Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN CA KOLON

Disusun oleh :

Bernadetha Ina Dona 131911001

Deva Sandy Alfarizi 131911012

Patia Andari 131911015

Dosen pembimbing :

Soni Hendra Sitindaon, S. Kep, Ns, M. Kep

PRODI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


TANJUNGPINANG

T.A.2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Askep dengan kasus gangguan sistem endokrin : Hipertiroid
dan Hipotiroid ”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II . Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penyusun juga berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Tanjungpinang, 25 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang.............................................................................................5
B. Rumusan masalah.......................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................5

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian.....................................................................................................6
B. Anatomi dan fisiologi...................................................................................6
C. Etiologi.........................................................................................................7
D. Manifestasi klinis.........................................................................................7
E. Patofisiologi dan pathway............................................................................8
F. Komplikasi...................................................................................................10
G. Penatalaksanaan medis.................................................................................10
H. Pemeriksaan penunjang................................................................................11
I. Asuhan keperawatan....................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Kasus..............................................................................................................37

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................................23
B. Saran................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi fecal
(berhubungan dengan defekasi) dan kebutuhan eliminasi urin (berhubungan dengan
berkemih). Dalam memenuhi kebutuhan eliminasi, sangat di perlukan pengawasan
terhadap masalah yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan eliminasi, seperti:
obstipasi, inkontinensia, retensi urine, dan lain-lain. Gangguan tersebut dapat
mengganggu pola aktivitas sehari-hari.
Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa prosedur keperawatan yang
dapat dilakukan, di antaranya pemenuhan kebutuhan eliminasi fecal dengan pispot pada
pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri, melakukan huknah rendah,
huknah tinggi, pemberian gliserin per-rektal, evakuasi feces manual, memenuhi
kebutuhan eliminasi urine dengan urinal, pada pasien yang tidak mampu melakukan
secara mandiri dan pemasangan kateter kondom.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapatkan pada
makalah ini adalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Gangguan Ca Kolon ?”

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Ca Kolon.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi Ca Kolon.
b. Untuk mengetahui dan memahami anatomi fisiologi
c. Untuk mengetahu dan memahami etiologi Ca Kolon.
d. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis Ca Kolon.

4
e. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi Ca Kolon.
f. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Ca Kolon.
g. Untuk mengetahui dan memahami pathway Ca Kolon.
h. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi Ca Kolon.
i. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan Ca Kolon.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. DEFINISI
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca Colon atau Kanker Usus Besar adalah
suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu)
Kanker colon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan
usus besar atau rectum.(Boyle &Langman, 2000 : 805). Kanker colon adalah pertumbuhan
sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada colon dan menginvasi jaringan sekitarnya.
(Tambayong, 2000 : 143). Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel
DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

B. ANATOMI FISIOLOGI

6
C. ETIOLOGI
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Petunjuk pencegahan yang tepat
dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institut, dan organisasi
kanker lainnya. Faktor resiko telah teridentifikasi untuk kanker kolon :
1. Usia lebih dari 40 tahun.
2. Darah dalam feses.
3. Riwayat polip rektal atau polip kolon.
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus.
5. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga.
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis.
7. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus,
tempat kanker berlokasi, gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan
keletihan.
a) Kanker kolon kanan
1. Isi kolon berupa cairan
2. Obstruksi dan Melena
3. Nyeri dangkal abdomen
4. Anemia
5. Mucus jarang terlihat
6. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang
pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada
abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
b) Kanker kolon kiri dan rectum
1. Cenderung menyebabkan perubahan defekasi
2. Diare
3. Nyeri kejang

7
4. Kembung
5. Sering timbul gangguan obstruksi
6. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita
7. Mucus ataupun darah segar sering terlihat pada feses.
8. Keinginan defekasi atau sering berkemih

E. PATOFISIOLOGI
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologi (95%) adenokarsinoma (muncul
dari lapisan epitel dalam usus = endotel).
Munculnya kanker kolon biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat
menjadi ganas dan menyusup, serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam
struktur sekitarnya. Kanker kolon dapat berupa masa poliploid, besar, tumbuh ke dalam
lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin).
Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi poliploid yang
datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens. Kanker kolon dapat menyebar
melalui : 1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria). 2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe
perikolon dan mesokolon. 3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena
kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.

8
F. PATHWAY

9
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1. Endoskopi: Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas
pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi
perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil
kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
3. Ultrasonografi (USG) Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi
digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati.
4. Histopatologi Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
5. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien
mengalami perdarahan. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa
tinjanya secara bakteriologi terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MRI. CZ: gallium) dan ultrasound Dilakukan untuk tujuan diagnostik,
identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum) Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum – sum tulang, kulit,
organ dan sebagainya.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses.

10
I. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan (Operasi)
2. Penyinaran (Radioterapi)
3. Kemotherapy
4. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum Berkenaan dengan teknik perbaikan
melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker
kolorektal.
5. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi subyektif
yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan
yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman, 2013).
1. Identitas pasien yang perlu untuk dikaji
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita penyakit lain. Orang yang sudah pernah terkena kanker usus besar dapat
terkena kanker usus besar untuk kedua kalinya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi kanker colon tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya mempunyai riwayat

11
kanker usus besar pada keluarga, maka kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara anda terkena kanker pada usia muda.
5. Riwayat Sosial Ekonomi Pada riwayat sosial ekonomi pasien terkait makanan dan
nutrisi yang dikonsumsi oleh pasien setiap harinya.
6. Riwayat Psikologi Cara pasien menghadapi penyakitnya saat ini, dapat menerima, ada
tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian.
7. Persepsi kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan Cara klien menjaga kesehatan,
cara menjaga kesehatan, pengetahuan klien tahu tentang penyakitnya, tanda dan gejala
apa yang sering muncul, perilaku mengatasi kesehatan, pengetahuan penyebab
sakitnya.
8. Eliminasi Pola buang air besar atau buang air kecil : teratur, frekuensi, warna,
konsistensi, keluhan nyeri.
9. Tidur dan istirahat Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan sebelum tidur
klien.
10. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis GCS E4 V5 M6
Skala nyeri 5. Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi).

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kompresi tumor pada ujung saraf nyeri di dinding
kolon.
2. Keletihan berhubungan dengan anemia karena adanya perdarahan internal dan feses
bercampur darah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
nutrisi yang tidak adekuat.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka pasca bedah kolostomi.

12
c.Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Kronis b/d kompresi tumor pada ujung saraf nyeri di dinding kolon.
 Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien mampu
untuk:
1. Menunjukkan kontrol nyeri dengan indikator :
a. Mengenali faktor penyebab dari sekala 2 jarang menjadi sekala 4 sering
melakukan
b. Mengenali omset lamanya sakit dari sekala 2 jarang menjadi sekala 4
sering melakukan
c. Menggunakan metode pencegahan dari sekala 2 jarang menjadi sekala 4
sering melakukan
d. Menggunakan metode non analgetik untuk mengurangi nyeri dari sekala 2
jarang menjadi sekala 4 sering melakukan
e. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan dari sekala 2 jarang menjadi
sekala 4 sering melakukan
 Manajemen Nyeri (NIC) :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
5. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi : napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/dingin.
b. Keletihan b/d anemia karena adanya perdarahan internal dan feses bercampur darah.
 Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu
untuk :
1. Menunjukkan tingkat kelelahan dengan indikator :
a. Kelelahan dari skala 2 cukup berat ditingkatkan ke skala 4 menjadi ringan.

13
b. Kehilangan selera makan dari skala 2 cukup berat ditingkatkan ke skala 4
menjadi ringan.
c. Kelenjar getah bening dari skala 2 cukup berat ditingkatkan ke skala 4
menjadi ringan.
d. Kegiatan sehari – hari dari skala 2 cukup berat ditingkatkan ke skala 4
menjadi ringan.
 Manajemen Energi (NIC) :
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan.
2. Ajarkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal.
3. Monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang
adekuat.
4. Monitor lokasi sumber nyeri yang dialami pasien.
5. Tingkatkan tirah baring dan batasi kegiatan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang tidak
adekuat.
 Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu
untuk:
1. Menunjukkan tingkat kelelahan dengan indikator :
a. Asupan gizi dari skala 2 banyak menyimpang dari rentang normal
ditingkatkan ke skala 4 sedikit menyimpang dari rentang normal.
b. Asupan makanan dari skala 2 banyak menyimpang dari rentang normal
ditingkatkan ke skala 4 sedikit menyimpang dari rentang normal.
c. Energi dari skala 2 banyak menyimpang dari rentang normal ditingkatkan
ke skala 4 sedikit menyimpang dari rentang normal.
 Manajemen nutrisi (NIC) :
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
2. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien.
3. Tentukan jumlah makanan dan kalori untuk memenuhi kebutuhan gizi.
4. Monitor kalori dan asupan makanan.

14
d. Resiko infeksi b/d luka pasca bedah kolostomi.
 Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
Pasien mampu untuk:
1. Menunjukkan tingkat kontrol infeksi dengan indicator :
a. Mengidentifikasi faktor risiko infeksi dari skala 2 jarang menunjukkan
ditingkatkan ke skala 4 sering menunjukkan.
b. Mengetahui perilaku yang berhubungan dengan risiko infeksi dari skala 2
jarang menunjukkan ditingkatkan ke skala 4 sering menunjukkan.
c. Mempertahankan lingkungan yang bersih dari skala 2 jarang menunjukkan
ditingkatkan ke skala 4 sering menunjukkan.
 Kontrol infeksi (NIC) :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan ke pasien
2. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat.
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melapor ke tenaga kesehatan.
4. Kolaborasi untuk memberikan terapi antibiotik yang sesuai.

d. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan
sesuai dengan kebutuhan klien / pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien
meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan,
pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial,
dan upaya komplikasi.

e.Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan.

15
ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn. A

Usia : 31 thn

Ruang rawat : Ruang bedah orthopedi

2. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri


3. Riwayat Kesehatan Sekarang
4. Kaji PQRS yang dikembangkan dari keluhan utama :
 P (Promotif) : Nyeri bertambah bila sedang dilakukan perawatan luka
 P (Paliatif) : Nyeri berkurang bila diistirahatkan.
 Q (Quantity/Quality) : Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat benda tajam.
 R (Region) : Nyeri dirasakan pada paha dan tumit
 S (Scale) : Skala nyeri 6 pada rentang 0-10
5. Riwayat Pengobatan : Obat-obatan yang dikonsumsi selama perawatan. terapi
Lefazolin 2x1; Ketorolac 2x1; Tramadol 2x1 (drift); Gentamisin 2x1; Ranitidine
2x1.
6. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
-
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
8. Riwayat Penyakit Lain
-
9. Riwayat Pembedahan Pada Skeletal
Pada paha yang terpasang skeletal traksi (3kg). Pada tulang tibia telah terpasang
pen 3 hari POD.

16
10. Kebutuhan Dasar
a. Pola makan : Karena susah bergerak klien susah makan karena
menghindari untuk BAB.
b. Pola nafas :-
c. Pola eliminasi : Pola eliminasi klien berkurang karena klien tidak mau
makan banyak karena merasa susah bergerak untuk BAB.
d. Pola aktivitas : Terjadi keterbatasan gerak/ kehilangan fungsi motorik pada
bagian ekstremitas akibat pembengkakan dan nyeri.
e. Pola tidur : Pola tidur klien terganggu karena nyeri yang dirasakan
akibat frakturnya juga karena skin traksi yang terpasang pada kakinya.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi
a. ekstremitas bawah kanan lebih panjang 10 cm dari ekstremitas bawah kiri
b. Pada paha yang terpasang skeletal traksi (3kg). Pada tulang tibia telah
terpasang pen 3 hari POD.
c. RR 18 x/menit (normal: 16-24 x/menit)
2. Palpasi
a. nyeri tekan pada saat perawatan luka
b. Nadi 78 x/menit (normal: 80-100 x/menit)
c. CRT 3 dtk (abnormal, hiposia. Normal < 3 dtk)
3. Auskultasi
a. TD 110/70 mmHg (normal: 100-120/80-90 mmHg)

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

 Psikis : Menanyakan pada klien apakah dengan keadaan ini klien merasa rendah
diri. Kaji adanya kecemasan, takut, ataupun depresi. Catat dan amati tanda vital
untuk konfirmasi diagnosa.
 Sosial : Menanyakan pada klien apakah dengan keadaan ini dirinya menjadi
menarik diri dari orang lain dan lingkungannya

PEMERIKSAAN PENUNJANG

17
Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan rontgen, menentukan lokasi, luas, dan jenis fraktur.


2. Scan tulang, tomogram, memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

Pemeriksaan Laboratorium

Hitung darah lengkap, pada kasus hasil pemeriksaan hematologi:

 HB 10,6 g/dl (abnormal, anemia. Normal: 13,5 – 17,5 g/dL)


 Leukosit 21.200/mm3 (abnormal, Normal: 4500 – 13500/mm3)
 Trombosit 171.000 mm3/gr dl ( Normal: 150.000 – 400.000/mm3)
 Hematokrit 37%
 MCV : 87,9 ; MCH : 29,8 ; MCHC : 33,9 ; Creatinin : 0,76 ; Na : 138 ; Kalium :
4,0 ; ALT : 15 dan AST

b. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal.
2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
4. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.

18
c. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
Perubahan Setelah dilakukan 1. Observasi warna dan
eliminasi alvi perawatan 3x24jam konsistensi feses,
berhubungan pola defekasi pasin frekuensi, keluarnya
dengan normal kembali flatus, bising usus dan
penurunan (2x1hari), bentuk feses nyeri terkan abdomen.
asupan cairan lonjong dan lunak, 2. Pantau tanda gejala
dan serat, nyeri saat defekasi rupture usus dan/atau
kelemahan otot berkurang skala: 3-4 peritonitis.
abdomen 1. Klien akan 3. Ajarkan klien dalam
sekunder akibat menunjukkan bantuan eleminasi
Ca Colorectal. pengetahuan akan defekasi.
program defekasi 4. Anjurkan klien untuk
yang dibutuhkan. menghindari mengejan
2. Melaporkan selama defekasi.
keluarnya feses 5. Observasi bisingusus dan
dengan peristaltic perut klien.
berkurangnya nyeri 6. Konsultasikan pada ahli
dan mengejan. gizi untuk meningkatkan
serat dan cairan dalam
diet.

Nyeri Setelah dilakukan 1. Monitor  rasa sakit


berhubungan perawatan 3x24jam secarareguler, catat
dengan proses diharapkan : karakteristik, lokasi dan
penyakit. 1. Pasien tampak intensiitas (0-10).
rileks, dapat 2. Catat munculnya rasa
beristirahat/tidur cemas/takut dan
dan melakukan hubungkan dengan

19
pergerakkan yang lingkungan dan persiapan
berarti sesuai untuk prosedur.
toleransi. 3. Kaji tanda-tanda vital,
2. Pasien mengatakan perhatikan takikardia,
bahwa rasa nyeri hipertensi dan
telah terkontrol atau peningkatan pernapasan,
hilang. bahkan jika pasien
menyangkal adanya rasa
sakit.
4. Berikan informasi
mengenai sifat
ketidaknyamanan, sesuai
kebutuhan.
5. Lakukan reposisi sesuai
petunjuk, misalnya semi
– Fowler ; miring.
6. Observasi efek analgetik.

Perubahan Setelah dilakukan 1. Observasi  sejauh mana


nutrisi kurang perawatan 3x24jam ketidakadekuatan nutrisi
dari kebutuhan diharapkan : klien.
tubuh 1. Klien akan 2. Perkirakan/hitung
berhubungan memperlihatkan pemasukan kalori, jaga
dengan perilaku komentar tentang nafsu
mual/muntah mempertahankan makan sampai minimal.
atau meningkatkan 3. Timbang berat badan
berat badan dengan sesuai indikasi.
nilai laboratorium 4. Anjurkan makan sedikit
normal. tapi sering.
2. Klien melaporkan 5. Anjurkan kebersihan oral
peningkatan intake sebelum makan.

20
makanan.
3. Tidak ada
mual/muntah.
Ansietas Setelah dilakukan 1. Monitor  tingkat ansietas
berhubungan perawatan 3x24jam klien.
dengan proses diharapkan : 2. Berikan edukasi
penyakit. 1. Klien dan perawat mengenai penyakit yang
dapat bekerja sama diderita.
dalam menentukan 3. Komunikasi terapeutik.
pola koping yang 4. Singkirkan stimulasi
sesuai. yang berlebihan (misal :
tempatkan klien di
ruangan yang lebih
tenang).
5. Berikan latihan relaksasi,
imajinasi terbimbing.
 

d. Implementasi dan Evaluasi


Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang
diharapkan  pada pasien  dengan Ca Colorectal  meliputi :
1. Diagnosa 1 : Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; bentuk feses
dalam bentuk normal

21
2. Diagnosa 2 : Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan
pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.
3. Diagnosa 3 ; klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau
meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal. Klien mengerti
dan mengikuti anjuran diet. Melaporkan peningkatan intake makanan. tidak
ada mual/muntah.
4. Diagnosa 4 : Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis klien

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar)
atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian
besar colorectal cancer adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang
membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
Etiologi dari colorectal cancer yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor
predisposisi. Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker
colorectal pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit
polip di usus, dan riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri
dari merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak
dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk
seharian. Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan
klien dengan colorectal cancer.

B. Saran
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Fraktur diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidikan
kesehatan berguna untuk klien dengan Fraktur misalnya mengurangi dan mengobati.

23
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made S, EGC: Jakarta.

Price, Sylvia A and Lorraine M Wilson, 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Ed.6,EGC:Jakarta.

Smeltzer, Suzanne and Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner&Suddarth, vol.2, Ed.8,EGC:Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai