Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

Atresia Ani

Oleh :

Adek Yeary Wardani I4A01085


Citra Eva Meilyndha I4A011072

Pembimbing :

dr. Hery Poerwosusanto, Sp.B, Sp.BA, FICS

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN

BANJARMASIN

Maret, 2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atresia Ani atau malformasi anorektal (anus imperforata) adalah malformasi

kogenital pada laki-laki atau perempuan dimana rektum tidak mempunyai lubang

keluar, melibatkan anus, rektum distal serta saluran kemih dan genital. Anus tidak

ada, abnormal atau ektopik. Dalam istilah kedokteran atresia adalah keadaan tidak

adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kogenital.1

Atresia ani merupakan masalah penting yang memerlukan penanganan segera,

sebab sedikit keterlambatan akan memberikan kelainan yang lebih luas seperti

perforasi sekum, obstruksi/distensi usus, dan fistula yang menyebabkan

inkotinensia. Insidennya adalah 1 dari 4000 hingga 5000 kelahiran hidup.

Insidensi pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.1

Artesia ani dapat disebabkan karena putusnya saluran pencernaan diatas

dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur, selain itu dapat

terjadi karena ada gangguan organogenesis dalam kandungan dan bisa juga

berkaitan dengan sindrom down. Atresia ani memiliki etiologi yang multifaktorial

salah satunya adalah komponen genetik dan lingkungan yang diturunkan secara

resesif autosomal.1
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi

ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala

akibatnya. Jika urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan

diabsobsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir

kearah traktus urinarius menyebkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya

akan terbentuk fistula antara rektum dnegan organ sekitarnya.1

Sebagian besar bayi diketahui mengalami kelainan artesia ani saat

pemeriksaan pertama setelah bayi lahir, yakni tidak ditemukan adanya lubang

pada anus yang ditunjukan kegagalan untuk mengeluarkan mekonium. Bayi akan

cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir, atau ditemukannya mekonium di

perineum kerena adanya fistula pada perineum.1

Penetalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Antresia ani letak tinggi

harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pena dan Defries pada tahun 1982

memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital

anorectoplsty, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter ekstermus dan

muskulus levator ani untuk mempermudah mobilisasi kantong rektum dan

pemotongan fistel.1

BAB III

LAPORAN KASUS
3.1 Identitas

A. Identitas Penderita

Nama : By. Ny.Nor Asiyah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat & tanggal Lahir : Buntok

Umur : 20 jam

B. Rujukan : Buntok

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama : tidak mempunyai lubang anus

Diagnosis : atresia ani letak tinggi

a. Keluhan Utama

Anak tidak memiliki lubang anus.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien lahir 20 jam SMRS di rumah dengan bantuan bidan , bayi lahir cukup

bulan, dengan berat badan 3 kg. Saat lahir pasien langsunng menangis saat

dilahirkan. Saat hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan USG da tidak

melakukan pemeriksaan ke bidan setempat. Saat lahir pasien tidak mengelurkan

meconium dan saat diperiksa pasien tidak memiliki anus, kemudian pasien juga

mengalami perut kembung dan telihat mengalami sesak nafas

Factor risiko ibu: keputihan gatal berbau

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak menderita penyakit serupa.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dan keluhan serupa.

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai petani.

3.3 Pemeriksaan Fisik

a. Tanggal : 6 Februari 2016

b. Umur: 1 hari

c. Berat badan: 2850 g

Panjang badan: 47cm

c. Tanda vital

Kesadaran : Compos mentis

Denyut jantung: 151x menit

Suhu : 36,8’C

Respirasi : 46xmenit

SaO2 :-

d. Kulit : Tidak pucat, kemerahan pada kuku-kuku ekstrimitas,

tidak juga kuning.

e. Kepala/leher

Kepala : Bentuk kepala mesosefal, alopesia (-), scar (-).

Rambut : Distribusi rambut tipis dan lurus, dengan warna hitam.

Alis mata dan bulu mata hitam dan tidak mudah dicabut.

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, produksi

air mata normal, secret berlebih tidak ada.

Telinga : Pinna terbentuk sempurna, rekoil cepat kembali.


Hidung : Hidung berbentuk normal, simetris, tidak terdapat

epistaksis, chonca tidak edem dan hiperemi, sekret

berlebih tidak ada. Pernafasan cuping hidung (-).

Mulut : warna merah tidak ada sianosis.

f. Leher : perbesaran KGB (-)

g. Toraks :

Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi tidak ada, iktus terlihat di linea

midklavikula sinistra ICS V.

Palpasi : fremitus vokalis simetris

Perkusi : Sonor all regio pulmo

Auskultasi : Vesikuler all regio, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

h. Payudara : Areola menonjol berdiameter 2 cm.

i. Jantung : S1 > S2 tuggal, bising (-)

Batas jantung kanan : Linea parasternal

Batas jantung kiri :

j. Abdomen :

Inspeksi : Datar.

Auskultasi : BU= (+) N

Palpasi : Tidak ada pembesaran organ. (H/L/M≠teraba)

Perkusi : Timpani

k Ekstremitas : Akral hangat.

l. Genitalia : Laki-laki.
n. Anus : Tidak ada.
3.4 Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium

HASIL SATUAN
7/2/16 8/2/16 10/2/16
PEMERIKSAAN
(02:35) (21:38)
Hemoglobin 20,1 20,9 17,8 g/dL
Lekosit 17,1 13,8 9,9 rb/μL
Eritrosit 5,46 5,90 5,03 Juta/μL
Hematokrit 58,6% 64,9 52,9 Vol%
Trombosit 165 198 192 ribu/μL
RDW-CV 18,8 19,1 18,9 %
MCV 107,5 110,0 105,3 Fl
MCH 36,8 35,4 35,3 Pg
MCHC 34,3 32,2 33,6 %
Gran% 70,0 79,0 70,1 %
Limfosit % 22,8 35,4 19,6 %
MID% 7,2 32,2 10,3 %
Gran# 22,0 10,90 7,00 ribu/ul
Limfosit# 3,9 1,6 1,9 ribu/ul
MID# 1,2 1,3 1 ribu/ul
Hasil PT 44,2 22,4 58,1 Detik
INR 3,63 1,90 4,70
Control Normal PT 11,4 11,4 11,4
Hasil APTT 42,9 38,0 43,3 Detik
Control Normal 26,1 26,1 26,1

APTT
GDS 75 - - mg/dl
SGOT 58 - - U/l
SGPT 32 - - U/l
Natrium - - - mmol/l
Kalium - - - mmol/l
Chlorida - - - mmol/l
Albumin - - -
Bilirubin Total - 13,86 - mg/dl
Bilirubin Direk - 1,84 - mg/dl
Bilirubin Indirek - 12,00 - mg/dl
Hasil foto
Resume

Nama : By.Ny NA

Jenis Kelamin : Laki laki

Tempat & tanggal Lahir : Buntok, 5 Februari 2016

Umur : 1hari

Keluhan Utama : Tidak memiliki anus

Uraian :

Pasien lahir 20 jam SMRS saat lahir pasien menangis dengan spontan

meconium (-) saat diperiksa pasien tidak memiliki lubang anus.

Pasien dilahirkan dirumah dengan bantuan bidan, Selama

kehamilan ibu tidak pernah melakukan ANC maupun

pemeriksaan lain.

Pemeriksaan Fisik :

Denyut jantung : 151x menit

Suhu : 36,8°C

Respirasi : 46xmenit

Berat Badan : 2850 kg

Panjang Badan : 47 cm
Kulit : Tidak pucat, kemerahan pada kuku-kuku ekstrimitas,

tidak juga kuning.

Kepala : Normal

Rambut : Normal

Mata : Normal

Hidung : Normal

Telinga : Normal

Mulut : Normal

Leher : Normal

Toraks : Normal

Abdomen : Normal

Ekstremitas : Normal

Susunan saraf : Normal

Genitalia : Normal

Anus : Tidak aada

6. Diagnosa

Ateresia Ani

7. Penatalaksanaan 6 Februari 2016

Obs TNRS

DC dan NGT

IVFD D5 ¼ NS 480 cc/ hari


Inj ciprofloxacin 2x 75

Inj paracetamol 3x 30mg

8. Follow up

Tanggal Subjektif Assesment tatalaksana planning

7/2/2016 Menangis MAR letak obs TNRS

kuat (+) BAB tinggi


DC+OGT
(-)
IVFD D5 ¼ NS

480 cc/hari

inj ciproflozacin 2x

75

inj paracetamol

3x30mg

8/2/2016 BAB(-) MAR letak IVFD D 12,5 + ca tranfusi

demam (+) tinggi glukonas 7,5 cc/jam plasma 26

cc
T=38 inj ampicillin

2x150mg temporary

colstomy
inj gentamicin
15mg/36 jam

inj vit K

1x2gr/3jam

9/2/2016 BAK (+) MAR letak IVFD D 12,5 + ca tranfusi

BAB (-) tinggi glukonas 7,5 cc/jam plasma

demam (-) 26cc


inj ampicillin

2x150mg temporary

colostomy
inj gentamicin

15mg/36 jam

inj vit K

1x2gr/3jam

10/2/2016 BAB (-) MAR letak IVFD D 12,5 + ca

BAK (+) tinggi glukonas 7,5 cc/jam

demam (-)
inj ampicillin

2x150mg

inj gentamicin

15mg/36 jam

inj vit K

1x2gr/3jam

instruksi post op
awasi TV:

N/T/RR/nyeri

TPN (infus) sesuai

program Sp.A

inj antibiotic sesuai

dengan protocol

NICU

antrain 30 mg/6

jam (jika kesakitan)

rawat stoma

11/2/2016 Menangis Post IVFD D10 combo

kuat (+) temporary 11,6 cc/jam


POD I
gerak aktif colostomy a/I
AF 3,5 8,1
(+) MAR letak
Inj ampicillin 2x
tinggi
BAB (+)
130mg

Gentamicin 13

mg/36 jam

VIT K 1x2mg

OMZ 1x1,8 mg
PCT 3x 28 mg

Diet OGT 8x3,5cc

Rawat stroma

12/2/2016 Menangis Post IVFD D10 combo

kuat (+) temporary 11,6 cc/jam


POD II
gerak aktif colostomy a/I
AF 3,5 8,1
(+) MAR letak
Inj ampicillin 2x
tinggi
BAB (+)
130mg

Gentamicin 13

mg/36 jam

VIT K 1x2mg

OMZ 1x1,8 mg

PCT 3x 28 mg

Diet OGT 8x3,5cc

Rawat stroma

13/2/2016 Menangis Post IVFD D10 combo

kuat (+) temporary 11,6 cc/jam


POD III
gerak aktif colostomy a/I
AF 3,5 8,1
(+) MAR letak
Inj ampicillin 2x
tinggi
BAB (+) 130mg

Gentamicin 13

mg/36 jam

VIT K 1x2mg

OMZ 1x1,8 mg

PCT 3x 28 mg

Diet OGT 8x3,5cc

Rawat stroma

BAB III

PEMBAHASAN
Atresia adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan

normal atau organ tubular secara kongenital. Atresia ani adalah kelainan kogenital

tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis

rektum dan atresia rektum. Insiden pada laki-laki lebih banyak dari pada

perempuan.2,7

Etiologi

Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi

lahir tanpa lubang dubur.

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu.

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologi di daerah

usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis yang terjadi antara

minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

Klasifikasi

Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok

besar yaitu:3,8

 Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis

dicapai melalui saluran fistula eksterna :

a) Fistula perineum : adalah cacat paling sederhana pada kedua jenis

kelamin. Penderita mempunyai lubang kecil terletak di perineum,

sebelah anterior dari titik pusat sfingter eksterna, di dekat skrotum


pada pria atau vulva pada perempuan. Tidak deperlukan

pemeriksaan lebih lanjut, dan cacat ini dapat diperbaiki tanpa

kolostomi proteksif.

b) Fistula rektoureta : rektum berhubungan dengan bagian bawah

ureta (ureta prosta). Kebanyakan penderita ini mempunyai bentuk

lekukan garis tengah perineum dan lesung anus yang baik.

Penderita ini membutuhkan kolostomi protektif selama masa

neunatus. Paling sering pada penderita laki-laki.

c) Fistula rektovesika : rektum berhubungan dengan saluran kencing

pada setinggi leher vesika urinaria. Kolostomi diharuskan selama

masa neonatus yang disertai dengan operasi perbaikan korektif di

kemudian hari.
d) Fistula vestibular : cacat yang paling sering ditemukan pada

permpuan. Rektum bermuara kedalam vestibula kelamin

perempuan sedikit diluar selaput dara. Kolostomi proteksi

diperlukan sebelum dilakukan operasi koreksi.

e) Kloaka persisten : rektum, vagina dan saluran kencing bertemu dan

menyatu dalam suatu saluran bersama. Perineum mempunyai suatu

lubang yang terletak sedikit dibelakang klitoris.

f) Fistula retrovagina : memiliki cacat yang sangat luar biasa. Hal ini

menjadi nyata setelah munculnya cara pendekatan operasi sagital

posterior, yang memungkinkan ahli bedah langsung melihat

anatominya.

 Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan

keluar tinja : cacat ini mempunyai kerakteristik sama pada kedua jenis

kelamin. Rektum tertutup sama sekali dan biasanya ditemukan kira-kira 2

cm diatas kulit perineum. Sakrum dan mekasinme sfingter biasanya

berkembang baik. Prognosis fungsional biasanya baik, kolostomi

terindikasi selama masa neonatus.

Tanda dan gejala

Gejala yang menunjukkan terjadinya ateresia ani terjadi dalam waktu 24-

48 jam. Gejala itu dapat berupa:4

1. perut kembung

2. muntah
3. tidak bisa buang air besar

4. pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat

dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani

letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu, kolostomi dapat dilakukan

beberapa hari setelah lahir.

Prosedur anoplasi perineal yaitu dibuat anus permanen dilakukan pada

bayi berusia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk

membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.1

Penatalaksanan pada neonatal yaitu:8

 memperhatikan assessment dan inspeksi

 pasang NGT

 pemasangan iv line

 lakukan palpasi abdomen

 Echocardiogram

 Foto x-ray Vetebra AP-LAT termasuk sacral

 Lakukan evaluasi urologi

 Pemberian Antibiotik profilaksis

 Pembedahan definitive pada tipe yang letak rendah

 Untuk tipe tinggi dilakukan colostomy


 Melakukan colostogram distal untuk menentukan ada tidaknya fistula

sebelum dilakukan perbaikan definitive.

Penentuan penilainan pembedahan

1. Waktu : rendah pada waktu 24-48 jam untuk dilakukan operasi.

2. Letak tinggi

Segera dilakukan operasi repair definitive (anak berusai 6 minggu)

3. Letak rendah

Dilakukan mini PSARP untuk mengoptimalkan penempatan bersama otot,

walaupun ini tidak terlalu mempengaruhi gejala yang muncul. Prosedur

operasi alternated lainnya yaitu Y.V plasty yang kemungkinan

menyebabkan luka. Tatalaksna tanpa operasi bias menggunakan dilator.

4. Bantuan laparoskopi

Laparoskopi dilakukan jika dalam keadaan darurat, dilakukan berbarengan

dengan PSARP

5. Stoma

Jika stoma berada didaerah yang paling distal8

Pada anamnesis didapatkan penderita tidak memiliki lubang anus dari lahir.

Sesuai dengan kepustakaan bahwa malformasi anorektal merupakan salah satu

anomali yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Sebelumnya penderita memiliki

riwayat tidak keluarnya mekonium, perut pasien juga kembung pada hari setelah

lahir.5

Penderita dibawa ke RS buntok , kemudian dirujuk ke RSUD ULIN

Banjarmasin kemudian dilakukan pembuatan lubang pada perut sebagai saluran


pembuangan kotoran sementara. Tindakan tersebut disebut kolostomi, tindakan ini

biasanya dilakukan sebagai tahap pertama pada bayi baru lahir dengan atresia ani.5

Pemeriksan fisik juga mendukung untuk menegakkan diagnosis. Pertama

pemeriksaan harus melakukan inspeksi menyeluruh terhadap perineum, dimana

biasanya ditemukan petunjuk yang paling penting tentang jenis malformasi pada

pasien. Hal ini penting untuk tidak langsung mengambil keputusan untuk tindakan

kolostomi sebelum 20-24 jam pertama kelahiran. Alasan untuk menunggu bahwa

secara signifikan tekanan intraluminal diperlukan mengisi mekonium melalui

fistula yang merupakan tanda paling penting pada bayi tersebut.6

Alogoritma for male with anorectal malformation


BAB IV

KESIMPULAN
Telah dilaporkan bayi laki-laki berusia 1 hari yang dirawat di NICU

RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan tidak mempunyai anus. Dari anamnesis

didapatkan bahwa bayi tidak mengeluarkan meconium, perut kembung dan tidak

memiliki anus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan anus (-). Maka pasien

didiagnosis dengan MAR letak tinggi dan telah dilakukan temporary colostomi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson, G. Rosen, MD. Pediatric Imperforate Anus.

2. Levit MA, Pena A. Anorectal Malformation. Orphanet Journal Of Rare


Disease. 2007.

3. Behrman RE, Kliegman R, Jenson HB. Nelson Text Book Of Pediatrics 17th ed
Philadelphia: WB Saunders: 2004

4. FKUII. Ateresia Ani. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. 2006.


[diakses 16 april 2015]

5. Newborn Management Of Anorectal Malformations Sugery In Afrika. 2009.


[diakses 18 april 2015]

6. Arnol G.coran. N, Scott adzick. Dkk. Pediatric Surgery Seven Edition. Vol
1;2012. Departement of Pedriatics Surgery. United States of America.

7. Silke Ms Wagener and Stewart Mr Cleeve. Anorectal malformation (ARM) in


boys.Oxford: Oxford University Hospitals NHS Trust; 2015.

8. Levitt marc A, Alberto pena, Jonathan R and Alun R Williams. The


Management of anorectal malformations course companion. Cincinnati;
Cincinnati Children’s Hospital Medical Center. 2014

9. Surgery in Africa- monthly review. Newborn Management of Anorectal


Malformations. 2009: 6-8.

Anda mungkin juga menyukai