Literature Review: Tugas Akhir
Literature Review: Tugas Akhir
LITERATURE REVIEW
Oleh:
Hanifa Eka Oktavia
NIM. 173210052
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini asli dengan Judul “Parenting Style
Dalam Mengantisipasi Depresi pada Remaja”. Adapun Karya Tulis Ilmiah ini
bukan milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumber. Demikian surat pernyataan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik.
Mengetahui,
Ketua Program Studi
S1 Ilmu Keperawatan
Ditetapkan di : JOMBANG
Pada Tanggal : JULI 2021
RIWAYAT HIDUP
Kesuksesan dapat dicapai dengan usaha dan do’a serta dukungan dari orang
terdekat, jangan mudah menyerah dalam menggapai.
Penulis
I will prove my self strong when theythink I am sick. I will prove myself brave
when they think I am weak
E. Lockhart
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya munajahkan kehadirat Allah SWT, berkat dari rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan judul “PARENTING STYLE DALAM MENGANTISIPASI
DEPRESI PADA REMAJA”.
Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dengan ini
perkenankanlah saya untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
dengan kerendahan hati kepada yang terhormat Bapak H. Imam Fathoni,
S.KM.,MM selaku ketua STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, Ibu Inayatur
Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi S1 Keperawatan, Ibu
Harnanik Nawangsari, SST.Bd.,M.Keb selaku penguji utama, Bapak Leo
Yosdimyati Romli, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 1, Ibu Ifa
Nofalia, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan,dukungan, motivasi kepada penulis serta telah meluangkan waktu,
pikiran dan tenaganya hingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari kata
sempurna, tetapi penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya. Amiin Yaa Rabbal ‘alamiin.
Penulis
ABSTRAK
COVER....................................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN ASLI.............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
PRPOSAL LITERATURE REVIEW.................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian..........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Konsep remaja..............................................................................................3
2.1.1 Pengertian................................................................................................3
2.1.2 Perkembangan remaja.............................................................................3
2.1.3 Ciri-ciri remaja........................................................................................3
2.1.4 Rentang usia remaja................................................................................5
2.1.5 Permasalahan remaja...............................................................................6
2.1.6 Perkembangan psikologis pada masa awal remaja..................................8
2.2 Konsep depresi............................................................................................11
2.2.1 Pengertian depresi.................................................................................11
2.2.2 Macam-macam depresi..........................................................................11
2.2.3 Penyebab depresi...................................................................................12
2.2.4 Gejala depresi........................................................................................16
2.2.5 Pengukuran depresi...............................................................................17
2.2.6 Teori depresi..........................................................................................18
2.2.7 Teori kognitif.........................................................................................19
2.3 Parenting style.............................................................................................21
2.3.1 Pengertian.............................................................................................21
2.3.2 Jenis pola asuh.......................................................................................21
2.3.3 Gaya pengasuhan anak..........................................................................24
2.3.4 Syarat pola asuh efektif.........................................................................26
2.3.5 Faktor yang mempengaruhi pola asuh anak..........................................28
BAB 3 METODE..................................................................................................30
3.1 Strategi pencarian literature......................................................................30
3.1.1 Pencarian literature................................................................................30
3.2 Kriteria inklusi dan ekslusi........................................................................31
3.3 Seleksi studi dan penilaian kualitas..........................................................31
3.3.1 Daftar artikel hasil perncarian...............................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
DAFTAR TABEL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
berlebihan secara konsisten dapat menyebabkan depresi pada remaja (Singh &
Manjula, 2018). Parenting style yang penuh dengan konflik terhadap sikap yang
tidak mau tau dengan anak, mengakibatkan remaja berkeinginan untuk bebas
tetapi karena adanya tekanan dari orang tua sehingga berakhir depresi (Arsyam,
keadaan emosi atau suasana hati yang rentan, yang ditandai dengan perasaan
pada remaja sebanyak 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi) dan
hampir separuhnya berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Hasil
dari Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa gangguan depresi sudah mulai terjadi
sejak rentang usia remaja 15-24 tahun, dengan prevalensi 6,2% (Kementerian
pengasuhan yang ketat (otoritatif, otoriter) daripada anak laki-laki untuk ibu dan
ayah, dilaporkan oleh 16,0% anak perempuan dan 11,4% anak laki-laki (Hock et
al., 2018).
(Loechner et al., 2020). Remaja yang menerima parenting style yang salah dapat
bersamaan juga bersikap sportif dan mengasuh (Fitri, 2017). Tindakan yang harus
parenting style positif yang berupa bimbingan, dukungan dan motivasi dari
orang–orang terdekat terlebih dari orang tua sendiri (Tujuwale et al., 2016).
Program konseling dapat dirancang oleh orang tua dalam seminggu sekali untuk
remaja, tujuan mendidik dan mencerahkan orang tua tentang cara parenting style
yang tepat dapat berimplikasi pada kesejahteraan psikologis anak (Alika et al.,
2016).
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa, ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan
yaitu mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita dalam transisi ke masa
dewasa bervariasi dari satu budaya ke kebudayaan lain (Ahyani & Astuti, 2018).
Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak – anak dan
masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan
Masa remaja terjadi perubahan yang cepat, disebut dengan masa puber
yang memiliki ciri-ciri masa remaja yaitu perubahan emosional secara cepat,
perubahan yang cepat secara fisik, terjadi perubahan dalam keterkaitan terhadap
1. Perkembangan fisik
pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan
bahwa wanita lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian
4
5
utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan estrogen
pada wanita.
2. Perkembangan kognitif
semakin abstrak, logis, dan idealistis, lebih mampu menguji pemikiran diri
3. Perkembangan seksual
4. Perkembangan emosional
fisik, mental, sosial dan emosional. Umumnya, masa ini berlangsung sekitar
umur 13-18 tahun, yaitu masa anak duduk di bangku sekolah menegah. Masa
ini biasanya di rasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun
24
bagi keluarga, atau lingkungan. Berada pada masa peralihan antara masa
anak-anak dan masa dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat
dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada
dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-
Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil,
masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan
dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofi dan etis. Bermula dari
perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia
ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa Percaya diri pada remaja
tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal
dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan
Seiring terjadinya perubahan fisik individu pada masa remaja awal, maka
antaranya:
yang konkrit. Jika dihadapkan pada suatu masalah secara verbal ataupun
24
abstrak, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka dia belum mampu
yang kompleks.
lain (empati) mulai berkembang pada usia remaja awal. Bentuk emosi yang
sering tampak pada masa remaja awal, antara lain adalah marah, malu, takut,
cemas (anxiety), cemburu (jealoucy), iri hati (envy), sedih, gembira, kasih-
merupakan wujud dari minat yang berkaitan dengan pandangan masa depan.
4. Perkembangan moral
lain. Kriteria perilaku baik dan buruk berorientasi pada persetujuan orang lain
5. Perkembangan sosial
mengidolakan pemain sepak bola, mereka akan meniru gaya rambut mereka,
perilaku, bahkan memakai pakaian tim yang dikenakan (Ahyani & Astuti,
2018).
bersalah atau tidak mampu, tidur atau nafsu makan terganggu, dan konsentrasi
kesehatan mental seperti penyakit independen dan merupakan faktor terkait utama
dalam masalah lain seperti bunuh diri, penyalahgunaan zat dan penyebab umum
paling umum yaitu depresi pada orang yang memiliki maupun tidak memiliki
sedang, atau berat. Seseorang dengan episode depresi ringan akan mengalami
sosial, pekerjaan, rumah tangga, kecuali pada tingkat yang sangat terbatas.
2. Gangguan afektif bipolar terdiri beberapa episode manik dan depresi yang
(Yasamy, 2017).
penyakit lain, penyebab depresi sesungguhnya tidak dapat diketahui secara pasti.
halnya dengan gangguan lain, ada penyebab biogenetis dan sosial lingkungan
yang diajukan.
24
1. Faktor fisik
a. Faktor genetik
umumnya. Bisa terjadinya depresi disebabkan oleh gen, tidak ada seorang
peneliti yang mengetahui secara pasti, bagaimana gen bekerja. Tidak ada
bukti bahwa ada penyakit depresi disebabkan oleh faktor keturunan. Jika
tingkat mood tinggi dan mood rendah atau gangguan bipolar. Tidak semua
orang bisa terkena depresi, jika ada keluarga yang menderita depresi maka
detik. Ketika neotransmitter berada pada tingkat yang normal, otak bekerja
adalah baik.
c. Faktor usia
remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini terjadi
remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa
d. Gender
pada pria, bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja
karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi dari pada pria dan
e. Gaya hidup
digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak
olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa
depresi berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien
f. Penyakit fisik
menyebabkan depresi.
g. Obat-obatan terlarang
ketergantungan.
2. Faktor psikologis
a. Kepribadian
mempunyai konsep diri serta pola piker yang negative, pesimis, juga tipe
kepribadian introvert.
b. Pola pikir
rentan terkena depresi. Kebanyakan dari kita cara optimis dalam berfikir
24
mereka.
c. Harga diri
berguna atau berarti bagi orang lain meskipun dirinya memiliki kelemahan
baik secara fisik maupun mental. Menurut penelitian, rendahnya harga diri
d. Stress
rumah, atau stress berat yang lain dianggap dapat menyebabkan depresi.
Reaksi terhadap stress sering kali ditangguhkan dan depresi dapat terjadi
sesorang lebih mudah terserang depresi, tetapi di satu sisi mungkin saja
darigejala di bawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu dua minggu yang
samadan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya, paling tidak
satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan atau hilangnya minat atau
medis umum atau mood delusi atau halusinasi yang tidak kongruen).
berat badan (seperti perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan),
atau berkurangnya atau bertambahnya nafsu makan hampir setiap hari (pada
berat badan).
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh rang
lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang kegelisahan atau rasa terhambat).
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai
setiap hari (baik atas pertimbangan subjektif atau pengamatan dari orang lain)
9. Pikiran tentang kematian yang berulang (tidak hanya takut akan kematian),
atau usaha bunuh diri atau adanya suatu rencana spesifik untuk bunuh diri
(Yusnita, 2017).
depresi melalui simtom-simtomnya. Salah satu alat ukur yang umum dikenal
yang digunakan dalam skala CES-D diidentifikasi dari literatur klinis dan studi
faktor analisi. CES-D terdiri dari 20 pernyataan dan disusun berdasarkan 4 faktor:
suasana hati yang dirasakan negatif seperti perasaan sedih (blues), tertekan
positif bagi individu dan memiliki harapan yang merupakan kebalikan dari
perasaan negatif.
24
berkaitan dengan perilaku orang lain seperti tidak bersahabat dan merasa
Ada beberapa teori tentang depresi, yaitu: teori psikoanalisis, teori perilaku
atau behavioral, teori biologi, teori stress, teori kognitif, dan teori humanistis-
teori ini berhubungan dengan konsep diri yang mempengaruhi depresi, karena
salah satu dari komponen terbentuknya konsep diri adalah komponen kognitif.
Teori kognitif ini berdasarkan dari teorinya Aaron Beck yaitu BDI (Beck
dalam depresi dapat dipandang sebagai pengaktifan tiga pola kognitif utama ini.
simtom lain dari depresi merupakan konsekuensi aktifnya pola-pola kognitif tadi.
mencapai tujuan.
depan. Para klien yang depresi umumnya menampilkan keterpakuan pada ide-
perpanjangan dari pandangan dari keadaan saat ini. Bila individu yang depresi
24
oleh kognitif yang terdistorsi. Pola piker individu dalam memandang diri,
ditolak oleh lingkungan, dan merasa dirinya tidak berguna, hal itu dapat
2.3.1 Pengertian
Gaya pengasuhan merupakan pola atau tata cara sikap dan perilaku orang
Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang memaksakan anak
untuk selalu memenuhi harapan dan keinginan orang tua. Dan orang tua
tersebut dan akan memberi hukuman atau ancaman apabila sang anak
anak tidak tidur siang, maka orangtua akan marah dan tidak memberikan
uang jajan.
Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter cenderung pada orang
yang digunakan bersifat satu arah. Artinya orang tua tidak memperdulikan
pendapat anak dan tidak memperlukan feed back dari anaknya untuk mengerti
anak, namun orang tua juga masih tetap mengendalikan dan mengontrol anak.
Orang tua tipe ini juga bersikap hangat, memposisikan diri seperti teman
untuk sang anak, realistis terhadap kemampuan anak, menerima apa adanya
anak dan tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak
serta memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan.
saja.
kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Pola asuh
anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh
mereka.
Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol
oleh orang tua. Pola asuh permisif memandang anak sebagai seorang pribadi
dan mendorong mereka untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk
mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini anak
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku
penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi
pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada
1. Otoriter (authoritarian)
Gaya pengasuhan anak model ini menerapkan aturan: orang tua selalu
benar. Seorang anak harus selalu mematuhi apa pun yang dikatakan dan
disarankan oleh orang tuanya, Semua urusan anak diatur oleh orang tua.
Tujuan gaya pengasuhan ini sebenarnya baik yaitu agar anak teratur dalam
Namun, gaya pengasuhan ini akan menyebabkan anak depresi serta kurang
bisa bergaul dengan lingkungannya karena sikap orang tua yang terlalu
bahkan melakukan bunuh diri. Akibat jangka panjang dari gaya pengasuhan
otoriter ini akan menyebabkan hubungan yang kurang hangat antara anak dan
orang tua. Tanpa sadar orang tua tengah membangun tembok batin dengan
anaknya.
2. Liberal
Gaya ini kebalikan dari gaya otoriter. Orang tua memberikan kebebasan
liberal khawatir jika terlalu ketat mengatur, anak terkekang, dan kurang bisa
Namun, tidak adanya kontrol dari orang tua akan menjadikan anak sosok
yang semau gue, enggan berbagi dan selalu ingin memang sendiri. Secerdas
orang tua. Anak akan sulit mandiri dan tergantung pada orang lain. Ini
3. Egaliter (authoritative)
harus dipatuhi oleh anak, tapi anak juga memiliki kesempatan untuk
disepakati bersama. Ruang diskusi tercipta antara anak dan orang tua.
24
anak. Anak-anak yang diasuh dengan cara ini akan memiliki harga diri yang
akademis, anak-anak dalam pola asuh egaliter mempunyai prestasi yang baik
Pada gaya pengasuhan anak ini, orang tua cenderung cuek, tidak begitu
anaknya. Segala sesuatu dipercayakan kepada orang lain begitu saja tanpa
kendali darinya.
Contoh pola asuh ini adalah orang tua yang mementingkan karier, tanpa
peduli dengan perkembangan anak. Secara ekonomi, bisa saja kebutuhan anak
terpenuhi, namun anak sangat kurang kasih sayang dan perhatian orang tua.
memiliki harga diri serta kepercayaan diri yang rendah. Rasa hormat dan
tanggung jawab anak rendah, prestasi akademik tidak bisa dibanggakan, dan
Ketika menentukan tujuan liburan, kegiatan akhir tahun, orang tua bisa
untuk hal-hal yang bersifat pengembangan kreativitas, orang tua dapat lebih
gaya pengasuhan anak dalam keluarga yang tepat untuk anaknya pada kondisi
Pola asuh keluarga yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi
yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Berikut hal-hal yang
perkembangan anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita
tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya,kemampuan
berfikir balita masih sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag
Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak yang berbeda.
Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat
terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang
anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka
Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini,
Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua
5. Komunikasi efektif
6. Disiplin
Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal
anak juga perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur
Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak
boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam
keadaan sehat boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap
sesuatu, sebaliknya orang tua juga harus konsisten, jangan sampai lain kata
1. Budaya
merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik,
maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh
mereka.
BAB 3
METODE
1. Database
yang diperoleh dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti-
2. Jumlah artikel
Jumlah artikel ditemukan 7.102 yang sesuai dengan kata kunci. Artikel
duplikasi dan artikel yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan
internasional.
3. Kata kunci
“Adolescent”.
24
30
24
4.1 Hasil
No Kategori F %
A Tahun Publikasi
1. 2017 1 10
2. 2018 4 40
3. 2019 1 10
4. 2020 4 40
Jumlah 10 100
B Desain Penelitian
1. Longitudinal 3 30
2. Deskriptif 2 20
3. Kuantitatif 3 30
4. Cross-sectional 2 20
Jumlah 10 100
C Sampling Penelitian
1. Purposive sampling 3 30
2. Stratified random sampling 5 50
3. Simple random sampling 1 10
4. Cluster sampling 1 10
Jumlah 10 100
D Instrument Penelitian
1. Wawancara dan kuesioner 1 10
2. Lembar observasi dan kuesioner 1 10
3. Keusioner 5 50
4. Lembar observasi 1 10
5. Wawancara 2 20
Jumlah 10 100
E Analisis Statistic Penelitian
1. Regresi linier berganda 1 10
2. Kolerasi 4 40
3. Pearson product moment 1 10
4. Skala likert 2 20
5. Mann-whitney U 1 10
6. Uji T, uji rank-sum Wilcoxon 1 10
Jumlah 10 100
35
24
pada tahun 2018 dan 2020 sebanyak 4 artikel dengan presentase 40%, dan hampir
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil literature review sebagian besar parenting style yang berlebih dan
pada siswa remaja dengan peningkatan gejala depresi anak perempuan pada masa
tindak lanjut sekolah selama 3 tahun (Singh & Manjula, 2018), (Prativa & Deeba,
2019), (Loechner et al., 2020), (Hou et al., 2020), (Adubale, 2017), (Hock et al., 2018).
dan menegakkan aturan tanpa bernegosiasi dengan anak, orang tua yang
menggunakan gaya ini cenderung memiliki kontrol yang kuat terhadap perilaku,
parenting style orang tua terlalu authoritarian, akan berdampak pada anak tidak
akan bisa merasa bebas dalam melakukan sebuah kegiatan, seperti bergaul dengan
teman sebayanya, sehingga hal ini berdampak pada hubungan positif dengan
orang lain yang tidak berkembang (Mubarok, 2020). Parenting style authoritarian
depresi karena anak tidak di beri kesempatan untuk berpendapat dan orang tua
memberikan aturan yang harus dilaksankan, jika melanggar aturan maka anak
berdampak pada perkembangan psikologis para remaja dan masa depan mereka seperti
kesehatan, kesejahteraan mental, prestasi akademik, harga diri, dan pengambilan risiko
perilaku. Parenting style authotitative memiliki nilai yang tinggi pada penerimaan
bersama dan disepakati oleh orang tua dengan anak melalui cara ini akan memiliki
harga diri yang tinggi, kepercayaan diri, dan keterampilan sosial yang memadai
yang ramah, percaya diri yang tinggi, mempunyai harga diri, memiliki visi, cita-
cita dan berprestasi (Mubarok, 2020). Parenting style authoritative juga dapat
mendorong komunikasi orang tua dan anak, kehangatan orang tua dan
kemandirian pada anak dapat menurunkan depresi pada anak dan meningkatkan
stabilitas emosi dan proses fungsi intelektual anak lebih baik (Adubale, 2017).
memberikan rasa kepercayaan dan harga diri tinggi pada anak dalam mangambil
sendiri yang sibuk bekerja dapat mempengaruhi gejala depresi melalui kerentanan
kognitif mengalami kesulitan dalam hubungan orang tua dengan anak yang
24
Berdasarkan teori parenting style neglect orang tua cenderung cuek, tidak
begitu peduli dengan pengasuhan anaknya. Orang tua seolah tidak mempunyai
waktu untuk mendidik anak atau sekadar memperhatikan hal-hal sepele anaknya
dan segala sesuatu dipercayakan pada orang lain tanpa diperhatikan. Anak-anak
yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan neglect cenderung memiliki harga diri
serta kepercayaan diri yang rendah, rasa hormat dan tanggung jawab anak rendah,
prestasi akademik tidak bisa dibanggakan, dan memiliki perilaku buruk (Hapsari,
2017).
dapat mengakibatkan perilaku dan rasa hormat yang rendah tanpa ada pengawasan
dan perhatian dari orang tua sehingga anak tidak merasakan kasih saying dan
depresi tinggi merupakan gaya pangasuhan orang tua yang memberi kebebasan terhadap
anak. Gaya asuh ibu yang menyebabkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari
pada gaya asuh ayah tidak berpengaruh signifikan terhadap kecemasan remaja
seluas-luasnya. Keinginan anak selalu dipenuhi oleh orang tua karena anggapan
anak harus diberikan keleluasaan dan dibiarkan anak belajar dengan melakukan
24
(learning by doing). Orang tua yang liberal khawatir jika terlalu ketat mengatur,
keinginannya. Tidak adanya kontrol dari orang tua akan menjadikan anak sosok
yang semaunya, enggan berbagi dan selalu ingin memang sendiri. Secerdas
apapun seorang anak, masih belum mengenal dunia sehingga perlu bimbingan
orang tua. Anak akan sulit mandiri dan tergantung pada orang lain. Ini muncul
dengan adanya kebebasan dari orang tua anak bertindak semaunya dan memiliki
sifat dan berperilaku buruk terhadap orang lain. Anak akan merasa dirinya yang
selalu benar dan sering melawan orang yang lebih tua darinya.
24
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
dijelaskan oleh peneliti diatas didalam bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan
bahwa dari beberapa jenis parenting style yang dilakukan menunjukkan bahwa
Parenting style neglect sebanyak 2 artikel dengan presentase 20%, Parenting style
authoritative dan Parenting style liberal sebanyak 1 artikel dengan presentase 10%..
Maka sangat dianjurkan untuk diadakan program edukasi orang tua terhadap
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
And Life Events. Child Psychiatry and Human Development, 51(2), 294–
309. https://doi.org/10.1007/s10578-019-00930-4
Monzon, K. L. (2016). An Exploration Of Parenting Styles, Emotion Regulation,
Depression, And Culture’s Role. (Thesis, ETD Archive, 2016), 1–89.
http://engagedscholarship.csuohio.edu/etdarchive
Mubarok, S. (2020). Hubungan Parenting Style Dengan Psychological Well Being
Pada Remaja. Orphanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.
Oppenheimer, C. W., Hankin, B. L., & Young, J. (2018). Effect Of Parenting And
Peer Stressors On Cognitive Vulnerability And Risk for Depression Among
Youth. Journal of Abnormal Child Psychology, 46(3), 597–612.
https://doi.org/10.1007/s10802-017-0315-4
Prativa, S., & Deeba, F. (2019). Relationship Between Parenting Styles And
Depression In Adolescents. Dhaka University Journal of Biological Sciences,
28(1), 49–59. https://doi.org/10.3329/dujbs.v28i1.46492
Rebecka, K., Susanne, O., Kent, N. W., & Cecilia, Å. (2020). The Influence Of
Parenting Styles And Parental Depression On Adolescent Depressive
Symptoms: A Cross-Sectional And Longitudinal Approach. Mental Health
and Prevention, 20, 200193. https://doi.org/10.1016/j.mhp.2020.200193
Sanjeevan, D., & de Zoysa, P. (2018). The Association Of Parenting Style On
Depression, Anxiety And Stress Among Tamil Speaking Adolescents In The
Colombo city. Sri Lanka Journal of Child Health, 47(4), 342–347.
https://doi.org/10.4038/sljch.v47i4.8597
Singh, A., & Manjula, M. (2018). Early Trauma Experiences, Parenting Styles,
And Personality Patterns In Individuals With Depression From India.
International Journal of Culture and Mental Health, 11(2), 146–156.
https://doi.org/10.1080/17542863.2017.1342677
Tujuwale, A., Rottie, J., Wowiling, F., & Kairupan, R. (2016). Hubungan Pola
Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Pada Siswa Kelas X Di Sma
Negeri 1 Amurang. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 4(1), 112413.
Yasamy, M. T. (2017). Depression. December.
Yusnita, H. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Resiko Terjadinya
Depresi Pada Remaja Di SMK Kosgoro 2 Kota Payakumbuh. Auditing,
53(9), 1689–1699.