MIKROBIOLOGI PANGAN
Oleh :
Kelompok 6 :
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai : (1.1) Latar belakang, (1.2) Tujuan percobaan, d
Susu segar mengandung berbagai komponen zat gizi lengkap yang sangat berma
nfaat bagi tubuh. Komposisi susu terdiri dari air, lemak susu, dan bahan kering tanpa le
mak. Akibat kandungan susu segar yang kompleks menyebabkan bahan ini mudah men
galami kerusakan jika tidak segera dilakukan penanganan yang tepat yang tepat. Kerusa
kan pada susu segar terutama disebabkan oleh perubahan aktivitas enzim mengakibatka
n kandungan protein terpecah menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam amino). Ha
sil penguraian ini menyebabkan mikroba dapat tumbuh lebih cepat karena asam amino d
apat digunakan sebagai sumber nitrogen dan karbon bagi pertumbuhan bakteri. Adanya
kontaminasi bakteri pada susu segar dapat menyebabkan perubahan warna dan bau sehi
ngga tidak dapat dikonsumsi. Agar susu dapat bertahan lama, maka perlu dilakukan pen
Yoghurt adalah susu yang difermentasikan dengan bakteri tertentu (bakteri probi
otik streptococcus dan bakteri probiotik lactobacillus) sehingga menghasilkan rasa asa
m dan aroma yang khas. Daya simpan serta kondisi yoghurt dapat diamati melalui uji or
ganoleptik. Dengan melakukan uji organoleptik maka akan diketahui mutu yoghurt yan
g dibuat. Untuk memperoleh yoghurt dengan kualitas yang baik diperlukan susu yang b
erkualitas baik. Ciri susu yang berkualitas adalah berasal dari hewan yang sehat, memili
ki aroma susu yang segar, dan tidak terkontaminasi. Selain itu, kualitas yoghurt yang ba
ik juga turut ditentukan oleh kadar lemak dalam susu, jenis bakteri yang digunakan dala
1.2 Tujuan
2. Mampu melakukan proses produksi pangan fermentasi yoghurt dengan baik dan
benar.
1.3 Prinsip
Prinsip fermentasi yaitu mengubah sifat bahan yang kurang diterima oleh konsu
men menjadi bahan yang lebih bermanfaat, memiliki nilai gizi, dan memperpanjang mas
a simpan. Prinsip pembuatan yoghurt yaitu fermentasi yang menggunakan asam laktat p
TINJAUAN PUSTAKA
ermentasi, (2.3) Fermentasi yoghurt, (2.4) Faktor yang mempengaruhi fermentasi, dan
2.1 Fermentasi
asi telah ada sejak 6000 tahun sebelum masehi yang menghasilkan alkohol dan bir, kem
udian roti dengan khamir, tauco, hingga tempe pada abad ke-16. Penerapan ilmu fermen
tasi dimulai pada tahun 1810 yang meneliti pembuatan alkohol oleh J. L Gay-Lussac.
Fermentasi berasal dari kata fervere (latin), yang berarti mendidih atau meletup-l
etup, menggambarkan aksi terbentuknya gelembung gas CO2 dari proses katabolisme gu
la. Pengertian fermentasi terbagi menjadi fermentasi klasik dan fermentasi modern, ferm
entasi klasik adalah proses penguraian senyawa kompleks dari gula oleh bantuan mikro
organisme pada keadaan anaerob yang berubah menjadi senyawa sederhana. Fermentasi
modern adalah proses perubahan suatu substrat dari sederhana menjadi kompleks oleh b
antuan mikroorganisme pada kondisi yang terkontrol baik aerob maupun semi anaerob
Tipe fermentasi terdiri dari proses, kondisi dan skala industri. Proses fermentasi
e baik yang ada pada produk pangan menggunakan garam berkonsentrasi tinggi, tanpa
ya. Dan fermentasi terkontrol yang menggunakan kultur murni (10 sel/ml) starter murni
6
melalui pemanasan atau sterilisasi. Kondisi fermentasi terdapat kondisi aerobik yaitu ko
ndisi yang memerlukan oksigen, kondisi anaerobik yang tidak memerlukan oksigen dan
kondisi semi anaerobik yang masih membutuhkan oksigen dengan jumlah yang dibatasi.
an dan memperbaiki umur simpan, kualitas nilai gizi, cita rasa dan penyerapan gizi prod
uk
oses fermentasi antara lain khamir, kapang dan bakteri. Mikroorganisme tersebut berper
an dalam memecahkan komponen organik pada bahan. Mikroba akan diisolasi dengan is
Bakteri asam laktat merupakan kelompok gram positif, tidak membentuk spora,
bakteri aerotoleran (secara filogenetik termasuk dalam filum Firmicutes dan ordo Lacto
bacillales). Bakteri tersebut banyak digunakan dalam fermentasi makanan dan memberi
kan peran penting dalam produk fermentasi dairy, sereal, daging, dan produk sayuran.
Di samping bakteri asam laktat, beberapa spesies Bacillus berperan dalam fermentasi ba
han makanan tertentu, seperti Bacillus subtilis digunakan dalam fermentasi kacang kede
lai yang menghasilkan natto, dan bakteri asam asetat digunakan dalam pembuatan cuka.
s diikuti spesies Lactiplanti Bacillus, dan Levi Lactobacillus brevis yang menghasilkan
sauerkraut (berasal dari Eropa dan Amerika Utara), kimchi (berasal dari Korea), suan-ca
i (berasal dari China) atau sinki (berasal dari Nepal). Pada kelompok fungi, yeast yang
wine, dan fermentasi alkohol lainnya. Kelompok jamur lain seperti Penicillium, Aspergi
llus, dan Rhizopus mampu memfermentasi dairy, daging, dan produk kedelai dan juga st
Yoghurt merupakan produk susu yang mengalami fermentasi oleh bakteri asam l
aktat pada suhu 37-450 C. Pada dasar proses pembuatan yoghurt adalah memfermentasi
ulgaricus. Susu yang akan difermentasikan harus dipanaskan terlebih dahulu dengan tuj
uan untuk menurunkan populasi mikroba dalam susu dan memberikan kondisi yang bai
k bagi pertumbuhan biakan yoghurt serta mengurangi kandungan air dalam susu. Proses
ricus dan Streptococcus thermophilus dan didalamnya terdapat kultur aktif bakteri terse
but. Dasar fermentasi susu atau pembuatan yoghurt adalah proses fermentasi komponen
gula-gula yang ada di dalam susu, terutama laktosa menjadi asam laktat dan asam-asam
lainnya. Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi dapat meningkatkan cita
rasa dan meningkatkan keasaman atau menurunkan pH-nya. Semakin rendahnya pH ata
u derajat keasaman susu setelah fermentasi akan menyebabkan sedikitnya mikroba yang
mampu bertahan hidup dan menghambat proses pertumbuhan mikroba patogen dan mik
roba pengrusak susu, sehingga umur simpan susu dapat menjadi lebih lama.
Dalam pembuatan yoghurt terjadi pengasaman susu oleh bakteri asam laktat. Maka
dari itu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dikendalikan faktor-faktor yang
yoghurt tergantung pada jenis bakteri starter, temperature proses fermentasi, komposisi
susu, proses pembuatan dan masa penyimpanan (Gianti & Evanuarini, 2011). Selain
itu, kesterilan alat dan bahan yang digunakan pun mempengaruhi pada proses
fermentasi produk. Perkembangan starter fermentasi dipengaruhi oleh bahan baku yang
digunakan, yakni susu yang digunakan harus terbebas dari antibiotika atau residu yang
dapat menghambat perkembangan starter. Tingkat keasaman dan aroma yang tidak
disukai merupakan akibat dari perkembangan starter yang terhambat. Selain itu, kondisi
yang kurang baik saat pemeraman perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi
perkembangan starter dan hasil produk. Kondisi yang asam merupakan kondisi yang
baik bagi perkembangan bakteri yang menghasilkan gas dengan cepat dan aroma tidak
enak. Untuk itu, secepatnya dilakukan penyimpanan di suhu rendah yakni 4 oC setelah
proses fermentasi dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi (Sudarmadji &
Kuswanto, 1989).
Adanya asam laktat yang dihasilkan bakteri asam laktat juga berpengaruh pada sifa
t fisik kualitas yoghurt. Asam laktat ini mempengaruhi pada muatan elektrostatik kasein,
k dan terjadi pengikatan kalsium ke kasein sehingga memacu ikatan hidrofobik antara k
asein (Manab, 2008). Tekstur yoghurt terbentuk oleh agregasi misel kasein sehingga ter
bentuk gel yang kuat dan halus. Kekuatan gel kasein yang terbentuk ditentukan oleh kek
uatan ikatan yang dipengaruhi oleh pH, konsentrasi kalsium dan suhu (Desouky & El-G
Bakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri yang membentuk asam laktat,
baik sebagai satu-satunya produk atau sebagai produk utama pada metabolisme
kelompok bakteri Gram positif, tidak membentuk spora, berbentuk bulat atau batang
dan pada umumnya tidak memiliki katalase dan karbohidrat yang dapat difermentasi
merupakan sumber energi utama. Bakteri asam laktat biasa ditemukan pada makanan
(produk hewani, daging yang yang difermentasi, adonan asam, fermentasi sayuran dan
buah-buahan, silase, minuman). Peranan bakteri asam laktat pada bahan pangan lebih
banyak menguntungkan dari pada merugikan. Bakteri asam laktat yang aktif dalam
fermentasi makanan, akan membuat daya simpan makanan menjadi lebih lama
dibandingkan pada bahan dasarnya. Keawetan ini dikarenakan produksi asam laktat
oleh bakteri asam laktat dapat menekan pertumbuhan bakteri pembusuk maupun
patogen. Selain asam yang dihasilkan, terdapat sejumlah spesies bakteri asam laktat
juga mampu menghasilkan berbagai komponen yang memiliki sifat antagonis terhadap
bakteri lain, diantaranya bakteriosin, hidrogen peroksida, dan diasetil (Rahayu dan S.
Margino, 1997)
akan mengubah laktosa menjadi asam laktat proses perombakan laktosa menjadi asam
laktat ini dibutuhkan waktu fermentasi yang optimal. Semakin lama penyimpanan maka
rasa yang dihasilkan semakin asam dan mengakibatkan penurunan pH dikarenakan
semakin banyak konsentrasi ion H+. Kondisi asam yang tinggi akan membuat protein
susu menyusut menjadi kental. Dan juga lama waktu fermentasi mempengaruhi
Untuk hasil produk, bakteri Lactobacillus berperan dalam pembentukan aroma, sed
angkan Streptococcus thermophilus berperan dalam pembentukan cita rasa dan aroma as
am sedikit manis pada yoghurt dengan mengubah protein susu (kasein) menjadi protein
yang mempunyai rantai lebih pendek. Pada pertumbuhan bakteri terjadi simbiotik mutua
eptococcus ketika bakteri tersebut menghasilkan asam format serta CO 2. Pada kondisi a
naerobik, di produksi peptide dan asam amino seperti glisin, valin, histidin, dll. oleh La
ctobacillus bulgaricus (yang memiliki sistem proteinase dan peptidase yang baik) yang
g asam kalsium dan kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus
u. Dan terjadi tarik menarik antara molekul yang muatan listriknya berbeda sehingga ka
METODOLOGI PRAKTIKUM
Bab ini menjelaskan mengenai : (3.1) Waktu dan tempat, (3.2) Alat dan bahan, d
ammadiyah Bandung. Pada hari Selasa 28 Desember 2021 pukul 13.00 WIB – selesai.
• Gelas beaker
• Gelas ukur
• Kompor
• Panci
• Pengaduk
• Termometer
• Alumunium foil
• Plastik Wrap
• Susu segar
3.3 Metode percobaan
Pertama siapkan alat dan bahan. Panaskan susu yang akan difermentasi pada
suhu 90°C selama 15-30 menit, kemudian dinginkan susu yang telah dipanaskan sampai
suhunya mencapai 43°C. Sambil menunggu susu dipanaskan, didihkan air pada panci
lain tunggu hingga panas, masukan gelas beaker kedalam panci, kemudian tunggu
selama 30 menit dan tiriskan. Selanjutnya siapkan starter yang sudah jadi sebanyak
2,5% (10mL) dari jumlah susu yang akan difermentasikan (400mL). Setelah susu
didinginkan hingga mencapai suhu 430C, masukan starter kemudian aduk hingga rata.
Tutup gelas beaker menggunakan alumunium foil dan dirapatkan menggunakan plastik
wrap. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 30°C, amati selama tiga hari berturut-turut.
BAB IV
Bab ini menjelaskan mengenai : (4.1) Hasil percobaan, dan (4.2) Pembahasan.
Hari Pengamat
Hasil Keterangan
an
Aroma : Aroma susu murni
Warna : Warna susu putih
Tekstur : Cair
Hari ke-0 Rasa : Rasa susu tawar sedikit sekali as
am
Aroma : Menyengat
Warna : Putih kekuningan
4.2 Pembahasan
Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1997, tentang susu segar menyebutkan
bahwa susu murni adalah cairan yang berasal dari puting sapi yang sehat dan bersih
diperoleh dengan cara yang benar dengan kandungan alaminya tidak dikurangi atau
ditambahkan sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu adalah
hasil pemerahan sapi-sapi atau hewan menyusui lainnya yang dapat digunakan atau
dimakan sebagai bahan makanan sehat, secara kontinyu dan tidak dikurangi
bersuhu 90C selama 15-30 menit pada susu bertujuan untuk membunuh semua
suhu. Pendinginan dilakukan hingga suhu 43C karena suhu tersebut merupakan
suhu optimum bagi pertumbuhan starter kultur bakteri yang diinokulasikan dalam
1987)
kulit dan selaput lendir. Mikroorganisme mudah terhembus udara dan menyebar
luas karena ukuran selnya kecil dan ringan. Maka dari itu pencegahan
penutup dan bentuknya yang terbilang unik. Tetapi almunium foil tidak cukup
untuk menutup bahan dari kontaminasi udara, maka perlu dirapatkan menggunakan
seal plastik. Menurut Lindsay Malone (2020) dalam artikel medcom oleh Raka
ketika udara masuk kedalam makanan, itu memungkinkan bakteri untuk tumbuh
lebih cepat. Ketepatan memilih wadah dan dapat membungkus sisa makanan
dengan tepat agar udara tidak masuk dan bakteri tidak berkembang biak
Penelitian tidak luput dari kesalahan oleh praktikan, berikut faktor-faktor yang
a) Alat yang digunakan tidak steril, beberapa alat yang digunakan tidak
dilakukan sterilisasi seperti batang pengaduk dan gelas ukur untuk starter
yogurt.
b) Bakteri starter yang tidak baik, kultur bakteri starter tidak diisolasikan
untuk mehindari dari kontaminasi dari luar, dengan cara pengadukan atau
dikerjakan pada suhu 37C selama 24 jam atau pada suhu 43C selama 8
Pada hasil pengamatan didapat pada hari ke-0 beraroma susu pada umumnya
pada hari ke-1 susu disimpan pada suhu ruang selama 24 jam berubah menjadi
yoghurt, karena melewati 18 jam maka susu mengalami perubahan tekstur yang berair
pada bagian dasar gelas. Wadah susu terguncang atau dipindahkan saat fermentasi.
Pada hari ke-2 tampilan susu sudah terdapat banyak cair yang berwarna hijau,
aromanya busuk menyengat, dan rasa tajam seperti tape namun tidak ada rasa manis
melainkan hambar. Hal ini karena susu tidak disimpan pada lemari es bersuhu dingin
Pada hari ke-3 yogurt menjadi lebih rusak lagi karena mikroorganisme terus
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pengamatan fermentasi dengan sampel yoghurt yaitu berhasil saat hari ke-
1 dengan ciri-ciri tekstur yang padat, aroma susu murni, dan rasa yang sedikit asam,
karena pengamatan dilakukan 24 jam maka terdapat cairan hasil fermentasi berlebih.
Kemudian gagal pada hari ke-2 dengan ciri-ciri terdapat cairan kental pada dasar gelas,
proses fermentasi. Dan sampel susu busuk saat hari ke-3 dengan bau busuk dan
bersekresi.
5.2 Saran
sebaiknya dimasak dengan api kecil atau sedang. Hindari penggunaan bibit yoghurt
yang sudah dipasteurilisasi agar bakteri didalamnya tetap hidup. Pengadukan yang tidak
terlalu kuat saat pencampuran bibit sehingga tidak menggang keaktifan starter.
Pengamatan dilakukan setiap setengah atau satu jam. Yoghurt yang sudah jadi segera
Badan Standarisasi Nsional. SNI No. 01-3141-1997 tentang Syarat Mutu Susu Segar.
Jakarta, 1997
Cybex. (2019). Peran Bakteri dibalik pembuatan Yoghurt. Diakses pada 3 Januari 2022 p
ukul 15:20 WIB, dari http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/68801/PERAN-
BAKTERI-DI-BALIK-PEMBUATAN-YOGURT/
Edizal. 2019. Peran Bakteri di Balik Pembuatan Yoghurt. Pusat Penyuluhan Pertanian.
Gianti, L, Evanuarini, H. 2011. Pengaruh Penambahan Gula dan Lama Penyimpanan terh
adap Kualitas Fisik Susu Fermentasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 6
(1):28-33.
Jayanti, S., Siti H.B., dan Retno S.I. 2015. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Susu Sapi
dan Waktu Fermentasi terhadap Kualitas Yoghurt. Unnes Journal of Life Science.
Lestari, Raka. 2020. Bahaya Membungkus Makanan dengan Aluminium Foil. Medcom.
Jakarta. Diakses pada tanggal 29 Desember 2021pukul 14:29 WIB, dari
https://www.medcom.id/rona/kesehatan/eN4Ry27k-bahaya-membungkus-
makanan-dengan-aluminium-foil
Manab, A. 2012. Kajian Sidat Fisik Yogurt selana Penyimpanan pada Suhu 4 oC. Jurnal I
lmu dan Teknologi Hasil Ternak. 3(1):52-58.
Mifta, gatya. (2021). Makanan Fermentasi, Mikroorganisme yang Berperan dan Metaboli
t yang Dihasilkan. Diakses pada tanggal 02 januari 2022 pukul 23.45 WIB, dari h
ttps://probiotics.wg.ugm.ac.id/2021/01/24/makanan-fermentasi-mikroorganisme-
yang-berperan-dan-metabolit-yang-dihasilkan/
Pradipta, T., Paramita, V. 2017. Studi Pengaruh Penambahan Berbagai Starter Starter pa
da Susu Kacang Fermentasi terhadap Sifat Fisik Susu. METANA. 13(2):49-54.
Rahayu, Endang S., S. Margino. 1997. Bakteri Asam Laktat : Isolasi dan Identifikasi. Pu
sat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.
Widowati, S., dan Misgiyarta, (2009), Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pe
mbuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati, Balai Penelitian Biote
knologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. diakses 30/08/2009.
Winarno, dkk. 2003. Flora Usus dan Yoghurt. Penerbit : Embrio Press. Bogor.
Yusuf, Hadi. 2021. Modul praktikum Mikrobiologi Pangan Prodi teknologi Pangan. Tim
penyusun prodi teknologi pangan fakultas sains dan teknologi. Dari Universitas
Muhammadiyah Bandung.
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian