Bab-I IV Daftar Pustaka
Bab-I IV Daftar Pustaka
SKRIPSI
Safrudin Jamil
NIM. 14410190
ت ْ ُّللاُ الَّ ِذي َْن أَ َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذي َْن أُوت
ِ وال ِع ْل َم َد َر َجا ّ يَزْ فَ ِع
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Qs. Al-Mujadilah, Ayat 11,
(Surabaya: Fajar Mulya, 2012), hal 544.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Almamater Tercinta
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
َوالص َََّلةُ َوال َس ََل ُم َعلَي أَ ْش َرفِ ْاْلَ ْن ِب َيا ِء واَ ْل ُمرْ َسلِي َْن َو َعلَي,لِل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن
ِ ّ ِ اَ ْل َح ْم ُد
: اَمّا َبعْ ُد,صحْ ِب ِه اَجْ َم ِعي َْن
َ ألِ ِه َو
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw., yang telah menuntun manusia
menuju jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
viii
Semua amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah SWT, dan
mendapatkan limpahan rahmat-Nya, amin.
Safrudin Jamil
NIM. 14410190
ix
DAFTAR ISI
x
BAB III KURIKULUM PONDOK PESANTREN MU’ADALAH
A. Rancangan Kurikulum Pondok Pesantren Mu’adalah
di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta ........................ 52
B. Penerapan Kurikulum Pondok Pesantren Mu’adalah
di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta ........................ 74
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Januari 1988.
Konsonan Tunggal
Huruf
Nama Huruf Latin Keterangan
Arab
ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ب Ba’ B Be
ت Ta’ T Te
ث Sa’ Ṡ Es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح Ha’ ḥ Ha (dengan titik di bawah)
خ Kha’ Kh Ka dan Ha
د Dal D De
ذ Zal Ż Zet (dengan titik di atas)
ر Ra’ R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy Es dan Ye
ص Sad ṣ Es (dengan titik di bawah)
ض Dad ḍ De (dengan titik di bawah)
ط Ta’ ṭ Te (dengan titik di bawah)
ظ Za Ẓ Zet (dengan titik di bawah)
ع ‘ain ‘ Koma terbalik di atas
غ Gain G Ge
ف Fa’ F Ef
xii
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wawu W We
ه Ha’ H Ha
ء Hamzah . Apostrof
ي Ya’ Y Ye
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
pasti kapan pesantren itu dimulai, tetapi sebagai indikasi mulai adanya
pesantren pada awal abad ke-17 (1619) terdapat pesantren Jawa yang
dikenal asrama-asrama atau tempat tinggal yang dihuni para santri sebagian
besar terbuat dari bambu. Mungkin juga kata pondok berasal dari bahasa
sebagai suatu tempat yang dihuni oleh para santri. Pernyataan ini
1
Sahal Mahfudz, MA. Pesantren Mencari Makna (Jakarta: Pustaka Ciganjur.1999) ,hal.
174.
2
Zamakhsyari Dhofier., Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia. (Jakarta: LP3ES, 2011), hal. 41.
1
lingkungan pendidikan yang integral. Sebagai mana beliau mengumpamakan
dan akhiran–an yang berarti tempat tinggal para santri. Profesor Johns
mengatakan bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang artinya guru
mengaji, sedang C. C. Berg berpendapat bahwa kata santri berasal dari kata
shastri berasal dari bahasa India yang berarti buku-buku suci, buku-buku
Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar.5 Sejumlah pakar
ini.6 Eksistensi pendidikan model pesantren ini, telah hidup dan berada dalam
budaya bangsa Indonesia selama berabad-abad yang silam dan tetap bertahan
hingga sekarang.7
3
Said Agil Siraj et. AL. Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan Dan
Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), cet. 1, hal. 13
4
Ibid., hal. 14.
5
Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren; Pesantren Di Tengah Arus Ideologi-
Ideologi Pendidika, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), hal. 12.
6
M.Dian Nafi (Eds), Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: Instite For Training
And Development, MA, 2007 ), Cet. 1, hal. 152
7
Abdul Djamil, MA., Dalam Pengantar Ideologi Pendidikan Pesantren Pesantren Di
Tengah Arus Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), hal. 7
2
Pendidikan pondok pesantren bahkan telah diakui oleh sarjana-sarjana
barat seperti Van Den Berg, Hurgronje dan Geertz, sangat berpengaruh dalam
adalah :
Indonesia. Kemudian diikuti tugas (2) dakwah menyebarkan agama Islam dan
(3) benteng pertahanan umat dalam akhlak. Sejalan dengan fungsi hal ini,
8
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), hal. 38.
9
Muhtarom H. M. Reproduksi Ulama di Era Globalisasi, cet. I, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005) hlm. 106.
3
materi yang diajarkan dalam pondok pesantren semuanya terdiri dari materi
adalah pengajian yang dilakukan oleh seorang kyai yang diikuti oleh
santrinya dengan tidak ada batas umur atau ukuran tingkatan kecerdasan,
sedangkan sistem pengajian sorogan dilakukan satu per satu, dimana seorang
santri akan maju satu per satu dan membaca kitab dihadapan kyai untuk
dikoreksi kebenarannya.11
10
Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren
dan Madrasah Diniyah : Pertumbuhan dan Perkembangannya,( Jakarta : Depag RI, 2003 ), hal.
88.
11
Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Profil Pondok
Pesantren Muadalah, Cet. I (Jakarta: Depag RI, 2004), hal. 3.
12
Amir Haedari, dkk, Panorama Pesantren Dalam Cakrawala Modern, Cet. II (Jakarta,
Diva Pustaka, 2004), hal. 80.
4
umumnya, seperti pemberian standart isi, pengelolaan bahkan pengakuan
akan eksistensi ijazah yang dikeluarkan pondok pesantren tersebut. Hal itu
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada
mutu/kualitas yang telah ditetapkan secara adil dan terbuka. Selanjutnya hasil
13
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 6.
Bandung: Fokus Media, 2009, hal. 9.
5
pondok pesantren yang muadalah dengan luar tersebut hingga saat ini belum
Daarul Rahman yang berdiri pada 11 Januari 1975 oleh KH. Syukron
14
Choirul Fuad Yusuf, Pedoman Pesantren Muadalah (Jakarta: Direktur Jenderal
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, 2009), hal. 8.
15
Ibid., hal. 75.
6
bapak H. Mohammad Noor Mughni serta masyarakat yang mendambakan
daerah yang tersebar di Pulau Jawa dan luar Jawa bahkan ada yang berasal
dari negeri Jiran Malaysia, dan ada juga yang dari daerah Jakarta sendiri dan
sekitarnya. K.H. Syukron Ma’mun bersama para majlis guru, telah berhasil
dan terus mengembangkan visi dan misi yang seimbang guna tetap
yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan berada dalam golongan jama’ah
materi pendidikan agama Islam tanpa menafikan materi umum yang edukatif.
tujuan agar “ sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui” yaitu sekali
tradisional.
16
Dikutip dari situs resmi daarulrahman.com, pada pukul 17.00 WIB, pada tanggal 14
Januari 2018
7
(pondok pesantren yang mengkaji kitab-kitab kuning atau kitab kuno),
berkualitas bukan hanya dari sisi pendidikan pesantren modern yang dapat
menguasai dalam bahasa arab dan inggris, tetapi juga pendidikan pesantren
pada waktu tertentu yaitu setelah Shubuh, Ashar, dan Maghrib, khusus kelas
tercampur.18
17
Hasil Observasi, Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta, pada tanggal 12 Maret
2018 pukul 09.00 WIB.
18
Hasil Wawancara dengan Ust. Qosim Susilo, Kepala Sekolah, pada tanggal 12 Maret
2018, pukul 11.00 WIB.
8
Selain itu, sistem pembagian kelas yang sangat berbeda. Kelas
lokasi yang berbeda antara pondok pesantren Daarul Rahman yang bertempat
Jakarta”
B. Rumusan Masalah
Rahman Jakarta ?
Rahman Jakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Rahman Jakarta.
19
Ibid.
9
2. Untuk mengetahui penerapan kurikulum di Pondok Pesantren Daarul
Rahman Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta itu sendiri, dan bagi peneliti
1. Teoritis
pondok pesantren yang demikian masih belum menemukan titik temu yang
secara optimal.
2. Praktis
10
pendidikan yang efektif di lembaga-lembaga pendidikan, terutama
E. Kajian Pustaka
2. Jurnal Ara Hidayat dan Eko Wahib Volume III 1 Juni 2014 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berjudul
20
Mushollin, “ Kurikulum Pondok Pesantren Muadalah di MA Pondok Pesantren Salafy
Al-Fitrah Surabaya “, Jurnal, Volume 11 No. 1 Januari-Juni 2014.
11
pondok pesantren muadalah dan penerapan kurikulum di Madrasah Aliyah
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga tahun 2014 yang
Ma’arif Muntilan.22
sedangkan dalam judul ini, penulis membahas lebih lanjut tentang penerapan
Rahman Jakarta.
21
Ara Hidayat dan Eko Wahib, “Kebijakan Pesantren Muadalah dan Implementasi
Kurikulum di Madrasah Aliyah Salafiyah Pondok Tremas Pacitan”, Jurnal, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Volume III 1 Juni 2014.
22
Vina Tafrikhasari, “Penerapan Kurikulum Terpadu Di Full Day School SMP Terpadu
Ma’arif Muntilan”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014.
12
F. Landasan Teori
baku dan kualitas yang telah ditetapkan secara adil dan terbuka.23 Hasil
dan SMA Al-Azhar Mesir. Di jawa Timur ada 3 madrasah dan pesantren
13
ijazahnya di samakan dengan ijazah SMA Al Azhar Mesir. Di Jawa Barat
ada 5 madrasah dan pesantren, diluar Jawa satu madrasah yang ijazahnya
tinggi maupun melamar pekerjaan pada sector formal, karena mereka tidak
pendidikan pesantren.
legalitas ijazah pesantren selama ini, bagi banyak pesantren tidak menjadi
kurikulum sendiri, dan pada mulanya banyak yang tidak mau menerima
25
HA Saifuddin, Profil dan Pedoman Penyelenggaraan Pesantren Muadalah (Jakarta :
Dirjen Pendidikan dan Kementrian Agama RI, 2011), hal. 68-71.
26
Asrori S Karni, Etos Studi Kaum Santri, Wajah Baru Pendidikan Islam (Bandung:
Mizan Pustaka, 2009), hal. 189.
14
Pada masa sekarang, pesantren sudah seharusnya ikut memikirkan
nasib alumninya, agar kehidupannya lebih bermanfaat bagi dunia luas dan
melamar pekerjaan di sektor formal. Dari latar belakang hal-hal itulah lahir
(kesetaraan).
sebagai berikut:
2. Rancangan Kurikulum
27
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-
undang Sikdiknas (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam, 2003), hal. 47.
28
Syafruddin Nurdin, dkk, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum
(Jakarta:Ciputat Press, 2003) hal 51.
15
Tujuan pendidikan secara umum dijabarkan dari falsafah bangsa,
tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi sampai kepada tujuan
pendidikan.
pelaksana pendidikan.29
29
Ibid., hal 51.
16
a) Tujuan Institusional
tersebut.
b) Tujuan Kurikuler
c) Tujuan Instruksional
17
didik dalam proses belajar mengajar. Setiap bahan atau materi yang
tersebut.30
18
yang terjadi dalam masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan
sebagai berikut:
19
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan
pemebelajaran.
metode mengajar
center).
34
Ibid.,hal 86.
20
perbedaan tujuan institusional, perbedaan isi dan strukutur
terjadinya interaksi antara anak didik dengan guru, siswa dan siswa
c) Bimbingan penyuluhan
21
dapat tercapai optimal. Upaya tersebut berkenaan dengan
masyarakat.
e) Sarana kurikuler
dicapainya.35
35
Ibid.,hal 87-90.
36
Sudja’i Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Semarang: AKFI media, 2013), hal 57.
22
menetapkan bahwa telah terjadi perubahan dalam diri siswa dan
a) Evaluasi Formatif
bahasan.
b) Evaluasi Sumatif
23
2) Evaluasi Proses Pembelajaran
tersebut adalah:
menyeluruh
3. Penerapan Kurikulum
bahasa curir diartikan pelari. Kata curere artinya tempat berpacu. Jadi
Kurikulum diartikan jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Pada saat itu
37
Ibid.,hal 58.
24
mengandung makna isi kurikulum tidak lain adalah sejumlah mata
pelajaran (subjek metter) yang harus dikuasai oleh siswa, agar siswa
memperoleh ijazah.38
suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu
sebagai berikut:39
dan evaluasi.40
1) Program Pengembangan
a) Program Tahunan
38
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2013) hal, 3.
39
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 93
40
Ibid,. hal. 95
25
Merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas
berikutnya.
b) Program Semester
program tahunan.41
dilaksanakan.
41
Ibid., hal. 98
42
Ibid., hal. 99
43
Ibid., hal. 100
26
2) Pelaksanaan Pembelajaran
b) Proses
modul dan sumber-sumber yang ada. Dalam proses ini guru perlu
c) Post Test
44
Ibid., hal. 100-103
45
Ibid., hal. 100-103
27
3) Evaluasi Hasil Belajar
program.46
a) Penilaian kelas
tertentu.
d) Benchmarking
nilai akhir peserta didik, tetapi sebagai salah satu dasar pembinaan
46
Ibid., hal. 103
28
e) Penilaian program
tujuan sekolah.48
G. Subjek Penelitian
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
dan dapat dipercaya. Tujuan penelitian yang penulis akan lakukan adalah
47
Ibid., hal. 103-106
48
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 181.
29
Sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif.
keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
2. Jenis Penelitian
49
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), hal. 9.
50
Saryono, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan, (Yogyakarta:
Nuha Medika, 2010), hal. 17.
51
Ibid., hal. 32.
30
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
observasi partisipan.53
52
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2011), hal. 206.
53
Sukandarrudi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2012), hal. 71-72.
31
laku yang terjadi. Ketiga, observasi sistemik (observasi berkerangka)
pembelajaran, dan semua yang tertangkap oleh semua alat indra ketika
b. Wawancara
54
Ibid., hal. 72.
55
Ibid., hal. 212.
56
Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugraha, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hal. 60.
32
mendalam (indepth interview).57 Adapun jenis wawancara yang
keadaan dan ciri yang unik dari informan dan pelaksanaan wawancara
kurikulum muadalah.
c. Dokumentasi
sekunder; bila dokumen itu ditulis oleh orang lain, misalnya biografi
57
Ibid., hal. 61.
58
Ibid., hal. 101.
33
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.59 Berdasarkan
arsip yang berkaitan dengan penelitian yang dapat meliputi hasil rapat,
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
memilih mana yang penting dan dipelajari dan membuat kesimpulan yang
pemikiran, pendapat, teori atau gagasan yang baru. Dalam analisis, data
Miles, di mana terdapat tiga hal utama dalam analisis interaktif yakni, reduksi
59
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Paktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 231.
60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 335.
61
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: jenis karakteristik dan keunggulan, (Jakarta:
Grasindo, 2010), hal. 121.
34
kesatuan pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam
”analisis”.62
a. Reduksi Data
b. Penyajian Data
melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau
62
Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugraha, Panduan Praktis,…….hal. 63.
63
Emzir, Penelitian Kulitatif Analisi Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 129.
64
Moh Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama, (Yogyakarta:
SUKA-Press, 2012),hal. 130.
35
lebih mudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara
c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
triangulasi. Hal ini diperlukan karena setiap teknik memiliki keunggulan dan
kombinasi dari beragam sumber data, peneliti, teori dan metodologi dalam
65
Ibid., hal. 21-22.
66
Ibid., hal. 22.
67
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan:
Sebuah Buku Pegangan bagi Praktisi Lapangan, (Matheos Nalle, Penerjemah) (Jakarta: Obor
Indoneisa, 2003). hal. 291.
36
J. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dilakukan agar memperoleh data yang valid dan
dipercaya oleh semua pihak. Untuk menguji keabsahan data, maka peneliti
berkaitan.
yang sama
37
kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi
K. Sistematika Pembahasan
tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal
terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan keaslian, halaman surat
sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab sebagai satu
kesatuan. Pada bagian ini terdapat sub-sub bab yang menjelaskan pokok
Jakarta meliputi sejarah berdiri, letak geografis, visi misi dan tujuan, struktur
68
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling,
(Jakarta: Rajawali Press, 2012), hal. 73.
38
organisasi, keadaan pendidik dan kependidikan, keadaan siswa, sarana
BAB Ketiga : Merupakan inti kajian yang akan diuraikan tentang hasil
39
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang percaya diri, sehingga dapat menyampaikan ilmu yang ia dapat kepada
Tanya jawab. Pada aspek bimbingan siswa berupa bimbingan belajar malam,
92
munāqosyah, media cetak aspiratif dan kegiatan ekstrakurikuler. Aspek yang
metode observasi.
muda di wajibkan untuk membuat I’dad, akan tetapi program ini masih belum
dan mengakhiri dengan post test dan evaluasi. Setiap mata pelajaran
dengan menggunakan dua teknik test yakni, teknik test yang meliputi tes
93
B. Saran
pelajaran.
C. Kata Penutup
Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam
yang telah melimpahkan anugrahNya kepada kita semua, dan karena berkat
dalam karya ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu perlu adanya saran,
kritik yang konstruktif, maupun tindak lanjut dari peneliti berikutnya demi
94
Demikian pada penghujungnya penulis memohon kepada Allah Swt,
95
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Mahdi, dkk., “Sejarah dan Peran Pesantren Dalam Pendidikan Di Indonesia”,
Jurnal Islamic Review “J.I.E” Jurnal Riset dan Kajian Keislaman. Pati:
Staimafa press, 2013.
Anis Fuad dan Kandung Sapto Nughroho, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
Asrori S Karni, Etos Studi Kaum Santri, Wajah Baru Pendidikan Islam, Bandung:
Mizan Pustaka, 2009.
Moh Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama, Yogyakarta:
SUKA-Press, 2012.
96
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Raco, J.R, Metode Penelitian Kualitatif: jenis karakteristik dan keunggulan, Jakarta:
Grasindo, 2010.
Said Aqil Siraj, Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan Dan Transformasi
Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cet. VIII, Bandung:
Alfabeta, 2009.
97