Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PERAN FUNGSI PETUGAS KESEHATAN

DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GANG SEHAT PONTIANAK

The Correlation Between The Role Of The Function Of Health Workers And Taking
Medicine Compliance In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus In The Working
Area Of The Community Health Center Of Gang Sehat Pontianak

Suriyani Nengsih Permatasari*, Mita**, Herman***


*Mahasiswi Prodi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak,
suriyaninengsihpermatasari@student.untan.ac.id
**Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, mita@ners.untan.ac.id
*** Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, herman@ners.untan.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Dalam mengontrol perjalanan penyakit diabetes melitus ada 5 pilar penting
penatalaksanaan nya yaitu edukasi, pola makan, olahraga, famakologi dan pemantauan gula
darah. Dalam pengobatan penyakit diabetes melitus timbul masalah ketidakpatuhan.
Dukungan tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan. Petugas
kesehatan merupakan orang pertama yang mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien,
sehingga memiliki peran yang besar dalam menyampaikan informasi pada pasien.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan peran fungsi petugas kesehatan dengan kepatuhan
minum obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Gang Sehat
Pontianak.
Metode: Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Teknik sampling yaitu
purposive sampling dengan jumlah responden 101 orang.
Hasil: Peran fungsi petugas kesehatan baik dan kepatuhan minum obat antidiabetes kurang
patuh. Analisa bivariat dengan uji chi square didapatkan nilai p=0,278 (p>0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan peran fungsi petugas kesehatan dengan kepatuhan
minum obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Gang Sehat
Pontianak.

Kata Kunci: DM Tipe 2, Kepatuhan Minum Obat, Peran Fungsi Petugas Kesehatan
ABSTRACT

Background: In controlling the course of the disease, there are 5 important pillars for
managing type 2 diabetes melitus patients, such as education, diet, exercise, pharmacology
and monitoring blood sugar. In the treatment of diabetes mellitus, problems to know about
the patient’s health condition, so that they have a big role in conveying information to
patients.
Objective: To determine the correlation between the role of the function of health workers
and taking medicine compliance in patients with type 2 diabetes mellitus in the working area
of the community health Center of gang sehat pontianak.
Method: This study used quantitative research with cross sectional design. The sampling
technique employed was purposive sampling method with a total sample of 101 respondents.
The research data was analyzed using the chi-square statistical test.
Results: Based on the respondents’ characteristics, the majority of patients were >65 years
old (43.6%), female (62.4%), junior high school education background (33.7%), and had a
working status as a housewife (41.6%), had medication education (94.1%), and got family
support (61.4%). While the role of health staffs’ function was good (65.4%), but medication
non-compliance (56.4%), and p value = 0.278 (p>0.05).
Conclusion: There is no correlation between the role of the function of health workers and
taking medicine compliance in patients with type 2 diabetes mellitus in the Working Area of
community health center of Gang Sehat Pontianak.

Keywords: DM Type 2, taking medicine compliance, Role of Health workers’ Function


PENDAHULUAN pasien juga berhubungan dengan
Dalam mengontrol perjalanan kepatuhan berobat, pasien yang memiliki
penyakit, ada 5 pilar penting sikap yang baik akan patuh jika
penatalaksanaan pasien diabetes melitus dibandingkan dengan pasien dengan sikap
tipe 2 yaitu edukasi, pola makan, olahraga, kurang baik. Kemudian, motivasi pasien
famakologi dan pemantauan gula darah. berhubungan dengan kepatuhan berobat,
Terapi farmakologi diberikan bersama motivasi yang baik akan patuh
dengan pengaturan makan dan latihan dibandingkan dengan motivasi yang
jasmani (gaya hidup sehat). American kurang baik. Motivasi ini didasarkan pada
Diabetic Association (ADA) (2013) informasi yang di dapat serta hasil
menyatakan terapi farmakologis terdiri pengamatan suatu objek sehingga
dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat menimbulkan persepsi untuk berbuat atau
hipoglikemik oral, berdasarkan cara melakukan sesuatu4. Selain pengetahuan,
kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan sikap, dan motivasi ada faktor lain yang
yaitu pemicu sekresi insulin sulfonylurea dapat mempengaruhi kepatuhan minum
dan glinid, peningkat sensitivitas terhadap obat, yaitu interaksi pasien dengan tenaga
insulin metformin dan tiazolidindion, kesehatan6.
penghambat glukoneogenesis, penghambat Dukungan tenaga kesehatan sangat
absorpsi glukosa: penghambat glukosidase diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan,
alfa dan DPPIV inhibitor3. misalnya dengan adanya komunikasi. Hal
Hasil Riset Kesehatan Dasar ini sesuai dengan teori yang ada, dimana
(Riskesdas) tahun 2018 presentasi pasien petugas kesehatan merupakan orang
yang rutin dalam minum OAD dan suntik pertama yang mengetahui tentang kondisi
insulin sebanyak 91% dan yang tidak rutin kesehatan pasien sehingga mereka
sebanyak 9%. Alasan pasien tidak rutin memiliki peran yang besar dalam
disebabkan karena pasien itu sendiri menyampaikan informasi mengenai
merasa sudah sehat, tidak rutin berobat ke kondisi kesehatan dan hal-hal yang harus
fasyankes, minum obat tradisional, sering dilakukan oleh pasien untuk proses
lupa, penyebab lainnya, tidak tahan efek kesembuhannya. Komunikasi ini dapat
samping obat, tidak mampu membeli obat dilakukan melalui pendidikan kesehatan
secara rutin, obat tidak tersedia di berupa penyuluhan7.
fasyankes4. Apabia pasien diabates melitus
Hasil studi pendahuluan di pernah mendapat informasi dari tenaga
Puskesmas Gang Sehat didapatkan jumlah kesehatan maka akan meningkatkan
pasien diabetes melitus tipe 2 yang perilaku kesehatan, informasi yang
melakukan kunjungan di Puskesmas Gang diperoleh akan meningkatkan pengetahuan
Sehat pada tahun 2018 sebanyak 6,1 % dan hal tersebut akan mempengaruhi
dari jumlah estimasi penderita diabetes kepatuhan dalam menjalani terapi diabetes
melitus sebanyak 313 orang. Berdasarkan melitus8.
data yang diperoleh dari petugas kesehatan Berdasarkan data di atas, peneliti
Puskesmas Gang Sehat. bahwa masih ada tertarik untuk melakukan penelitian
pasien diabetes melitus yang melakukan tentang “hubungan peran fungsi petugas
kontrol gula darah tidak teratur. kesehatan dengan kepatuhan minum obat
.Faktor- faktor yang berhubungan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di
dengan kepatuhan berobat pasien diabetes wilayah kerja Puskesmas Gang Sehat
melitus yaitu pengetahuan, sikap, dan Pontianak”
motivasi. Pasien yang memiliki
pengetahuan yang baik akan patuh jika METODE
dibandingkan dengan pasien dengan Penelitian ini merupakan penelitian
pengetahuan yang kurang baik. Sikap kuantitatif observasional analitik dengan
hipotesis komparatif. Desain yang Edukasi
digunakan dalam penelitian ini adalah Ya 95 94,1
Tidak 6 5,9
Cross Sectional dengan jumlah responden
sebanyak 101 pasien yang menderita Dukungan keluarga
diabetes melitus tipe 2 di Wilayah kerja Ya 62 61,4
Puskesmas Gang Sehat Pontianak. Tidak 39 38,6
Instrumen yang digunakan pada Analisis diatas didapatkan bahwa
penelitian ini adalah kuesioner peran pasien yang terdiagnosis diabetes melitus
fungsi petugas kesehatan terdiri 16 tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Gang
pertanyaan yang sudah diuji validitas dan Sehat Pontianak mayoritas manula (>65
kuesioner Morisky Medication Adherance tahun) yaitu 43,6%. Lebih banyak berjenis
Scale (MMAS-8) terdiri atas 8 pertanyaan. kelamin perempuan yaitu 62,4%.
Analisa data pada penelitian ini Pendidikan terakhir responden sebagian
menggunakan analisis statistik komputer. besar SMP yaitu 33,7%. Status pekerjaan
Setelah data terkumpul kemudian responden sebagian besar adalah IRT
dilakukan pengelolaan data dengan sebesar 41,6%, mendapatkan edukasi
menggunakan Uji Chi-Square dengan minum obat sebesar 94,1%, mendapatkan
penarikan kesimpulan akhir menggunakan dukungan keluarga sebesar 61,4%.
nilai p value.
Tabel 2. Peran Fungsi Petugas Kesehatan
HASIL
Distribusi Karakteristik Responden Peran Fungsi Petugas f %
Tabel 1. Karakteristik Responden Kesehatan
Baik 66 65,4
Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Kurang Baik 35 34,6
Pendidikan, pekerjaan, edukasi minum
obat dan dukungan keluarga (n=101). Dari tabel 2 didapatkan hasil Peran
Fungsi Petugas Kesehatan pada kategori
Karakteristik Frekuensi Persentase
(f) (%)
baik sebanyak 66 orang dengan presentase
Usia 65,4% dan tidak baik sebanyak 35 orang
Dewasa akhir (36-45 8 7,9 dengan presentase 40 %.
tahun)
Lansia awal (46-55 18 17,8 Tabel 3. Kepatuhan Minum Obat Diabets
tahun) Melitus
Lansia akhir (56-65 31 30,7
tahun)
Manula (>65 tahun) 44 43,6 Kepatuhan Minum Obat f %
Diabetes Melitus
Jenis Kelamin Patuh 20 19,8
Laki-laki 38 37,6 Kurang Patuh 57 56,4
Perempuan 63 62,4
Tidak Patuh 24 23,9
Pendidikan Terakhir
SD 24 23,8 Dari tabel 3 didapatkan hasil
SMP 34 33,7 kepatuhan minum obat diabetes melitus
SMA 24 23,8 dengan kategori patuh sebanyak 20 orang
Sarjana 19 18,8
dengan presentase 19,8%, kategori kurang
Status Pekerjaan patuh 57 orang dengan presentase 56,4%,
IRT 42 41,6 dan kategori tidak patuh sebanyak 24
PNS/TNI/POLRI 15 14,9 orang dengan presentase 23,9%. Uji
Pensiunan 11 10,9 statistik yang digunakan Chi-Square.
Lain-lain 33 32,7
Tabel 3.1 Alasan penderita DM tidak MMAS-8
patuh minum obat berdasarkan kuesioner
Alasan Presentase (%)
1. lupa minum obat 17,8%
2.Sengaja tidak minum obat 15,8%
3.Berhenti Minum Obat 17,8%
4.Tidak Membawa obat 51,5%
5.Tidak Minum obat 14,9%
6.Merasa sudah sehat 48,5%
7.Pengobatan mengganggu 11,9%
8.Sulit mengingat minum 10,9%
obat

Hubungan Peran Fungsi Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Tabel 4. Hubungan peran fungsi petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat pada
pasien diabetes melitus tipe 2

Peran Fungsi Petugas Kepatuhan Minum Obat


Kesehatan Tidak Patuh Kurang Patuh Patuh Total p
F % f % f %
Kurang baik 10 9,9% 16 15,8% 9 8,9% 35
Baik 14 13,9% 41 40,6% 11 10,9% 66 0,278

Total 24 23,8% 57 56,4% 20 19,8% 101

Dari hasil uji statistik Chi-Square Pengelompokan pasien berdasarkan


diperoleh nilai p value sebesar 0,278 (p jenis kelamin dilakukan untuk mengetahui
>0,05), kesimpulan bahwa tidak terdapat perbandingan jumlah pasien laki-laki dan
hubungan peran fungsi petugas kesehatan perempuan, hasil penelitian ini
dengan kepatuhan minum obat pada pasien menunjukan bahwa mayoritas responden
diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja yang menderita diabetes melitus adalah
Puskesmas Gang Sehat Pontianak. perempuan. Perbedaan jumlah berdasarkan
jenis kelamin ini sejalan dengan hasil
PEMBAHASAN penelitian Jelantik dan Haryati
Karakteristik responden yang menunjukan bahwa penyakit diabetes
digunakan pada penelitian ini adalah usia, melitus sebagian besar dapat dijumpai
jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pada perempuan dibandingkan laki-laki.
pekerjaan, data edukasi, dan datadukungan Hal ini dapat disebabkan karena pada
keluarga. Pasien yang mengalami penyakit perempuan memiliki LDL (Low Density
diabetes melitus pada penelitian ini dari Lipoprotein) yang lebih tinggi
kategori dewasa akhir sampai masa dibandingkan dengan laki-laki, dan juga
manula dan mayoritas rata-rata usia terdapat perbedaan dalam melakukan
responden yang menderita diabates melitus semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari
berada dalam kategori manula usia >65 yang sangat mempengaruhi kejadian suatu
tahun (43,6%). penyakit, dan hal tersebut merupakan salah
Usia merupakan faktor spesifik satu faktor11.
yang dapat meningkatkan penimbunan Pendidikan responden sebagian
lemak dalam tubuh yang dapat besar SMP (33,7%). Orang dengan tingkat
mengganggu kerja insulin serta dapat pendidikan tinggi akan lebih biasa
menyebabkan terjadinya kecacatan pada menerima dirinya sebagai orang sakit jika
sel beta pancreas sehingga menimbulkan mengalami gejala yang berhubungan
adanya retensi insulin. Ketika terjadi dengan suatu penyakit dibandingkan
retensi insulin, maka akan terjadi dengan pendidikan rendah12. Pasien
penumpukan glukosa di dalam tubuh yang ditingkat pendidikan rendah menilai bahwa
dapat menyebabkan terjadinya penyakit kesehatan merupakan suatu hal yang lebih
DM9. penting, dengan patuh mengonsumsi obat
Pada penelitian Mokolamban maka akan membantu meningkatkan
menyatakan bahwa pasien usia 18-65 lebih kesehatan11.
patuh dalam mengonsumsi obat Masyarakat yang memiliki
dibandingkan pasien usia >65 tahun, pendidikan yang lebih tinggi, umumnya
dimana pasien pada kelompok ini rata-rata mempunyai pengetahuan dan wawasan
juga sudah berusia lanjut yaitu 40 tahun ke yang lebih luas sehingga lebih mudah
atas yang merasa penting untuk menjaga menyerap dan menerima informasi.
kesehatannya11. Sehingga dengan pengetahun yang
diperoleh, maka klien akan mengetahui bahwa tidak ada hubungan dukungan
manfaat dan saran atau nasihat dari keluarga dengan kepatuhan pengobatan
petugas kesehatan serta mereka akan lebih pada penderita diabetes melitus16.
patuh dalam menjalani pengobatan13. Peran fungsi petugas kesehatan di
Karakteristik Pekerjaan responden UPTD Puskesmas Gang Sehat Pontianak
sebagian besar ibu rumah tangga/ IRT dinyatakan baik. Peran fungsi petugas
(41,6%), responden dengan pekerjaan IRT kesehatan sebagai pemberi pelayanan
lebih beresiko terkena diabetes melitus kesehatan, edukator dan konselor yakni
karena mereka kurang dalam melakukan dokter, perawat, dan apoteker mempunyai
aktivitas fisik hal ini dapat dibuktikan tugas masing-masing. Peran dokter
dengan pekerjaan mereka seperti memberikan edukasi berupa informasi
memasak, menyapu, mencuci, dan lain- minum obat dan mengingatkan kontrol
lain dapat dilakukan dalam waktu yang pada pasien DM. Peran perawat
singkat. Sedangkan waktu untuk bersantai melakukan pengkajian pada pasien DM,
lebih banyak seperti duduk-duduk, mengingatkan kontrol, memberikan
menonton dan lain-lain. edukasi informasi minum obat, dan
Karakteristik data edukasi menyarankan untuk cek gula darah. Peran
responden sebagian besar mendapatkan Apoteker memberikan penjelasan berupa
edukasi minum obat diabetes melitus obat diabetes yang dikonsumsi.
(94,1%). Seseorang yang pernah Dukungan yang dapat diberikan
mendapatkan edukasi akan memiliki oleh petugas kesehatan kepada pasien
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan terdiri empat jenis dukungan. Dukungan
dengan yang belum pernah mendapatkan pertama adalah dukungan informasional
edukasi. Dimana edukasi tersebut memiliki yaitu dalam bentuk pemberian informasi,
pengaruh yang cukup besar untuk nasihat, ide, arahan dan lainnya yang
menentukan perilaku seseorang sebagai dibutuhkan. Dukungan kedua yaitu
upaya menjaga kesehatannya. Sejalan dukungan emosional untuk rasa damai dan
dengan penelitian Sucipto & Rosa aman berupa simpatik, empati,
menyatakan ada pengaruh kepatuhan kepercayaan, perhatian dan cinta.
setelah diberikan edukasi pada responden Dukungan ketiga berupa dukungan
diabetes melitus. pemberian edukasi dan instrumental seperti memberikan peralatan
konseling inilah pasien diharapkan lengkap, obat-obatan dan lain-lain yang
memiliki pengetahuan yang cukup tentang dibutuhkan. Sementara dukungan keempat
diabetes, yang selanjutnya dapat merubah ialah dukungan penilaian dalam bentuk
sikap dan perilakunya 14. pemberian penghargaan atau apresiasi.
Karakteristik data dukungan Dukungan tersebut diperoleh dari dokter,
keluarga sebagian besar mendapatkan perawat maupun petugas kesehatan
dukungan keluarga dalam pengobatan lainnya17.
diabetes melitus (61,4%). Sejalan dengan Kepatuhan Minum Obat diabetes di
penelitian Lenny & Fridalina bahwa UPTD Puskesmas Gang Sehat Pontianak
responden yang mendapatkan dukungan dinyatakan kurang patuh. berdasarkan
keluarga dinyatakan patuh dalam minum kuesioner MMAS-8 alasan sebagian besar
obat15. Dukungan keluarga merupakan pasien tidak patuh minum obat diabetes
sikap, tindakan dan penerimaan terhadap adalah pasien tidak membawa membawa
penderita yang sakit. Penderita DM sangat obat ketika berpergian jauh (51,5%),
memerlukan dukungan sosial dari orang alasan tidak membawa obat bisa karena
lain selama menjalani proses lupa, semakin tua usia seseorang maka
pengobatanya. Penelitian ini berlawanan fungsi kognitif akan semakin berkurang,
dengan yang dilakukan oleh Oktaviani, sehingga mempengaruhi dari tingkat
Widagdo & Widjanarko yang menemukan keberhasilan pengobatan.
Penelitian yang dilakukan di seseorang itu sendiri yang disebut dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Gang Sehat faktor intrinsic atau faktor di luar dirinya
Pontianak didapatkan bahwa tidak ada disebut faktor ekstrinsik5.
hubungan peran fungsi petugas kesehatan
dengan kepatuhan minum obat pada pasien SIMPULAN SARAN
diabetes melitus tipe 2. Hasil penelitian ini didapatkan nilai
Hasil penelitian ini sejalan dengan p 0,278 yang berarti tidak terdapat
penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani, hubungan peran fungsi petugas kesehatan
Widagdo, & Widjanarko yang menunjukan dengan kepatuhan minum obat pada pasien
bahwa tidak ada hubungan dukungan diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja
petugas kesehatan dengan kepatuhan Puskesmas Gang Sehat Pontianak.
pengobatan penderita diabetes melitus di
Puskesmas Pudak Payung Kota Semarang DAFTAR PUSTAKA
(p=0,578)16. Lenny & Fridalina 1. Kementerian Kesehatan RI. (2014).
menyatakan tidak ada hubungan peran Infodatin Situasi dan Analisis
tenaga kesehatan dengan kepatuhan Diabetes. Jakarta.
berobat jalan, peran serta dukungan 2. Bulu, A., Wahyuni, T. D.,
petugas kesehatan sangatlah besar bagi Sutriningsih, A. (2019). Hubungan
penderita, dimana petugas kesehatan Antara Tingkat Kepatuhan Minum
adalah pengelola penderita dan petugas Obat Dengan Kadar Gula Darah
adalah yang paling sering berinteraksi, Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
sehingga pemahaman terhadap kondisi Nursing News. 4(1), 181-189.
fisik maupun psikis menjadi lebih baik dan 3. Putra, I. W. A., Berawi, K.N. (2015).
dapat mempengaruhi rasa percaya dan Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien
menerima kehadiran petugas kesehatan Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority.
dapat ditumbuhkan dalam diri penderita 4(9), 8-12.
dengan baik15. 4. Kementerian Kesehatan RI. (2018).
Hal yang dapat dilakukan oleh Riset Kesehatan dasar 2018.
petugas kesehatan adalah membantu 5. Tombokan, V., Rattu, A. J. M.,
pasien agar tidak lupa minum obat antara Tilaar, C. R. (2015). Faktor-faktor
lain memberikan alat bantu seperti kartu yang Berhubungan dengan
pengingat minum obat yang dapat ditandai Kepatuhan Berobat Pasien Diabetes
bila pasien sudah meminum obat, Melitus pada Praktek Dokter
memberikan informasi tambahan atau Keluarga di Kota Tomohon. JIKMU.
tulisan yang besar dan jelas pada etiket 5(2), 260-269.
obat untuk pasien yang sulit mendengar 6. Jilao, M. (2017). Tingkat Kepatuhan
atau melihat, memberikan dukungan, Penggunaan obat antidiabetes oral
motivasi, serta memberikan kemudahan pada pasien diabates melitus di
dalam upaya pengobatan. puskesmas koh-libong thailand.
Selain peran dari petugas Malang: Universitas Islam Negeri
kesehatan, perilaku kesehatan individu Maulana Malik Ibrahim. Skripsi S1.
juga dipengaruhi oleh motivasi diri 7. Hestiana, D.W. (2017). Faktor-faktor
individu untuk berperilaku yang sehat dan yang Berhubungan dengan
menjaga kesehatannya. Motivasi Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet
merupakan suatu proses psikologis yang pada Pasien Rawat Jalan Diabetes
mencerminkan interaksi antara sikap, Melitus Tipe 2 di Kota Semarang.
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang Journal of Healt Education. 2(2),
terjadi pada diri seseorang, dan motivasi 138-145
sebagai proses psikologis timbul 8. Purwandari, H. (2017). Faktor-
diakibatkan oleh faktor di dalam diri Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Klien Diabetes Melitus Hipertensi di Rumah Sakit Umum
dalam Menjalankan program Terapi Daerah Kajen Kabupaten
DM. STIKes Satria Bhakti Nganjuk. Pekalongan. Semarang: Universias
9. National Institude of Health.(2014). Muhammadiyah Semarang. Skripsi
Insuline Resistence and S1.
Prediabetes.The National Diabetes 14. Sucipto, A. & Rosa, E. M. (2018).
Clearinghouse. Efektivitas Konseling DM dalam
10. Mokolamban, C., Wiyono, W.I., & Meningkatkan Kepatuhan dan
Mpila, D. A. (2018). Kepatuhan Pengendalian Gula Darah pada
Minum Obat pada Pasien Diabetes Diabetes Melitus Tipe 2.
Melitus Tipe 2 disertai Hipertensi Muhammadiyah Journal of Nursing.
dengan Menggunakan Metode 9-20
MMAS-8. Jurnal Ilmiah Farmasi. 15. Lenny & Fridalina. (2018). Faktor-
7(4), 69-78. Faktor yang Berhubungan dengan
11. Jelantik, I.M.G. & Haryati, E. Kepatuhan Berobat Jalan Pasien
(2014). Hubungan Faktor Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ilmu
ResikoUmur, Jenis Kelamin, Kesehatan Masyarakat, 85-93
Kegemukan dan Hipertensi dengan 16. Oktaviani, B., Widagdo, L. &
Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Widjanarko, B. (2018). Faktor yang
Wilayah Kerja Puskesmas Berhubungan dengan Kepatuhan
Mataram.Media Bina Ilmiah. 8(1), Penderita Diabetes Melitus dalam
39-44 Menjalani Pengobatan di Puskesmas
12. Isnaini, N., Ratnasari. (2018). Faktor Pudak Payung Kota Semarang.
Resiko Mempengaruhi Kejadian Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6(5),
Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal 713-720
Kebidanan dan Keperawatan 17. Violita, F. (2015). Faktor yang
Aisyiyah. 14(1), 59-68 Berhubungan dengan Kepatuhan
13. Ahda, M. H. (2016). Pengaruh Minum Obat Hipertensi di Wilayah
Tingkat Pendidikan dan Dukungan Kerja Puskesmas Segeri. Makassar:
Keluarga terhadap Tingkat Universitas Hasanuddin. Skripsi S1.
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien

Anda mungkin juga menyukai