Anda di halaman 1dari 3

Indonesia jaya

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan mineral dan sumber daya alam.
Sehingga penguasaan teknologi pengolahan mineral menjadi hal yang mutlak harus
dikuasai. Dampak buruk penambangan dan pengolahan mineral sedapat mungkin
harus dikurangi untuk mencapai keberlanjutan, atau sustainability, pada masa
depan. Metoda-metoda baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan
mineral harus terus dikembangkan agar keberlanjutan masa depan ini dapat
dicapai. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk pengolahan mineral
adalah penggunakan teknologi pemanas gelombang mikro, atau microwave. Proses
pengolahan berbasis gelombang mikro ini memungkinkan untuk memisahkan
mineral berharga dari bahan limbah sebelum digiling. Hal ini mengurangi energi
yang dibutuhkan untuk penggilingan. Dengan energi yang lebih efisien ini, juga
limbah yang jauh lebih sedikit, menjadikan teknologi gelombang mikro sebagai
kandidat teknologi pengolahan mineral yang sustainable.
Gelombang mikro merupakan gelombang elektromagnetik pada rentang frekuensi
300 MHz sampai 300 GHz. Pada prosesnya, energi elektromagnetik diserap oleh
bahan yang diserap gelombang mikro dan kemudian diubah menjadi energi panas.
Jadi, pembangkitan panas didasarkan pada interaksi molekul dengan medan
elektromagnetik. Teknologi gelombang mikro pada material telah diperkenalkan
sejak beberapa dekade yang lalu. Tidak hanya pada pengolahan mineral, tetapi
teknologi pemanasan dengan gelombang mikro yang menggunakan prinsip
gelombang elektromagnetik juga menjadi teknologi yang menjanjikan untuk
pengolahan material yang lain seperti beton.  Meskipun teknologi gelombang
mikro untuk pengolahan mineral bukan hal yang baru, akan tetapi pemanfaatannya
untuk skala industri masih merupakan sebuah tantangan tersediri. Diantaranya hal
ini dikarenakan, mekanisme pemanasan yang melibatkan interaksi-interaksi
molekul bijih mineral dan energi gelombang mikro masih relatif kurang dipahami.
Dalam hal ini, teknologi pemodelan dan simulasi, yaitu menggunakan metode
elemen hingga, atau Finite Element Method (FEM),  dapat digunakan untuk
menganalisa dan memahami proses yang rumit ini.
Penelitian-penelitian sebelumnya dibidang simulasi dan pemodelan lebih
menfokuskan pada penggunakan teknologi gelombang mikro untuk bahan
makanan. Masih sangat sulit untuk menemukan literature tentang pemodelan
pengolahan mineral dengan teknologi gelombang mikro. Sehingga, penelitian
tentang hal ini sangat diperlukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Dr Mas Irfan Purbawanto Hidayat dan tim yang meneliti tentang pemanasan
gelombang mikro untuk pengolahan mineral, yaitu Ilmenit FeTiO3, dengan metoda
FEM. Pada penelitian ini, efek bentuk/geometri sampel dan ketebalan sampel pada
distribusi temperatur di dalam mineral ilmenit (FeTiO3) akibat pemanasan
gelombang mikro dipelajari secara numerik menggunakan FEM. Analisis
dilakukan sedemikian rupa sehingga aliran energi gelombang mikro diubah
menjadi energi panas yang setara di dalam mineral sesuai teorema Poynting yaitu
hukum kekekalan energi untuk medan elektromagnetik. Dalam pemodelan ini,
silinder dan pelat ilmenit diiradiasi dari permukaan atas dan bawah dengan variasi
ketebalan silinder dan slab.

Sifat material ilmenit yang bergantung pada suhu diperhitungkan dalam simulasi
FEM. Hasil numerik menggunakan software FEM, yaitu ANSYS, menunjukkan
bahwa, jika perbedaan temperature antara lokasi yang memiliki suhu maksimum
dan minimum, geometri berbentuk pelat cenderung menghasilkan nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan geometri berbentuk silinder dengan variasi ketebalan,
sedangkan profil suhu di dalam sampel ilmenit adalah serupa untuk kedua
geometri. Untuk pemanasan gelombang mikro dengan durasi yang sama, geometri
berbentuk pelat, menghasilkan ketidakseragaman suhu yang lebih besar di dalam
ilmenit. untuk sampel ilmenit dengan ketebalan lebih besar dari 1,5 cm, lokasi titik
api tidak berada di tengah sampel, tetapi di permukaan sampel. Selain itu, dari
beberapa nilai ketebalan yang dipertimbangkan dalam penelitian ini, sampel
ilmenit dengan nilai ketebalan 3 cm memberikan nilai trade-off  yang baik antara
nilai suhu maksimum yang dicapai dan perbedaan suhu di dalam sampel, untuk
kedua geometri. Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk geometri dan ketebalan dari
sampel ilmenit mempengaruhi keefektifan pemanasan gelombang mikro dari
ilmenit, dalam hal maksimum suhu yang dicapai, perbedaan suhu, dan
keseragaman suhu.
Akhir kata,  penelitian dibidang teknologi pengolahan mineral yang berkelanjutan
harus terus dilakukan. Sekali lagi, penerapan teknologi gelombang mikro untuk
pengolahan mineral pada skala industri masih merupakan tantangan tersendiri yang
harus dipecahkan oleh para peneliti dan akademisi. Riset dan pengembangan untuk
menemukan metode inotatif untuk mengolah mineral dengan efisien dan
berkelanjutan harus dilakukan dengan menjalin kerjasama penelitian yang lebih
intensif antara lembaga penelitian/universitas dengan industri tambang serta
dukungan penuh dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai