LAPORAN
Dianjurkan untuk memenuhi salah satu tugas praktek sistem ganda
( PSG )
Disusun oleh :
DHEA NURAFIDA HERMAWATI
192010069
BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
NIS : 192010069
Pembimbing
Mengetahui,
II
LEMBAR PENGESAHAN
NIS : 192010069
Penguji
Mengetahui,
Kepala Sekolah
( Jumroh, A.Md.Kep.,S.E.,MM )
III
KATA PENGATAR
Puji sukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik guna memenuhi syarat tugas Praktik
Sistem Ganda yang dilaksanakan di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
Saya menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan laporan ini tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang dialami, baik dalam segi isi, penulisan, maupun kata
katanya yang tidak tersusun secara baik. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya Laporan Kerja Praktik ini dapat diselesaikan . Bapak
H.Mulyana, SH., M.Pd., M.H.Kes, Selaku ketua Yayasan adhiguna Kencana.
10. Kedua orang tua yang selalu memberi doa restu, dukungan, semangat,
serta motivasi.
11. Semua pihak yang telah membantu menyelasaikan Praktik Sistem Ganda
(PSG)
12. Teman- teman saya yang membantu dalam penyusunan laporan, terutama
Nabila Yulistina, Florenza Kayla Azzahra dan Reifita Salsabila.
Penyusun
V
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................
1.1 Pengertian 1
1.2 Etiologi 1
1.3 Manifestasi klinis 2
1.4 Epidemiologi 2
1.5 Patofisiologi 3
1.6 Diagnosa medik 5
1.7 Pemeriksaan diagnostic 5
1.8 Penatalaksanaan 6
A. PENGKAJIAN 10
1. Pengumpulan Data 10
a. Identitas Klien 10
b. Identitas Penanggung Jawab 10
c. Riwayat Kesehatan 11
1) Riwayat Kesehatan Dahulu 11
2) Riwayat Kesehatan Keluarga 11
a. Pola Aktivitas Sehari-hari 12
b. Pemeriksaan Fisik 14
c. Data Psikologis 17
d. Data Pengetahuan 17
VI
e. Data Sosial 18
f. Data Spritual 18
g. Pemeriksaan Penunjang 20
h. Progam dan Rencana Obat 22
2. Analisa Data 24
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 25
C. PERENCANAAN 26
D. PENATALAKSANAAN 28
E. EVALUASI DAN CATAT PERKEMBANGAN 30
a. Kesimplan 32
b. Saran 32
VII
NARASI KASUS
Dua bulan sebelum masuk RS klien mengeluh Nyeri dan sesak, kemudian pada
tanggal 23-10-2021 klien dibawa ke IGD dengan bantuan keluarga. Setelah itu, klien
dianjurkan di rawat inap di ruang Arafah 1 dan dipindahkan pada tanggal 24-10-
2021 ke Ruang Multazam 3.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25-10-2021 pukul 05.00 klien
tampak lemas dan pucat. Tetapi, klien dapat berkomunikasi dengan baik. Setelah
dilakukan observasi TTV dengan hasil T : 100/80 mmHg, N: 60x/m, R: 22x/m, S :
35,80C. Klien mengeluh nyeri pada dada dan mengatakan sesak terbukti dengan
suara nafas ronchi dan R: 22x/m.
Dari hasil pengkajian fisik dan pola aktifitas segari hari, terdapat 2 diagnosa
keperawatan. Pertama Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan arteri
koroner. Kedua, Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan
ventilasi (Kelemahan otot jantung)
VIII
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Kardiomiopati adalah kelainan fungsi otot jantung yang bukan
diakibatkan oleh penyakit arteri koroner, kelainan jantung bawaan
(congenital), hipertensi atau penyakit katup.
X
1.3 Manifestasi klinis
1. Kardiomiopati Dilatasi (DCM) Pada penderita ini gejala dan tanda tidak
begitu spesifik, stroke.
2. Kardiomiopati Restriktif
Ditemukan adanya pembesaran jantung sedang. Terdengar bunyi jantung
S3 atau S4 serta adanya regurgitasi mitral atau tripuspid.
3. Gejala Umum Kardiomiopati Hipertrofik (HCM) : Beberapa penderita
mungkin tidak mengalami gejala atau tanda kardiomiopati pada tahap
awal, tetapi sejalan dengan berkembangnya penyakit ini gejala
kardiomiopati dan tanda biasanya muncul, tanda atau gejala penyakit ini
bisa berupa :
Sesak nafas
Nyeri dada
Palpitasi (disebabkan detak jantung abnormal)
Pingsan (hilang kesadaran), karena merasa pusing
Merasa lelah
1.4 Epidemiologi
Dibandingkan dengan penyakit jantung lainnya, penyakit otot jantung
atau kardiomiopati relatif jarang ditemukan. Di Amerika Serikat kasus baru
yang didapat berjumlah 50.000 tiap tahunnya, dibandingkan dengan kasus
stroke yang berjumlah 500.000 tiap tahun. Tidak seperti kebanyakan
penyakit kardiovaskular lainnya yang cenderung menyerang mereka yang
usia tua, kardiomiopati umumnya menyerang orang muda.
Insidens kardiomiopati semakin meningkat frekuensinya, dengan
majunya teknik diagnostik, kardiomiopati idiopatik merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas yang utama. Di beberapa negara dilaporkan
kardiomiopati merupakan penyebab kematian sampai 30 % atau lebih dari
semua kematian karena penyakit jantung. Dilated cardiomyopathy dikaitkan
dengan sejumlah besar penyakit sistemik atau jantung, termasuk penyakit
otot jantung tertentu (misalnya, kardiomiopati iskemik, kardiomiopati
diabetes, kardiomiopati alkohol). Dilated cardiomyopathy terdiri dari sekitar
XI
90% dari semua kardiomiopati, sekitar 25% dari semua kasus kardiomiopati
membesar etiologinya tidak diketahui.
1.5 Patofisiologi
1. Narasi
Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan
sekelompokpenyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi
miokardium.Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan
tanda klinisnya.
Penyakit ini dikelompokkan menjadi (1) kardiomiopati dilasi atau
kardiomiopatikongestif; (2) kardiomiopati hipertrofik; (3) kardiomiopati
restriktif. Tanpamemperhatikan kategori dan penyebabnya, penyakit ini
dapat mengakibatkangagal jantung berat dan bahkan kematian.
1) Kardiomiopati dilasi atau kongistif adalah bentuk kardiomiopati
yang palingsering terjadi. Ditandai dengan adanya dilasi atau
pembesaran rongga ventrikelbersama dengan penipisan dinding otot,
pembesaran atrium kiri, dan stasis darah dalam ventrikel. Pada
pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah
elemen kontraktil serat otot. Komsumsi alkohol yang berlebihan
sering berakibat berakibat kardiomiopati jenis ini.
2) Kardiomiopati hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati
hipertrofi, massa otot jantung bertambah berat, terutama sepanjang
septum. Terjadi peningkatan ukuran septum yang dapat menghambat
aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya, kategori ini dibagi
menjadi obstruktif dan nonobstruktif.
3) Kardiomiopati restritif adalah jenis terakhir dan kategori paling
sering terjadi. Bentuk ini ditandai dengan gangguan regangan
ventrikel dan tentu saja volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat
dihubungkan dengan amiloidosis (dimana amiloid, suatu protein,
tertimbun dalam sel) dan penyakit infiltrasi lain. Tanpa
memperhatikan perbedaannya masing-masing, fisiologi
kardiomiopati merupakan urutan kejadian yang progresif yang
diakhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel kiri.
XII
Karena volume sekuncup makin lama makin berkurang, maka
terjadi stimulasi saraf simpatis, mengakibatkan peningkatan tahanan
vaskuler sistemik. Seperti patofisiologi pada gagal jantung dengan
berbagai penyebab, ventrikel kiri akan membesar untuk
mengakomodasi kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami
kegagalan. Kegagalan ventrikel kanan biasanya juga menyertai
proses ini.
2 Pathway
XIII
1.6 Diagnosa Medik
XIV
1. Gagal jantung.
Gagal jantung berarti jantung tidak bisa memompa darah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Otot jantung yang menebal, kaku, atau
melemah karena kardiomiopati dapat menyebabkan ketidakmampuan
untuk memompa atau menyebabkan darah tidak dapat dipompa keluar
jantung. Jika tidak ditindaklanjuti, gagal jantung dapat mengancam jiwa.
2. Pembekuan darah.
Karena jantung tidak dapat memompa secara efektif sehingga lebih
mudah mengalami pembekuan darah dalam jantung jika mengalami
kardiomiopati. Jika bekuan tersebut terpompa keluar dari jantung dan
masuk ke dalam aliran darah, mereka dapat menyumbat aliran darah ke
organ lain, termasuk jantung dan otak. Jika terjadi pada jantung sisi
kanan, bekuan tersebut dapat berjalan ke paru (emboli paru). Untuk
mengurangi risiko, dokter akan memberikan resep obat pengencer darah
(pengobatan antikoagulan), seperi aspirin, clopidogrel atau warfarin.
3. Gangguan katup.
Karena orang dengan kardiomiopati meluas memiliki jantung yang
membesar, dua dari empat katup jantung – katup mitral dan trikuspid –
tidak dapat menutup secara sempurna sehingga mengakibatkan aliran
darah balik. Aliran ini dapat membuat bunyi yang disebut murmur
jantung.
4. Henti jantung dan kematian secara mendadak.
Semua bentuk kardiomiopati dapat mengakibatkan ritme jantung
abnomal. Beberapa dari ritme jantung ini terlalu lambat untuk menjaga
darah tetap mengalir di dalam jantung secara efektif dan beberapa dari
ritme jantung ini terlalu cepat bagi jantung untuk berdenyut selayaknya.
Pada kedua kasus tersebut, ritme abnormal jantung ini dapat
menyebabkan pingsan atau, pada beberapa kasus, kematian secara
mendadak jika jantung berhenti berdenyut.
XV
Pada pemeriksaan radiologi dada akan terlihat pembesaran jantung
akibat dilatasi ventrikel kiri, walaupun seringkali terjadi pembesaran
pada seluruh ruang jantung. Pada lapangan paru akan terliat gambaran
hipertensi pulmonal serta edema alveolar dan interstitial.
- Elektokardiogram (EKG)
Menunjukkan sinus takikardi atau fibrilasi atrial, aritmia ventrikel,
abnormalitas atrium kiri, abnormalitas segmen ST yang tidak spesifik
dan kadang-kadang tampak gambaran gangguan konduksi
intraventrikuler dan low voltage.
- Ekokardiografi dan ventrikuler radionuklir
Menunjukkan dilatasi dan sedikit penebalan dinding jantung atau
bahkan normal atau menipis, gangguan fungsi sistolik dengan penurunan
fraksi ejeksi.
- Kateterisasi jantung dan angiografi koroner
Terlihat dilatasi, hipokinetik difusi, ventrikel kiri dan regurgitasi
mitral dalam derajat yang bervariasi dan menghindari penyakit jantung
iskemik.
- MRI
Membedakan berbagai jenis hipertopi apical ventrikel kiri, pada
sadapan jantung ditemukan compliance ventricular outflow tract
obstruction (Nasotion, 2009).
1.8 Penatalaksanaan
i. Non-medis
1. Pencegahan primer
Anjurkan klien untuk mengurangi konsumsi alkohol.
Cegah proses infeksi
Monitor terjadinya hipertensi sistemik
Monitor keadaan wanita selama masa kehamilan
2. Pencegahan sekunder
Monitor tanda awal dari gagal jantung kongestif.
Evaluasi klien dengan disritmia.
3. Pencegahan tersier.
XVI
Perhatikan petunjuk spesifik pemakaian obat
Pertimbangkan untuk dilakukan transplantasi jantung
Evaluasi pemberian terapi antikoagulasi untuk mengurangi
embolisme sistemik.
ii. Medis
1) Kardiomiopati dilatasi
Obat-obatan
Diuretik
Digitalis
Vasodilator
Kartikosteroid
Anti aritmika
Anti koagulan
Transplantasi jantung
2) Kardiomiopati Restriktif
Obat-obatan
Anti aritmia
Kortikosteroid
Imunosupresif.
Pemasangan alat pacu jantung
3) Kardiomiopati Hipertrofi
Obat-obatan
Amiodarum
Kalsiumantagonis, seperti verapamil & nifedipin
Disopiramid
Digitalis diuretik nitrat dan penyekat beta adrenergik
Operasi miotomi atau miektomi
I. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata
XVII
Sering timbul pada anak-anak dan dewasa muda pada waktu atau setelah
latihan fisik.
2. Keluhan utama
Sesak nafas, pusing, berdebar-debar, mudah lelah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak saat kerja, lemah, eutopnea, proksimal nokturnal, edema perifer,
palpitasi berlangsung secara perlahan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi
Intark Miokard dengan episode GJK sebelumnya
Penyakit katup
Bedah jantung
Endukarditis
Sistemik lupus eritematosur (SLE)
Syok septic
5. Pemeriksaan fisik
TTV
Tekanan Darah : Mungkin rendah
Nadi : Nadi Perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi.
Suhu : Normal, kadang-kadang meningkat
Respirasi : Tekipnea, Nafas dangkal, dispneu
Leher
Terdapat pembesar vena jugularis
Dada
I : Warna kulit pucat/sianosis
P : Nyeri tekan pada daerah jantung
P : suara pekak, terjadi pembesaran jantung
A : bunyi jantung S3 (Gallop) adalah diagnostik, S1 dan S2 mungkin
melemah.
Ekstremitas
Kemungkinan sianosis
6. Pemeriksaan penunjang
XVIII
Foto thorax
Menunjukkan pembesaran ventrikel kiri, pembesaran pangkal aorta
dan perkapuran katup tidak terlihat.
EKCI
Hipertropi ventrikuler, kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu
atau lebih setelah intark miokard menunjukkan adanya ansukisme
ventrikuler.
AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respimitorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2.
Kreatinin
Kenaikan kreatinin indikasi gagal ginjal
Albumin
Mungkin menurun akibat penurunan protein atau sintesis protein
dalam hepar yang mengalami kongesti.
XIX
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER : DILATED CARDIOMYOPATHI
DI RUANG MULTAZAM 3 RS MUHAMMADIYAH
BANDUNG.
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Dx medis : Dilated cardiomyopathi
Tgl Masuk RS : 23-10-2021
Tanggal Pengkajian : 25-10-2021
Alamat : Jl. Cihalarang Kec. Cimenyan Kel. Mekar
saluyu RT 02
RW 01 No. 31, Bandung, Jawa Barat.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
XX
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Cihalarang Kec. Cimenyan Kel. Mekar
saluyu RT 02
RW 01 No. 31, Bandung, Jawa Barat.
Hub. dengan klien : Ayah
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama
Klien mengeluh Nyeri.
b) Keluhan saat masuk RS
Dua bulan sebelum masuk RS klien mengeluh Nyeri dan sesak,
kemudian pada tanggal 23-10-2021 klien dibawa ke IGD dengan
bantuan keluarga. Setelah itu, klien dianjurkan di rawat inap di
ruang Arafah 1 dan dipindahkan pada tangga 24-10-2021 ke
Ruang Multazam 3.
c) Keluahan utama saat dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25/10/2021 klien
mengeluh nyeri, nyeri bertambah ketika sesudah makan dan
berkurang setelah meminum obat. Nyeri dirasakan seperti di
tusuk-tusuk jarum. Nyeri dirasakan di abdomen atas sebelah kiri
dengan skala nyeri 5 (0-10). Dan Nyeri dirasakan hilang timbul.
XXI
Menurut klien di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dan lainnya dan
tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular yang tinggal
serumah seperti TBC, HIV.
4) Genogram Keterangan :
Tidak ada (-)
a. Makan
Frekuensi 3x/hari 2x/hari
Jenis Nasi , sayuran, daging, Bubur, nasi tim,
gorengan. sayuran sup.
Jumlah 1 porsi ½ porsi
Keluhan Tidak ada Nyeri setelah makan.
b. Minum
Jumlah ± 4 gelas/hari ±2 gelas/hari
Jenis Air putih, teh, kopi Air putih.
Keluhan Tidak ada Tidak ada
c. Eliminasi BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Padat Padat
XXII
Warna Kuning feses Kuning feses
Keluhan Tidak ada Tidak ada
d. Eliminasi BAK
Frekuensi ±3 kali/hari ± 4 kali /hari
Warna Kuning urin Kuning urin
Keluhan Tidak ada Tidak ada
e. Istirahat / tidur
1. Tidur
a) Siang
Lama tidur 2 jam/hari ±1 jam
Waktu 13.00 – 15.00 wib 07.00 – 09.00 wib
Keluhan Tidak ada Serig terbangun,
tidak nyenyak.
b) Malam
Lama tidur 5 jam/hari 4 jam/hari
Waktu 01.00 – 06.00 wib 22.00 – 05.00 wib
Keluhan Susah tidur. Tidak nyenyak.
f. Personal higyene
1. Mandi
Frekuensi 2x/hari 1x/hari (diseka)
Keluhan Tidak Ada Tidak ada
2. Keramas
Frekuensi 1x/hari Belum pernah
dilakukann selama di
rawat di RS
Keluhan Tidak ada Gatel, rambut lepek
3. Gosok gigi
Frekuensi 2x/hari Belum pernah
dilakukann selama di
rawat di RS.
Keluhan Tidak ada Tidak nyaman.
XXIII
4. Gunting Kuku
Frekuensi 1x/minggu Belum pernah
Keliuhan Tidak ada Tidak ada
e. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum : klien tampak meringis, pucat, dan lemah
2) Tingkat kesadaran (Composmentis)
GCS :
E = 4
M= 6
V = 5
3) Pemeriksaan Antropometri
TB =163 cm
BB =55 kg
IMT = 20,7 kg
4) Tanda – tanda Vital
TD : 100/80 mmHg
N: 60x/m
R: 22x/m
S: 35,80C
5) Kepala
Inspeksi
bentuk kepala simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan gizi,rambut berwarna hitam,tidak terdapat
alopecia distribusinya merata.
Palpasi
ada penonjolan, rambut tidak lebat dan kuat. Tidak terdapat nyeri
tekan.
XXIV
6) Mata
Inspeksi
simetris mata kiri dan kanan, alis dan kelopak mata simetris, simetris
bola mata kika, warna konjungtiva anemis, dan sclera berwarna
merah, tidak menggunakan kaca mata, terdapat mata panda. Mata
tampak sayu, rangsangan terhadap cahaya +/+. Fungsi penglihatan
klien baik terbukti dapat membaca papan nama perawat dari jarak ±
60 cm
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
7) Telinga
Inspeksi
bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak
menggunakan alat bantu dengar. Fungsi pendengaran baik terbukti
dengan cara merespon saat di panggil namanya.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
8) Hidung
Inspeksi
simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi,
tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi. Fungsi
penciuman baik terbukti bisa membedakan bau minyak wangi dan
kopi
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
9) Mulut
Inspeksi
XXV
mukosa bibir kering dan bibir pucat, tidak ada lesi dan stomatitis, gigi
lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi,
tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink,
langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
10) Leher
Inspeksi
warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris,
tidak ada pembesaran kelenjer getah bening.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
11) Dada
Inspeksi
simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan, warna kulit sama dengan warna pucat/ sianosis, tidak
ikterik/sianosis, terdapat edema.
Palpasi
integritas kulit baik, nyeri tekan pada daerah jantung. tanda-tanda
peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah
kanan lebih teraba jelas.
Perkusi
Suara pekak terjadi pembengkakan jantung
Auskultasi
bunyi nafas ronchi
12) Abdomen
Inpeksi
simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik ,
gerakan dinding perut sama disetiap kuandran
Perkusi
XXVI
timpani,
Auskultasi
tidak melakukan pengkajian.
Palpasi
tidak teraba penonjolan tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa
dan penumpukan cairan
13) Reproduksi
Tidak melakukan pengkajian.
14) Ekstremitas
Atas
Inspeksi
simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh,
terpasang infus RL 20 tetes/m di sebelah kanan.
Palpasi
Turgor kulit kembali dalam 3 detik (normal), kelembaban kulit baik,
ada lesi, tidak oedem
kekuatan otot:
5 5
Bawah
Inspeksi
simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot.
Palpasi
Turgor kulit kembali dalam 3 detik kelembaban kulit baik, ada lesi,
terdapat oedem (+) kika.
Kekuatan otot:
XXVII
5 5
f. Data Psikologis
1) Status emosi
Status emosi klien stabil terukti klen tidak mudah tersinggung dan
tidak mudah marah.
2) Kecemasan
Klien mengatakan saat ini tidak merasa cemas. Klien megetahui
bahwa penyakit ini bias disembuhkan dengan menjaga pola makan
dan gaya hidup sehingga klien berharap sembuh total.
3) Pola Koping
Bila terjadi permasalahan maka akan dirundingkan dengan
keluarganya.
4) Gaya komunikasi
Klien sangat kooperatif.
5) Konsep diri
a) Gambaran Diri
Klien tidak merasa malu terhadap tubuhnya sekarang walaupun
tubuh bagian kiri mengalami kelemahan.
b) Peran Diri
Klien menyadari perannya sebagai ayah dari anak-anaknya, dan
selalu memberikan kasih saying kepada keluarganya, klien
merasakan perannya sedikit berkurang karena sakit. Namun,
keluarga tidak mempersalahkannya. Sehingga, kiln merasa masih
diterima ditengah keluarganya.
c) Ideal Diri
Klien menyadari idealnya diri sendiri harus mampu beperan
sebagai ayah. Karena sakit klien tidak mampu mencapai ideal
XXVIII
dirinya. Namun hal itu tidak menjadi masalah bagi klien karena
keluarga mau menerima keadaan klien seperti sekarang.
d) Harga Diri
Walaupun klien tidak bias mencapai ideal dirinya, namun klien
tidak merasa rendah hati karena keluarga mau menerima keadaan
klien seperti sekarang dan selalu memberi dukungan moral.
e) Identitas Diri
Klien mudah menydari bahw klien masih seorang laki-laki.
g. Data Pengetahuan
Klien dan keluarga menanyakan cara untuk melatih gerak di rumah dan
menanyakan diit makanan.
h. Data Sosial
Social klien terlihat baik, terbukti selalu ada saja tetangga atau saudara
yang menjenguk klien setiap harinya.
i. Data Spiritual
Menurut pengskusn klien hal yang menjadi dorongan dalam menjalani/
menghadapi penyakitnya adalah:
1. Agama
Klien dan keluarga berkeyakinan bahwa penyakit klien adalah cobaan
dari allah swt. Sehingga klien sadar berdoa agar diberikan
kesembuhan. Dan klien selalu menjalankan ibadah shalat walaupun di
tempat tidur.
2. Keluarga
Keluara yang selalu memberikan dukungan dan dan mau menerima
klien lebih awal apa adanya. Hal itu menjadikan semangat klien
dalam menghadapi penyakitnya.
XXIX
j. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2. ABETES
Gula Darah Sewaktu Sampai 160
93
24-10- 1. FAAL GINJAL
2021 Ureum 15,0-43,2 mg/dl
31,8 Pria : 0,731,36 mg/dl
Kreatinin
0,91
2. ELEKTROLIT
Natrium 138 135-145 mmol/L
Kalium 4,0 3,5-5,5 mmol/L
Chloride 109 96-106 mmol/L
24-10- KLINIK RUTIN
2021 Urine Rutin Kuning jernih
Warna Kuning jernih 1.005-1.030
BJ 1.010 4,8-8,0
PH 6,5 Negatif
Protein Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif s/d Positif 1
Urobilin Negatif Negatif
Bilirubin Negatif
Sedimen 0-2/lpb
Leukosit 1-3/lpb -/lpb
Eritrosit 0-1/lpb -
XXXI
Kristal - -
Silinder - +
Sel epitel +
XXXII
Sucralfat 3x1 cth mengatasi tukak
lambung, ulkus
duodenum, atau
gastritis kronis.
Pantoprozole 40 mg meredakan
keluhan dan
gejala akibat
peningkatan asam
lambung, seperti
nyeri perut, panas
di dada
(heartburn), atau
sulit menelan.
Furosemide 1x40 untuk mengatasi
edema
(penumpukan
cairan di dalam
tubuh) atau
hipertensi
(tekanan darah
tinggi).
Bisoprolol 1x1,25 memperlambat
detak jantung dan
tekanan otot
jantung saat
berkontraksi,
sehingga beban
jantung dalam
memompa darah
ke seluruh tubuh
dapat berkurang.
XXXIII
2. Analisa Dat
No. Data senjang Kemungkinan Masalah
dampak dan penyebab
1 DS : Arteri koroner Gangguan
- Klien mengeluh rasa nyeri.
nyeri di dada.
- Klien mengatakan
nyeri seperti Pasokan darah tidak
ditusuk jarum. memadai ke otot
DO : - Klien tampak jantung
Meringis
- Klien tampak lesu.
- Klien tampak pucat Penurunan perfusi
- Skala nyeri 5 (0-10) jaringan
- TTV : kardiopulmoner
TD : 100/80 mmHg
N: 60x/m
R: 22x/m Hipoksia
S: 35,80C
Hipoksemia miokard
MK : nyeri
XXXIV
2 DS : Kegagalan ventrikel kiri Pola nafas
Klien mengatakan sesak nafas tidak efektif.
DO :
- Terdapat ronchi Tekanan atrium kiri
- R : 22x/m
- Terdapat oedem (+)
pada akstriminitas Hipertensi pulmonal
bawah kika
- Radiologi tanggal
23-10-2021 dengan
hasil : Edema paru
Cardiomegali
dengan awal
bandungan paru sesak
B. Diagnosa Keperawatan
XXXV
XXXVI
C. PERENCANAAN
38
D. PELAKSANAAN
Tanggal & jam Tindakan DP ke Paraf
39
nyeri. 1
- Menanyakan apakah klien merasa sesak
Respon : klien tidak mengatakan sesak
- Melakukan observasi TTV
Hasil :
TD : 130/90mmHg
N : 57x/m
R : 19x/m
S : 360C
40
Tanggal & jam No. DP SOAPIER Paraf
28-10-2021 1 S:
05.00 Klien tidak mengeluh nyeri
O:
- Klien tampak segar
- Skala nyeri 2 (0-10)
- TTV :
TD : 130/90mmHg
N : 57x/m
R : 19x/m
S : 360C
A:
Masalah teratasi.
P : Hentikan Intervensi.
28-10-2021 2 S:
05.00 Klien sudah tidak mengatakan sesak.
O:
- Klien tampak segar
- R: 19x/m
A:
Masalah teratasi.
P : Hentikan Intervensi.
41
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
42
Setelah melakukan tindakan keperawatan pada Tn.A dengan Dilated
cardiomyopathy, di dapatkan kesimpulan bahwa dalam pengkajian telah
dilakukan tindakan yang meliputi data subjektif dan objektif. Dari pengkajian
tersebut diambil suatu diagnose. Setelah melakukan pengkajian pada Tn.A
didapatkan diagnose bahwa Tn.A dengan Dilated Cardiomyopathy, dengan
masalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diverticula.
43
diharapkan hasil laporan ini dapat digunakan sebagai referensi institusi
pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan
datang.
d). Bagi pasien dan keluarga
diharapkan laporan ini dapat menambah informasi tentang gambaran
umum penyakit dilated cardiomyopathy sehingga dapat menumbuhkan
kesadaran untuk meningkatkan kesehatannya serta melakukan perawatan
yang tepat bagi keluarga.
LEMBAR BIMBINGAN
44
1 Selasa 12-10-2021 Membahas pemeriksaan fisik dan
analisa data.
2 Selasa 19-10-2021 Mencari kasus baru.
3 Selasa 16-11-2021 Membahas pendahuluan, pengkajian,
dan analisa data.
4 Rabu 17-11-2021 ACC siding.
5
DAFTAR PUSTAKA
45
RIWAYAT HIDUP
46
Nama : Dhea Nurafida Hermawati
NIS : 192010069
Email : dheahrmwtii@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Hikmatul Insan.
2. SDN 2 Jatihandap.
3. SMPN 1 Limbangan.
4. SMK Bhakti Kencana Bandung.
47