Anda di halaman 1dari 13

KLAPORAN BACAAN

G
P

Markus 16:15

NG
STT-T

IM

OLEH :

LUSIA JAMI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA TERPADU

2017/2018
I. Identitas Buku

A. Judul Buku : Belajar Dan Pembelajaran

B. Nama Pengarang : Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono

C. Penerbit : Rineka Cipta

D. Tahun Terbit : 2013

E. Cetakan : Kelima

F. Kota dan Lembaga Penerbit : Jakarta dan Rineka Cipta

G. Tebal Buku : 298 halaman 20,5 cm

II. Garis Besar Isi Buku


BAB I Hakikat Belajar Dan Pembelajaran

1. Belajar dan pembelajaran

2. Tujuan belajar dan pembelajaran

BAB II Prinsip-Prinsip Belajar Dan Asas Pembelajaran


1. Prinsip-prinsip belajar

Motivasi Belajar

1. Motivasi dan pentingnya motivasi

2. Jenis dan sifat motivasi


3. Motivasi dalam belajar

BAB III Pendekatan CBSA Dan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran

1. Pengertian pendekatan CBSA

2. Rasionalisasi CBSA dalam pembelajaran

3. Kadar CBSA dalam pembelajaran

4. Rambu-rambu penyelenggaraan CBSA

5. Penerapan CBSA

6. Pendekatan keterampilan proses sebagai bagian dari CBSA

BAB IV Pendekatan Pembelajaran

1. Pengorganisasian siswa

2. Posisi guru siswa dalam pengolah pesan

3. Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran

4. Proses pengolahan pesan

BAB V Konsep Dasar Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran

1. Pengertian, kedudukan, dan syarat-syarat umum evaluasi

2. Evaluasi hasil belajar

3. Evaluasi pembelajaran

BAB VI Masalah-Masalah Belajar

1. Masalah-masalah intern belajar

2. Faktor-faktor ekstern belajar

3. Cara menentukan masalah-masalah belajar


BAB VII Pembelajaran Dan Pengembangan Kurikulum

1. Kurikulum dan landasan pengembangan kurikulum

2. Komponen dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

3. Model-model pengembangan kurikulum

4. Guru dan pengembangan kurikulum

III. Intisari Bab/Sub Bab Buku


BAB I Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
1. Belajar itu merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, maka belajar itu
hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Belajar itu juga dapat diartikan sebagai usaha
yang dilakukan untuk mengembangkan potensi diri. Dilihat dari beberapa pendapat
para ahli, belajar itu merupakan suatu perilaku yang jika belajar maka responnya
menjadi lebih baik dan terus menerus melakukan interaksi dengan lingkungan yang
hasilnya merupakan kapabilitas. Sedangkan pembelajaran itu mengandung makna
adanya kegiatan mengajar dan belajar atau proses kegiatan yang dilakukan pendidik
terhadap terdidik. Pembelajaran mencakup beberapa komponen, yaitu media,
kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
2. Tujuan belajar dan pembelajaran itu merupakan desain intruksional yang dirumuskan
oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mencapai tujuan
sasaran belajar siswa. Tujuan belajar seorang siswa itu berbeda, karena mereka
memiliki program belajar yang berbeda dengan tujuan yang berbeda. Sedangkan guru
tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan yang
berbeda. Tujuan itu dijabarkan dari kurikulum yang berlaku di sekolah.

BAB II Prinsip-Prinsip Belajar Dan Asas Pembelajaran

1. Prinsip-prinsip belajar itu meliputi beberapa prinsip, antara lain


a. Perhatian dan motivasi, jika siswa merasa butuh dengan bahan pelajaran dan sesuai
kebutuhannya dan diperlukan dalam kehidupannya, maka akan membangkitkan
motivasi untuk mempelajarinya dan disitulah juga timbul sebuah perhatian terhadap
bahan pelajaran, selain untuk membangkitkan motivasi. Mottivasi juga mempunyai
kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minta terhadap sesuatu bidang
studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
b. Keaktifan, anak merupakan makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk
ingin mengetahui sesuatu yang ingin diselesaikannya. Misalnya, dalam proses belajar
di dalam kelas, ada anak yang aktif dan kurang aktif. Tetapi anak yang kurang aktif
bukan tidak ingin mengetahui apa yang sedang di bicarakan atau hanya diam
mendengar tetapi mereka memiliki factor, contohnya malu untuk mengemukakan
pendapat atau tidak percaya diri atas pendapatnya. Sedangkan anak yang aktif terus
menerus ingin tahu.
c. Keterlibatan langsung/ berpengalamanà pengalaman yang langsung terjadi atau
dialami oleh seorang individu. Misalnya, untuk mengetahui cara memasak ayam
goreng. Sebaiknya, seorang individu langsung melihat sendiri cara membuatnya
bukan hanya mendengar dari teman atau Cuma membaca.
d. Pengulangan, menurut teori Psikologi Daya, belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, mengingat, merasakan, berpikir.
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Contohn*ya, mengulang bacaan di rumah, atau membuat tugas, itu dapat dikatakan
proses pengulangan untuk tetap mengingat apa yang dipelajari.
e. Tantangan, disetiap situasi belajar, siswa pasti mengalami sebuah tantangan.
Contohnya saja untuk memecahkan suatu permasalahan siswa harus berpikir kritis
untuk dapat memecahkan masalahnya dan itu terjadi hambatan jika siswa tidak
menguasai pelajarannya. Jika siswa menguasai atau mengerti dengan pelajarannya
hambatan itu dapat diatasi, artinya permasalahan yang dicari akan terselesaikan.
f. Balikan dan penguatan, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik, akan merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik untuk usaha belajar selanjutnya. Tetapi tidak
hanya penguatan yang menyenangkan saja tetapi juga ada yang tidak menyenangkan.
g. Perbedaan individual, setiap siswa memiliki perbedaan karateristik, yaitu psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya. Jadi, guru harus bisa melihat setiap perbedaan
individu siswanya, untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama-sama.
Prinsip-prinsip belajar ini juga berimplikasi kepada siswa dan guru, jika dilihat
dari keseluruhannya sama saja dengan prinsip-prinsip belajar tetapi ini ditujukan
kepada siswa. Agar mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri
mereka. Sedangkan implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tampak pada rencana
pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip-
prinsip belajar bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka, atau
perilaku guru yang dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang
diselenggarakan.

BAB III Motivasi Belajar


1. Motivasi merupakan dorongan yang muncul karena diberikan oleh seseorang kepada
kita atau orang lain, untuk menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya atau timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi ini memiliki 3 komponen yaitu,
(i) kebutuhan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan. (ii) dorongan. Dorongan disini
merupakan kekuatan mental untuk pemenuhan harapan yang ingin dicapai, sehingga
di dalam diri individu terdapat dorongan untuk melakukan yang akan dilakukan untuk
pencapaian yang baik. (iii) tujuan. Tujuan disini ialah hal yang ingin dicapai oleh
seorang individu. Lalu jika dilihat pentingnya motivasi dalam belajar, itu sangat
penting, karena jika di dalam diri individunya tidak memiliki motivasi semua tujuan
yang ingin dicapainya tidak akan tercapai dengan baik. Contonya saja, pada siswa.
Motivasi itu dapat mengarahkan kegiatan belajar, yang awalnya dia tidak serius dalam
belajar lalu setelah dia mengetahui bahwa dia tidak serius dalam belajar dan terbukti
banyak bergurau misalnya, dia akan mengubah perilaku belajarnya kea rah yang lebih
baik.
2. Adapun jenis-jenis motivasi yaitu, motivasi primer. Motivasi primer ini yang
mendasarinya pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi
biologis atau jasmani manusia, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau
kebutuhan jasmaninya. Insting itu memiliki tujuan dan memerlukan pemuasan. Freud
berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, (i) tekanan. Tekanan yaitu kekuatan
yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. (ii) sasaran. Sasaran insting adalah
kepuasan atau kesenangan. (iii) objek. Objek insting yaitu hal-hal yang memuaskan
insting. (iv) sumber. Sumber insting dibedakan menjadi dua jenis yaitu, insting
kehidupan dan insting kematian. Kalau insting kehidupan dia berpikir berupa makan,
minum, dan lain-lain, sedangkan insting kematian tertuju pada penghancuran.
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Perilaku motivasi sekunder juga
terpengaruh oleh adanya sikap. Sifat-sifat motivasi antara lain motivasi seseorang
dapat bersumber dari dalam diri sendiri yang dikenal sebagai motivasi internal,
motivasi intrinsic yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sedangkan
dari luar seseorang dikenal sebagai motivasi eksternal, motivasi ini adalah dorongan
terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya, orang
berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari
hukuman.
3. Motivasi dalam belajar ini penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada
ditangan para guru atau pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru yang sebagai
pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia
wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.

BAB IV Pendekatan CBSA Dan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam


Pembelajaran
1. Pengertian pendekatan CBSA yaitu sebagai anutan pembelajaran yang mengarah pada
pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran
dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan yang diarahkan untuk membelajarkan
siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
2. Rasionalisasi CBSA dalam pembelajaran melibatkan manusia secara orang per orang
sebagai satu kesatuan organisasi sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
3. Kadar CBSA dalam pembelajaran. CBSA akan lebih tampak dan menunjukkan kadar
yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa, dan akan terjadi
sebaliknya bila arah pembelajaran cenderung berorientasi kepada guru.
4. Rambu-rambu penyelenggaraan CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada
perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun dalam proses pembelajaran.
Rambu-rambu itu antara lain: (i) kuantitas dan kualitas pengalaman yang
membelajarkan, (ii) prakasa dan keberanian siswa dalam mewujudkan
minat,keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya, (iii) keberanian dan
keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, (iv) usaha dan kreativitas
siswa dalam proses pembelajaran, (v) keingintahuan yang ada pada diri siswa, (vi)
rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa, (vii) kuantitas dan kualitas usaha
yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa, (viii) kualitas
guru sebagai innovator dan fasilitator, (ix) tingkat sikap guru yang tidak mendominasi
dalam proses pembelajaran, (x) kuantitas dan kualitas metode dan media yang
dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran, (xi) keterikatan guru terhadap
program pembelajaran, (xii) variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran,
(xiii) kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
5. Penerapan CBSA, guru hendaknya tidak lagi mengajar sekedar menyampaikan
pengetahuan/ceramah. Guru hendaknya mengajar untuk membelajarkan siswa dalam
konteks belajar bagaimana belajar mencari, menemukan, dan lain-lain. Lambat laun
penerapan CBSA pada gilirannya akan mencetak guru-guru yang potensial dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam dan social budaya.

6. Pendekatan Keterampilan Proses sebagai Bagian dari CBSA.


1) Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran didasarkan pada
hal-hal berikut: (a) Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, (b)
pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar
yang optimal, (c) penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi
kebenaran ilmu.
2) Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses dan Keterkaitannya dengan CBSA.
Pengertian PKP menunjukkan bahwa penerapan PKP selalu menuntut adanya
keterlibatan fisik maupun mental-intelektual siswa. PKP tidak mungkin dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menerapkan CBSA, PKP berjalan secara
optimal apabila kadar CBSA proses pembelajaran tinggi, dan sebaliknya. Dengan
kata lai, PKP berinteraaksi secara timbale balik dengan penerapan CBSA dalam
proses pembelajaran.
3) Jenis-jenis keterampilan dalam Keterampilan proses. Keterampilan dasar, antara lain:
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi, antara lain:
mengidentifikasi variable, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data,
menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variable secara
operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
4) Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran. Untuk dapat menerapkan PKP
dalam pembelajaran, perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik
siswa dan karakteristik mata pelajaran. Selain itu, perlu disadari bahwa dalam suatu
kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu keterampilan
proses.

BAB V Pendekatan Pembelajaran


1. Pengorganisasian Siswa dapat dilihat dari, Pertama pembelajaran secara individual
adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan
belajar kepada masing-masing individunya sendiri. Kedua, pembelajaran secara
kelompok adalah kegiatan belajar-mengajar di kelas adakalanya guru membentuk
kelompok kecil. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau
bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Ketiga, pembelajaran secara
klasikal merupakan kemampuan guru yang diutamakan, karena pada umumnya
jumlah siswa dalam kelas berkisar dari 10-45 orang. Dengan jumlah tersebut seorang
guru masih dapat membelajarkan siswa secara berhasil.
2. Posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan dapat dilihat dari, Pertama, pembelajaran
dengan strategi ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru.
Guru aktif dalam menyampaikan/menjelaskan informasi terperinci, tujuannya untuk
memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Kedua,
pembelajaran dengan strategi inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan
siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai. Model pengajaran inkuiri itu terpusat pada siswa. Tujuannya untuk
mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan
masalah secara ilmiah.
3. Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran menyangkut mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah
kognitif, afektif, psikomotorik berkat pembelajaran. Siswa yang belajar akan
mengalami perubahan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik.
4. Proses pengolahan pesan ada dua jenis yaitu, Pertama, pengolahan pesan secara
deduktif dimulai dengan (i) guru mengemukakan generalisasi, (ii) penjelasan
berkenaan dengan konsep-konsep, dan (iii) pencarian data yang dilakukan oleh siswa.
Pengumpulan data tersebut berguna untuk menguji kebenaran generalisasi. Dalam
kegiatan ini siswa juga mengaplikasikan konsep terhadap data tertentu. Kedua,
pengolahan pesan secara induktif bermula dari (i) fakta atau peristiwa khusus, (ii)
penyususnan konsep berdasarkan fakta-fakta, (iii) penyusunan generalisasi
berdasarkan konsep-konsep. Bila sudah ada teori yang benar, pada umumnya
dirumuskan hipotesis, (iv) terapan generalisasi pada data baru, atau uji hipotesis,
kemudian (v) penarikan kesimpulan lanjut.

BAB VI Konsep Dasar Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran.


1. Pengertian, Kedudukan, dan Syarat-Syarat Umum Evaluasi. Pertama pengertian
evaluasi, yaitu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian. Kedua, kedudukan evaluasi dalam
proses pendidikan, bersifat integrative, artinya setiap ada proses pendidikan pasti ada
evaluasi. Mengadakan kegiatan evaluasi mulai sejak siswa akan memasuki proses
pendidikan, selama proses pendidikan, dan berakhir pada satu tahap proses
pendidikan. Ketiga, syarat-syarat umum evaluasi (i) kesahihan
2. Evaluasi hasil belajar.

Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai


oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, lalu ditandai oleh adanya
nilai berupa huruf atau kata atau symbol. Kemudian dapat difungsikan (i) untuk
diagnostik dan pengembangan, (ii) untuk seleksi, (iii) untuk kenaikan kelas, dan (iv)
untuk penampatan. Sasaran evaluasi hasil belajar berupa ranah-ranah yang terkandung
dalam tujuan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prosedur evaluasi hasil
belajar memiliki tahapan yang perlu dilalui seorang penilai. Pertama persiapan,
sebelum melakukan kegiatan pasti harus memiliki perencanaan atau persiapan, maka
kegiatan evaluasi hasil belajar juga diawali dengan persiapan. Persiapan itu
mencangkup semua yang dibutuhkan dalam evaluasi. Kedua penyusunan instrument
evaluasi, yaitu metode/teknik evaluasi yang dipakai, apakah teknik tes/non tes, setelah
mengetahui teknik apa yang digunakan lalu baru bias menyusun alat penilaian. Ketiga
pelaksanaan pengukuran, (i) persiapan tempat pelaksanaan pengukuran,
mempersiapkan ruangan yang memenuhi syarat ruangan yang baik dan tingkat
kebisingan, (ii) melancarkan pengukuran, seperti memberitahukan peraturan
pelaksanaan pengukuran dan lain-lain, (iii) menata dan mengadministrasikan lembar
soal dan lembar jawaban siswa untuk memudahkan penilaian. Keempat pengolahan
hasil belajar antara lain, menskor, mengubah skor mentah menjadi skor standar,
menkonversikan skor standar ke dalam nilai. Kelima penafsiran hasil nilai, bersifat
individual yakni penafsiiran terhadap keadaan/kondisi seorang siswa berdasarkan
perolehan penilaian hasil belajarnya. Sedangkan yang bersifat klasikal melihat dari
keadaan kelas. Keenam pelaporan dan penggunaan hasil evaluasi, pelaporan
dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembelajaran langsung maupun tidak langsung.

3. Evaluasi Pembelajaran.

Tujuan utamanya sejumlah informasi atau data tentang jasa, nilai atau manfaat
kegiatan pembelajaran. Lalu difungsikan dan ditujukan untuk pengembangan
pembelajaran dan akreitas. Sasaran evaluasi pembelajaran adalah aspek-aspek yang
terkandung dalam kegiatan pembelajaran yang melipti, tujuan pengajaran, unsure dinamis
pembelajaran, pelaksanaan, dan kurikulum. Prosedur evaluasi pembelajaran, (i)
penyusunan rancangan meliputi, latar belakang, problematika, tujuan evaluasi, populasi
dan sampel, instrument dan sumber data, serta teknik analisis data (Arikunto, 1988:44).
(ii) penyusunan instrument, setelah menyusun rancangan maka tahap selanjutnya adalah
penyusunan instrument. Langkah-langkahnya: merumuskan tujuan, membuat kisis-kisi,
membuat instrument evaluasi pembelajaran, dan menyunting instrument. (iii)
pengumpulan data, dapat berupa wawancara, pengamatan, dan studi kasus. (iv) analis
data, informasi yang telah terkumpul lalu diolah dan dianalisis. (v) penyusunan laporan,
pokok-pokok penyusunan laporan: tujuan evaluasi, problematika, lingkup dan
metodologi, pelaksanaan evaluasi pembelajaran, dan hasil evaluasi pembelajaran.
BAB VII Masalah-Masalah Belajar.
1) Masalah-masalah intern belajar. Proses belajar merupakan hal yang kompleks,
siswalah yang menentukan terjadinya atau tidaknya belajar. Factor intern yang
dialami oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar, meliputi sikap terhadap
belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan
perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar, kemampuan berprestasi, rasa percaya
diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, cita-cita siswa.
2) Faktor-faktor ekstern belajar, antara lain dilihat dari guru sebagai pembina siswa
belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan social
siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah.
3) Cara menentukan masalah-masalah belajar. Sebagai pendidik generasi muda bangsa,
guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi
oleh siswa dengan langkah sebagai berikut (i) pengamatan perilaku belajar, (ii)
analisis hasil belajar, (iii) tes hasil belajar. Setelah guru mengetahui langkah-langkah
menemukan masalah-masalah pada siswa, guru dapat bagaimana cara menentukan
permasalahan siswa dalam belajar.

BAB VIII Pembelajaran Dan Pengembangan Kurikulum

1) Kurikulum dan landasan pengembangan kurikulum.

Kurikulum menurut para ahli (Zais, Tanner dan Tanner) yaitu, kurikulum sebagai
jalan meraih ijazah, kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran, kurikulum sebagai rencana
kegiatan pembelajaran, kurikulum sebagai hasil belajar, kurikulum sebagai pengalaman
belajar. Dari kelima konsep kurikulum guru dapatmemilih satu atau lebih konsep
kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum meliputi, landasan folosofis. Untuk
landasan filosofis pengembangan kurikulum di Indonesia secara cepat dan tepat yakni
nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya yaitu
Pancasila. Landasan social-budaya-agama, Landasan ilmu pengetahuan teknologi dan
seni, landasan kebutuhan masyarakat, dan landasan perkembangan masyarakat.

2) Komponen dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.


Komponen kurikulum terdiri dari, tujuan, materi/pengalaman belajar, organisasi,
dan evaluasi. Empat komponen kurikulum tersebut akan dapat dihasilkan melalui
pengembangan kurikulum yang memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum. Prinsip itu meliputi, (i) prinsip relevansi, relevansi berarti sesuai antara
komponen-komponen kurikulum dan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (ii)
prinsip kontinuitas, komponen kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, (iii)
prinsip fleksibilitas, kurikulum harus mampu disesuaikan dengan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang.

3) Model-model pengembangan kurikulum.

Pertama model administrative, atau garis komando (a) menyiapkan seperangkat


dokumen kurikulum baru, (b) menyiapkan instalansi atau implementasi dokumen. Model
ini membutuhkan kegiatan penyiapan para pelaksana kurikulum melalui pelatihan agar
dapat melaksanakan kurikulum dengan baik. Kedua model grass-roots, atau rakyat biasa
semua inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum dari bawah. Ketiga model
Beauchamp, mengumpulkan data melalui kegiatan evaluasi yang digunakan untuk proses
pengembangan kurikulum. Keempat model Arah Terbalik Taba, model pengembangan
kurikulum ini terbalik dari yang lazim dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara
deduktif dubalik menjadi induktif. Kelima model Rogers, model ini lebih mementingkan
kegiatan pengembangan kurikulum daripada rancangan pengembangan kurikulum
tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam pengalaman kelompok intensif yang
terpilih.

Anda mungkin juga menyukai