Anda di halaman 1dari 57

TUGAS AKHIR

LITERATURE REVIEW

PARENTING STYLE DALAM MENGANTISIPASI


DEPRESI PADA REMAJA

HANIFA EKA OKTAVIA


173210052

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
PARENTING STYLE DALAM MENGANTISIPASI DEPRESI PADA REMAJA

TUGAS AKHIR LITERATURE REVIEW

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada


Program Studi S1 Keperawatan Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika jombang

Oleh:
Hanifa Eka Oktavia
NIM. 173210052

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Hanifa Eka Oktavia
NIM : 173210052
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini asli dengan Judul “Parenting Style
Dalam Mengantisipasi Depresi pada Remaja”. Adapun Karya Tulis Ilmiah ini
bukan milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumber. Demikian surat pernyataan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik.

Jombang, Juli 2021


Yang Menyatakan

Hanifa Eka Oktavia


NIM 173210052
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : PARENTING STYLE DALAM MENGANTISIPASI


DEPRESI PADA REMAJA
Nama Mahasiswa : Hanifa Eka Oktavia
NIM : 173210052

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING


PADA TANGGAL JULI 2021

Pembimbing Ketua Pembimbing Anggota

Leo Yosdimyati Romli, S.Kep.,Ns.,M.Kep Ifa Nofalia, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0721119002 NIDN. 0718119004

Mengetahui,
Ketua Program Studi
S1 Ilmu Keperawatan

Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0723048301
TUGAS AKHIR
LITERATURE REVIEW

Karya Tulis Ilmiah ini telah diajukan oleh :


Nama Mahasiswa : Hanifa Eka Oktavia
NIM : 173210052
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul : PARENTING STYLE DALAM MENGANTISIPASI
DEPRESI PADA REMAJA

Telah berhasil dipertahankan dan diuji di hadapan Dewan Penguji


dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Komisi Dewan Penguji

NAMA TANDA TANGAN

Ketua Dewan : Harnanik Nawangsari, SST.Bd.,M.Keb


Penguji NIDN. 0718047203

Penguji I : Leo Yosdimyati R., S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0721119002

Penguji II : Ifa Nofalia, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0718119004

Ditetapkan di : JOMBANG
Pada Tanggal : JULI 2021
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Pekuwon-Bangsal yang terletak di kabupaten


Mojokerto pada tanggal 01 Oktober 1999 dari Bapak Hasan dan Ibu Ekik
Komariyah Ulfa. Pada tahun 2011 penulis lulus dari SDN Pekuwon 1. Penulis
pindah didaerah Mojosari waktu kenaikan kelas 6. Tahun 2014 penulis lulus dari
SMPN 2 Mojoanyar. Tahun 2017 lulus dari SMK BIM PPMU Mojosari. Tahun
2017 penulis lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Penulis memilih program studi S1 Keperawatan dari lima program studi yang ada
di STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Demikian riwayat hidup penulis ditulis dengan sebenar-benarnya.

Jombang, Juli 2021

Hanifa Eka Oktavia


173210052
MOTTO

Kesuksesan dapat dicapai dengan usaha dan do’a serta dukungan dari orang
terdekat, jangan mudah menyerah dalam menggapai.
Penulis

I will prove my self strong when theythink I am sick. I will prove myself brave
when they think I am weak
E. Lockhart
PERSEMBAHAN

Persembahan yang utama dan paling utama, penulis ucapkan syukur


Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta
hidayahnya serta memberi kemudahan dan mengabulkan do’a penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis persembahkan karya yang sederhana
ini kepada orang-orang yang penulis sayangi dan cintai, yaitu:
1. Kepada Bapak Leo Yosdimyati Romli, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Ibu Ifa
Nofalia, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang senantiasa membimbing dalam penyusunan
skripsi saya dan terimakasih untuk motivasinya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk Bapak Leo Yosdimyati Romli,
S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Ibu Ifa Nofalia, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
2. Kepada Ayah dan Ibu yang senantiasa sabar dan ikhlas untuk mendo’akan
dan membimbing dengan kasih sayang, semangat, motivasi serta dukungan
yang menjadi kekuatan dalam hidup, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kesehatan lahir dan batin untuk kedua orang tuaku tersayang.
Semoga suatu hari nanti penulis bisa menjadi kebanggan bagi Ayah dan Ibu.
3. Kepada keluarga ibu yang senantiasa mendo’akanku dengan perhatian,
semangat, motivasi serta dukungan yang menjadi kekuatan dalam hidup,
semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan lahir dan batin untuk
keluarga dari ibu tercinta.
4. Kepada sahabat-sahabat ku tercinta yang selalu memberikan support satu
sama lain dan terimakasih sudah menemaniku dalam suka maupun duka di
hari-hariku, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan
kebahagiaan untuk kita semua.
5. Kepada teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan terutama kelas B
terimakasih untuk saling memotivasi dan memberi dukungan satu sama lain
sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan semoga kita
bisa sukses bersama. Aamiin
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya munajahkan kehadirat Allah SWT, berkat dari rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan judul “PARENTING STYLE DALAM MENGANTISIPASI
DEPRESI PADA REMAJA”.
Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dengan ini
perkenankanlah saya untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
dengan kerendahan hati kepada yang terhormat Bapak H. Imam Fathoni,
S.KM.,MM selaku ketua STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, Ibu Inayatur
Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi S1 Keperawatan, Ibu
Harnanik Nawangsari, SST.Bd.,M.Keb selaku penguji utama, Bapak Leo
Yosdimyati Romli, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 1, Ibu Ifa
Nofalia, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan,dukungan, motivasi kepada penulis serta telah meluangkan waktu,
pikiran dan tenaganya hingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari kata
sempurna, tetapi penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya. Amiin Yaa Rabbal ‘alamiin.

Jombang, Juli 2021

Penulis
ABSTRAK

PARENTING STYLE DALAM MENGANTISIPASI


DEPRESI PADA REMAJA
LITERATURE REVIEW

Oleh : Hanifa Eka Oktavia

Parenting style sebagai ciri kurangnya perhatian dan perlindungan yang


berlebihan secara konsisten dapat menyebabkan depresi pada remaja. Sebagian
besar orang tua tidak memiliki pengetahuan dan tidak memperhatikan tentang
Parenting style yang mengakibatkan depresi pada remaja. Tujuan Literature
review adalah mengidentifikasi Parenting style dalam mengantisipasi depresi
pada remaja.
Desain: Literature review. Sumber data: pencarian artikel dilakukan
melalui database Dimensions (2017-2021), Wiley Online Library (2017-2021),
PuBMed (2017-2021), dan Google scholar (2017-2021). Metode: Strategi
pencarian artikel menggunakan framework PICOS. Artikel dipilih berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan.
Hasil literature review dari 10 artikel terpilih dan dikategorikan sesuai
dengan karakteristik. 6 artikel tentang jenis Parenting style authoritarian, 2 artikel
tentang jenis Parenting style neglect, 1 artikel tentang jenis Parenting style
authoritative dan 1 artikel tentang jenis Parenting style liberal.
Kesimpulan dari literature review dengan adanya karakteristik Parenting
style menunjukkan bahwa sebagian besar menggunakan Parenting style
authoritarian menunjukkan bahwa sebagian besar sebanyak 6 artikel dengan
presentase 60%, Sebagian kecil menggunakan Parenting style neglect sebanyak 2
artikel dengan presentase 20%, Parenting style authoritative dan Parenting style
liberal sebanyak 1 artikel dengan presentase 10%.

Kata kunci : Parenting style, depresi, remaja.


ABSTRAC

PARENTING STYLE IN ANTICIPATING DEPRESSION IN ADOLESCENTS


LITERATURE REVIEW

By : Hanifa Eka Oktavia

Parenting style as a characteristic of lack of attention and excessive


protection consistently can cause depression in adolescents. Most parents do not
have knowledge and do not pay attention to parenting style which causes
depression in adolescents. The purpose of the literature review is to identify
parenting styles in anticipating depression in adolescents.
Design: Literature review. Data sources: article searches were conducted
through the Dimensions database (2017-2021), Wiley Online Library (2017-
2021), PuBMed (2017-2021), and Google scholar (2017-2021). Method: The
article search strategy uses the PICOS framework. Articles were selected based
on the inclusion and exclusion criteria set.
The results of a literature review of 10 articles were selected and
categorized according to the characteristics. 6 articles about the type of
authoritarian parenting style, 2 articles about the type of parenting style neglect,
1 article about the type of authoritative parenting style and 1 article about the
type of liberal parenting style.
The conclusion from the literature review with the characteristics of
Parenting style shows that most use authoritarian Parenting style shows that most
of them are 6 articles with a percentage of 60%, A small part uses Parenting style
neglect as many as 2 articles with a percentage of 20%, Parenting authoritative
style and liberal Parenting style as much as 1 article with a percentage of 10%.

Keywords : Parenting style, depression, adolescents


DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN ASLI.............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
PRPOSAL LITERATURE REVIEW.................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian..........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Konsep remaja..............................................................................................3
2.1.1 Pengertian................................................................................................3
2.1.2 Perkembangan remaja.............................................................................3
2.1.3 Ciri-ciri remaja........................................................................................3
2.1.4 Rentang usia remaja................................................................................5
2.1.5 Permasalahan remaja...............................................................................6
2.1.6 Perkembangan psikologis pada masa awal remaja..................................8
2.2 Konsep depresi............................................................................................11
2.2.1 Pengertian depresi.................................................................................11
2.2.2 Macam-macam depresi..........................................................................11
2.2.3 Penyebab depresi...................................................................................12
2.2.4 Gejala depresi........................................................................................16
2.2.5 Pengukuran depresi...............................................................................17
2.2.6 Teori depresi..........................................................................................18
2.2.7 Teori kognitif.........................................................................................19
2.3 Parenting style.............................................................................................21
2.3.1 Pengertian.............................................................................................21
2.3.2 Jenis pola asuh.......................................................................................21
2.3.3 Gaya pengasuhan anak..........................................................................24
2.3.4 Syarat pola asuh efektif.........................................................................26
2.3.5 Faktor yang mempengaruhi pola asuh anak..........................................28
BAB 3 METODE..................................................................................................30
3.1 Strategi pencarian literature......................................................................30
3.1.1 Pencarian literature................................................................................30
3.2 Kriteria inklusi dan ekslusi........................................................................31
3.3 Seleksi studi dan penilaian kualitas..........................................................31
3.3.1 Daftar artikel hasil perncarian...............................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria insklusi dan eksklusi dengan format PICOS 30


Tabel 3.2 Daftar pencarian artikel 34

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Parenting style sebagai ciri kurangnya perhatian dan perlindungan yang

berlebihan secara konsisten dapat menyebabkan depresi pada remaja (Singh &

Manjula, 2018). Parenting style yang penuh dengan konflik terhadap sikap yang

tidak mau tau dengan anak, mengakibatkan remaja berkeinginan untuk bebas

tetapi karena adanya tekanan dari orang tua sehingga berakhir depresi (Arsyam,

2017). Parenting style juga menybabkan tekanan psikologis mengacu pada

keadaan emosi atau suasana hati yang rentan, yang ditandai dengan perasaan

sedih, tegang, cemas, mudah tersinggung (Alika et al., 2016).

Menurut World Health Organization (2017) bahwa jumlah penderita depresi

pada remaja sebanyak 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi) dan

hampir separuhnya berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Hasil

dari Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa gangguan depresi sudah mulai terjadi

sejak rentang usia remaja 15-24 tahun, dengan prevalensi 6,2% (Kementerian

Kesehatan RI, 2019). Anak perempuan lebih cenderung melaporkan gaya

pengasuhan yang ketat (otoritatif, otoriter) daripada anak laki-laki untuk ibu dan

ayah, dilaporkan oleh 16,0% anak perempuan dan 11,4% anak laki-laki (Hock et

al., 2018).

Parenting style orang tua memberikan aturan-aturan, menetapkan tuntutan

dan harapan serta menampilkan kekusaannya di atas anak (Mubarok, 2020).

Penyebab parenting style menurun dengan tidak adanya konsisten dalam


mengasuh, serta menyebabkan situasi yang tidak kondusif dan perasaan bingung

dengan rasa ketidaknyamanan pada anak sehingga menyebabkan depresi

(Loechner et al., 2020). Remaja yang menerima parenting style yang salah dapat

mengakibatkan masalah pada mengembangkan kerentanan kognitif, yang

menyebabkan peningkatan risiko depresi (Oppenheimer et al., 2018).

Orang tua tidak boleh menghukum ataupun menjauhkan diri, melainkan

mereka harus mengembangkan peraturan untuk anak-anak dan pada saat

bersamaan juga bersikap sportif dan mengasuh (Fitri, 2017). Tindakan yang harus

dilakukan untuk menghindarkan remaja agar tidak mengalami depresi, dengan

parenting style positif yang berupa bimbingan, dukungan dan motivasi dari

orang–orang terdekat terlebih dari orang tua sendiri (Tujuwale et al., 2016).

Program konseling dapat dirancang oleh orang tua dalam seminggu sekali untuk

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dukungan pada

remaja, tujuan mendidik dan mencerahkan orang tua tentang cara parenting style

yang tepat dapat berimplikasi pada kesejahteraan psikologis anak (Alika et al.,

2016).

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana parenting style dalam mengantisipasi depresi pada remaja

berdasarkan data empiris 5 tahun terakhir?

1.3 Tujuan

Mengidentifikasi parenting style dalam mengantisipasi depresi pada remaja

berdasarkan data empiris 5 tahun terakhir.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep remaja

2.1.1 Pengertian

Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa, ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan

yaitu mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita dalam transisi ke masa

dewasa bervariasi dari satu budaya ke kebudayaan lain (Ahyani & Astuti, 2018).

Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak – anak dan

masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan

kognitif dan sosial (Devi & Wahyudi, 2018).

2.1.2 Perkembangan remaja

Masa remaja terjadi perubahan yang cepat, disebut dengan masa puber

yang memiliki ciri-ciri masa remaja yaitu perubahan emosional secara cepat,

perubahan yang cepat secara fisik, terjadi perubahan dalam keterkaitan terhadap

sesuatu (Ahyani & Astuti, 2018).

2.1.3 Ciri-ciri remaja

1. Perkembangan fisik

Perubahan bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya

pubertas. Aktivitas kelenjar pituitary mengakibatkan dalam sekresi hormon

yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Dorongan

pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan

bahwa wanita lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian

4
5

kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran

menstruasi dan pada pria ditandai oleh produksi semen. Hormon-hormon

utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan estrogen

pada wanita.

2. Perkembangan kognitif

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka

cakrawala kognitif dan cakrawala sosial yang baru. Pemikiran mereka

semakin abstrak, logis, dan idealistis, lebih mampu menguji pemikiran diri

sendiri. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh stimulus yang di berikan

pada anak tersebut, semakin banyak anak mendapatkan stimulus, semakin

banyak anak belejar hal baru.

3. Perkembangan seksual

Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab

atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit

dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang

benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, hampir 50 persen

remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah

melakukan hubungan seks. Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan

timbulnya penyakit kelamin kian meningkat.

4. Perkembangan emosional

Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan

fisik, mental, sosial dan emosional. Umumnya, masa ini berlangsung sekitar

umur 13-18 tahun, yaitu masa anak duduk di bangku sekolah menegah. Masa

ini biasanya di rasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun
24

bagi keluarga, atau lingkungan. Berada pada masa peralihan antara masa

anak-anak dan masa dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya

maupun bagi lingkunganya. Masa remaja biasanya memiliki energi yang

besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.

2.1.4 Rentang usia remaja.

1. Remaja awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat

dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada

dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-

kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.

Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil,

tidak puas dan merasa kecewa.

2. Remaja pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada

masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan

kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu

dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofi dan etis. Bermula dari

perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia

ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa Percaya diri pada remaja

menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap

tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan

diri sendiri atau jati dirnya.


24

3. Remaja akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal

dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan

keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan

hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola

yang jelas yang baru ditemukannya (Ahyani & Astuti, 2018).

2.1.5 Perkembangan psikologis pada masa awal remaja

Seiring terjadinya perubahan fisik individu pada masa remaja awal, maka

berkembang pula kemampuan psikologisnya ditinjau dari berbagai segi di

antaranya:

1. Perkembangan kemampuan berfikir (kognitif)

Beberapa manusia mengalami sejumlah tahap perkembangan kognitif , yaitu:

a. Periode sensomotorik (0-2 tahun) yang ditandai dengan kemampuan

melakukan gerakan-gerakan refleks seperti menghisap, meraih,

menggenggam, menggoyang-goyangkan badan, gerakan seperti memukul

dan menendang sesuatu merupakan tahap pertama yang akan membawa

anak ke arah penguasaan pengetahuan mengenai dunia luar.

b. Periode praoperasional (2-7 tahun) yang ditandai dengan penguasaan

bahasa yang sistematis, permainan simbolis (mampu bermain pura-pura

misalnya korek api dibayangkan sebagai mobil), imitasi tingkah laku

maupun bayangan dalam mental.

c. Periode operasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai dengan

kemampuan melakukan aktifitas logis tertentu, tetapi hanya dalam situasi

yang konkrit. Jika dihadapkan pada suatu masalah secara verbal ataupun
24

abstrak, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka dia belum mampu

menyelesaikannya dengan baik.

d. Periode operasional formal (mulai umur 11 tahun) yang ditandai dengan

kemampuan berpikir secara sistematis dan mencakup pemikiran logika

yang kompleks.

2. Perkembangan sikap dan emosi remaja awal

Sikap diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki

seseorang dalam memberikan reaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain,

benda, situasi maupun kondisi di sekitarnya. Sementara perasaan meliputi

rasa senang-tidak senang, benci-sayang, suka-tidak suka yang relatif cepat

berubah. Timbulnya sikap dan emosi individu merupakan produk pengamatan

dan pengalaman dari lingkungannya. Simpati dan merasakan perasaan orang

lain (empati) mulai berkembang pada usia remaja awal. Bentuk emosi yang

sering tampak pada masa remaja awal, antara lain adalah marah, malu, takut,

cemas (anxiety), cemburu (jealoucy), iri hati (envy), sedih, gembira, kasih-

sayang dan ingin tahu.

3. Perkembangan minat dan cita-cita remaja awal

Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari campuran

perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain

yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Cita-cita

merupakan wujud dari minat yang berkaitan dengan pandangan masa depan.

4. Perkembangan moral

Menjelang usia 13 tahun, yakni masa remaja awal, setiap tindakan

dinilai dalam pengertian mempertahankan kesan baik dalam pandangan orang


24

lain. Kriteria perilaku baik dan buruk berorientasi pada persetujuan orang lain

atas perilaku yang mereka lakukan.

5. Perkembangan sosial

Remaja awal seringkali menolak nilai-nilai identitas yang disarankan

oleh orangtua maupun pengaruh dari kelompok sebayanya, sehingga

memunculkan kebingungan atau kekacauan identitas. Dalam hal pencarian

identitas, para remaja awal cenderung menggunakan cara modelling terhadap

orang-orang yang mereka idolakan. Misalnya, bagi remaja pria yang

mengidolakan pemain sepak bola, mereka akan meniru gaya rambut mereka,

perilaku, bahkan memakai pakaian tim yang dikenakan (Ahyani & Astuti,

2018).

2.2 Konsep depresi

2.2.1 Pengertian depresi

Depresi adalah gangguan mental umum beberapa suasana hati yang

tertekan, kehilangan minat maupun kesenangan, penurunan energi, perasaan

bersalah atau tidak mampu, tidur atau nafsu makan terganggu, dan konsentrasi

yang buruk. (Yasamy, 2017).

Depresi adalah masalah utama yang dihadapi oleh para profesional

kesehatan mental seperti penyakit independen dan merupakan faktor terkait utama

dalam masalah lain seperti bunuh diri, penyalahgunaan zat dan penyebab umum

kegagalan sekolah dan putus sekolah (Prativa & Deeba, 2019).


24

2.2.2 Macam-macam depresi

Ada beberapa variasi depresi yang dapat diderita seseorang, perbedaan

paling umum yaitu depresi pada orang yang memiliki maupun tidak memiliki

riwayat episode manik.

1. Episode depresi melibatkan gejala seperti suasana hati depresi, kehilangan

minat dan kenikmatan, meningkatnya kelelahan. Bergantung pada jumlah

serta tingkat keparahan gejala, episode depresi dikategorikan sebagai ringan,

sedang, atau berat. Seseorang dengan episode depresi ringan akan mengalami

kesulitan untuk melanjutkan pekerjaan biasa maupun aktivitas sosial,

mungkin tidak akan berhenti berfungsi sepenuhnya. Selama episode depresi

yang parah, sangat kecil kemungkinan penderita akan melanjutkan kegiatan

sosial, pekerjaan, rumah tangga, kecuali pada tingkat yang sangat terbatas.

2. Gangguan afektif bipolar terdiri beberapa episode manik dan depresi yang

dipisahkan pada periode suasana hati normal. Episode manik melibatkan

suasana hati yang meningkat dan energi yang meningkat, mengakibatkan

aktivitas berlebihan, tekanan bicara, dan penurunan kebutuhan untuk tidur

(Yasamy, 2017).

2.2.3 Penyebab depresi

Gangguan depresi umumnya dicetuskan oleh peristiwa kehidupan seperti

penyakit lain, penyebab depresi sesungguhnya tidak dapat diketahui secara pasti.

Namun telah ditemukan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi. Seperti

halnya dengan gangguan lain, ada penyebab biogenetis dan sosial lingkungan

yang diajukan.
24

1. Faktor fisik

a. Faktor genetik

Jika keluarganya diketahui menderita depresi berat memiliki resiko

lebih besar menderita gangguan depresi dibandingkan masyarakat pada

umumnya. Bisa terjadinya depresi disebabkan oleh gen, tidak ada seorang

peneliti yang mengetahui secara pasti, bagaimana gen bekerja. Tidak ada

bukti bahwa ada penyakit depresi disebabkan oleh faktor keturunan. Jika

dalam keluarga ada yang menderita depresi, kemungkinan bisa terjadinya

depresi yang meningkat. Gen lebih berpengaruh pada orang memilik

tingkat mood tinggi dan mood rendah atau gangguan bipolar. Tidak semua

orang bisa terkena depresi, jika ada keluarga yang menderita depresi maka

diperlukakan suatu kejadian hidup yang memicu terjadinya depresi.

b. Susunan kimia otak dan tubuh

Beberapa bahan kimia dalam otak dan tubuh memegang peranan

yang besar dalam mengendalikan emosi. Pada orang depresi ditemukan

adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormone

noradrenalin merupakan peranan utama dalam mengendalikan otak dan

aktifitas tubuh, tampaknya berkurang dalam mengalami depresi. Pada

wanita perubahan hormone dihubungkan dengan kelahiran anak dan

monopouse juga dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi. Secara

biologis, depresi terjadi diotak. Otak manusia merupakan pusat

komunikasi yang memilik 10 miliar sel mengeluarkan miliaran peasan tiap

detik. Ketika neotransmitter berada pada tingkat yang normal, otak bekerja

dengan harmonis. Akan merasa punya harapan dan tujuan terkadang


24

mengalami kesenangan dan kesusahan hidup, mood secara keseluruhan

adalah baik.

c. Faktor usia

Berbagai penelitian mengungkapkan golongan usia muda yaitu

remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini terjadi

karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan

yang penting, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja,

remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa

pubertas hingga ke pernikahan. Namun sekarang usia rata-rata penderita

depresi semakin menurun yang menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak

semakin banyak yang terkena depresi.

d. Gender

Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi dari

pada pria, bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja

karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi dari pada pria dan

dokter lebih dapat mengenali depresi pada wanita.

e. Gaya hidup

Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada

penyakit, misalnya penyakit jantung dan juga dapat memicu kecemasan

digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak

olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa

orang mengalami depresi. Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan

depresi berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien

beresiko penyakit jantung.


24

f. Penyakit fisik

Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut

karna mengetahui kita memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada

hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri, juga depresi. Beberapa

penyakit menyebabkan depresi karena pengaruhnya terhadap tubuh.

Depresi dapat menyertai penyakit Parkinson dan multiple sclerosis karena

efeknya terhadap otak. Penyakit yang mempengaruhi hormone dapat

menyebabkan depresi.

g. Obat-obatan terlarang

Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat menyebabkan depresi

karena mempengaruhi kimia dalam otak dan menimbulkan

ketergantungan.

2. Faktor psikologis

a. Kepribadian

Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi

rendahnya depresi yang di alami serta kerentangan terhadap depresi. Ada

individu-individu yang lebih rentan terhadap depresi, yaitu yang

mempunyai konsep diri serta pola piker yang negative, pesimis, juga tipe

kepribadian introvert.

b. Pola pikir

Menggambarkan pola pikiran yang umum pada depresi dan di

percaya membuat seseoarng rentan terkena depresi. Secara singkat, dia

percaya bahwa seseorang yang merasa negative mengenai diri sendiri

rentan terkena depresi. Kebanyakan dari kita cara optimis dalam berfikir
24

yang menjaga kita bersemangat. Kita cenderung untuk tidak

memperdulikan kegagalan kita dan memerhatikan kesuksesan kita.

Beberapa orang yang rentan terhadap depresi berfikir sebaliknya. Mereka

tidak mengakui kesuksesan dan berfokus pada kegagalan kegagalan

mereka.

c. Harga diri

Harga diri merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

perilaku individu. Setiap orang mengiginkan penghargaan yang positif

terhadap dirnya, sehingga seseorang akan merasakan bahwa dirinya

berguna atau berarti bagi orang lain meskipun dirinya memiliki kelemahan

baik secara fisik maupun mental. Menurut penelitian, rendahnya harga diri

pada remaja mempengaruhi seorang remaja untuk terserang depresi.

d. Stress

Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah

rumah, atau stress berat yang lain dianggap dapat menyebabkan depresi.

Reaksi terhadap stress sering kali ditangguhkan dan depresi dapat terjadi

beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi.

e. Pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua yang cenderung memaksakan kehendak

kepada anak juga mempengaruhi terjadinya resiko depresi. Suatu kejadian

Kehilangan yang memebekas secara psikologis juga dapat membuat

sesorang lebih mudah terserang depresi, tetapi di satu sisi mungkin saja

membuat seseorang lebih tabah (Yusnita, 2017).


24

2.2.4 Gejala-gejala depresi

Dalam kriteria depresi mayor yang ditetapkan apabila sedikitnya lima

darigejala di bawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu dua minggu yang

samadan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya, paling tidak

satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan atau hilangnya minat atau

kesenangan (tidak termasuk gejala-gejala yang jelas yang disebabkan kondisi

medis umum atau mood delusi atau halusinasi yang tidak kongruen).

1. Mood tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagaimana

ditunjukkan oleh laporan subjektif atau pengamatan dari orang lain.

2. Ditandai dengan berkurangnya minat dan kesenangan dalam semua, atau

hampir semua aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari

(ditunjukkan oleh pertimbangan subjektif atau pengamatan dari orang lain).

3. Berkurangnya berat badan secara signifikan tanpa diet atau bertambahnya

berat badan (seperti perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan),

atau berkurangnya atau bertambahnya nafsu makan hampir setiap hari (pada

kanak-kanak, pertimbangkan juga kegagalan untuk mendapatkan tambahan

berat badan).

4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh rang

lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang kegelisahan atau rasa terhambat).

6. Lelah atau kehilangan tenaga hampir setiap hari.

7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai

(yang mencapai taraf delusional) hampir setiap hari (tidak hanya

menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah karena sakitnya).


24

8. Menurunnya kemampuan berpikir atau konsentrasi, atau ragu-ragu hamper

setiap hari (baik atas pertimbangan subjektif atau pengamatan dari orang lain)

9. Pikiran tentang kematian yang berulang (tidak hanya takut akan kematian),

atau usaha bunuh diri atau adanya suatu rencana spesifik untuk bunuh diri

(Yusnita, 2017).

2.2.5 Pengukuran depresi

Pada umumnya penelitian-penelitian mengenai depresi akan mendeteksi

depresi melalui simtom-simtomnya. Salah satu alat ukur yang umum dikenal

adalah CES-D (The Center for Epidemiological Studies-Depression Scale) melalui

National Institute of Mental Health. Komponen utama simtomatologi depresif

yang digunakan dalam skala CES-D diidentifikasi dari literatur klinis dan studi

faktor analisi. CES-D terdiri dari 20 pernyataan dan disusun berdasarkan 4 faktor:

1. Depressed effect / negative affect merupakan perasaan-perasaan, emosi, atau

suasana hati yang dirasakan negatif seperti perasaan sedih (blues), tertekan

(depressed), kesepian (lonely), dan menangis (cry sad).

2. Somatic symptoms merupakan gejala psikologis yang dirasakan berkaitan

dengan keadaan tubuh seperti merasa terganggu, berkurang atau

bertambahnya nafsu makan, membutuhkan usaha dalam melakukan sesuatu,

kesulitan tidur, dan sulit memulai sesuatu.

3. Positive affect merupakan perasaan, emosi, suasana hati yang dirasakan

positif bagi individu dan memiliki harapan yang merupakan kebalikan dari

perasaan negatif.
24

4. Interpersonal relation merupakan perasan negatif yang dirasakan individu

berkaitan dengan perilaku orang lain seperti tidak bersahabat dan merasa

tidak disukai (Yusnita, 2017).

2.2.6 Teori depresi

Ada beberapa teori tentang depresi, yaitu: teori psikoanalisis, teori perilaku

atau behavioral, teori biologi, teori stress, teori kognitif, dan teori humanistis-

eksistensial, tetapi peneliti menggunakan teori kognitif, karena menurut peneliti

teori ini berhubungan dengan konsep diri yang mempengaruhi depresi, karena

salah satu dari komponen terbentuknya konsep diri adalah komponen kognitif.

Teori kognitif ini berdasarkan dari teorinya Aaron Beck yaitu BDI (Beck

Depression Inventori). Pemikiran sentral Beck adalah bahwa orang-orang yang

depresi memiliki perasaan seperti demikian karena pemikiran mereka

menyimpang dalam bentuk interpretasi negatif (Yusnita, 2017).

2.2.7 Teori kognitif

Kognitif triad merupakan tiga serangkai pola kognitif yang membuat

individu memandang dirnya, pengalamannya dan masa depannya secara

idiosinkritik, yaitu memandang diri secara negatif, menginterprestasi pengalaman

secara negatif serta memandang masa depan secara negatif. Gangguan-gangguan

dalam depresi dapat dipandang sebagai pengaktifan tiga pola kognitif utama ini.

Dengan demikian, model kognitif beranggapan bahwa tanda-tanda dan simtom-

simtom lain dari depresi merupakan konsekuensi aktifnya pola-pola kognitif tadi.

Misalnya, bila individu berfikir bahwa ia dikucilkan oleh teman-temannya, maka

ia akan merasa kesepian.


24

1. Memandang diri secara negatif

Disini individu menganggap dirinya sebagia tidak berharga, serba

kekurangan dan cenderung memberi atribut pengalaman yang tidak

menyenangkan pada diri sendiri. Lebih lanjut ia memandang dirinya tidak

menyenangkan, dan cenderung menolak dirinya sendiri. Ia akan mengkritik

dan menyalahkan dirinya atas kesalahan dan kelemahan yang diperbuatnya.

2. Menginterpretasikan pengalaman secara negatif

Individu melihat dunia sebagai penyaji tuntutan-tuntutan diluar batas

kemampuan dan menghadirkan halangan-halangan yang merintangi dirinya

mencapai tujuan. Ia keliru menafsirkan interaksinya dengan lingkungan.

Kognisinya juga menampikan berbagai penyimpangan dari berfikir logis,

termasuk kesimpulan yang dipaksakan, abstraksi selektif, terlalu

menggeneralisasi dan membesar-besarkan masalah. Individu tersebut akan

merangkai fakta-fakta agar sesuai dengan pikiran negatifnya. Ia akan

membesar-besarkan arti setiap kehilangan, hambatan, dan rintangan. Orang

yang depresi demikian sensitif pada setiap hanbatan terhadap kegiatannya

mencapai tujuan.

3. Memandang masa depan secara negatif

Pandangan invidu yang depresi mengenai masa depan diwarnai oleh

antisipasinya bahwa kesulitan-kesulitan saat ini akan terus berlanjut dimasa

depan. Para klien yang depresi umumnya menampilkan keterpakuan pada ide-

ide mengenai masa depan. Harapan-harapannya selalu diiringi pandangan

negative. Antisipasinya mengenai masa depan biasanya merupakan

perpanjangan dari pandangan dari keadaan saat ini. Bila individu yang depresi
24

ini menggang dirinya sebagai orang yang ditolak, lemah, maka ia

menggambarkan masa depan sebagia orang yang ditolak, atau lemah.

Dari teori kognitif diatas dapat disimpulkan bahwa depresi dipengaruhi

oleh kognitif yang terdistorsi. Pola piker individu dalam memandang diri,

pengalaman, dan lingkungan yang negatif mengakibatkan individu merasa lemah,

ditolak oleh lingkungan, dan merasa dirinya tidak berguna, hal itu dapat

menyebabkan individu depresi (Yusnita, 2017).

2.3 Parenting style

2.3.1 Pengertian

Gaya pengasuhan merupakan pola atau tata cara sikap dan perilaku orang

tua dalam melakukan pengasuhan (Hamdani & Hermaleni, 2020).

2.3.2 Jenis-jenis pola asuh

Beberapa jenis pola asuh sebagai berikut:

1. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang memaksakan anak

untuk selalu memenuhi harapan dan keinginan orang tua. Dan orang tua

memasang beberapa peraturan dimana anak tersebut wajib menaati peraturan

tersebut dan akan memberi hukuman atau ancaman apabila sang anak

melanggarnya atau tidak mematuhi hukuman tersebut. Misalnya saat sang

anak tidak tidur siang, maka orangtua akan marah dan tidak memberikan

uang jajan.

Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter cenderung pada orang

yang keras, kolot, tidak mengenal kompromi, perfectsionis, dan komunikasi


24

yang digunakan bersifat satu arah. Artinya orang tua tidak memperdulikan

pendapat anak dan tidak memperlukan feed back dari anaknya untuk mengerti

tentang anak tersebut.

2. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan

anak, namun orang tua juga masih tetap mengendalikan dan mengontrol anak.

Orang tua tipe ini juga bersikap hangat, memposisikan diri seperti teman

untuk sang anak, realistis terhadap kemampuan anak, menerima apa adanya

anak dan tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak

serta memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu

tindakan.

Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis akan menghasilkan

karakter anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai

hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stres,

mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap

oranglain. Dan cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan-

tindakan konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara

saja.

3. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan orang tua memberikan

kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Pola asuh

permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat

longgar. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila


24

anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh

mereka.

Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol

oleh orang tua. Pola asuh permisif memandang anak sebagai seorang pribadi

dan mendorong mereka untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk

mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini anak

mendapat kebebasan sebanyak mungkin dari keluarganya.

4. Pola asuh penelantar

Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang

sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk

keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun

dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku

penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi

pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada

anak-anaknya (Hapsari, 2017).

2.3.3 Gaya pengasuhan anak

Berikut ada beberapa gaya pengasuhan anak yaitu:

1. Otoriter (authoritarian)

Gaya pengasuhan anak model ini menerapkan aturan: orang tua selalu

benar. Seorang anak harus selalu mematuhi apa pun yang dikatakan dan

disarankan oleh orang tuanya, Semua urusan anak diatur oleh orang tua.

Tujuan gaya pengasuhan ini sebenarnya baik yaitu agar anak teratur dalam

segala hal dan menjadi sosok yang disiplin.


24

Namun, gaya pengasuhan ini akan menyebabkan anak depresi serta kurang

bisa bergaul dengan lingkungannya karena sikap orang tua yang terlalu

protektif. Depresi yang berkepanjangan dapat menyebabkan anak stres,

bahkan melakukan bunuh diri. Akibat jangka panjang dari gaya pengasuhan

otoriter ini akan menyebabkan hubungan yang kurang hangat antara anak dan

orang tua. Tanpa sadar orang tua tengah membangun tembok batin dengan

anaknya.

2. Liberal

Gaya ini kebalikan dari gaya otoriter. Orang tua memberikan kebebasan

seluas-luasnya. Keinginan anak selalu dipenuhi oleh orang tua karena

anggapan anak harus diberikan keleluasaan untuk melakukan apa saja,

biarkan ia belajar dengan melakukan (learning by doing). Orang tua yang

liberal khawatir jika terlalu ketat mengatur, anak terkekang, dan kurang bisa

mengekspresikan diri sesuai dengan keinginannya.

Namun, tidak adanya kontrol dari orang tua akan menjadikan anak sosok

yang semau gue, enggan berbagi dan selalu ingin memang sendiri. Secerdas

apapun seorang anak, ia belum mengenal dunia sehingga perlu bimbingan

orang tua. Anak akan sulit mandiri dan tergantung pada orang lain. Ini

muncul sebagai dampak keinginan yang selalu dipenuhi.

3. Egaliter (authoritative)

Pada gaya pengasuhan ini, orangtua membuat peraturan-peraturan yang

harus dipatuhi oleh anak, tapi anak juga memiliki kesempatan untuk

berpendapat. Orang tua mendengarkan anaknya dan mencari solusi yang

disepakati bersama. Ruang diskusi tercipta antara anak dan orang tua.
24

Gaya pengasuhan egaliter merupakan perwujudan keinginan orang tua dan

anak. Anak-anak yang diasuh dengan cara ini akan memiliki harga diri yang

tinggi, kepercayaan diri, dan keterampilan sosial yang memadai. Secara

akademis, anak-anak dalam pola asuh egaliter mempunyai prestasi yang baik

serta kurang bermasalah dalam lingkungan pergaulannya.

4. Tidak terlibat (neglect)

Pada gaya pengasuhan anak ini, orang tua cenderung cuek, tidak begitu

peduli dengan pengasuhan anaknya. Orang tua seolah tidak mempunyai

waktu untuk mendidik anak atau sekadar memperhatikan hal-hal sepele

anaknya. Segala sesuatu dipercayakan kepada orang lain begitu saja tanpa

kendali darinya.

Contoh pola asuh ini adalah orang tua yang mementingkan karier, tanpa

peduli dengan perkembangan anak. Secara ekonomi, bisa saja kebutuhan anak

terpenuhi, namun anak sangat kurang kasih sayang dan perhatian orang tua.

Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan neglect cenderung

memiliki harga diri serta kepercayaan diri yang rendah. Rasa hormat dan

tanggung jawab anak rendah, prestasi akademik tidak bisa dibanggakan, dan

memiliki perilaku buruk.

Ketika menentukan tujuan liburan, kegiatan akhir tahun, orang tua bisa

menerapkan gaya egaliter sehingga anak berlibur tanpa beban. Sedangkan

untuk hal-hal yang bersifat pengembangan kreativitas, orang tua dapat lebih

liberal. Idealnya orangtua harus mengenali karakteristik anak sehingga tahu

gaya pengasuhan anak dalam keluarga yang tepat untuk anaknya pada kondisi

tertentu (Hapsari, 2017).


24

2.3.4 Syarat pola asuh keluarga yang efektif

Pola asuh keluarga yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi

mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola asuh

yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Berikut hal-hal yang

dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif :

1. Pola asuh harus dinamis

Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan

perkembangan anak. Sebagai contoh,  penerapan pola asuh untuk anak balita

tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya,kemampuan

berfikir balita masih sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag

tidak bertele-tele dan bahasa yang mudah dimengerti.

2. Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak

Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak  yang berbeda.

Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat

terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang

anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka

ia perlu diarahkan dan difasilitasi.

3. Ayah ibu mesti kompak

Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini,

kedua orang tua sebaiknya “berkompromi” dalam menetapkan nilai-nilai

yang boleh dan tidak.


24

4. Pola asuh mesti disertai perilaku positif dari orang tua

Penerapan pola asuh juga  membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua

sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai

kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.

5. Komunikasi efektif

Syarat untuk berkomunkasi efektif sederhana yaitu luangkan waktu untuk

berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan jangan

meremehkan pendapat anak. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat

memberikan saran, masukan atau meluruskan pendapat anak yang keliru

sehingga anak lebih terarah.

6. Disiplin

Penerapan disiplin juga  menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal

kecil dan sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah

anak juga perlu diajarkan membuat jadwal  harian sehingga bisa lebih teratur

dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti fleksibel

disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak.

7. Orang tua konsisten

Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak

boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam

keadaan sehat boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap

sesuatu, sebaliknya orang tua  juga harus konsisten, jangan sampai lain kata

dengan perbuatan (Hapsari, 2017).


24

2.3.5 Faktor yang mempengaruhi pola asuh anak

1. Budaya

Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua

merasa bahwa orang tua mereka  berhasil mendidik mereka dengan baik,

maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh

mereka.

2. Pendidikan orang tua 

Orang tua yang memiliki  pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh

anak, maka akan mengerti kebutuhan anak.

3. Status sosial ekonomi

Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih

permisif dalam  mengasuh anak.


24

BAB 3

METODE

3.1 Strategi dalam pencarian literature

3.1.1 Pencarian literature

1. Database

Data yang digunakan didalam penelitian ini adalah menggunakan data

sekunder yang diperoleh bukanlah dari pengamatan langsung, melainkan

yang diperoleh dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti-

peneliti terdahulu. Pencarian sumber artikel yang digunakan oleh peneliti

dalam literature review berasal dari database Dimensions, Wiley Online

Library, PuBMed, dan Google scholar.

2. Jumlah artikel

Jumlah artikel ditemukan 7.102 yang sesuai dengan kata kunci. Artikel

penelitian kemudian di skrining kembali pada terbitan lima tahun terakhir

yaitu 2017-2021 hingga ditemukan menjadi 5,006 artikel, artikel yang

duplikasi dan artikel yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan

ekslusi sehingga didapatkan 10 artikel yaitu 10 artikel dari jurnal

internasional.

3. Kata kunci

Pencarian artikel dalam jurnal menggunakan Boolean operator (AND)

dengan kata kunci yang digunakan untuk pencarian artikel internasional

dalam penelitian ini yaitu “Parenting Style” AND “Depression” AND

“Adolescent”.
24

3.2 Kriteria insklusi dan eksklusi

Tabel 3.1 Kriteria inklusi dan eksklusi dengan format PICOS

Kriteria Insklusi Eksklusi


Population/Problem Jurnal internasional dan Jurnal internasional dan
nasional yang berhubungan nasional yang berhubungan
dengan topik penelitian yaitu dengan parenting style yatiu
parenting style dalam perkembangan moral,
mengantisipasi depresi pada perkembangan sikap,
remaja. perkembangan kognitif.
Intervention Perenting style. Peer group, peer pressure,
self image, tekanan teman
sebaya
Comparation Tidak ada faktor Tidak ada faktor pembanding.
pembanding.
Outcome Parenting style negatif dapat Pola pikir, harga diri, stress
mengekang pada remaja
yang berkenginan untuk
bebas dan mengakibatkan
depresi pada remaja.
Study design Dekriptif, kuantitatif, Book chapters , Conference
Longitudinal, Cross abstrac , Systematic review ,
sectional, Literature Review.
Tahun terbit Artikel yang terbit setelah Artikel yang terbit sebelum
tahun 2017. tahun 2017.
Bahasa Bahasa Indonesia dan bahasa Selain bahasa Indonesia dan
Inggris bahasa Inggris
24

3.3 Seleksi studi dan penilaian kualitas

Pencarian jurnal dengan


menggunakan keyword Google Scholar (n= 3.210)
melalui database Google
Scholar, Wiley Online Wiley Online Library
Library, Pubmed dan (n=2.024)
Perpusnas. Pubmed (n=1.415)

n= 7.102 Dimensions (n=453)

Seleksi kata kunci judul


n=5.006

Seleksi artikel pada 5 Excluded (n=1.768)


tahun terakhir Problem/populasi :
-Berhubungan dengan parenting
n=2.113 style yatiu perkembangan moral
(n=430)
-Perkembangan sikap (n=334)
-Perkembangan kognitif (n=370)
Seleksi Umur (12-18 Intervension :
tahun) -Peer group, peer pressure, self
image (n=94)
n= 345 -Tekanan tekan sebaya (n=81)
Outcome :
-Pola pikir (n=75)
-Harga diri (n=88)
-Stress (n=98)
Study design :
-Book chapters (n=67)
-Conference abstract (n=85)
-Systematic review (n=14)
Identifikasi abstrak -Literature Review (n=32)
n=50

Jurnal akhir yang didapat


dan di analisa sesuai
dengan tujuan dan
rumusan masalah
N= 10
24

Gambar 3.1 Diagram flow hasil pencarian dan seleksi studi


Table 3.2 Daftar artikel hasil pencarian

Metode (Desain, Sampel,


Volume,
No Author Tahun Judul Variabel, Instrumen, Hasil Literature Review Database Link
Angka
Analisis)
1. Singh, A., 2018 Volume : 11 Early trauma Desain : Longitudinal Parenting style Google Scholar. https://www.t
& No : 02 experiences, Sampling : Purposive authoritarian 50% andfonline.co
Manjula, parenting styles, and sampling cenderung tidak bahagia International m/doi/full/10.
M personality patterns VI : Early trauma remaja. Journal of 1080/175428
in individuals with experiences, parenting Culture and 63.2017.1342
depression from styles, and personality Mental Health, 677
India. patterns
VD : individuals with
depression..
Instrumen : Wawancara
dan kuesioner
Analisis : Regresi linier
berganda
2. Oppenhei 2018 Volume : 46 Effect of Parenting Desain : Deskriptif Parenting style neglect Pubmed. https://link.sp
mer, C. No : 3 and Peer Stressors Sampling : Stratified berkolerasi gaya ringer.com/ar
W., on Cognitive random sampling pengasuhan negatif 19% Journal of ticle/10.1007/
Hankin, B. Vulnerability and Variabel : depresi pada remaja. Abnormal Child s10802-017-
L., & Risk for Depression VI : Effect of Parenting Psychology 0315-4
Young, J. among Youth. and Peer Stressors
VD : Cognitive
Vulnerability and Risk for
Depression among Youth.
Instrumen : Lembar
observasi dan kuesioner
Analisis : Kolerasi

30
24

Metode (Desain, Sampel,


Volume,
No Author Tahun Judul Variabel, Instrumen, Hasil Literature Review Database Link
Angka
Analisis)
3. Mubarok, 2020 Volume : 21 Hubungan parenting Desain : Kuantitatif Parenting style Google Scholar. https://eprints
S. No : 1 style dengan Sampling : Purposive authoritative yang .umm.ac.id/6
psychological well sampling menunjukkan hubungan Orphanet Journal 6400/
being pada remaja Variabel : 74% semakin tinggi juga of Rare Diseases
VI : Parenting style tingkat depresi pada remaja
VD : Psychological well terkontrol dengan baik.
being
Instrumen : Kuesioner
Analisis : Pearson
product moment
4. Hou, J., 2020 Volume : 17 The transactional Desain : Longitudal Parenting style Pubmed. https://pubme
Chen, Z., No : 21 relationship between Sampling : Stratified authoritoriam 40% d.ncbi.nlm.ni
& Guo, F. parental and random sampling menyebabkan gejala National Library h.gov/331718
adolescent Variabel : depresi pada remaja. Of Medicine 73/
depressive VI : The transactional
symptoms: the relationship between
mediating effect of parental
nurturant–involved VD : adolescent
parenting depressive symptoms
Instrumen : Lembar
observasi
Analisis : Skala likert
5. Rebecka, 2020 Volume : 20 The influence of Desain : Cross-sectional Parenting style neglect Google Scholar. https://www.s
K., No : parenting styles and Sampling : Stratified menunujukkan pengasuhan ciencedirect.c
Susanne, parental depression random sampling negatif 92% orang tua Mental Health om/science/ar
O., Kent, on adolescent Variabel : sibuk bekerja tanpa kasih and Prevention. ticle/pii/S221
N. W., & depressive VI : The influence of sayang dan mperhatiandari 26570203022
Cecilia, Å. symptoms: A cross- parenting styles and orang tua sehingga anak 33
24

Metode (Desain, Sampel,


Volume,
No Author Tahun Judul Variabel, Instrumen, Hasil Literature Review Database Link
Angka
Analisis)
sectional and parental depression mengalami depresi di masa
longitudinal VD : adolescent remaja.
approach. depressive symptoms
Instrumen : Kuesioner
Analisis : Mann-Whitney
U
6. Sanjeevan, 2018 Volume : 47 The association of Desain : Cross- sectional Parenting style liberal Google Scholar. https://sljch.sl
D., & de No : 4 parenting style on Sampling : Stratified 26% dengan tingkat jol.info/articl
Zoysa, P. depression, anxiety random sampling depresi pada remaja lebih Sri Lanka Journal es/abstract/10
and stress among Variabel : tinggi. of .4038/sljch.v
Tamil speaking VI : The association of Child Health. 47i4.8597/
adolescents in the parenting style on
Colombo city. depression, anxiety and
stress
VD : among Tamil
speaking adolescents in
the Colombo city
Instrumen : Kuesioner
Analisis : Skala likert
7. Prativa, S., 2019 Volume : 28 Relationship between Desain : Kuantatif Parenting style Google Scholar. https://www.
& Deeba, No : 1 parenting styles and Sampling : Purposive authoritarian 29% banglajol.info
F. depression in sampling dikaitkan dengan tingkat Dhaka University /index.php/D
adolescents. Variabel : gejala depresi remaja yang Journal of UJBS/article/
VI : Relationship between lebih tinggi. Biological view/46492
parenting styles and Sciences.
depression
VD : in adolescents.
Instrumen : Kuesioner
24

Metode (Desain, Sampel,


Volume,
No Author Tahun Judul Variabel, Instrumen, Hasil Literature Review Database Link
Angka
Analisis)
Analisis : Kolerasi
8. Adubale, 2017 Volume : 14 Parenting styles as Desain : Kuantatif Parenting style Goggle Scholar https://doi.or
A. A. No : 3-4 predicators of Sampling : Simpel authoritarian g/10.1080/18
anxiety and random sampling menunjukkan bahwa 34% Tailor & Francis 146627.2016.
depression of in- Variabel : status emosional Online. 1264864
school adolescents in VI : Parenting styles as (kecemasan dan depresi) Africa Education
Nigeria. predicators of anxiety mengakibatkan gejala Review,
and depression depresi pada remaja.
VD : of in-school
adolescents in Nigeria.
Instrumen : Kuesioner
Analisis : Kolerasi
9. Loechner, 2020 Volume : 51 Risk of Depression in Desain : Deskriptif Parenting style Google Scholar https://doi.or
J., Sfärlea, No : 2 the Offspring of Sampling : Stratified authoritarian 74% g/10.1007/s1
A., Parents with random sampling berpontesi remaja dengan Child Psychiatry 0578-019-
Starman, Depression: The Variabel : gejala depresi. and Human 00930-4
K., Oort, Role of Emotion VI : Risk of Depression in Developmen
F., Regulation, the Offspring
Thomsen, Cognitive Style, VD : Parents with
L. A., Parenting and Life Depression
Schulte- Events. Instrumen : wawancara
Körne, G., dan kuesioner
& Platt, B Analisis : Kolerasi
10. Hock, R. 2018 Volume : 55 Parenting styles and Desain : Longitudinal Parenting style Dimensions https://jhu.pu
S., No : 2 emerging adult Sampling : Cluster authoritarian terdapat re.elsevier.co
Mendelson depressive symptoms sampling gejala depresi anak Transcultural m/en/publicat
, T., in cebu, the Variabel : perempuan yaitu 7,89% . Psychiatry ions/parentin
Surkan, P. philippines VI : Parenting styles g-styles-and-
24

Metode (Desain, Sampel,


Volume,
No Author Tahun Judul Variabel, Instrumen, Hasil Literature Review Database Link
Angka
Analisis)
J., Bass, J. VD : emerging adult emerging-
K., depressive symptoms adult-
Bradshaw, Instrumen : Wawancara depressive-
C. P., & Analisis : uji t, uji rank- symptoms-in-
Hindin, M. sum Wilcoxon cebu-t
J.
BAB 4

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1 Hasil

4.1.1 Karakteristik umum literature review

Tabel 4.1 Karakteristik umum dalam penyelesaian studi

No Kategori F %
A Tahun Publikasi
1. 2017 1 10
2. 2018 4 40
3. 2019 1 10
4. 2020 4 40
Jumlah 10 100
B Desain Penelitian
1. Longitudinal 3 30
2. Deskriptif 2 20
3. Kuantitatif 3 30
4. Cross-sectional 2 20
Jumlah 10 100
C Sampling Penelitian
1. Purposive sampling 3 30
2. Stratified random sampling 5 50
3. Simple random sampling 1 10
4. Cluster sampling 1 10
Jumlah 10 100
D Instrument Penelitian
1. Wawancara dan kuesioner 1 10
2. Lembar observasi dan kuesioner 1 10
3. Keusioner 5 50
4. Lembar observasi 1 10
5. Wawancara 2 20
Jumlah 10 100
E Analisis Statistic Penelitian
1. Regresi linier berganda 1 10
2. Kolerasi 4 40
3. Pearson product moment 1 10
4. Skala likert 2 20
5. Mann-whitney U 1 10
6. Uji T, uji rank-sum Wilcoxon 1 10
Jumlah 10 100

35
24

Berdasarkan table 4.1 penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

literature review diatas menunjukkan bahwa hampir setengahnya dipublikasikan

pada tahun 2018 dan 2020 sebanyak 4 artikel dengan presentase 40%, dan hampir

setengah menggunakan desain penelitian Longitudinal dan kuantitatif sebanyak 3

artikel dengan presentase 30%. Dan sampling penelitian diatas menunjukkan

bahwa setengahnya menggunakan Stratified random sampling sebanyak 5 artikel

dengan presentase 50%, Instrumen penelitian yang digunakan diatas setengahnya

menggunakan Kuesioner sebanyak 5 artikel dengan presentase 50%, dan hamper

setengahnya analisa statistik dalam penelitian menggunakan Kolerasi sebanyak 4

artikel dengan presentase 40%.

4.1.2 Karakteristik parenting style

Tabel 4.2 Jenis parenting style pada remaja depresi

Analisis literature Sumber


No Kategori f %
review empiris
A Jenis Parenting Style
1. Parenting style Parenting style yang (Singh & 6 60
authoritarian berlebih dan Manjula,
mengekang remaja 2018); (Prativa
yang mengakibatkan & Deeba,
tidak bahagia, 2019);
peningkatan (Loechner et
kecemasan pada al., 2020);
siswa remaja dengan (Hou et al.,
peningkatan gejala 2020);
depresi anak (Adubale,
perempuan pada masa 2017); (Hock
tindak lanjut sekolah et al., 2018).
selama 3 tahun.
2. Parenting style Parenting style (Mubarok, 1 10
authoritative berperan penting yang 2020)
berdampak pada
perkembangan
psikologis para remaja
dan masa depan
mereka seperti
kesehatan,
kesejahteraan mental,
24

Analisis literature Sumber


No Kategori f %
review empiris
prestasi akademik,
harga diri, dan
pengambilan risiko
perilaku.
3. Parenting style neglect Parenting style yang (Oppenheimer 2 20
melakukan et al., 2018);
kepentingan sendiri (Rebecka et
dapat mempengaruhi al., 2020)
gejala depresi melalui
kerentanan kognitif ke
tingkat depresi.
4. Parenting style liberal Parenting style yang (Sanjeevan & 1 10
mengakibatkan tingkat de Zoysa,
depresi tinggi 2018).
merupakan gaya
pangasuhan orang tua
yang bebas terhadap
anak.
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel 4.2 penelitian literature review diatas terbagi menjadi

beberapa karakteristik manajemen dalam penelitian, dan menunjukkan hasil

presentase sebagian besar menggunakan Parenting style authoritarian sebanyak 6

artikel dengan presentase 60%, Sebagian kecil menggunakan Parenting style

neglect sebanyak 2 artikel dengan presentase 20%, Parenting style authoritative

dan Parenting style liberal sebanyak 1 artikel dengan presentase 10%.


24

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Parenting style authoritarian

Hasil literature review sebagian besar parenting style yang berlebih dan

mengekang remaja yang mengakibatkan tidak bahagia, peningkatan kecemasan

pada siswa remaja dengan peningkatan gejala depresi anak perempuan pada masa

tindak lanjut sekolah selama 3 tahun (Singh & Manjula, 2018), (Prativa & Deeba,

2019), (Loechner et al., 2020), (Hou et al., 2020), (Adubale, 2017), (Hock et al., 2018).

Berdasarkan teori parenting style authoritarian melibatkan pengaturan orang tua

dan menegakkan aturan tanpa bernegosiasi dengan anak, orang tua yang

menggunakan gaya ini cenderung memiliki kontrol yang kuat terhadap perilaku,

sikap dan kurang menunjukkan kehangatan terhadap anak (Monzon, 2016).

parenting style orang tua terlalu authoritarian, akan berdampak pada anak tidak

akan bisa merasa bebas dalam melakukan sebuah kegiatan, seperti bergaul dengan

teman sebayanya, sehingga hal ini berdampak pada hubungan positif dengan

orang lain yang tidak berkembang (Mubarok, 2020). Parenting style authoritarian

menyebabkan anak depresi serta kurang bisa bergaul dengan lingkungannya

karena sikap orang tua yang terlalu protektif (Hapsari, 2017).

Peneliti berpendapat parenting style authoritarian dapat menyebabkan

depresi karena anak tidak di beri kesempatan untuk berpendapat dan orang tua

memberikan aturan yang harus dilaksankan, jika melanggar aturan maka anak

akan dikenakan hukuman.


24

5.2 Parenting style authoritative

Hasil literature review bahwa Parenting style berperan penting yang

berdampak pada perkembangan psikologis para remaja dan masa depan mereka seperti

kesehatan, kesejahteraan mental, prestasi akademik, harga diri, dan pengambilan risiko

perilaku. Parenting style authotitative memiliki nilai yang tinggi pada penerimaan

orang tua dan juga ketegasan pada anak (Mubarok, 2020).

Berdasarkan teori parenting style authoritative membuat peraturan

bersama dan disepakati oleh orang tua dengan anak melalui cara ini akan memiliki

harga diri yang tinggi, kepercayaan diri, dan keterampilan sosial yang memadai

(Hapsari, 2017). Parenting style authoritative menjadikan anak memiliki perilaku

yang ramah, percaya diri yang tinggi, mempunyai harga diri, memiliki visi, cita-

cita dan berprestasi (Mubarok, 2020). Parenting style authoritative juga dapat

mendorong komunikasi orang tua dan anak, kehangatan orang tua dan

kemandirian pada anak dapat menurunkan depresi pada anak dan meningkatkan

stabilitas emosi dan proses fungsi intelektual anak lebih baik (Adubale, 2017).

Peneliti berpendapat bahwa parenting style authoritative dapat

memberikan rasa kepercayaan dan harga diri tinggi pada anak dalam mangambil

keputusan yang tepat dan di sepakati oleh orang tua.

5.3 Parenting style neglect

Hasil literature review parenting style neglect yang melakukan kepentingan

sendiri yang sibuk bekerja dapat mempengaruhi gejala depresi melalui kerentanan

kognitif mengalami kesulitan dalam hubungan orang tua dengan anak yang
24

mempengaruhi perkembangan pada gejala depresi (Oppenheimer et al., 2018),

(Rebecka et al., 2020).

Berdasarkan teori parenting style neglect orang tua cenderung cuek, tidak

begitu peduli dengan pengasuhan anaknya. Orang tua seolah tidak mempunyai

waktu untuk mendidik anak atau sekadar memperhatikan hal-hal sepele anaknya

dan segala sesuatu dipercayakan pada orang lain tanpa diperhatikan. Anak-anak

yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan neglect cenderung memiliki harga diri

serta kepercayaan diri yang rendah, rasa hormat dan tanggung jawab anak rendah,

prestasi akademik tidak bisa dibanggakan, dan memiliki perilaku buruk (Hapsari,

2017).

Peniliti berpendapat, orang tua yang menerapkan parenting style neglect

dapat mengakibatkan perilaku dan rasa hormat yang rendah tanpa ada pengawasan

dan perhatian dari orang tua sehingga anak tidak merasakan kasih saying dan

bentuk kepedulian terhadap orang tua.

5.4 Parenting style liberal

Hasil literature review pada parenting style yang mengakibatkan tingkat

depresi tinggi merupakan gaya pangasuhan orang tua yang memberi kebebasan terhadap

anak. Gaya asuh ibu yang menyebabkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari

pada gaya asuh ayah tidak berpengaruh signifikan terhadap kecemasan remaja

(Sanjeevan & de Zoysa, 2018).

Berdasarkan teori parenting style liberal yang memberikan kebebasan

seluas-luasnya. Keinginan anak selalu dipenuhi oleh orang tua karena anggapan

anak harus diberikan keleluasaan dan dibiarkan anak belajar dengan melakukan
24

(learning by doing). Orang tua yang liberal khawatir jika terlalu ketat mengatur,

anak terkekang, dan kurang bisa mengekspresikan diri sesuai dengan

keinginannya. Tidak adanya kontrol dari orang tua akan menjadikan anak sosok

yang semaunya, enggan berbagi dan selalu ingin memang sendiri. Secerdas

apapun seorang anak, masih belum mengenal dunia sehingga perlu bimbingan

orang tua. Anak akan sulit mandiri dan tergantung pada orang lain. Ini muncul

sebagai dampak keinginan yang selalu dipenuhi (Hapsari, 2017).

Peneliti berpendapat parenting style liberal berdampak buruk pada anak,

dengan adanya kebebasan dari orang tua anak bertindak semaunya dan memiliki

sifat dan berperilaku buruk terhadap orang lain. Anak akan merasa dirinya yang

selalu benar dan sering melawan orang yang lebih tua darinya.
24

BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Secara keseluruhan berdasarkan literatur review jurnal yang telah

dijelaskan oleh peneliti diatas didalam bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan

bahwa dari beberapa jenis parenting style yang dilakukan menunjukkan bahwa

selama ini penelitian yang paling banyak digunakan dalam menerapakan

parenting style yaitu sebagian besar menggunakan Parenting style authoritarian

sebanyak 6 artikel dengan presentase 60%, Sebagian kecil menggunakan

Parenting style neglect sebanyak 2 artikel dengan presentase 20%, Parenting style

authoritative dan Parenting style liberal sebanyak 1 artikel dengan presentase 10%..

Maka sangat dianjurkan untuk diadakan program edukasi orang tua terhadap

rendahnya parenting style dalam mengatisipasi depresi pada remaja

6.2 Saran

Pemberian edukasi parenting style diharapkan untuk mengurangi depresi

pada remaja. Bagi tenaga kesehatan masyarkat disarankan dapat memberikan

program penyuluhan kepada masyarakat tentang parenting style dalam

mengantisipasi depresi pada remaja.


24

DAFTAR PUSTAKA

Adubale, A. A. (2017). Parenting Styles As Predicators Of Anxiety And


Depression Of In-School Adolescents In Nigeria. Africa Education Review,
14(3–4), 111–121. https://doi.org/10.1080/18146627.2016.1264864
Ahyani, L. N., & Astuti, R. D. (2018). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Universitas Muria Kudus, May, 81.
Alika, H. I., Akanni, D. O., & Akanni, O. O. (2016). Parenting Styles And Family
Characteristics As Correlates Of Psychological Distress Among Nigerian
Adolescents. International Journal of Psychology and Counselling, 8(9),
102–108. https://doi.org/10.5897/ijpc2016.0451
Arsyam, S. (2017). Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Pada Remaja.
Journal of Islamic Nursing, 2(1), 17.
Devi, S. R., & Wahyudi, U. (2018). Gambaran Tingkat Depresi Pada Remaja
dengan Pola Asuh Over Protective di MAN 1 Kota Bogor Tahun 2018
Gambaran Tingkat Depresi Pada Remaja dengan Pola Asuh Over Protective
di MAN 1 Kota Bogor Tahun 2018 The description of depression level in
adolescents wi. 2016, 1–11.
Fitri, Y. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi pada
remaja di SMKN 1 Padang Tahun 2016. Universitas Andalas.
http://scholar.unand.ac.id/21861/
Hamdani, A., & Hermaleni, T. (2020). Perbedaan Kecerdasan Moral Anak
Berdasarkan Gaya Pengasuhan yang Diterapkan Orangtua. Pendidikan
Tambusai, 4(3), 2518–2525.
Hapsari, N. S. (2017). Pola Pengasuhan Anak Dalam Keluarga. 1 Juni.
https://nanisarahhapsari30.blogspot.com/2017/06/contoh-makalah.html
Hock, R. S., Mendelson, T., Surkan, P. J., Bass, J. K., Bradshaw, C. P., & Hindin,
M. J. (2018). Parenting Styles And Emerging Adult Depressive Symptoms In
Cebu, The Philippines. Transcultural Psychiatry, 55(2), 242–260.
https://doi.org/10.1177/1363461517748813
Hou, J., Chen, Z., & Guo, F. (2020). The Transactional Relationship Between
Parental And Adolescent Depressive Symptoms: The Mediating Effect Of
Nurturant–Involved Parenting. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 17(21), 1–16.
https://doi.org/10.3390/ijerph17218240
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa DI Indonesia. In
InfoDATIN (p. 12).
Loechner, J., Sfärlea, A., Starman, K., Oort, F., Thomsen, L. A., Schulte-Körne,
G., & Platt, B. (2020). Risk Of Depression In The Offspring Of Parents With
Depression: The Role Of Emotion Regulation, Cognitive Style, Parenting
24

And Life Events. Child Psychiatry and Human Development, 51(2), 294–
309. https://doi.org/10.1007/s10578-019-00930-4
Monzon, K. L. (2016). An Exploration Of Parenting Styles, Emotion Regulation,
Depression, And Culture’s Role. (Thesis, ETD Archive, 2016), 1–89.
http://engagedscholarship.csuohio.edu/etdarchive
Mubarok, S. (2020). Hubungan Parenting Style Dengan Psychological Well Being
Pada Remaja. Orphanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.
Oppenheimer, C. W., Hankin, B. L., & Young, J. (2018). Effect Of Parenting And
Peer Stressors On Cognitive Vulnerability And Risk for Depression Among
Youth. Journal of Abnormal Child Psychology, 46(3), 597–612.
https://doi.org/10.1007/s10802-017-0315-4
Prativa, S., & Deeba, F. (2019). Relationship Between Parenting Styles And
Depression In Adolescents. Dhaka University Journal of Biological Sciences,
28(1), 49–59. https://doi.org/10.3329/dujbs.v28i1.46492
Rebecka, K., Susanne, O., Kent, N. W., & Cecilia, Å. (2020). The Influence Of
Parenting Styles And Parental Depression On Adolescent Depressive
Symptoms: A Cross-Sectional And Longitudinal Approach. Mental Health
and Prevention, 20, 200193. https://doi.org/10.1016/j.mhp.2020.200193
Sanjeevan, D., & de Zoysa, P. (2018). The Association Of Parenting Style On
Depression, Anxiety And Stress Among Tamil Speaking Adolescents In The
Colombo city. Sri Lanka Journal of Child Health, 47(4), 342–347.
https://doi.org/10.4038/sljch.v47i4.8597
Singh, A., & Manjula, M. (2018). Early Trauma Experiences, Parenting Styles,
And Personality Patterns In Individuals With Depression From India.
International Journal of Culture and Mental Health, 11(2), 146–156.
https://doi.org/10.1080/17542863.2017.1342677
Tujuwale, A., Rottie, J., Wowiling, F., & Kairupan, R. (2016). Hubungan Pola
Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Pada Siswa Kelas X Di Sma
Negeri 1 Amurang. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 4(1), 112413.
Yasamy, M. T. (2017). Depression. December.
Yusnita, H. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Resiko Terjadinya
Depresi Pada Remaja Di SMK Kosgoro 2 Kota Payakumbuh. Auditing,
53(9), 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai