Anda di halaman 1dari 61

2

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. W G2P1A0 DENGAN DIAGNOSA

MEDIS ANEMIA RINGAN PADA KEHAMILAN USIA 32 MINGGU

DI BPS EMAWATI S.ST JL BUMI SETIA TANDUS, SEPUTIH

MATARAM, LAMPUNG TENGAH TAHUN 2020

Di susun oleh :

PUTU CANDRAWATI

NPM : 20390031

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI PROGRAM

STUDI PROFESI BIDAN BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2020

i
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Berkat dan Rahmat dari Tuhan karena atas karunia, izin, hidayah

dan kesempatan yang telah diberikankan-Nya kepada penulis, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA

NY. M G2P1A0 DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA RINGAN PADA

KEHAMILAN USIA 32 MINGGU DI BPS EMAWATI S.ST JL BUMI SETIA

TANDUS SEPUTIH MATARAM, LAMPUNG TENGAH TAHUN 2020”.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka dengan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Achmad Farich, dr., MM selaku Rektor Universitas Malahayati.

2. Toni Prasetyo, dr., Sp.PD selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati.

3. Dainty Maternity, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi bidan

yang meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan tugas

ini

4. Ike Ate Yuviska, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing akademik yang

meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan tugas ini.

5. Emawati, SST selaku pembimbing lahan yang meluangkan waktunya

untuk membimbing dalam penyusunan tugas ini.

Bumi Setia, Desember 2020

Penulis

ii
4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 5
D. Manfaat Penulisan.............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. TinjauanTeori medis........................................................................ 7
B. Konsep Dasar Anemia Ringan........................................................ 19
C. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan (ANC)...................................... 21
D. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan............................................. 29
BAB III ANALISA KASUS
A. Pengkajian Data Subjektif ............................................................... 37
B. Pengkajian Data Obyektif................................................................ 40
C. Data Penunjang................................................................................ 43
D. Analisa Data..................................................................................... 43
E. Penatalaksanaan ............................................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Temuan ............................................................................ 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 53
B. Saran.............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAK

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut laporan WHO tahun 2019 Angka Kematian Ibu (AKI) di

dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara

179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di

negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran

hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000

kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per

100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup

(WHO, 2019).

Berdasarkan data WHO (Word Healt Organization) angka

kematian dan kesakitan ibu meningkat pada tahun 2015 yaitu 130/100.000

kelahiran, pada tahun 2014 100/100.000 kelahiran (WHO, 2015).

Sedangkan untuk provinsi lampung angka kematian ibu, pada tahun 2015

yaitu, 17.890 jiwa (Profil Dinkes RI, 2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN

2015-2019 dan SDGs. Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi

sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan

penurunan on the track (terus menurun) dan pada SDKI 2012 menunjukan

angka 32/1.000 KH (SDKI 2012). Hingga tahun 2018/2019 AKI Indonesia

1
2

masih tetap tinggi di 305 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kemenkes RI,

2018).

Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak adalah

perdarahan, hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan

komplikasi aborsi. Persalinan di rumah dan ditolong oleh dukun,

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masih tingginya AKI di

Indonesia (DepkesRI, 2019).

Anemia pada kehamilan (AIP) adalah kondisi dengan efek yang

mungkin menghapuskan bagi ibu dan janin. Memang, AIP adalah faktor

risiko yang diketahui untuk banyak komplikasi ibu dan janin. Komplikasi

ibu termasuk persalinan premature, kenaikan berat badan yang buruk, dan

tenaga kerja disfungsional. Komplikasi janin atau neonatal termasuk

prematuritas, berat badan lahir rendah, skor Apgar yang buruk, tekanan

janin, dan tekanan neonatal, membutuhkan resusitasi yang berkepanjangan

dan menyebabkan anemia neonatal karena cadangan yang buruk. Bayi

dengan anemia memiliki prevalensi kegagalan yang lebih tinggi untuk

berkembang, tonggak perkembangan intelektual yang lebih buruk, dan

tingkat morbiditas yang lebih tinggi dan ikatan fana neonatal daripada bayi

tanpa anemia. Selain itu, bayi yang ibunya mengalami AIP selama

trimester pertama mereka di utero mengalami tingkat kematian

kardiovaskular yang lebih tinggi (Singht, 2013. Department of

Biochemistry, Nepalgunj Medical College, Nepal)

Anemia defisiensi besi adalah masalah kesehatan masyarakat di

seluruh dunia dengan prevalensi tertinggi di negara-negara berkembang.


3

Ini ditemukan terutama di antara wanita usia melahirkan anak, anak-anak

kecil dan selama kehamilan dan ibu menyusui. Anemia yang terjadi

terutama kekurang zat besi dikarenakan kurang patuhnya ibu dalam

mengkonsumsi tablet besi selama kehamilan. Dosis tepat mengkonsumsi

tablet besi selama kehamilan yaitu 60 tablet dan diminum 1x100mg setiap

hari untuk mencegah terjadinya anemia dan pada ibu dengan anemia berat

dosis ditambahkan menjadi 3x300mg setiap hari. (Ragip A. Al, MD 2015)

Secara global prevalensi anemia pada ibu hamil diseluruh dunia

adalah sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di

Asia sebesar 48,2%, Afrika 57,1% , Amerika 24,1% dan Eropa 25,1%

(WHO, 2019). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%. ibu

hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl,

dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%)

dan perdesaan (37,8%). Prevalensi kasus anemia pada ibu hamil di

Provinsi Jawa barat pada tahun 2018 sebesar 18,64 % dan pada tahun 2012

terjadi peningkatan menjadi 24,63% (WHO, 2019).

Sementara itu prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil di

Indonesia masih sangat tinggi. Sekitar 35-75% ibu hamil menderita

anemia defisiensi besi serta semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya usia kehamialan. Anemia dalam kehamilan dapat berakibat

fatal mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi.

Menurut WHO 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan


4

anemia pada kehamilan dan disebabkan oleh defisiensi besi dan

perdarahan akut (Depkes RI, 2019).

Dapat disimpulkan bahwa anemia dalam kehamilan masih menjadi

masalah kesehatan yang harus ditanggulangi, karena merupakan faktor

resiko penting terjadinya kondisi ibu hamil dan neonatus yang buruk.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui

“Bagaimana penatalaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. W G2P1A0

hamil 32 minggu dengan anemia ringan di BPM Emawati, SST tahun

2020”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. W G2P1A0

hamil 32 minggu dengan anemia ringan di BPS Emawati, SST tahun

2020”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan pada Ny. W

dengan anemia ringan di BPS Emawati, SST.

2. Tujuan Khusus

Ibu mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta bahaya

anemia ringan. Ibu mampu menjelaskan penatalaksanaan dalam

anemia ringan. Untuk mengetahui evaluasi dari tindakan yang

diberikan pada Ny.W.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Dapat menerapkan secara langsung teori-teori yang telah didapat

selama masa perkuliahan dilahan praktik. Serta dapat memilki

pengalaman mengenai pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil

dengan anemia ringan.

2. Bagi lahan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan

mutu pelayanan khususnya meningkatkan mutu pelayanan dalam

melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai referensi pembelajaran dan menambah

pengetahuan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil

dengan anemia ringan.


6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis

1. Pengertian anemia pada kehamilan

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel

darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah

itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen

ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Anemia dalam

kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11

gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada

trimester II ( Depkes RI, 2017 ). Anemia adalah penurunan jumlah sel

darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi

darah. Kadar hemoglobin kurang dari 12 gram/dl untuk wanita tidak

hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk wanita hamil (Varney, 2011).

Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi

menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan

tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan

bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat

sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang

tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya

menjadi organ dan juga untuk memproduksi energy agar ibu hamil bisa

tetap beraktifitas normal sehari – hari (Sin sin, 2010).

7
7

2. Etiologi

Penyebab anemia umumnya adalah :

1) Kurang gizi (malnutrisi)

2) Kurang zat besi dalam diet

3) Malabsorbsi

4) Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dan

lain- lain.

5) Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru, cacing usus, malaria, dan

lain- lain (Mochtar, 2012).

3. Patofisiologi

Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh ibu,

perubahan-perubahan itu untuk menyesuaikan tubuh ibu pada keadaan

kehamilannya. Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang

mempengaruhi penggunaan zat-zat makanan oleh tubuh

berkurang sehingga kebutuhan tubuh akan sumber zat gizi juga akan

berkurang pada beberapa bulan pertama kehamilan.. Pola makan dan

gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam rahim ibu Pada masa kehamilan trisemester pertama

(Manuaba, 2010).

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh

karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta

dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65%

dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan

ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang atern
8

serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang

meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang

menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Rukiah, 2010).

4. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil

a. Umur Ibu

Menurut Amiruddin (2011), bahwa ibu hamil yang berumur kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita

anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5%

menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau

lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil,

karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil

maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat

menyebabkan ibu mengalami anemia.

b. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu

baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering

melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan

berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena

selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin

yang dikandungnya. Menurut Arisman (2012) bahwa jumlah

paritas lebih dari 3 merupakan factor terjadinya anemia yang

berhubungan dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu < 2

tahun yang disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras

cadangan zat gizi tubuh ibu.


9

c. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi.

Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK,

tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu

hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas, dan sebagainya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara

untuk mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita

UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk

memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran

lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan

penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK

adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi

KEK dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan kekurangan

energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya

diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi.

Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK

berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2013).

d. Infeksi dan PenyakitZat besi merupakan unsur penting dalam

mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang

penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl

memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang

rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena

meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil,


10

kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi),

adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang,

malaria, TBC) (Anonim, 2014). Ibu yang sedang hamil sangat peka

terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya

meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan

dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan

abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam

kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu

hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru

diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi

terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan

tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2010).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin

dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa

penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin

apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit.

Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam

yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan

keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus

dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak

menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan

meningkatkan kematian janin 30% (Bahar, 2010).


11

e. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2011) proporsi kematian terbanyak terjadi

pada ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak

kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi

kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu

dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk

memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi

sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat

beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat

besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin

yang dikandungnya.

f. Pendidikan

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan

anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi

banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau

kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang

berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social

ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin

dkk (2011), faktor yang mempengaruhi status anemia adalah

tingkat pendidikan rendah.

5. Macam-macam anemia dalam kehamilan

Secara umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi:


12

a. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah. Anemia defisiensi besi

merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah yang ditandai

oleh penurunan cadangan besi, konsentarsi besi serum, dan saturasi

transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau

nilai hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat

besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk

eritropoiesis, kehilangan darah ada saat persalinan, dan laktasi

yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara

dengan 2 liter darah. Oleh karena itu sebagian besar perempuan

mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka

kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi.

Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan

suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk

memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi

kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literatur

menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau

lebih pada kehamilan. (Prawirohardjo, 2012). Pengobatan pada

anemia defisiensi besi dapat diberikan per oral atau parenteral.

a) Per oral : sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3 –

5x0,20 mg.

b) Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per

oral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik,


13

kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena.

Kemasan ini antara lain: imferon dam ferrigen. Hasilnya lebih

cepat dibandingkan per oral (Mochtar, 2012).

b. Anemia Megaloblastik

Anemia Megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh

karena kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan

vitamin B12. Pengobatannya anemia megaloblastik yaitu:

a) Asam folat 15 – 30 mg per hari

b) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga

dapat diberikan transfusi darah (Mochtar, 2012).

c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik

Anemia hipoplastik dalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi

sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk

diagnostic diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya

adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan

pemeriksaan retikulosit (Mochtar, 2012).

d. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran

atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari

pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi

hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih

berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan


14

gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila

terjadi kelainan pada organ- organ vital. Pengobatannya tergantung

pada jenis anemia hemolitik dan penyebabnya. Bila disebabkan

oleh infeksi maka infeksinya yang diberantas dan diberikan obat-

obat penambah darah. Namun ada beberapa jenis obat-obatan, hal

ini tidak memberikan hasil. Maka transfuse darah yang berulang

dapat membantu penderita ini (Mochtar, 2012).

6. Tanda dan Gejala Anemia

a. Letih, sering mengantuk, malaise

b. Pusing, lemah

c. Luka pada lidah d. Kulit pucat

d. Membrane mukosa pucat (missal, konjungtiva)

e. Bantalan kuku pucat

f. Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah (Varney, 2010)

7. Klasifikasi Anemia

Pembagian anemia pada ibu hamil yaitu:

a. Tidak anemia Hb 11 gr%

b. Ringan Hb 9-10 gr%

c. Sedang Hb 7-8 gr%

d. Berat Hb < 7 gr% (Manuaba, 2010)

8. Bahaya anemia pada kehamilan dan janin

a. Bahaya anemia terhadap kehamilan, persalinan dan nifas:

Bahaya selama kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan

prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,


15

mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6gr%),

mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,

ketuban pecah dini (KPD). Bahaya saat persalinaan yaitu gangguan

his (kekuatan mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama,

dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga

dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi

kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan

post partum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi

perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas

yaitu terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post

partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI

berkurang, terjadi dekompesasi kordis mendadak setelah

persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.

b. Bahaya anemia terhadap janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan

dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan

metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi

gangguan yaitu abortus, kematian intra uterine, persalinan

prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan

anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat

infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah

(Manuaba, 2010).
16

9. Pencegahan anemia

Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :

a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh

sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama

hati.

b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti

jeruk, tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan

penyerapan zat besi.

c. Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu,

wanita hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi

selama kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga

konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan zat

besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada

awal kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan

sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari

sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi

direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2017).

d. Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen

zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan.

Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat

besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu,

oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran

berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk,

jambu biji dan pisang). Selain itu tambahkan substansi yang


17

memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk,

daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat

penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Anonim,

2014).

10. Peran bidan pada ibu hamil dengan anemia

Di dalam pedoman pelayanan antenatal terpadu menurut kemenkes

tahun 2010 yaitu tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang

berkualitas sesuai standar terdiri dari 10 T . Standar pelayanan

antenatal care yang kedua yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)

yang bertujuan untuk skrining ibu hamil yang beresiko kurang energi

kronis (KEK). Dimana ibu hamil yang menderita KEK berpeluang

untuk menderita anemia. Maka dari itu bidan diharapkan melakukan

pengukuran lingkar lengan atas. yaitu pada saat pelayanan antenatal

care.

Pemberian tablet Fe pada ibu hamil, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan

sejak kontak pertama kunjungan kehamilan. Selain itu juga adanya

pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kadar hemoglobulin.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan satu kali pada trimester pertama

dan satu kali pada trimester ke tiga tetapi jika ibu hamil memiliki kadar

hemoglobulin < 11 gr% maka akan dilakukan pemeriksaan

hemoglobulin rutin untuk memantau kadar hemoglobulin ibu.

Melakukan komunikasi informasi dan edukasi kepada ibu hamil juga

sangat penting. Memberitahu cara mengkonsumsi tablet Fe dengan


18

benar, memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi yang baik

untuk ibu hamil, memberitahu ibu mengenai P4K yaitu persiapan

tempat persalinan, penolong persalinan, biaya persalinan, pendamping

persalinan, kendaraan dan calon pendonor darah untuk persiapan jika

terjadi kegawat daruratan

B. Konsep Dasar anemia ringan

1. Pengertian

Menurut Manuaba (2010), anemia ringan adalah dimana kadar

hemoglobin antara 9 - 10 gr%. Sedangkan menurut DepKes

(2009), anemia ringan dimana kadar Hb antara 9 -10,9 gr%.

2. Gejala anemia ringan

Menurut Manuaba (2010), pada anemia akan didapatkan keluhan

sebagai berikut:

a. Cepat lelah

b. Sering pusing

c. Mata berkunang-kunang

d. Badan lemas

3. Komplikasi anemia ringan

Komplikasi anemia ringan pada ibu hamil dapat terjadi, hal ini

dikarenakan ibu sudah menderita anemia sejak masa sebelum

hamil. Pada kasus anemia ringan pada ibu hamil bila tidak segera

diatasi, dapat menyebabkan rahim tidak mampu berkontraksi

(atonia) atau kontraksi sangat lemah (hipotonia) (Dimas, 2012).


19

4. Patofisiologi anemia ringan

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah

karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap

plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45

– 65% pada awal kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan

menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan

setelah partus (Rukiyah, 2010).

5. Penatalaksanaan anemia ringan

Menurut Manuaba (2010), penatalaksanaan anemia ringan antara

lain :

a. Meningkatkan gizi penderita

Faktor utama penyebab anemia adalah faktor resiko gizi,

terutama protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat

besi sangat diperlukan oleh ibu hamil yang mengalami anemia

ringan.

Tabel 2.2

Jenis makanan yang mengandung zat besi

Bahan makanan Zat besi (mg/100 gr%)


No
1 Hati 6,6

2 Daging 2,8

3 Telur 3,0

4 Kedelai 1,0

5 Tempe 12,4

6 Tahu 3,4

7 Bayam 0
20

8 Kangkung 4,4

9 Pepaya 1,7

10 Jeruk 0,4

Sumber : Proverawati,2011

b. Memberi suplemen zat besi

a) Peroral

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi sebanyak

600-1000 mg seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus.

Hemoglobin dapat dinaikkan sampai 0,1 gr/100 ml atau

lebih.

b) Parental

Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi

peroral, ada gangguan absorbsi, penyakit saluran

pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri

secara intramuscular/intravena. Diberikan ferum dekstran

100 dosis total 1000 - 2000 mg intravena.

C. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Definisi Asuhan Kehamilan (ANC)

Asuhan kehamilan yang dilakukan yakni melakukan dokumentasi

asuhan kebidanan kehamilan secara sistematis, yaitu melakukan

anamnesis, melakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip head to toe,

melakukan pemeriksaan vital signs, pemeriksaan leopold,

medengarkan denyut jantung janin (DJJ), pemeriksaan laboratorium

sebagai pemeriksaan penunjang, melakukan konseling, memberikan


21

pendidikan kesehatan tentang senam hamil, dan pemberian imunisasi

tetanus toxoid (TT) (Kusmiyati, 2010).

Menurut Handaya 2012 Asuhan antenatal adalah suatu program

terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medis pada ibu

hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang

aman dan memuaskan. Pelayanan antenatal meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik (umum kebudanan), pemeriksaan labolatorium atas

indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada).

Pelayanan asuhan standar minimal termasuk ‘14 T’ yaitu timbang

berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian

imunisasi tetanus toksoid lengkap, pemberian tablet zat besi minimal

90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual dan

temu wicara dalam rangka persiapan rujukan, terapi kebugaran, test

VDRL, test reduksi urine, test protein urine, test Hb, terapi iodium,

terapi malaria (Saifudin, 2012).

2. Tujuan Antenatal Care

Menurut Saifuddin (2012) tujuan antenatal careadalah :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

social ibu dan bayi.

c. Mengenali sejak dini adanya ketidaknormalan atau komplikassi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum.
22

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

menyiapkan untuk pemberian ASI ekslusive.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

3. Manfaat Antenatal Care

Manfaat asuhan antenatal bagi ibu adalah mengurangi dan menegakan

secara dini komplikasi kehamilan, menegakan dan mengobati ibu yang

dapat mempengaruhi kehamilan, mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan mental dan fisik ibu hamil untuk menghadapi persalinan,

meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat

memberikan ASI. Konseling dalam pemakaian alat kontrasepsi KB,

memberikan nasehat dan petunjuk berbagai masalah yang berkaitan

dengan kehamilannya serta berusaha menetapkan penggolaongan

kehamilan dengan resiko meragukan atau risiko tinggi akan dapat

menentukan pertolongan persalinan yang aman (Manuaba, 2012).

Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga dapat

mengurangi persalinan premature, berat bayi lahir rendah, juga

meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas sumber daya

manusia (Manuaba, 2012).

4. Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care

Menurut Haryono (2013) jadwal pemeriksaan kehamilan adalah

sebagai berikut :
23

a. Usia kehamilan dari pertama haid sampai 28 minggu @ setiap 4

minggu

b. Usia kehamilan 28 minggu sampai 36 minggu setiap 4 minggu.

c. Usia kehamilan diatas 36 minggu setiap 1 minggu

Kecuali jika ditemukan kelainan atau factor resiko yang memerlukan

penatalaksanaan medic lain, pemeriksaan harus lebih sering dan

intensif. Kunjungan pertama antenatal care bertujuan untuk :

a. Menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan

b. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan

c. Menentukan status kesehatan ibu dan janin

d. Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/tidaknya

factor resiko kehamilan

e. Menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya

5. Kunjungan Ibu Hamil

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar

yang ditetapkan.Maksud kunjungan disini bukan berarti ibu hamil

yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga

kesehatan dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal

sesuai standar.

6. Kunjungan Ibu Hamil (K1)

Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali kapan saja pada masa

kehamilan tanpa memperhatikan usia kehamilan disebut K1 akses.

Kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan di


24

trimester 1 atau selambat-lambatnya awal trimester II disebut KI

murni.

7. Kunjungan Ulang

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan dengan kedua dan

seterusnya, untuk mendapatka pelayanan antenatal sesuai standar

selama satu periode kehamilan berlangsung.

8. K4

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau

lebih. Untuk mendapatka pelayanan antenatal sesuai standar yang

ditetapkan dengan syarat :

a. Minimal satu kali kontak pada triwulan I

b. Minimal satu kali kontak pada triwulan II

c. Minimal dua kali kontak pada triwulan III

d. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

9. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

a. Oksigen

Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu udara

yang bersih, tidak kotor atau polusi udara, tidak bau, dsb. Pada

prinsipnya hindari ruangan/tempat yang dipenuhi polusi udara

(terminal, ruangan yang sering di pergunakan merokok).

b. Nutrisi

Ibu yang sedang hamil bersangkutan dengan proses pertumbuhan

yaitu pertumbuhan fertus yang ada di dalam kandungan dn


25

pertumbuhan berbagai organ ibu, pendukung proses kehamilan

seperti adneksa, mammae dll. Makanan yang diperlukan untuk :

a) Pertumbuhan janin

b) Plasenta

c) Uterus

d) Payudara

e) Organ lain

Kebutuhan gizi ibu hamil

a) Pada kehamilan trimester I (minggu 1-14) kebutuhan gizi masih

seperti biasa.

b) Pada kehamilan trimester II(minggu 15-28) dimana

pertumbuhan janin cepat, ibu memerlukan kalori yang kurang

lebih 285 dan protein lebih tinggi dari biasanya menjadi 1,5

gr/kg BB.

c) Pada kehamilan trimester III(minggu 28-lahir) kalori sama

dengan trimester II tetapi protein naik menjadi2 gr/kg BB.

Ibu yang cukup makanannya mendapatkan kenaikan BB yang

cukup baik. Kenaikan BB selama hamil rata-rata : 9-13,5 kg.

BB selama TM I : min 0,7-1,4 kg

Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg

Kenaikan BB selama TM III : 9,5 kg

Uterus dan plasenta masing-masing membutuhkan 550 gr dan 50 gr

protein. Kebutuhan total protein 950 gr, Fe 0,8 gr, dan asam folik

300 µg perhari. Sebagai pengawasan, kecukupan ibu gizi hamil


26

dan pertumbuhan kandungannya dapat di ukur berdasarkan

kenaikan berat badannya.Kenaikan berat badan rata-rata antara 10-

12 kg.kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan

ibu turun setelah kehamilan triwulan kedua, harusnya menjadi

perhatian (Haryono (2013).

D. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisirkan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,keterampilan,dalam

rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus

pada klien (Simatupang, 2014).

Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan,

dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses preodik

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat

menjadi. Tahap ini meliputi :

1. Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang dikatakan oleh pasien atau

orang terdekat yang mencerminakn pikiran persaan dan

presepsi mereka sendiri (Nursalam, 2014). Data ini meliputi:

a) Biodata : meliputi nama, umur, pekerjaan, usia, agama,

jenis kelamin, pendidikan dan alamat


27

b) Keluhan Utama : Keluhan utama ditanyakan untuk

mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan.

c) Riwayat Menstruasi: Untuk mengetahui kapan mulai

menstruasi, siklus menstruasi, lamanya menstruasi,

banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak menstruasi, sifat

darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu

menstruasi atau disebut disminorea,gejala premenstrual.

d) Riwayat Perkawinan: Pada status perkawinan yang

ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia menikah

berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan,

dan sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu diketahui

seberapa perhatian suami kepada istrinya ( Estiwidani dkk,

2015).

e) Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu: Untuk mengetahui

jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravidarum), P

(papra), A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan yaitu

ajarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya

melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/ gangguan

kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan.

Riwayat kelahiran kelainan bawaan bayi, jenis kelamin

bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan (Estiwidani

dkk, 2015).
28

f) Riwayat Keluarga Berencana: Bila ibu pernah mengikuti

KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping,

keluhanya apa, alasan berhenti, (bila tidak memakai lagi),

lamanya menggunakan alat kontrasepsi (Ambarawati dan

Wulandari, 2010).

g) Riwayat Kesehatan: Dikaji untuk mengetahui apakah

pasien pernah mengalami penyakit kandungan seperti

infertilisasi,penyakit kelamin,tumor,dan sistem reproduksi

(Ambarawatidan Wulandari, 2010)

h) Riwayat kesehatan yang lalu: Dikaji untuk mengetahui

apakah ada hubungan nya dengan masalah yang dihadapi

oleh klien pada saat ini.

i) Riwayat kesehatan sekarang: Untuk mengetahui penyakit

yang diderita saat ini

j) Riwayat kesehatan keluarga: Dikaji untuk mengetahui

apakah adanya penyakit menurun dalam keluarga seperti

asma,diabetes melitus, hipertensi, jantung dan riwayat

penyakit menular lainnya (Jannah, 2011)

k) Kebiasaan Sehari-hari

Pola Nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan


nutrisi pada pasien dengan mengamati
adakah penurunan berat badan atau tidak
ada pada pasien (Susilawati, 2012).
Pola Elminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB
Dan BAK sedikit Atau jarang
(Susilawati,2012).
Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa
yang tidak nyaman (Susilawati,2012).
Pola Hygine :Kebiasaanmandisetiapharinya
(Susilawati, 2012).
Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi
29

2. Data Objektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh dari data

pemeriksaan(Rukiyah dkk, 2013) meliputi:

a) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: Untuk mengetahui keadaan umum ibu

apakah baik,cukup,atau kurang.

Kesadaran: Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai

dari keadaan composmentis, apatis,sampai dengan koma.

Tekanan darah: Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi

atau hipotensi dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan ini

sebaiknya antara 90/60-130/90 mmHg atau peningkatan

sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik

tidak lebih dari 15mmHg dari keadaan normal pasien atau

paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-turut pada

selisih 1 jam (Saifuddin, 2012).

Suhu: Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan

demam atau febris yang merupakan gejala adanya infeksi

yang berdampak suhu di ukur dengan menggunakan skala

derajat celcius. Batas normal 36,5ºC-37,0ºC .

Nadi: Untuk mengetahui denyut nadi klien yang dihitung

dalam 1 menit,denyut nadi normal 60-80x/menit

(Ambarawati dan Wulandari, 2010).


30

Respirasi: Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang

dihitung dalam 1 menit ,respirasi normalnya 20-3-x/menit

(Ambarawati dan wulandari 2010)

b) Pemeriksaan Sistematis

Rambut: Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau

tidak,untuk menilaiwarnanya, kelebatan, karakteristik

rambut (Rukiyah dkk, 2013)

Muka: Untuk mengetahui oedem atau tidak (Jannah, 2011)

Mata: Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau

merah muda, warna sclera putih atau kuning (Rukiyah dkk,

2013).

Hidung: Untuk mengetahui keadaan hidung dari

kebersihan,alergi debu atau tidak ada polip atau tidak

(Sulistyawati, 2013)

Telinga: Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada

gangguan pendengaran atau tidak, ada serumen atau tidak

(Sulistyawati, 2013).

Mulut: Untuk mengetahui keadaan mulut apakah ada caries,

bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak,lidah

kering dan kotor atau tidak (Sulistyawati, 2013).

Leher: Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan

kelenjar thyroid atau limfe (Rukiyah, 2013)

Payudara: Untuk mengetahui keadaan payudara membesar

atau tidak, simetris atau tidak, puting susu menonjol atau


31

tidak, ada benjolan dan nyeri tekan atau tidak (Rukiyah,

2013)

Ekstermitas: Untuk mengetahui adanya oedema atau

tidak ,adanya varices atau tidak,adanya kelainan atau

tidak,reflek patella positif atau negatif (varney, 2011).

c) Pemeriksaan khusus

Abdomen

Infeksi: Merupakan proses observasi yang di laksanakan

secara sistematik dilakukan dengan menggunakan

indera penglihatan, pendengaran, pencium sebagai alat

mengumpulkan data (Nursalam, 2013).

Palpasi: Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang

menggunakan indra peraba (Nursalam, 2013).

Mengukur tinggi fundus uteri (pemeriksaan MC.

Donals). Menentukan letak, presentasi, posisi dan

penurunan kepala janin (pemeriksaan Leopold)

Leopold I: Tinggi fundus uteri 3 jari bawah processus

xyphoideus, pada fundus teraba bundar lubak tidak

melenting Leopold II:Samping kiri teraba bagian keras

memanjang dan samping kanan teraba bagian kecil

janin.

Leopold III:Bagian terendah janin teraba bundar keras

melenting sudah masuk PAP.


32

Leopold IV: Divergent, penurunan kepala 3/5.

Kontraksi

Auskultasi: Merupakan teknik pemeriksaan dengan

menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi

yang dihasilkan oleh tubuh (Nursalam, 2013) dan

pemeriksaan DJJ dengan monoaural atau Doppler

untuk menentukan kesejahteraan janin.

Perkusi: Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan

perkusipada ekstremitas bawah didapatkan

hasil reflek patella kanan positif dan kiri.

3. Pemeriksaan penunjang

Untuk mengatakan diagnosa dari pemeriksaan fisik,pada

kehamilan dengan anemia pemeriksaan yang dilakukan adalah

pemeriksaan Haemoglobin dengan metode sahli.

4. Langkah kedua : Interprestasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data

dasar yang sudah dikumpulkan diintreprestasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik (Hidayat,dan

Sujanti,2010)

5. Langkah ketiga : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasikan masalah atau

diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan


33

diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan,sambil mengamati klien, bidan diharapkan agar

siap-siap bila diagnosa atau masalah potensial yang benar-

benar terjadi.

6. Langkah keempat : Antisipasi

Antisipasi adalah mengidentifikasi dan menetapkan beberapa

kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan

bidan pada tahap ini adalah konsultasi,kolaborasi,dan

melakukan rujukan.

7. Langkah kelima : Perencanaan

Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap

masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan

diantisipasi, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan

rujukan yang mungkin diperlukan (Rukiyah dkk, 2013).

8. Langkah keenam : Penatalaksanaan

Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan

menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah

kelima,mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara

efisien dan bermut (Rukiyah dkk,2013).

9. Langkah ketujuh evaluasi

Langkah ini merupakan mengevaluasi kefektifan dan asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada

klien apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan


34

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa

dan masalah rencana tersebut (Rukiyah dkk,2013).

10. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

Menurut helen varney,alur berfikir bidan saat menghadapi klien

meliputi tujuh langkah , agar diketahui orang lain apa yang

telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir

sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk

SOAP yaitu:

Subjektif: Menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien dan keluarga melalui

anamnesa sebagai langkah I varney.

Objektif: Menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik, hasil laboratorium,dan

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah

I varney.

Assesmentatau analisa data: Menggambarkan

pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi : diagnosa masalah, antisipasi

diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai

langkah 2,3,dan 4 varney.


35

Planning atau penatalaksanaan: Menggambarkan

pendokumentasian dari perencanaan, tindakan

implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan

assesment sebagai langkah 5,6,7 varney.

BAB III

ANALISA KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Tanggal : 25 Desember 2020

Jam : 10.30 WIB


36

Identitas Klien Suami

Nama : Ny. W Tn. A

Umur : 32 tahun 35 tahun

Agama : Islam Islam

Suku : Jawa Jawa

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

Alamat : Bumi Setia

No.Telp :

A. Data Subjektif

1. Keluhan utama

Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya ke PMB Emawati. SST,

ibu mengatakan tidak ada keluhan yang parah dalam kehamilannya,

pergerakan janin aktif 10 kali dalam 12 jam, ibu mengatakan ada sakit

kepala, bangun tidur terasa berkunang-kunang, badan terasa lemas.

Tidak ada demam tinggi, tidak ada bengkak pada mata, tangan dan

kaki, penglihatan tidak kabur, tidak ada pengeluaran cairan (air

ketuban), tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada perdarahan

pervaginam, tidak ada nyeri


37 abdomen hebat.

2. Riwayat Haid

Ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) tanggal 19 April

2020 , lamanya haid 7 hari, banyaknya 2-3 kali ganti pembalut/hari,


37

siklus 28 hari, teratur, konsistensi cair dan terdapat stosel. Tafsiran

Persalinan 26 Januari 2021.

3. Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan ini merupakan perkawinan pertama dan sudah berjalan

3 tahun dan sah menurut agama dan hukum.

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua dan

tidak pernah mengalami keguguran

No Tahun Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit Anak Riwayat

JK BB
1. 2015 BPM Aterm Spontan Bidan - L 3000 8 Bulan

2. Hamil

5. Riwayat keluarga berencana

Ibu mengatakan tidak menggunakan KB, ibu mengatakan

menggunakan KB alamiah dengan metode kalender.

6. Riwayat penyakit yang lalu dan sedang diderita

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun dan tidak ada

riwayat penyakit keturunan (hipertensi, diabetes, asma, dan TBC).

7. Riwayat penyakit keluarga


38

Ibu mengatakan didalam anggota keluarga tidak ada yang memiliki

riwayat penyakit anemia seperti yang di derita oleh Ny. W dan tidak

ada yang memiliki riwayat penyakit menular dan turunan.

8. Riwayat dan kebiasaan sehari-hari: makan, personal hygiene, dan

eliminasi

Ibu makan 3x sehari dengan selingan cemilan. Ibu mandi 2 x/hari,

sikat gigi, mengganti pakaian minimal 2 x/hari, BAB 1 /hari, BAK 5-8

x/hari.

9. Kondisi psikososial (keluarga inti, perkawinan, kehamilan)

Ibu mengatakan tinggal di rumah engan hak kepemilikan pribadi

dengan suami dan anaknya, hubungan dengan suaminya cukup baik,

ibu dan suami sangat senang dengan kehamilan ini.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran Compos Mentis, keadaan

emosional stabil, TB 150 cm, LILA 25 cm, BB 59 Kg, TD 100 /80

mmHg, N 83 x/m, RR 21 x/m, S: 36,50C, konjungtiva sedikit pucat.

2. Pemeriksaan khusus kebidanan

a) Inspeksi

- Kepala
Kulit Kepala : Bersih,tidah berketombe
Rambut : Hitam, Tidak rontok
- Muka : oval
Mata
Kelopak Mata : Tidak oedema
Sklera : An ikterik
39

Konjungtiva : An anemis
- Mulut dan Gigi
Lidah dan Gusi : Bersih,tidak ada epulsi
Gigi : Tidak berlubang, tidak ada caries
- Leher
Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran
- Dada
Jantung : Normal bunyi “Lup Dup”
Paru-paru : Tidak ada whezing dan ronchi
Payudara : Normal
Pembesaran : Normal
Putting Susu : Menonjol
Simetris : Ya
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : tidak ada
Rasa Nyeri : Tidak ada
- Abdomen
Pembesaran : Normal, sesuai usia kehamilan
Luka Bekas Operasi : Tidak ada
Strie Gravidarum : nigra
Benjolan : Tidak ada

b) Palpasi Abdomen
- Leopold I :
TFU 2 jari dibawah pusat, Pada bagian fundus teraba bagian bulat,
lunak dan tidak melenting yaitu bokong
- Leopold II :
40

Pada abdomen kanan perut ibu teraba datar memanjang seperti


papan yaitu punggung (puka), dan bagian kiri perut ibu teraba
bagian bulat kecil-kecil yaitu ekstermitas.
- Leopold III :
Bagian perut bawah ibu teraba bagian bulat, keras dan melenting
yaitu kepala janin. Dan bagian terendah janin belum masuk PAP.
- Leopold IV :Tidak dilakukan
- Mc. Donald : 22 cm
- TBJ (Neiswender) : 1,2 (TFU-7,7)x 100 ± 155
: 1,2 (22-7,7)x 100 ± 155
: 1,2 (14,3)x 100 ± 155
: 17,16 x 100 ±155
: 1716+155 = 1871
:1716-155= 1561
TBJ berkisar antara 2790 gram s/d 1866
gram

1. Ekstremitas
Reflek patela : positif
Odema :tidak ada
Varises : tidak ada
2. Auskultasi
DJJ : (+) positif
Frekuensi : 140x/menit
Punctum Maximum : 3 jari di bawah pusat sebelah kanan
3. Pemeriksaan Penunjang

Darah: HB 10,2 gram/dl (24 November 2020)

Urine: reduksi (-), protein (-) (24 November 2020)

Golongan Darah: O

4. Assesmen

a. Diagnosa kebidanan
41

Ibu: G2P1A0 usia 32 tahun hamil 32 minggu dengan anemia ringan

Janin: tunggal, hidup, presentasi kepala

Diagnose potensial: anemia ringan

b. Dasar

- ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua pernah melahirkan


satu kali belum pernah abortus
- HPHT : 19 April 2020
- kunjungan tanggal : 25 Desember 2020
- TP : 26 Januari 2021
- DJJ : 140x/menit
- Leopold I :
TFU 3 jari dibawah pusat, Pada bagian fundus teraba bagian
bulat, lunak dan tidak melenting yaitu bokong.
- Leopold II :
Pada abdomen kanan perut ibu teraba datar memanjang seperti
papan yaitu punggung (puka), dan bagian kiri perut ibu teraba
bagian bulat kecil-kecil yaitu ekstermitas.
- Leopold III :
Bagian perut bawah ibu teraba bagian bulat, keras dan
melenting yaitu kepala janin. Dan bagian terendah janin belum
masuk PAP.
- Leopold IV :
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

5. Planning

1. Rencana Asuhan : Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan

saat ini.

Rasional :Agar ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan


42

Evaluasi :

- ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.

- Keluarga sudah mengetahuan hasil pemeriksaan

- Keluarga kooperatif dengan segala tindakan

2. Rencana Asuhan: Memberitahu ibu bahaya anemia pada kehamilan

Rasional: agar ibu dan keluarga mengetahui tentang anemia kehamilan

Evaluasi:

- Ibu mengetakan sudah mengetahui tentang anemia kehamilan

- Keluarga mengatakan sudah mengetahui anemia kehamilan

- Keluarga mengatakan akan lebih memperhatikan keadaan Ny. W

3. Rencana Asuhan: Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi dan hidrasi dengan minum air putih lebih banyak, mengonsumsi

makanan dengan gizi seimbang, makan secara teratur, mengonsumsi

makanan tambahan seperti biskuit di antara jam makan pokok,

mengonsumsi buah dan sayuran, ibu mengerti.

Rasional: agar ibu dapat memenuhi kebutuhan harian dengan jadwal dan

ketetuan yang sudah dianjurkan

Evaluasi:

- Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan sesuai dengan

yang di anjurkan tim medis secara teratur

- Ibu mengatakan akan mampu memenuhi kebutuhan harian dengan

gizi seimbang

- Ibu mengatakan akan melakukan sesuai dengan jadwal yang

sudah dibuat
43

4. Rencana Asuhan: Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang

tinggi zat besi untuk meningkatkan kadar Hb, ibu bersedia

Rasional: untuk membantu memenuhi kebutuhan zat besi yang seimbang

dan menghindari terjadinya anemia berat

Evaluasi:

- Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan yang mengandung

zat besi

- Ibu mengatakan mengkonsumsi sayur bayam, sayur daun katuk,

daging, ikan, telor, sayur daun singkong

5. Rencana Asuhan: Menganjurkan kepada ibu untuk rutin mengkonsumsi

tablet Fe setiap hari

Rasional: untuk mencegah terjadinya anemia saat kehamilan

Evaluasi:

- Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi tablet Fe

- Ibu mengatakan tetapi terkadang masih lupa mengkonsumsi tablet

Fe

- Keluarga mengatakan sudah mengingtkan Ny. W untuk

mengkonsumsi tablet Fe

6. Rencana Asuhan: Memberi tahu kepada ibu pentingnya mengkonsumsi

tablet Fe setiap hari untuk mencegah terjadinya anemia yang berat

Rasional: agar ibu mengetahui efek dari tidak mengkonsumsi tablet Fe

secara rutin

Evaluasi:

- Ibu mengatakan akan mengkonsumsi tablet Fe secara rutin


44

- Ibu mengatakan tidak ingin anemia yang di alami nya sekarang

menjadi anemia yang berat

- Ibu tampak kooperatif dengan informasi yang diberikan

7. Rencana Asuhan: Memberikan ibu terapi tablet Fe dengan dosis 2x1

tablet per hari pada pagi dan malam hari sebanyak 30 tablet diminum

dengan air putih

Rasional: untuk mencegah terjadinya anemia selama kehamilan dan

sebagai tindakan untuk mengatasi anemia kehamilan

Evaluasi:

- Ibu mengatakan akan minum tablet Fe secara rutin setiap hari

- Ibu mengatakan minum tablet Fe 2 kali sehari dengan air putih

- Ibu mengatkan sudah tidak lemas lagi

8. Rencana Asuhan: Memberitahu ibu untuk mengatur pola istirahat, tidur

pada malam hari 7-8 jam dan tidur siang minimal 1 jam serta mengurangi

aktivitas yang berat.

Rasional: untuk menghindari ibu merasa lelah dan dapat memenuhi

kebutuhan istirahat harian karena ibu hamil sangat membutuhkan istrirahat

yang cukup

Evaluasi:

- Ibu mengakan mampu melakukan istirhat dengan baik

- Ibu mengatakan tidak ada gangguan saat tidur

- Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan sebelum tidur seperti minum

obat tidur
45

9. Rencana Asuhan: Memberitahu tanda-tanda bahaya kehamilan trimester

III yaitu sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah

kaki dan tangan, nyeri perut yang hebat, gerakan janin berkurang, keluar

cairan pervaginam (darah atau air ketuban), ibu mengetahui tanda-tanda

bahaya kehamilan.

Rasional: untuk menghindari terjadinya kekurangan informasi yang

mengakibatkan ansietas pada ibu hamil dan sebagai intervansi selanjutnya

Evaluasi:

- Ibu mengatakan sudah mengetahui dampak dari kehamilan

trimester III

- Ibu mengatakan tidak cemas

- Ibu mengatakan akan lebih menjaga kesehatan dan pola makan

agar tidak terjadi keaadan yang bahaya saat kehamilannya

sekarang

10. Rencana Asuhan: Memberitahu ibu untuk menjaga personal hygine

seperti mandi 2 x/hari, mengganti pakaian minimal 2x/ hari dan

mengganti pakaian dalam apabila basah, serta cebok dengan cara yang

benar yaitu membersihkan dari depan ke belakang.

Rasional: kebersihan selama kehamilan akan membantu menjaga

kesehatan dan kebugaran badan serta menghindai terjadinya keadaan yang

tidak diinginkan selama kehamilan

Evaluasi:

- Ibu mengatakan setiap hari mandi 2 kali sehari dan mencuci

rambut 4 kali dalam seminggu


46

- Ibu mengatakan selalu mencuci vagina setelah BAK dan selalu

mengeringkan dengan tisu atau handu kecil agar tidak lembab

- Ibu mengatakan selalu menjaga kebersihan pakaian dengan

mengangti pakaian 2 kali sehari dan selalu mencucinya dengan

deterjen

11. Rencana Asuhan: menganjurkan ibu untuk rutin melakukan kunjungan

ke fasilitas kesehatan

Rasional: untuk mengetahui perkembngan selanjutnya dan sebagi

intervensi selanjutnya menjelang persalinan yang aman

Evaluasi:

- Ibu mengataka akan menglakukan kunjungan ke fasilitas

kesehatan untuk memeriksakan kesehatan nya

12. Rencana Asuhan: Menjadwalkan ibu untuk kunjungan ulang tanggal 2

Januari 2020

Rasional: untuk mengecek kembali keadaan ibu stelah dilakukan tindakan

saat ini

Evaluasi:

- Ibu mengatakan akan melakukan kunjungan kembali

- Ibu mengatakan senang dengan tindakan tim medis yang ramah

dengan diri nya

- Ibu mengatakan akan selalu memeriksakan kesehatannya dan

kehamilannya ke fasilitas kesehatan

- Ibu mengatakan akan selalu mengkonsumsi tablet Fe yang sudah

di resepkan oleh tim medis


47

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
48

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. W, G2P1A0,

umur 32 tahun dengan anemia ringan di PMB Emawati, S.ST penulis akan

membahas dan menguraikan isi dari laporan kasus ini, khususnya tinjauan

kasus untuk melihat kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada asuhan

kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan. Pada pembahasan ini

penulis juga membandingkan teori-teori yang ada dengan asuhan

kebidanan yang telah diberikan kepada Ny. W G2P1A0 umur 32 tahun

dengan anemia ringan.

Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi

kekurangan sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11

gr/dl. Pada trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada

trimester II kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil

anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi (Prawirohardjo,

2010 dalam Astarina, 2014). Ini sesuai dengan kasus yang didapatkan

oleh penulis di mana kadar Hb Ny. W G2P1A0 umur 32 tahun pada

trimester II hanya 10,2 gram/ dl, kurang dari 10,5 gram/ dl (pemeriksaan

tanggal 25 September 2020). Sedangkan pada pemeriksaan ke dua yang

dilakukan tanggal 25 Desember 2020, kehamilan trimester III, kadar

hemoglobin dalam darah Ny.W adalah 10,6 gram/ dl. Hal ini menunjukkan

bahwa Ny. W G2P1A0 umur 32 tahun mengalami anemia.

Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala letih, sering

mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit

pucat, membran mukosa pucat (misal,


46 konjungtiva), bantalan kuku pucat,

tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah (Rukiyah, 2010).


49

Peningkatan yang cukup rendah ini, menurut penulis disebabkan

karena ibu yang tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk

meminum tablet Fe secara teratur. Selain itu, juga didukung oleh konsumsi

makanan sehari-hari ibu yang tidak sesuai dengan kebutuhannya selama

hamil. Ibu mengatakan bahwa ia tidak suka mengonsumsi sayuran dan

hanya memakannya dalam jumlah yang sedikit.

Berdasarkan pengakuan Ny. W ini, penulis mengkategorikan

anemia yang dialaminya sebagai anemia defisiensi besi. Pengkategorian

ini penulis dapatkan berdasarkan tinjauan teori yang menyatakan bahwa

anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya

mineral Fe (Prawirohardjo, 2010). Anemia defisiensi zat besi pada wanita

bisa disebabkan oleh penurunan asupan atau penyerapan zat besi, termasuk

defisiensi nutrisi dan gangguan pencernaan, seperti diare atau hiperemesis

(Frase, 2009). Pemenuhan kebutuhan zat besi dapat diperoleh dari

konsumsi makanan seperti hati, daging, telur, beras, sayuran hijau (bayam,

kangkung, daun papaya, dan daun singkong) (Yanti, 2010).

Pada kasus Ny. W G2P1A0 dengan anemia ringan bila tidak segera

ditangani akan terjadi anemia sedang tetapi dalam kasus ini tidak

ditemukan terjadinya diagnosa potensial. Pada tinjauan kasus

menunjukkan bahwa kadar Hb ibu mengalami peningkatan di mana pada

pemeriksaan laboratoriun yang pertama tanggal 2 September 2020, kadar

Hb ibu 10,2 gr/dl dan mengalami peningkatan pada 25 Desember 2020

menjadi 10,6 gr/dl.


50

Antisipasi yang telah dilakukan pada Ny. W G2P1A0 umur 32

tahun dengan anemia ringan adalah pemeberian terapi yaitu tablet Fe

dengan dosis 2 x 1 tablet per hari dan vitamin C dengan dosis 2 x 1 dalam

sehari. Selain itu, ibu juga diberikan konseling untuk mengonsumsi

makanan yang bergizi serta dapat meningkatkan kadar Hb ibu.

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pemberian Fe selama

kehamilan dan setelah kelahiran dapat mencegah anemia. Pemantauan

konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti dengan pemantauan cara minum

yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas

penyerapan Fe. Cara minum tablet Fe yang benar yaitu dengan air putih

atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam Astarina, 2014).

Pada kasus ini sudah sesuai dengan tinjauan teori di mana, seorang

ibu hamil diberikan tablet Fe untuk mencegah dan mengatasi anemia yang

dialami oleh ibu serta pemenuhan nutrisi selama kehamilan. Selain

tablet Fe, di PMB Emawati, SST Ny.W yang mengalami anemia

ringan juga diberikan pendidikan kesehatan tentang bagaimna menambah

darah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung tingi zat besi

dengan membuat jadwal harian sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisi

selama kehamilan.

Dengan penanganan yang telah dilakukan diharapkan ibu tidak lagi

mengalami anemia ringan dan kadar Hb-nya dapat meningkat dari 10,2

gram/dl menjadi minimal 11 gram/dl. Namun, hal itu akan sulit dapat

terwujud dikarenakan ibu tidak mematuhi anjuran dari tenaga kesehatan

untuk meminum tablet Fe secara teratur karena ibu selalu mengatakan


51

lupa untuk mengkonsumsi tabletb Fe meskun keluarga sering

mengingatkannya. Meskipun kadar Hb ibu mengalami peningkatan,

namun masih dikategorikan anemia ringan di mana pada pemeriksaan

ulang yang dilakukan tanggal 25 Desember 2020, kadar Hb ibu hanya

meningkat sebesar 0,4 gram/ dl yaitu menjadi 10,6 gram/ dl. Dan ini tidak

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemberian preparat 60

mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini

program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram

asam folat untuk profilaksis anemia (Susiloningtyas, 2012).

Bahaya anemia selama kehamilan adalah abortus, persalinan

prematur, persalinan tidak normal atau dengan cara SC. hambatan tumbuh

kembang janin dalam rahim, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr

%), perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba,

2010). Namun, bahaya yang disebutkan ini tidak ditemukan pada Ny. W

G2P1A0 usia 32 tahun di mana selama melakukan asuhan kebidanan pada

Ny. W, penulis tidak pernah menemukan kelainan-kelainan tersebut.

Selama kehamilan Ny. W, tidak pernah terjadi perdarahan, tidak adanya

hambatan dalam tumbuh kembang janin yang didapatkan berdasarkan

hasil pemeriksaan TFU yang masih sesuai dengan usia kehamilan.

Bahaya anemia saat persalinan adalah gangguan his, kala I

memanjang, persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat

lelah, retensio plasenta, dan atonia uteri (Manuaba, 2010).

Bahaya anemia pada masa nifas adalah subinvolusi, perlukaan

sukar sembuh, infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia


52

masa nifas, dan infeksi mamae, Untuk anemia pada masa nifas, tidak dapat

diketahui oleh penulis karena ibu belum bersalin di BPM Emawati, SST

tidak dilakukan pemeriksaan hemoglobin karena ibu belum melakukan

persalinan akan tetapi untuk tindakan selanjutnya setelah persalinanan ibu

di harapkan dapat memeriksakan kesehatannya di BPM Emawati,S.ST.

Berdasarkan keadaan konjungtiva tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

Ny. W masih mengalami anemia.

Kasus pada Ny. W G2P1A0 usia 32 tahun dengan anemia ringan

telah dilakukan sesuai dengan asuhan kebidanan pada tanggal 24

November 2020 s/d 25 Desember 2020 dengan kunjungan ANC sebanyak

2 kali di BPM Emawati SST, Pada setiap kunjungan ANC, asuhan

dilakukan sesuai dengan standar pelayanan minimal 14T. Terutama T4

dan T6 yaitu pemberian tablet Fe dan pemeriksaan hemoglobin darah

yang dapat mendukung penegakan diagnosis anemia yang dialami oleh

Ny. W serta upaya untuk menanganinya telah dilakukan di BPM Emawati

SST. pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada Ny. W dilakukan

sebanyak 2 kali yaitu pada trimester II dan pada trimester III.

Menurut jurnal Ragip A. Al, MD Ibu diberikan asuhan sesuai

dengan kebutuhan ibu yang mengalami anemia ringan seperti

memberikan ibu terapi tablet Fe dengan dosis 1x100mg dalam sehari dan

60 tablet selama kehamilan. Selain itu, ibu juga diberikan konseling untuk

mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi serta makanan bergizi

lainnya.
53

Selanjutnya, tenaga kesehatan (bidan) menjelaskan pada ibu

penyebab terjadinya anemia ringan selama kehamilan yaitu karena

kurangnyakesadaran ibu untuk menkonsumsi tablet Fe secara rutin, nutrisi

yang kurang zat besi dan protein serta menjelaskan kepada ibu dampak

yang akan terjadi apabila tidak segera ditangani. Selain itu, tenaga

kesehatan (bidan) juga memberitahukan kepada ibu mengenai masalah

potensial yang akan terjadi apabila anemia ringan tidak dapat diatasi yaitu

terjadinya anemia sedang dan anemia berat. Penulis bersama tenaga

kesehatan (bidan) juga melibatkan suami untuk terus memberikan

dukungan kepada ibu agar dapat mengonsumsi makanan yang tinggi zat

besi serta mengikut anjuran tenaga kesehatan (bidan) dalam mengatasi

anemia yang dialaminya dengan selalu mengkonsumsi tablet Fe.

Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (bidan) sudah sesuai

dengan kebutuhan ibu. Namun, asuhan ini masih sangat kurang karena

tenaga kesehatan (bidan) tidak menjelaskan secara rinci mengenai akibat

dari anemia itu sendiri serta tidak menjelaskan dengan lebih jelas tentang

nutrisi dan kebutuhan pada ibu hamil. Misalnya, tenaga kesehatan tidak

menjelaskan berapa yang harus dikonsumsi oleh Ny.W tersebut makanan

yang mengandung zat besi dalam sehari. Selain itu, tenaga kesehatan juga

tidak memberitahu ibu makanan apa saja yang mengandung tinggi zat besi

seperti hati, ikan, telur, dan sayuran hijau. Dengan demikian, kurangnya

asupan nutrisi dan kurang rutinnya ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe

merupakan penyebab terjadinya anemia pada Ny. W, namun

kurangnya kesadaran ibu ini juga disebabkan oleh kurangnya penjelasan


54

yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Pada pengkajian data, juga terjadi

kesenjangan pada kasus ini. Di mana, tenaga kesehatan tidak mengkaji

dengan lebih rinci mengenai keluhan yang dirasakan oleh ibu dan tidak

mengkaji lebih dalam lagi mengenai pola makan ibu sehari-hari. Tenaga

kesehatan tidak mengkaji porsi makan ibu dalam sehari dan jenis makanan

apa saja yang dimakannya dalam sehari


55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selama proses pelaksanaan asuhan kebidanan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ny. W G2P1A0 usia 32 tahun dengan usia kehamilan 32 minggu

menunjukan ada nya peningkatan kadar Hb sebelum persalinan dan

mengkonsumsi makanan bernutrisi.

2. Ibu memenuhi anjuran mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan

yaitu 60 tablet selama kehamilan dan diminum 1x1 setiap hari serta

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi zat besi seperti

sayuran hijau, daging, ikan dan telut.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan agar penulis dapat menggali ilmu pengetahuan lebih dalam

dan meningkatkan mutu pelayanan agar lebih terampil lagi.

Diharapkan agar penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

dengan baik dan benar.

2. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat memberikan asuhan yang menyeluruh serta

mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi

dalam masa kehamilan. Dapat meningkatkan mutu pelayananan

menambah sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat
56

3. Bagi Pendidikan

Dapat meningkatkan kualitas dalam menambah referensi atau buku-

buku tentang kebidanan terutama tentang fisiologi dan patologinya.

Diharapkan institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan

mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat.


57

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin 2011. Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia
(evidence based). Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS.http:
//ridwanamiruddin. wordpress.com. Diakses 12 Januari 2011

Arisman 2012. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Bahar, 2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke-3. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta

Darlina, 2013. Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor.Media Gizi

Depkes RI, 2017. Data dan informasi Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi.

Estiwidani dkk, 2015. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : EGC

Handayani 2012.  Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia


Pada Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Puskesmas Liang Anggang Kota
Banjarbaru Kalimatan Selatan. Universitas Indonesia

Hidayat, dan Sujanti, 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif,


Jakarta: Heath Books

Jannah, 2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta: Ar-ruzz media


Kepmenkes 1464/Menkes/Per/X/2010

Kusmiyati, 2010. Asuhan Kehamilan. Titramaya. Yogyakarta

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mochtar, 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC


58

Nursalam, 2014. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Kebidanan. Jakarta:


Salemba Medika

Prawirohardjo, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono

Proverawati, 2013  Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika

Ragip A. Al, MD 2015 “Teknik Pengobatan Anemia Dengan Intravenous versus


Besi lisan untuk Pengobatan Anemia pada Kehamilan” Amerika Serikat

Rukiyah dkk, 2013. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Cetakan Pertama. Jakarta:


Trans Info Media

Saifudin, 2012. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka.

Susilawati,2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba


Medika Sin sin, 2010. Seri kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan
Persalinan. Jakarta : Elex Media Komputindo

Rukiah, 2010. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media dan
Keluarga.Vol.2 No.1. 34-41

Varney, 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan . Jakarta : EGC

Varney, 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai