Snips 2016 Ronawan
Snips 2016 Ronawan
a)
rona.menawan@gmail.com
b)
msalman@math.itb.ac.id
Abstrak
Pengembangan kecakapan matematika merupakan tujuan yang harus dicapai dalam belajar matematika. Kecakapan
matematika meliputi pemahaman konsep, kelancaran prosedur, kompetensi strategis, penalaran adaptif, dan disposisi
produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai sarana yang mendukung, salah satunya adalah buku
pelajaran matematika. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyusun buku pelajaran matematika yang
dapat menunjang kesuksesan belajar matematika. Tentunya, buku pelajaran matematika yang digunakan harus disusun
menggunakan pendekatan yang menghantarkan siswa untuk mengembangkan kecakapan matematikanya. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecakapan matematika tersebut adalah pendekatan
pendidikan matematika realistik. Terdapat enam prinsip dalam pendidikan matematika realistik yaitu prinsip aktivitas,
realitas, level, keterkaitan, interaksi, dan bimbingan. Pada makalah ini dituliskan pengalaman penulis dalam menyusun
materi Teorema Pythagoras dengan menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik. Teorema Pythagoras
merupakan salah satu materi yang relatif baru bagi siswa SMP/MTs Kelas 8. Untuk menguasai materi Pythagoras
dibutuhkan penguasaan beberapa materi sebelumnya antara lain segitiga dan bilangan kuadrat. Materi tersebut
disusun dengan memperhatikan keseimbangan antara kemampuan otak kanan dan kiri. Berdasarkan pendekatan
tersebut, materi yang disusun disajikan dengan menggunakan ilustrasi, gambar, atau masalah dalam konteks
kehidupan sehari-hari (realistik). Media tersebut digunakan untuk mengeksplor apa yang sudah diketahui siswa dan
apa yang dipikirkan siswa tentang materi yang disajikan. Selanjutnya disajikan sebuah kegiatan, diskusi, dan projek
yang melibatkan siswa secara aktif. Melalui berbagai media tersebut, diharapkan siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuannya, melatih kemampuan berstrategi, melatih daya nalar sehingga diharapkan siswa menjadi mudah
dalam memahami konsep yang sedang dikaji. Selain itu, melalui kegiatan diharapkan suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan sehingga sikap siswa terhadap matematika menjadi positif. Dengan demikian, diharapkan siswa bisa
menguasai materi matematika, khususnya Teorema Pythagoras, dan prestasi siswa dalam matematika bisa meningkat.
Kata-kata kunci: Karakter, Kecakapan Matematika, Pendidikan Matematika Realistik, Teorema Pythagoras
PENDAHULUAN
Pencapaian Indonesia dalam ajang PISA belum mencapai hasil yang memuaskan, terutama dalam bidang
matematika. PISA, Program for International Student Assessment sebuah program yang digulirkan oleh
OECD (Organisations for Economic Co-operation and Development) untuk menilai kemampuan siswa
berumur 15 tahun dalam menerapkan apa yang telah dipelajarinya setelah mengikuti wajib belajar. Berikut
merupakan pencapaian Indonesia dalam PISA pada bidang matematika [1].
Tabel 1. Prestasi Indonesia dalam PISA Bidang Matematika
Skor Skor Peringkat Jumlah Peserta
Tahun Rata-rata Indonesia Rata-rata Internasional Indonesia (Negara)
2000 367 500 39 41
2003 360 500 38 40
2006 391 500 50 56
2009 371 500 61 57
2012 375 500 64 65
Hasil PISA tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa Indonesia belum mampu menggunakan
apa yang dipelajari di sekolah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terkait dengan apa yang
dipelajarinya tersebut. Dengan kata lain, kecakapan matematika sebagian siswa di Indonesia belum
dikembangkan dengan maksimal. Selanjutnya bagaimana menumbuhkembangkan kecakapan matematika
tersebut sehingga siswa bisa menghadapi persoalan yang dihadapinya serta sukses dalam ajang internasional
seperti PISA? Setiap negara punya cara yang berbeda untuk bisa sukses di ajang tingkat internasional.
Finlandia meningkatkan kualitas guru-gurunya, Jepang mempunyai program lesson study, Singapura
memperbaiki struktur sekolah, kurikulum, dan menerbitkan buku yang bisa membantu siswanya belajar
dengan benar, dan Belanda memperbaharui kurikulum dan kualitas buku pelajaran [2]. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menyusun bahan ajar, berupa buku, untuk membantu meningkatkan kecakapan
matematika siswa, yang diawali dari materi Teorema Pythagoras.
KECAKAPAN MATEMATIKA
Kecakapan matematika diartikan sebagai komponen-komponen yang harus dimiliki seseorang untuk
berhasil belajar matematika [3]. Komponen tersebut akan saling menguatkan. Adapun komponen tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman konsep (conceptual understanding), merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan
konsep-konsep (ide) matematika dan memfungsikan konsep tersebut dengan benar.
2. Kelancaran prosedur (procedural fluency), mengarah pada pengetahuan tentang suatu prosedur
(metode), pengetahuan kapan dan bagaimana menggunakan prosedur tersebut dengan tepat, dan
keterampilan dalam menggunakannya secara fleksibel, akurat, dan efisien.
3. Kompetensi strategis (strategic competence), merupakan kemampuan untuk merumuskan masalah
matematika, merepresentasikannya, dan menyelesaikannya.
4. Penalaran adaptif (adavtive reasoning), mengarah kepada kemampuan untuk berpikir logis tentang
hubungan antara berbagai konsep dan situasi.
5. Disposisi produktif (productive disposition), mengarah pada kecenderungan untuk melihat makna
matematika, merasa matematika bermanfaat, dan percaya bahwa usaha secara terus menerus dalam
belajar matematika akan membuahkan hasil yang menggembirakan.
Karakter atau akhlak merupakan aspek terpenting dalam diri manusia yang harus senantiasa
dikembangkan dan dibina dengan baik, sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Hal tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa karakter harus dibina
agar generasi manusia menjadi manusia mulia. Pada UU Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
pengembangan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan Indonesia. Terdapat 18 nilai-nilai dasar
pendidikan karakter bangsa yaitu bertakwa (religius), bertanggung jawab, disiplin, jujur, tolerasi, kerja keras,
kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, menghargai, bersahabat, peduli sosial, cinta damai,
demokratis, peduli lingkungan, gemar membaca dan cinta tanah air [8]. Pada pembelajaran matematika
beberapa karakter yang diharapkan muncul yaitu siswa cermat dalam melakukan pekerjaan, mampu berpikir
kritis dan kreatif, konsisten dalam bersikap, jujur, taat pada aturan dan bersikap demokratis [9]. Hal yang
paling penting dari semuanya itu pengajar dan pembelajar matematika harus menyakini bahwa pembelajaran
yang dilakukan melakukan sebuah ibadah, sehingga baik pengajar maupun pembelajar akan
mempersembahkan yang terbaik dalam segala aktivitasnya [10]. Apabila sudah diawali dengan keyakinan
yang baik dan benar, maka proses dan hasilnya pun akan baik sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan
hal tersebut, selain memperhatikan kecakapan matematika, penting untuk merancang karakter positif yang
diharapkan muncul pada siswa. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendesain, kegiatan pembelajaran,
Ada enam hal yang harus diperhatikan dalam menyusun buku pelajaran matematika yaitu konsep, prinsip,
keterampilan, strategi penyelesaian masalah, budaya, dan sikap (karakter) [11]. Senada dengan itu, Sutarto
menyatakan bahwa materi pembelajaran harus disusun secara logis dan sistematik dalam mencakup teori,
konsep, generalisasi, prinsip, prosedur, fakta, istilah, contoh/ilustrasi, definisi dan preposisi [12]. Adapun hal
lain yang harus diperhatikan dalam penulisan buku matematika yaitu sebagai berikut [11].
a. Keterbacaan.
Keterbacaan merupakan kecocokan antara pembaca dengan bahan yang disajikan. Faktor yang
mempengaruhi keterbacaan yaitu kosa kata, bahasa simbol, sintaksis (susuan kalimat), alur makna, dan
kebutuhan teknik membaca tertentu.
b. Bentuk Penulisan
Ada dua prinsip dalam bentuk penulisan yaitu formal dan intuitif. Alur pada penulisan formal yaitu:
definisi – proposisi – contoh. Kemudian alur penulisan intuitif yaitu diawali dari dunia nyata – intuisi –
organisasi – definisi - induksi logis – proposisi – aplikasi - dunia nyata.
c. Rangkaian topik
Struktur buku pelajaran berkorespondensi dengan proses spiral pembelajaran, tidak loncat-loncat.
d. Motivasi
Fenomena nyata dapat memotivasi siswa agar minat terhadap matematika. Di samping itu,
pengaplikasian matematika ke dalam situasi matematika juga bisa meningkatkan minat siswa
e. Aplikasi
Buku pelajaran matematika sudah seharusnya menyajikan aplikasi dari topik yang dipelajari, baik
aplikasi dalam matematika itu sendiri dan aplikasi di luar matematika, misalnya dalam bidang sains.
f. Latihan
Belajar dengan mengerjakan latihan merupakan kunci utama dalam belajar matematika. Pertanyaan
dalam latihan (exercises) harus dikarakteristisasi berdasarkan minat siswa, menantang, kontekstual, dan
menciptakan koneksi dalam matematika [13].
Faktor lain yang juga perlu ada dalam buku pelajaran matematika yaitu motivasi, pedagogi, problem
solving, dan teknologi [14]. Dengan memperhatikan semua hal tersebut, disusunlah sebuah buku matematika
yang diharapkan mampu membantu mengembangkan kecakapan matematika serta karakter siswa. Pada
makalah ini disampaikan pembahasan tentang Teorema Pythagoras.
TEOREMA PYTHAGORAS
Berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, ada dua kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
setelah belajar Teorema Pythagoras yaitu sebagai berikut.
Tabel 2. Kompetensi dasar aspek pengetahuan dan keterampilan matematika materi Teorema Pythagoras [15]
Halaman cover bab meliputi urutan bab, judul bab, gambar yang merepresentasikan isi bab, landasan
spiritual, narasi tentang gambar, kompetensi dasar aspek pengetahuan, dan kompetensi dasar aspek
keterampilan sesuai dengan kurikulum. Pada cover bab Teorema Pythagoras disajikan gambar jembatan
Barelang. Jembatan ini dipilih karena konstruksinya yang memuat bentuk segitiga siku-siku. Landasan
spiritual yang berkaitan dengan materi ini adalah Al Quran Surat Al Balad ayat 10-18 tentang jalan yang
ditempuh oleh manusia. Dengan membaca ayat tersebut, diharapkan siswa istikamah untuk selalu berada di
jalan Allah, di jalan kebaikan, walaupun jalan tersebut mendaki dan sukar. Dengan demikian, siswa
menyadari bahwa belajar matematika terkadang penuh dengan pendakian. Karena itu, mereka akan senantiasa
sabar dan terus berusaha. Adapun cover Teorema Pythagoras diperlihatkan pada Gambar 1(a).
(a) (b)
Gambar 1 (a) Tampilan cover bab Teorema Pythagoras. Gambar 1(b) Peta konsep bab Teorema Pythagoras
Peta Konsep
Peta konsep disajikan untuk memudahkan pengguna buku dalam melihat alur setiap topik serta
keterkaitan antartopik pada bab tersebut. Peta konsep yang disajikan meliputi nama bab, topik umum, serta
topik-topik yang lebih khusus. Tampilan peta konsep bab Teorema Pythagoras diperlihatkan pada Gambar
1(b).
Mengenal Tokoh
Pada bagian ini, diceritakan sekilas tentang perjalanan Pythagoras. Selanjutnya disajikan hal-hal yang bisa
diteladani dari sosok Pythagoras. Kisah Pythagoras menunjukkan bahwa Allah mengangkat derajat orang-
orang yang berilmu. Meskipun Pythagoras sudah meninggal ribuan tahun lalu, namun namanya masih dikenal
dan ilmunya bermanfaat untuk umat manusia. Kisah Pythagoras bisa memotivasi siswa untuk tetap semangat
Sekilas Arah
Pada halaman sekilas arah pembaca mendapat gambaran singkat tentang keseluruhan isi bab. Sekilas arah
memperjelas apa yang terkadung dalam peta konsep. Pada bagian ini juga ditampilkan beberapa gambar yang
mewakili beberapa topik yang dibahas, yang diharapkan menjadi daya daya tarik bagi pembaca. Dengan cara
seperti ini, diharapkan para pembaca, yaitu siswa menyadari bahwa apa yang dipelajari ada wujudnya dalam
kehidupan sehari-hari. Tampilan sekilas arah Bab Teorema Pythagoras ditunjukkan pada Gambar 2(b).
(a) (b)
Gambar 2(a) Mengenal tokoh Pythagoras. Gambar 2(b) Sekilas arah bab Teorema Pythagoras
Isi Bab
Isi bab terdiri dari beberapa subbab, uji kompetensi, dan projek. Setiap subbab diawali dengan sebuah
pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan topik materi yang dibahas pada subbab tersebut. Pertanyaan
merupakan inti dari belajar. Seseorang tidak benar-benar belajar sampai timbul pertanyaan dalam benaknya.
Selanjutnya disajikan sebuah gambar (ilustrasi) terkait dengan subbab yang sedang dibahas.
Pada materi Teorema Pythagoras, terdapat tiga subbab yang disajikan yaitu subbab Teorema Pythagoras,
Tripel Pythagoras, dan penerapan Teorema Pythagoras. Subbab pertama diawali dengan sebuah pertanyaan
apa itu Teorema Pythagoras. Teorema Pythagoras merupakan materi yang relatif baru bagi siswa kelas 8,
sehingga pertanyaan tersebut mewakili kesan pertama siswa terhadap Teorema Pythagoras. Pada subbab ini
ditampilkan gambar jembatan jembatan Pasupati. Masalah yang dimunculkan berdasarkan gambar tersebut
adalah bagaimana menentukan panjang salah satu kabel penyangga pada jembatan tersebut.
Pada subab kedua dibahas mengenai Tripel Pythagoras, berupa tiga bilangan bulat positif yang memenuhi
Teorema Pythagoras. Kemudian, siswa mempelajari prosedur yang digunakan untuk menemukan Tripel
Pythagoras primitif.
Pada subbab ketiga, dibahas tentang penerapan Teorema Pythagoras. Pada bab ini, disajikan sebuah
pertanyaan untuk melihat apakah siswa sudah mengetahui atau bisa memprediksi penggunaan Teorema
Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari. Ilustrasi yang disajikan pada subbab ini adalah tentang festival
layang-layang. Siswa diajak untuk mengkonstruksi sebuah layang-layang sesuai dengan panjang benang yang
dimilikinya. Kemudian siswa diajak berpikir untuk menentukan panjang ruas bambu yang dibutuhkan untuk
membuat layang-layang sesuai dengan desainnya tersebut, tentunya dengan menerapkan Teorema
Pythagoras.
Setiap subbab diakhiri dengan Ayo Kita Coba. Ayo Kita Coba merupakan nama lain dari latihan soal.
Pada bagian ini, disajikan lima butir soal berkaitan dengan subbab yang dibahas. Penggunaan kata “ayo kita
coba” dimaksudkan agar siswa merasa diajak oleh buku, tidak merasa diperintah, sehingga mereka mau
mencoba menyelesaikan soal-soal tersebut. Di samping itu, “kata ayo kita coba” secara perlahan-lahan
menanamkan kebiasaan pada siswa untuk berani mencoba menghadapi tantangan untuk kebaikannya,
sehingga siswa mengembangkan karakter positif dalam dirinya. Salah satu contoh pada bagian Ayo Kita
Coba ditunjukkan pada Gambar 5(a).
Uji Kompetensi
Pada akhir bab disajikan uji kompetensi yang disajikan untuk melihat sejauh mana tingkat penguasaan
siswa terhadap keseluruhan materi dalam bab tersebut. Uji kompetensi terdiri dari 25 soal pilihan ganda dan 5
Projek
Projek merupakan salah satu sarana bagi siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan kecakapannya
dalam matematika pada topik yang sedang dipelajari. Hadirnya projek ini diharapkan bisa membuat siswa
lebih kreatif dan aplikatif dalam belajar matematika. Pada bab Teorema Pythagoras, projek yang yang
dilakukan adalah membuat tabel Tripel Pythagoras seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5(b).
(a) (b)
Gambar 5(a). Ayo Kita Coba subbab penerapan Teorema Pythagoras. Gambar 5(b). Projek Teorema
Pythagoras
Kelebihan Buku
Tersusunnya materi matematika untuk siswa SMP Kelas 8 ini, selain menambah khazanah perbukuan di
Indonesia, tujuan utamanya diharapkan bisa membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan matematika
yang dimilikinya. Selain itu, buku ini diharapkan mampu menanamkan karakter positif dalam diri siswa. Oleh
karena itu, untuk mencapai hal tersebut, buku ini menghadirkan beberapa aspek yang mungkin belum pernah
ada di buku-buku matematika yang lain, sehingga menjadi kelebihan tersendiri bagi buku ini. Adapun
beberapa kelebihan buku ini dintinjau dari beberapa aspek antara lain sebagai berikut.
1. Landasan Spiritual
Adapun landasan spiritual yang dimaksud di sini adalah ayat Al Quran yang merupakan pedoman hidup
manusia yang harus digunakan untuk mencapai keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Dengan
demikian, penting untuk menanamkan akhlak Al Quran sejak dini untuk membentuk karakter baik
(akhakulkarimah) dalam diri para siswa. Ayat Al Quran yang terdapat dalam buku ini juga
mengingatkan siswa pada Sang Pencipta dan hahikat hidup. Bahwasannya ilmu atau apapun yang
mereka miliki harus digunakan dalam rangka ketaatan kepada Sang Pencipta. Selain itu, agar siswa
KESIMPULAN
Materi Teorema Pythagoras disusun dengan menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik
yang memperhatikan pendidikan karakter. Oleh karena itu, penyajian materi diawali dari objek yang realistik
yang dekat dengan kehidupan siswa, kemudian beratahap sampai akhirnya ke tingkat formal. Materi ini
terdiri dari beberapa bagian yaitu halaman cover, peta konsep, mengenal tokoh, sekilas arah, dan isi yang
REFERENSI
1. Balitbang (2015): Tentang PISA. Jakarta: Kemdikbud. Tersedia: Litbang.kemdikbud.go.id. Diunduh
pada tanggal 4 Mei 2016.
2. Stacey, Kaye (2011): The PISA View of Mathematical Literacy in Indonesia. Melbourne: Jurnal
IndoMS. J.M.E Vol. 2 No. 2 July 2011, pp. 95-126. Tersedia: www.google.com. Diunduh pada tanggal
6 Januari 2016.
3. Kilpatrick, Jeremy (2001): Adding It Up; Helping Children Learn Mathematics. Washington DC:
National Academy Press.
4. Cauilan, Ester Bulan (2009): A need for – Trend in Teaching Mathematics, Majalah PMRI. Bandung:
IP-PMRI.
5. Van Den Heuvel-panhuizen, M. (2000): Mathematics education in the Netherlands: a guided tour.
Freudenthal institute cd-rom for icme9. Utrecht: Utrecht university. Tersedia: www.google.com.
Diunduh pada tanggal 4 Mei 2016.
6. Rezat, Sebastian (2009): The utilization of mathematics textbooks as Instruments for learning
Proceedings of cerme 6, january 28th-february 1st 2009, lyon france © inrp 2010. Germany: Justus-
liebig-university Giessen. Tersedia: www.inrp.fr/editions/cerme6. Diunduh pada tanggal 4 Mei 2016.
7. Lui, Ka Wai (2012): Textbooks and Cultural Traditions: A Comparative Case Study of Berlin and Hong
Kong. China: The Mathematics Educator 2012, Vol. 13, No. 2, 55-72. Tersedia: www.google.com.
Diunduh pada tanggal 9 Mei 2016.
8. Fadillah, Syarifah (2013): Pembetukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Matematika, Jurnal
Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 142-148. Tersedia:www.google.com.
Diunduh pada tanggal 3 Juni 2016.
9. Zulnuraini (2012): Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah
Dasar di Kota Palu, Jurnal DIKDAS, No.1, Vol.1, September 2012. Tersedia:www.google.com.
Diunduh pada tanggal 2 Juni 2016.
10. Salman, A. N. M (2009): Matematika: Dari Definisi dan Aksioma Menuju Cinta, Prosiding Simposium
Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) 22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia
11. Lin, Fou-Lai (1983): Textbook as the Source of the Learning. Department of Mathematics College of
Sciences. Bulletin of National Taiwan Normal University No. 28. Tersedia: www.google.com . Diunduh
pada tanggal 18 Mei 2016.
12. Sutarto, Nurlaili, L., Karmedi, M. (2014): Kurikulum dan Pembelajaran dalam Implementasi pada
Kurikulum 2013. Jakarta: CV. Kemilau Ilmu Semesta.
13. Haggarty, Linda dan Pepin, B. (2002): An investigation of mathematics textbooks and their use in
english, French and German classrooms: who gets an opportunity to learn what? British Educational
Research Journal, 28(4), 567-590. Tersedia: www.google.com . Diunduh pada tanggal 5 Mei 2016.
14. Berisha, Valbone (2015): The General Characteristics Of Mathematics Textbooks For Lower Secondary
School In Kosovo dalam International Journal of Novel Research in Education and Learning Vol. 2,
Issue 2, pp: (19-23), Month: March - April 2015. Prishthina. Tersedia: www.noveltyjournals.com .
Diunduh pada tanggal 6 Mei 2016.
15. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2016): Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) Mata Pelajaran Matematika, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.