subhanahu waa ta’ala, shalawat dan salam kepada nabi kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi waa sallam
Mana yang lebih diutamakan suami, menunaikan
tanggungjawab nafkah kepada istri dan anak, atau mendahulukan ibu si suami sedangkan keperluan rumah tangga yang mendesak belum diselesaikan, semisal di pembicaraan antara suami istri tadi, yaitu uang sekolah anak belum dibayarkan, namun si suami memberikan uangnya untuk keperluan si ibu
Maka untuk menjawab pertanyaan ini sahabat
Umma, tentu saya tidak boleh dengan jawaban yang berasal dari pendapat saya pribadi. Dan Sekaligus ini juga menjadi perhatian bagi setiap .
fi suami bahwa pentingnya ilmu dalam setiap langkah berumah tangga
Karena perhatikan. Kita hari ini berumah tangga
tidak hanya untuk hidup di dunia, namun akibat dari langkah anda berumah tangga itu akan tersambung sampai ke akhirat.
Jika kita berumah tangga dengan menjalankannya
sesuai tuntunan Allah dan RasulNya, insyaAllah kemudahan bagi kita di akhirat
Namun Jika kita menjalankan prinsip berumah
tangga sesuai dengan pendapat dan perasaan diri pribadi, bukan dengan ilmu tuntunan syariat, maka jangan heran jika kita akan mengalami kesulitan di kehidupan akhirat nanti. Sebab pasangan yang sakit hati akibat kedzaliman yang kita lakukan dalam kehidupan pernikahan karena nihilnya ilmu dalam berumah tangga, dia bisa menuntut kita di hari penghakiman kelak
Termasuk juga dalam hal yang dipermasalahkan
suami istri tadi teman-teman, yaitu Mana yang lebih diutamakan suami, menunaikan tanggungjawab nafkah kepada istri dan anak, atau mendahulukan ibu si suami sedangkan keperluan rumah tangga yang mendesak belum diselesaika .
Maka Pada dasarnya menafkahi istri dan orang tua
yang sudah tidak lagi mampu bekerja, hal ini sebenarnya harus berjalan beriringan, tidak memilih satu sedangkan yang lain ditinggalkan, dan ini harus diusahakan dengan sekuat mungkin oleh suami, dan didukung oleh prinsip qonaah atau merasa cukup dari istri, dan tentunya setiap suami yang baik bercita-cita ingin istri dan kedua orang tua nya hidup bahagia.
Karena Terlalu memihak kepada istri dalam urusan
nafkah terkadang bisa membuat hati kedua orang tua tidak enak, kita khawatir kalau-kalau hal demikian bisa menjadi dosa durhaka kepada orang tua, lebih khawatir lagi jika kisah Al-Qamah yang durhaka itu terulang kembali, yang pada akhirnya sangat susah sakaratul mautnya.
Akan tetapi sebaliknya, terlalu memihak kepada
orang tua sehingga abai terhadap nafkah istri juga bukan hal yang baik, karena sebaik-baik suami beriman kata Nabi Shallallahu 'alaihi waa sallam adalah yang paling baik kepada istrinya.
Namun jika memiliki pemasukan yang hanya cukup
untuk terlebih dahulu memenuhi kebutuhan rumah tangga, maka para ulama berpendapat bahwa nafkah untuk istri dan anak harus lebih diutamakan oleh suami, sebelum nafkah yang lainnya, juga termasuk sebelum nafkah bakti kepada ibunya.
Imam As-Syaukan idalam kitabnya Nail Al-Authar
(jilid 6, hal. 381)
menegaskan
ﺛم إذا ﻓﺿل ﻋن ذﻟك ﺷﻲء، وﻗد اﻧﻌﻘد اﻹﺟﻣﺎع ﻋﻠﻰ وﺟوب ﻧﻔﻘﺔ اﻟزوﺟﺔ " ﻓﻌﻠﻰ ذوي ﻗراﺑﺗﮫ
bahwa kewajiban memberi nafkah istri itu sudah
sampai pada tahap ijma’, kemudian jika masih ada kelebihan harta barulah ada kewajiban nafkah untuk keluarga lainnya, termasuk juga kepada
prinsip kemaafan atau pengampunan. Contohnya adalah seorang anak memberikan nafkah sebagai bakti kepada ibunya. Jika seorang anak memang belum memungkinkan memberikan nafkah kepada ibunya karena masih hanya cukup untuk rumah tangga si anak, maka ketika si anak bertaubat dan memohon ampunan Allah, insyaAllah akan Allah berikan ampunan
Sedangkan hak-hak hamba yaitu al musyahhah
dibangun di atas tuntut balas diakhirat. Dimana contohnya adalah seorang laki-laki yang berani menikahi wanita. Maka dia pun harus bertanggungjawab untuk memberikan nafkah kepada wanita itu yang kini menjadi istrinya. Jangan sampai wanita yang dia nikahi itu malah dia tidak perdulikan. Jika kedzaliman yang dirasakan si istri, maka si istri kelak bisa menuntut balas dan tanggungjawab di akhirat kepada suaminya dihadapan Allah. Dan suaminya tidak bisa berkilah dan berlari ketika itu teman-teman Allahu musta'an
Maka dengan apa yang saya sampaikan ini teman-
teman, sudah bisa dipahami bahwa si suami pada dialog pembuka tadi, seharusnya mendahulukan membayar spp anak nya yang sudah tertunggak, kemudian ketika urusan nafkah rumah tangga telah benar-benar selesai dan jika ada lebihnya, maka barulah suami silahkan memberikan uang nya itu kepada ibunya sebagai bakti anak kepada orangtua.
Dan disini perlu dipahami setiap istri bahwa tidak