7849-Article Text-26182-1-10-20210921
7849-Article Text-26182-1-10-20210921
Manarul Hidayat
Universitas Diponegoro, Semarang
Email: mangnawul@gmail.com
Abstract
Hornbills or Buceros sp. often used in various Dayak society activities, both
of body parts and body illustrations. It shows that hornbills means very important for
Dayak society. The importance and sacredness of hornbills can be seen through the
structural symbolic concept of Levi-Strauss, which sees myth as starting from its
structure before developing into a set of objects and phenomena in application.
Hornbills are believed to play an important role in various aspects of life, through
this found concept development that include objects and phenomena such as
buildings, clothing, weapons, leadership and brotherhood, performances, and
ceremonies.
52
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
53
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
54
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
55
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
56
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
57
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
Ranying Hatala, penguasa dunia atas dengan nama king baba, berasal dari
yang bayang-bayangnya menguasai kata king atau pakaian, dan baba atau
dunia bawah. Bagian bawah pohon laki-laki, yang juga diidentikkan
batang garing ditandai dengan adanya dengan pakaian perang. King baba
guci air suci, sedangkan bagian memiliki penutup kepala yang terbuat
puncaknya ditandai dengan matahari dari serat kulit kayu, pada bagian
dan burung enggang itu sendiri. itulah bulu burung enggang diselipkan
Berkaitan dengan benturan burung (Darmadi, 2017: 103). Dahulu penutup
enggang, bagian-bagian dari batang kepala tersebut hanya digunakan
garing yang berserakan karena ketika perang, tetapi sekarang menjadi
benturan, kemudian memunculkan bagian tak terpisahkan dari
berbagai kehidupan, termasuk manusia pertunjukan tari (Lenjau, dkk., 2012:
laki-laki dan manusia perempuan 220). Begitu pula dengan pakaian adat
(Santosa dan Djamari, 2015: 253-255). Dayak untuk perempuan, hanya saja
Secara singkat, burung enggang terdapat beberapa penambahan lain
menjadi sosok kunci kelahiran yang membuatnya terlihat lebih
manusia di alam dunia sebelum tertutup. Apabila ditelusuri lebih lanjut
akhirnya diturunkan ke bumi. mengenai seperangkat pakaian adat
Keberadaan burung enggang dan Dayak yang identik dengan pakaian
matahari tepat di puncak batang perang, maka akan ditemukan pula
garing menurut Kresandini (2016: seperangkat alat perang yang berupa
132) menjadi lambang atau simbol dari perisai dan pedang. Secara berurutan
sumber segala kehidupan. keduanya disebut dengan talawang
Masih berkaitan dengan simbol dan mandau. Dalam alat perang
burung enggang yang berada di sisi tersebut dapat dijumpai simbol
atas, terdapat pakaian adat Dayak kehidupan berupa bentuk kepala
untuk laki-laki yang menyematkan burung enggang pada gagang mandau
bulu burung enggang. Itu dikenal yang terbuat dari tanduk rusa, serta
58
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
pada sarung mandau yang terkadang atau pohon beringin. Lebih lanjut, apa
juga menjadikan bulu burung enggang yang berkaitan dengan burung
sebagai hiasan. Pada gagang mandau enggang seperti gambar, patung, dan
simbol kepala burung enggang ukiran, dapat dijumpai di bagian atas
terkadang diganti dengan simbol belawing atau tugu wilayah komunitas,
kepala naga (Darmadi, 2017: 104). bagian atas berlubung umaq atau
Senjata yang merupakan harapan puncak atap rumah, bagian tengah
untuk dapat bertahan hidup, terutama ukiran awang ntiang atau dinding
ketika perang, bersama dengan simbol serambi lamin (Kusumaningrum,
kehidupan dalam bentuk bagian tubuh 2018: 31). Burung enggang dianggap
burung enggang, menjadi kesatuan asli Kalimantan, itu kemudian diyakini
yang mewakili harapan masyarakat sebagai hewan leluhur, suci, pemersatu
Dayak seusai perang, yakni kehidupan. antarsuku Dayak di Kalimantan. Bagi
Bangunan rumah masyarakat mereka, bentuknya besar dan berparuh
Dayak yang disebut lamin, juga kuat, tetapi burung enggang memiliki
memiliki dekorasi, baik dalam bentuk karakter rendah hati, setia, dan berani.
seni ukir, motif, dan lukisan. Itu secara Melalui simbol burung enggang pada
singkat disebut dengan istilah kalung, sudut-sudut lamin, diharapkan
yang tak luput dari pengaruh simbol- masyarakat Dayak dapat bersikap
simbol yang berkaitan dengan burung seperti burung enggang yang rendah
enggang. Burung enggang termasuk hati, setia, dan berani
dalam tujuh sumber figur kalung, yang (Kusumaningrum, 2018: 32).
menurut Kusumaningrum (2018: 28) Sedikit keluar dari rumah lamin
meliputi tebengaang atau burung atau rumah betang, pada masyarakat
enggang, udo atau wajah manusia, Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah
kelunan atau manusia utuh, lenjau atau terdapat tiang pantar berjumlah 12
harimau, legunan atau naga, aso atau buah yang terletak di seberang lamin.
anjing, tanjau atau guci, serta munik Itu dibuat dari kayu ulin dengan
59
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
ketinggian 10-12 meter dan pada ujung 1997: 41) simbol-simbol burung
masing-masing tiang terdapat simbol enggang berupa ukiran dengan
burung enggang raja atau liak piau kerumitan tinggi diletakkan di tengah
berupa ukiran. Menurut Widjaja dan ketika upacara terhadap yang telah
Wardani (2016: 93) liak piau di meninggal, dihadapkan ke hilir atau
puncak tiang pantar merupakan simbol arah menuju laut serta menjadi
penguasa alam langit. Lebih lanjut, penanda kuburan para bangsawan.
tiang pantar tersebut juga dianggap Sedangkan untuk upacara terhadap
sebagai jalan menuju surga dan simbol yang masih hidup, ukiran burung
kepemimpinan dari leluhur di surga enggang dihadapkan ke hulu sebagai
serta bukti leluhur tersebut telah di- simbol menuju sumber kehidupan.
tiwah. Tiwah sendiri merupakan Simbol burung enggang berupa ukiran
upacara penyimpanan tulang leluhur juga menjadi pusat salah satu upacara
dalam sandung, semacam peti beratap masyarakat Dayak Iban, yakni gawai
yang disangga empat tiang kenyalang atau festival enggang yang
dibawahnya. Burung enggang di dilakukan setiap 10 tahun sekali dan
bagian puncak sandung menjadi hanya diperbolehkan diselenggarakan
simbol kelengkapan kehidupan arwah setelah seseorang mendapat isyarat
orang yang telah meninggal, estetis melalui mimpi (Bennett, dkk., 1997:
dan prestisnya sandung merupakan 41). Dalam upacara ini, ukuran patung
penghormatan terakhir dari orang yang burung enggang yang dibuat berukuran
masih hidup untuk keluarga yang telah cukup besar dan memiliki warna yang
meninggal. cerah, tetapi tidak terlampau kontras
Artefak dengan ukiran burung dan mencolok. Sedangkan mengenai
enggang seringkali menjadi pusat motif ukiran, patung ini mengikuti apa
pelaksanaan upacara berbagai yang tergambar dalam mimpi, itu
kelompok masyarakat di Kalimantan. semua dipersiapkan cukup lama dan
Menurut Langub (dalam Bennett, dkk., bahkan dapat memakan waktu hingga
60
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
satu tahun. Patung besar yang diukir menghadirkan kesan kokoh dan
dengan rupa penuh akan nuansa menjulang tinggi pada sepasang
burung enggang menjadi simbol patung burung enggang tersebut.
kekuatan atau spirit kehidupan, atas Masih berkaitan dengan
dasar itu maka selama proses kepemimpinan, burung enggang
persiapan upacara gawai kenyalang, dimaknai sebagai sebuah nilai
masyarakat Dayak Iban memberikan kebaikan yang dipercayai masyarakat
persembahan berupa anggur, makanan, Dayak Kenyah mewakili kekuatan
rokok, hingga uang, untuk patung untuk melindungi atau menjaga
enggang yang masih dalam proses kehidupan, itu menjadi sesuatu yang
pembuatan tersebut. Sedangkan ketika harus dimiliki oleh pemimpin mereka
tiba waktunya untuk upacara maka (Hanum dan Dahlan, 2018: 38. Burung
persembahan untuk spirit kehidupan enggang yang dianggap memiliki
itu digantikan dengan babi dan ayam kemampuan untuk menjaga dan
dengan jumlah yang banyak. mengendalikan kehidupan dengan baik
Dalam bidang pemerintahan, menjadi simbol sifat kepemimpinan
burung enggang cula menjadi burung ideal yang harus dijadikan teladan oleh
kenegaraan bagi negara bagian seorang pemimpin.
Serawak, sementara itu di Kalimantan
Barat burung enggang ditampilkan VI. Orientasi
dalam simbol atau lambang Uraian pelibatan burung
pemerintah provinsi (Bennett, dkk., enggang dalam kehidupan masyarakat
1997: 41). Secara fisik, seperti kata Dayak menunjukkan bahwa burung
Hanum dan Dahlan (2018: 37), burung enggang bagi masyarakat Dayak telah
enggang juga terdapat di halaman menjadi suatu simbol dan memiliki
kantor Gubernur Kalimantan Timur makna tertentu. Gagasan mengenai
dalam wujud patung. Pembuatannya nenek moyang yang turun dari dunia
yang menggunakan kayu secara penuh atas sebagai burung enggang
61
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
62
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
63
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
64
Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 18, No. 1 Agustus Tahun 2021
65