama (curah hujan selama 2-3 bulan dengan curah hujan
600-800 mm/tahun). Keadaan yang sama juga terjadi di Pantai Barat Selayar dimana
curah hujan sangat rendah pada bulan Juli sampai dengan September.
Kondisi tapak pada lokasi penelitian terdiri dari batuan pada bagian permukaan
sehingga solum tanah bercampur dengan pecahan batuan karang. Menurut Balai
Penelitian Tanah (2004), kelas sebaran batuan permukaan tanah dapat dibagi ke
dalam lima kelas kriteria. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebaran batuan
yang ada di permukaan tanah pada lokasi pengamatan dapat dikategorikan ke dalam
kelas 5 yaitu hampir keseluruhan permukaan tertutup oleh batu-batuan, sekitar 50-90
%, jarak antara batu-batu kecil kira-kira 1 cm, sedangkan antara batu-batu besar kira-
kira 3 cm atau hampir bersentuhan satu dengan yang lainnya (Gambar 4). Batuan
yang terdapat pada solum tanah dengan kedalaman 10-20 cm menyebabkan tanah
menjadi poros dengan pori makro yang cukup tinggi sehingga meningkatkan laju
infiltrasi dan berpeluang untuk menghanyutkan bahan organik ke lapisan tanah yang
lebih dalam (Yulnafatmawita et al., 2011).
(Treatment
)
Blok 2 276,.405 138,.202 1,.191 0.,393
(Block)
Error 4 430.,074 107,.518
Total 8 4432.,641
Keterangan :ns = berbeda tidak nyata pada taraf 0,.05
Remark : ns = not significant at 0,.05 level
Rerata pertumbuhan diameter tanaman dapat dilihat pada Gambar 3. berikut :
Gambar (Figure) 3. Rerata
100 persen hidup
91.11 nyamplung usia 9
90 86.66 86.66
80
bulan dengan 3
ukuran lubang
(Survival rate), %
70
tanam(
Persen Hidup
60
Figure 3. Survival rate average
50
of C. inophyllum
40
at 9 months old
30
with 3 hole
20
planting sizes)
10
20 x 20 x 15 20 x 20 x 25 20 x 20 x 35
Perlakuan ukuran lubang
Ukuran Lubang Tanam
(Planting holes size) tanam berpengaruh tidak
nyata terhadap persen hidup
tanaman nyamplung. Persen hidup tertinggi yaitu 91,11 % diperoleh pada perlakuan
ukuran lubang tanam 20 x 20 x 25 cm (kedalaman 25 cm). Hal ini menunjukkan
bahwa pada kedalaman tersebut, nyamplung masih dapat tumbuh dan beradaptasi
dengan baik. Nyamplung dapat mentolerir lapisan tanah yang dangkal karena sistem
perakarannya yang menyebar pada lapisan tersebut (Friday dan Ogoshi, 2011). Jarak
tanam dapat berpengaruh terhadap tingkat persentase tumbuh tanaman. Uji coba
penanaman nyamplung dilakukan dengan jarak tanam 3 x 3 m sehingga dapat
diketahui jumlah tanaman yang ditanam adalah kurang lebih 1111 pohon/ha. Evans,
(1986) dalam Effendi, (2012) menyatakan bahwa persentase tumbuh tanaman dengan
jarak yang rapat 2 x 4 m (1250 pohon/ha) bisa lebih rendah berkisar 80%, semakin
lebar jarak tanam maka kerapatan semakin rendah yang dapat meningkatkan
persentase tumbuh tanaman.
Persen hidup nyamplung tergolong tinggi karena dapat mentolerir berbagai
jenis tanah seperti liat, berkapur maupun berbatu dan nyampulng tergolong tanaman
yang semi toleran namun cenderung lebih cocok jika mendapatkan matahari penuh
(Anandalakshmi, 2014). Adaptasi nyamplung dia daerah Selayar dapat dikatakan
cukup baik karena selain hidup di daerah pesisir pantai, tegakan nyamplung terdapat
juga di daerah perbukitan. Selain tumbuh di daerah tanah berawa dan dekat pantai,
nyamplung juga dapat tumbuh di daerah perbukitan dengan ketinggian 800 meter dari
permukaan laut (Martawijaya, 2005).
Balai Penelitian Tanah. (2004). Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Friday, J. B., & Ogoshi, R. (2011). Farm and Forestry Production and Marketing Profile
for Tamanu (Calophyllum inophyllum). Holualoa: Permanent Agriculture Resources
(PAR).
Hanley, R., Mamonto, D., & Brodhead, J. (2009). Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai
untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Bangkok: FAO Regional Office for
Asia and the Pacific.
Hartati, W. (2008). Evaluasi Distribusi Hara Tanah dan Tegakan Mangium, Sengon dan
Leda Pada Akhir Daur Untuk Kelestarian Produksi Hutan Tanaman di UMR Gowa PT
INHUTANI I Unit II Makassar. Jurnal Hutan dan Masyarakat , III, (2) , 111-234.
Martawijaya, A., Iding, K., Kosasi, K., & Soewanda, A. P. (2005). Atlas Kayu Indonesia
Jilid I. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen
Kehutanan.
Nurdin, N. (2010). Kajian Efektifitas Kebijakan Pada Kasus Destructive Fishing Menuju
Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Mayarakat Pada Pulau-pulau Kecil. Jurnal Bumi
Lestari , 10(2), 242-255.
Prabakaran, K., & Britto, S. J. (2012). Biology, Agroforestry and Medicinal Value of
Calophyllum inophyllum (Clusiacea) : A Review. International Journal of Natural
Products Research , I(2),24-33. http://urpjournals.com/tocjnls/21_12v1i2_3.pdf
Diakses tanggal 2 April 2014.
Prasetyawati, C. A., Wardani, B. W., Syarief, M., Hajar, & Kurniawan, E. (2010). Uji
Coba Penanaman pada Areal Terabrasi dan Pulau-pulau Kecil. Makassar: Balai
Penelitian Kehutanan Makassar. Laporan Hasil Penelitian Tidak Dipublikasikan.
Rositasari, R., Setiawan, W. B., Supriadi, I. H., Hasanuddin, & Prayuda, B. (2011).
Kajian dan Prediksi Kerentanan Pesisir Terhadap Perubahan Iklim : Studi Kasus di
Pesisir Cirebon. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis , III, (1), 52-64.
Safriati, & Mansur, I. (2013). Respon Pertumbuhan Jabon Dari Sumber Benih Yang
Berbeda Pada Pemupukan Lahan Bekas Tambang Batubara di PT.Kaltim Prima Coal,
Sangatta Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Tropika , 4 ,(1), 30-34.
Supangat, A. B., & Putra, P. B. (2010). Kajian Infiltrasi Tanah Pada Berbagai Tegakan
Jati (Tectona grandis) di Cepu, Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam , VII, (2), 149-159.
Surata, I. K. (2009). Pengaruh Ukuran Lubang Tanam dan Kompos Kotoran Sapi Untuk
Penanaman Lahan Kritis di Daerah Savana di Pulau Sumba. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam , VI(2),147-157.
Tabari, M., & Saeidi, H. R. (2008). Restoration of Deforested Areas by Cypress Seedling
in Southern Coast of Caspian Sea (North Iran). Ekoloji , 17(67),60-64.
Tuheteru, F. D., & Mahfudz. (2012). Ekologi, Manfaat dan Rehabilitasi Hutan Pantai
Indonesia. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Vincent, A., & Davies, S. J. (2003). Effect of Nutrient Addition, Mulching and Planting
Hole Size on Early Performance of Dryobalanops aromatica and Shorea parviola
Planted in Secondary Forest in Sarawak, Malaysia. Forest Ecology and Management ,
261-271.
Yulnafatmawita, Adrinal, & Hakim, A. F. (2011). Pencucian Bahan Organik Tanah Pada
Tiga Penggunaan Lahan di Daerah Hutan Hujan Tropis Super Basah Pinang-pinang
Gunung Gadut Padang. Jurnal Solum , VIII(1),34-42.