Anda di halaman 1dari 11

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC)

Tinjauan Teori

Pemeriksaan ini diawali dengan penjelasan prosedur yang akan dialami ibu, misalnya perlu ada
sentuhan dengan hati-hati, jika menimbulkan rasa sakit segera memberikan informasi kepeda
perawat, alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan. Pemeriksaan yang pertama digunakan
adalah pemeriksaan vital sign yang meliputi: Tekanan darah, Berat Badan, tinggi Bada, Urin
specimen untuk mendeteksi adanya protein, glukosa atau leukosit dalam urin

Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan head to toe, yang secara lengkap dicermati oleh
perawat adalah:

1. Kulit dikaji : adanya perubahan pgmentasi, adanya kelainan kulit dan adanya edema

2. Disribusi jumlah dan kualitas, rambut tubuh dikaitkan dengan status nutrisi, fungsi endokrin
dan perhatian terhadap kebersihan diri

3. Pemeriksaan pembesaran kelenjar tiroid

4. Pemeriksaan payudara (bentuk payudara, pigmentasi, bentuk puting, konsistensi dan adanya
nyeri pada payudara).

5. Pemeriksaan Abdomen, selai leopold dan pemeriksaan tinggi fundus uteri, juga dilakukan
pemeriksaan misalnya adanya perubahan pigmentasi dibadomen, adanya linea gravidarum,
adanya luka atau scar operasi sebelumnya

6. Pemerksaan vagina pada saat kehamilan biasanya tidak dilakukan tanpa indikasi tertentu
atau alasan medis tertentu

7. Pemeriksaan ekstrimitas bawah, khususnya untuk tanda adnaya edema yang dikaji antara
lain distribusi edema, adanya pada ekstrimitas bawah , seluruh tubuh pada wajah, derajad
edema dan pitting edema ( lalu dikaitkan dengan tekanan darah ibu/ mengarah ke gejala pre
eklamsia. Pitting edema derajat +1 jika kedalaman 2mm, derajad +2 kedalaman 4 mm,
derajad +3 kedlaman 6 mm, derajad +4 kedalaman 8mm. Jika pada orang normal setelah
ditekan mengembalaikan jaringan pada bentuk semula haya membutuhkan waktu 10-30
detik saja.

Pemriksaan Leopold

Leopold 1 ( menetukan apakah kepala janin atau bokong berada di fundus)

1) Mengobservasi abdomen sebelum memulai palpasi


2) Menghadap ke kepala pasien , gunakan ujung jari kedua pasien untuk mempalpasi fundus
uteri

3) Palpasi abdomen bagian atas pada kedua tangan

4) Apabila kepala janin teraba dibagian fundus, yang teraba adalah keras, bulat mudah
digerakan dan ballotable

5) Apabila bokong teraba dibagian pundus, yang akan teraba adalah lembut tidak berauran,
tidak rata, melingkar dan sulit digerakan

6) Mengkaji ballotement /kemampuan kepala janin untuk bergerak kembali dan forth (melawan
tangan pemeriksa. Posisi janin -hubungan antara panjang eksis janin dan pajang axis ibu.
Dapat juga ditentukan pada saat leopold satu.

Leopold 2 (Mengidentifikasi apakah punggung janin berada disebelah kanan/kiri dari ibu)

1. Menhadap ke kepala pasien . Letakan dua tangan pada kedua sisi abdomen. Pertahankan
uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung
janin

2. Bagian punggung akan teraba jeas, rata , cembung, kaku/tidak dapat digerakkan

3. Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki)akan teraba kecil, bentuk posisi tidak jelas dan
menonjol dan mungkin dapat beregrak aktif atau pasif

Leopold 3 (Menetukan kepala janin ada berada pada pelvis, menentukan gerakanya dan seberapa
jauh pereganganya)

1) Letkkan 3 ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diatas simpisis
pubis, dan minta pasien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskanya. Pada saat
pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan kebawah secara perlahan dan dalam ke
sekitar bagian persentasi. Catat kontur, ukran dan konsistensinya

2) Bagian kepala akan teraba keras, rata dan mudah digerakan jika tidak terikat/tertahan sulit
sulit digerakan jika terikat/tertahan

3) Bagian bokong akan terlihat lembut dan tidak rata

Leopold 4 ( apakah Kepala janin sudah masuk PAP)

1. Menghadap ke kaki pasien . Secara perlahan gerakan jari tangan kesisi bawah abdomen
kearah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan menyentuh bagian tulang yang menonjol.
Inilah bahian ujung kepala

2. Mengindentifikasi apakah baigian persentasi sudah masuk PAP atau belum


3. Jika hasil pemeriksaan kedua ujung jari bertemu (Convergent) dapat disipulkan belum
masuk PAP

4. Jika hasil pemeriksaan kedua ujung sudah tidak bisa bertemu (Divergent)bartinya sudah
masuk PAP

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

1) Pengukuran harus dilakukan dengan teknik yang konsisten pada stiap kali pengukuran dan
dengan menggunakan alat yang sama

2) Alat daat berupa pita/tali, atau dengan menggunakan pelvimeter.Posisi yang dianjurkan pada
saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring (supinasi)dengan kepala sedikit terangkat
( menggunakan satu bantal)dan ltut diluruskan.

3) Alat ukur (pita/pelvimeter)diletakan pada bagian tengah abdomen dan diukur mulai dari
batas atas simpisis pubis hingga batas atas fundus

4) Cara lain: meletakan alat ukur dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas atas
simpisis pubis hingga batas atas fundus tanpa mengikuti kurva atas fundus

5) Untuk mendapatkan ketepata hasil pegukuran maka gunakan rumus Mc-Donald’s.


Pengukuran ini digunakan untuk usia kehamilan trimester kedua dan ketiga

6) Rumus Mc-Donald’s

Usia kehiamilan(hitungan minggu) =TFU (cm) x 8/7

Teori tafsiran berat janin (TBJ) menurut Johnson

(TBJ (gram) = (TFU-11) x 155 (presentasi sudah masuk PAP

(TBJ (gram) = (TFU-13) x 155 (presentasi belum masuk PAP

Penghitungan Denyut Jantung Janin

1. Mulai dirasakan ibu mulai usia kehamilan 16 minggu (multigravida) 20 minggu


(primigravida)

2. DJJ dapat terdengar melalui dopller (12 minggu) fetoscope (18-20 minggu) atau ultrasoud
stetoscope (awal semester)

3. Lokasi pengukuran berada disekitar garis tengah fundus 2-3 cm diatas simpisi teruskn
kearah kuadran kiri bawah
Prosedur Kerja Ketrampilan Antenatal Care
N Tindakan Kemampuan
O

1 Persiapan Alat
1) Catatan keperawatan
2) Selimut dan sebuah bantal
3) Alat meteran 1 buat
4) Lat Vital sign
5) fetoscope
2 Tahap Pre Interaksi
1. Bawa catatan keperawatan dan catatan medis
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan
3 Tahap Orientasi
1) Berikan salam, pnggil klien dan namanya
2) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan kelarga
4 Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan klien untuk bertanya, sebelum kehgiatan
dilakukan
2. Sebelum melakukan tindakan anjurkan klien untuk buang air kecil
terlebih dahulu
3. Pastikan privacy klien terjaga
4. Persilahkan klien berbaring kemdian selimuti pasien pada aea yang
tidak diperisa
5. Lakukan pemrksaan fisik dasar, head to toe
6. Lakuka Leopold 1-IV
7. Lakukan pengukuran tinggi Fundus Uteri
8. Lakukan Pemeriksaan DJJ
5 Tahap Terminasi
1) Evaluasi perasaan Klien
2) Simpulkan hasil kegiatan
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjtnya
4) Akhiri kegiatan
5) Cuci Tangan
6 Dokumentasi
Catat hasil kegiatandan kesanya dalam catatan keperawatan
SOP ASUHAN PERSALINAN NORMAL
NO PERASAT NILAI

Persiapan alat
Partus set yang berisi :
a. 2 pasang hand scon - ½ kocher - gunting episiotomi - 2 klem arteri - gunting
tali pusat - klem umbilical - kassa steril
b. De lee dalam com
c. Spuit 3 cc
d. Oksitosin + metergin
e. Lidocain 1 %
f. Kom berisi kapas DTT
g. Kom berisi betadine
h. Kom berisi air DTT
i. Nierbeken
j. Piring plasenta
k. 3 bh tempat sampah
l. 2 waskom yang berisi klorin dan DTT
m. Leanec
n. Tensi meter + Stetoskop+ thermometer
o. Hecting Set yang berisi : Spuit 5 cc - Hand scoon - Pinset - Nedle holder - Nal
hecting ( 1 bh untuk kulit, 1 bh untuk otot) - cutgat
p. Ember untuk alat bekas pakai
q. Lampu sorot s. Troli
r. Lap tangan
s. Topi APN

2. Persiapan ibu dan bayi


a. 3 kain bersih
b. 3 handuk bersih
c. Pembalut
d. Celana dalam
e. Was lap 2 bh
f. Topi bayi

Persiapan penolong
a. Scort
b. Sepatu boot
c. Masker
d. Persiapan tempat Bersih, aman, nyaman, rapih, tenang
Persiapan lingkungan
a. Menutupi pintu dan jendela
b. Memasang sampiran
c. Persiapan pasien Memberitahukan kepada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan (informed consent

1 Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2 Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan


ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai 3 cc ke dalam
wadah partus set.
3 Memakai celemek plastic

4 emastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
di air mengalir
5 Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan untuk periksa
dalam
6 Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan oksitosin dan
letakkan kembali kedalam wadah partus set.Bila ketuban belum pecah, pinggirkan
½ kocher pada partus set
7 Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT (basah) dengan
gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah perineum dan sekitarnya kotor karena
kotoran ibu yang keluar, bersihkan daerah tersebut dari kotoran)
8 Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah
9 Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%
10 Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit)
11 Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa ingin meneran
12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran, (pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14 Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
15 Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong
ibu
16 Membuka tutup partus set

17 Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

18 Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum


dengan dialas lipatan kain di bawah bokong, sementara tangan kiri menahan
puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir.
(minta ibu untuk tidak meneran dengan nafas pendek-pendek) Bila didapatkan
mekonium pada air ketuban, segera setelah kepala lahir lakukan penghisapan pada
mulut dan hidung janin menggunakan penghisap lendir De Lee
19 Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan
darah
20 Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21 Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
22 Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan biparietal
kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai bahu anterior / depan
lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas sampai bahu posterior/belakang lahir.
Bila terdapat lipatan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi
luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan tangan
kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat di antara dua
klem tersebut.
23 Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian
posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari
pada bahu dan dada / punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan
bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir
24 Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25 Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan
sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah penolong.nilai bayi, kemudian
letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila
tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
26 Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali
pusat
27 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus
bayi.Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan memasang klem diantara kedua 2
cm dari klem pertama.
28 Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem.Bila
bayi tidak bernafas spontan lihat penanganan khusus bayi baru lahir
29 Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus bayi
hingga kepala
30 Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.

31 Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal

32 Memberi tahu ibu akan disuntik

33 Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian luar paha kanan
1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa
ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah
34 Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

35 Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara
tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak
antara 5-10 cm dari vulva
36 Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso kranial.Bila uterus tidak segera
berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
37 Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah panjang
dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta ibu untuk meneran sedikit sementara
tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan
kurva jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.
38 Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-
hati.Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39 Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri
hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40 Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian maternal
dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh
kotelidon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke dalam
kantong plastik yang tersedia
41 Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium yang
menimbulkan perdarahan aktif.Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan
42 Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam,
pastikan kontraksi uterus baik
43 Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin 0,5 %,
kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung tangan dengan air yang
sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya
44 Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan sampul mati

45 Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya

46 Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi larutan
klorin 0, 5%
47 Membungkus kembali bayi

48 Berikan bayi pada ibu untuk disusui

49 Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam


dan tanda vital ibu.
50 Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki kontraksi baik
dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.
51 Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi

52 Memeriksa nadi ibu

53 Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %

54 Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang di


sediakan
55 Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan menggantikan
pakaiannya dengan pakaian bersih/kering
56 Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum
57 Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

58 Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung


tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
59 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

60 Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.

SOP PEMERIKSAAN IBU POST PARTUM

NO URAIAN NILAI
Pengertian Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala
atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan
mengumpulkan data objektif dengan dilakukan pemeriksaan
kepada pasien. Indikasi Ibu dalam masa nifas

Tujuan 1. Untuk mengumpulkan data


2. Mengidentifikasi masalah pasien
3. Meniai perubahan status pasien
4. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
Pengkajian Ibu nifas : Persiapan tempat pasien dan alat
Tempat: Ruangan disiapkan sebaik mungkin dengan memasang
penyekat, mengatur pencahayaan
Persiapan pasien : Sebelum melakukan pemeriksaan beritahu
pasien tindakan yang akan dilakukan, atur posisi untuk
mempermudah pemeriksaan, atur pasien seefisien mungkin
Persiapan alat dan bahan
1. Alat pelindung diri petugas
2. .Baki beralas 1 buah
3. Tensimeter dan stetoskop
4. Botol 3 buah
5. Tissue
6. Lampu senter
7. Hammer
8. Spatel lidah
9. Kapas dan air DTT1
10. Hand scoen 1 pasang
11. Pinset
12. .Tempat sampah
13. Larutan klorin 0,5%
Persiapan pasien : Sebelum melakukan pemeriksaan beritahu
pasien tindakan yang akan dilakukan.
Atur posisi untuk mempermudah pemeriksaan, atur pasien seefisien
mungkin
Prosedur 1) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada ibu
tindakan 2) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan
3) Cuci tangan keseluruhan dengan sabun dan air mengalir serta
mengeringkan dengan handuk
4) Minta ibu berbaring terlentang diatas tempat tidur pemeriksaan
5) Pemeriksaan umumMemeriksa TTV : tekanan darah, suhu
tubuh, nadi dan pernapasan
6) Pemeriksaan fisik pada ibu.Muka dan mata
7) Periksa apakah ada oedema pada wajah, periksa tingkat
anemia ibu dengan memeriksa warna kulit muka (wajah) dan
konjungtiva. Serta periksa pisiountuk menilai ada tidaknya ;
pisiot atau kuning. Konjungtiva yang pucat manandakan ibu
anemis.
Pemeriksaan pada leher
1. Minta ibu sedikit mendongak.
2. Lakukan palpasi kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
Perhatikanadanya pembesaran kelenjar tiroid dan
pembengkakan kelenjar limfe.
3. Pemeriksaan pada payudara
4. Melakukan inspeksi terlebih dahulu mengenai bentuk payudara
(simetris atau tidak),kemerahan/tidak, keadaan putting
pecah/tidak.
5. Pasien berbaring terlentang dengan lengan kiridiatas kepala,
kemudian palpasi payudara kiri secara sistematis melingkar
searah jarum jam sampai axilla.
8) Catat adanya massa, benjolan yang membesar, pembengkakan
atau abses, periksapengeluaran ASI ; pisio/tidak. Ulangi
proseduryang sama untuk payudara sebelah kanan.

Pemeriksaan fisik pada perut


1. Lakukan inspeksi pada perut apakah ada luka bekas
operasi/tidak.
2. Palpasi untuk menilai kontraksi uterus, melakukan pengukuran
TFU
3. Lakukan pemeriksaan diastasis rektus abdominalis dengan cara
menganjurkan ibu untuk membungkukkan kepalanya
kemudian 2 jari petugas diletakkan di bagian linea nigra
4. Apabila terdapat jarak lebih 2 jari menunjukkan adanya
peregangan otot rectus abdominalis.

Pemeriksaan fisik pada genetalia


1. Mengatur posisi ibu dorsal recumbent
2. Memakai sarung tangan
3. Memberitahu ibu tentang prosedur pemeriksaan genetalia
4. Memeriksa jahitan episiotomi ada atau tidaknya REEDA
(Redness (kemerahan), Edema (bengkak), Ecchymosis
(Ekimosis), Discharge (discharge), Aproximation (pendekatan)
)
5. Memeriksa lokea yang keluar 
6. Memeriksa adanya hemoroid dengan cara menganjurkan
pasien dalam posisi sims, yaitu posisi seperti memeluk guling
dan kemudian melakukan pemeriksaan pada anus
7. Meletakkan sarung tangan ke dalam larutan klorin0,5%

Pemeriksaan fisik pada kaki


1. Adanya oedema dengan cara menekan daerah mata kaki
apabila dalam waktu >3 detik tidak kembali lagi berarti
mengalami oedema
2. Lihat adanya varises yaitu dengan cara meminta ibuuntuk
posisi sims dan melihat ada tidaknya varisespada betis
3. Memeriksa ada tidaknya tromboflebitis dengan cara menekuk
kedua kaki ibu kemudian tekan betis/meminta klien
menghentakkan kaki kearah tangan petugas dan tanyakan
apakah ada nyeri atau tidak (tanda Homan)
4. Melakukan pemeriksaan reflek patella
5. Membereskan alat
6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan handuk yang bersih
7. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien
8. Mendokumentasikan hasil pemerik

Anda mungkin juga menyukai