Anda di halaman 1dari 16

JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 29-44

Published every June and December

JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET)


ISSN:2541-0342 (Online). ISSN:2086-2563 (Print). http://ejournal.upi.edu/index.php/aset

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Whistleblowing


System Di Indonesia

Cyntia Ayu Wardani1 , Sulhani2


Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia
cyntiawww@gmail.com1, sulhani@tazkia.ac.id2

Abstract. Whistleblowing system is part of the internal control that has not been widely discussed in accounting
research in Indonesia. This study aims to provide empirical evidence about the factors that effect the effective
application of the whistleblwoing system in Indonesia. samples of this research are listed companises in
Indonesian Stock Exchange in 2013. The analysis method used in this research is data multiple regression. The
result of this study indicate that anonymous reporting has a significant influence on the application of the
whistleblowing system. This is in line with Lee and Fergher (2012) which states that companies that allow
anonymous reporting tends to support the application of the whistleblowing system. While other factors such as
total assets, inventory and external directors on the audit committee did not significantly affect the application
of whistleblowing system. The implication of this research is company must have a whistleblower protection
policy for efective whistleblowing system application.

Keywords: Whistleblwoing System, Anonymous Reporting


Abstrak. Whistleblowing system merupakan bagian dari pengendalian internal yang belum banyak dibahas
dalam penelitian akuntansi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas penerapan whistleblowing system di Indonesia pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi data berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anonymous reporting memiliki pengaruh
signifikan terhadap penerapan whistleblowing system. Hal ini sejalan dengan Lee dan Fergher (2012) yang
menyatakan bahwa perusahaan yang mengizinkan pelaporan secara anonim cenderung mendukung penerapan
whistleblowing system. Sedangkan faktor lainnya seperti total assets, inventory dan external director dalam
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerapan whistleblwoing system. Implikasi dari penelitian
ini adalah perusahaan perlu menjamin keamanan para pelpaor dalam whistleblowing system.
Kata Kunci: Whsitleblowing system,Anonymous Reporting

Corresponding Author. cyntiawww@gmail.com, sulhani@tazkia.ac.id


How to Cite This Article. Wardani, Sulhani. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Riset. Program Studi Akuntansi. Fakultas Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 9(1), 29-44
History of Article. Received : 17-11-2016, Revision: 08-12-2016, Published: 14-02-2017

PENDAHULUAN

29 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


CYNTIA AYU WARDANI , SULHANI/ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia

Berdasarkan hasil “13Th Global tersebut bukan hanya untuk mengurangi


Fraud Survey” yang dilakukan oleh dan mencegah praktik kecurangan yang
Ernst & Young pada tahun 2014, terjadi di perusahaan, melainkan karena
selama 10 tahun terakhir praktik adanya regulatory system yang rendah,
kecurangan serta tindakan ilegal yang standar akuntansi dan audit yang tidak
terjadi pada dunia bisnis semakin konsisten, serta pandangan board of
meningkat. Dimana apabila praktik directors yang kurang peduli pada hak–
kecurangan tersebut tetap dibiarkan hak pemegang saham minoritas
terjadi dan tidak dicegah, dapat (Kharisma, 2014). Penerapan kebijakan
berakibat buruk bagi perusahaan Good Corporate Governance
tersebut bahkan dapat menimbulkan merupakan hal penting yang perlu
terjadinya kebangkrutan. Menurut diterapkan di perusahaan, karena
analisis yang dilakukan oleh organisasi dengan penerapa kebijakan tersebut
– organisasi internasional dan regulator diharapkan dapat menciptakan iklim
pemerintah menemukan bahwa usaha yang yang baik dan dapat
penyebab utama praktik kecurangan meningkatkan pengendalian internal
pada perusahaan adalah karena perusahaan (Wahyudi : 2014).
lemahnya internal control perusahaan Pada Praktiknya Good Corporate
(Makhdalena, 2009). Governance yang telah digagas sejak
Dalam lingkungan perusahaan, tahun 1990-an belum secara maksimal
praktik kecurangan yang terjadi mampu mencegah praktik kecurangan
seringkali berupa penyalahgunaan aset yang terjadi. Hal ini terlihat pada kasus
(asset missappropriation), salah saji kecurangan yang terjadi pada beberapa
pada laporan keuangan (fraudulent perusahaan besar di dunia seperti Enron
statement), dan mengeluarkan biaya (2001), Tyco (2002) dan WorldCom
perusahaan yang fiktif (frauddulent (2002) di Amerika, Parmalat (2003) di
disbursement) (Tuanakotta, 2010 ; Italia, HIH Insurance (2001) di
Coram, et al, 2008). Namun tidak Australia, dan PT Kimia Farma (2002)
menutup kemungkinan bahwa jenis di Indonesia. Skandal kecurangan telah
kecurangan yang terjadi akan berbeda mengakibatkan kerugian yang besar
pada setiap perusahaan, sebab bagi perusahaan, investor, dan
kecurangan sangat dipengaruhi oleh stakeholder lainnya. Pada umumnya
adanya regulasi dan internal control skandal tersebut terjadi karena
yang dimiliki oleh setiap perusahaan lemahnya pengendalian internal
yang dimiliki oleh setiap perusahaan perusahaan dan menyebabkan
yang menyebabkan keleluasaan perusahaan tidak dikelola secara efisien,
manajemen melakukan kecurangan. sehingga berpengaruh pada rendahnya
Meningkatnya praktik kecurangan kinerja dan pertumbuhan perusahaan.
di dalam perusahaan telah Selain itu, minimnya pengungkapan
meningkatkan kesadaran berbagai informasi yang disampaikan kepada
negara serta asosiasi usaha untuk publik juga menjadi penyebab tidak
melakukan upaya dalam mencegah dan berjalannya proses governance
mengurangi adanya praktik kecurangan (Husaini, 2009).
yang terjadi di perusahaan. Sehingga Skandal – skandal kecurangan
dibentuklah sebuah kebijakan berupa yang terjadi, khususnya pada
Good Corporate Governance pada perusahaan – perusahaan di Amerika,
tahun 1990-an untuk diterapkan di memicu kalangan pemerintahan dan
perusahaan. Dibentuknya kebijakan legislatif di USA untuk meninjau

30 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 29-44

kembali perangkat hukum yang Dalam mempraktekkan kebijakan


mengatur perusahaan dan praktik whistleblowing system, perusahaan
akuntan publik. Untuk pengaturan diharuskan memiliki komitmen
korporat, dikeluarkanlah “Sarbanes- kesediaan pada seluruh karyawan
Oxley Act of 2002” pada tahun 2002 sebagai pihak yang paling berperan
(Ludigdo, 2008). Sarbanes-Oxley Act dalam melaksanakan sistem tersebut
merupakan sebuah undang–undang (Semendawai, 2011). Selain itu
yang disahkan untuk menghindari perusahaan juga harus memiliki
penyimpangan keuangan di pernyataan yang menyatakan bahwa
perusahaan–perusahaan terbuka, semua laporan atas pelanggaran dan
termasuk penyalahgunaan laporan kecurangan harus dijamin
keuangan yang dibuat oleh kantor kerahasiaannya dan keamanannya oleh
akuntan publik (Semendawai, 2011). perusahaan. Hal ini berguna untuk
Dibawah Sarbanes-Oxley Act, eksekutif melindung pelapor (Hazlina, 2009 ; Lee
perusahaan, direksi, auditor, akuntan, and Fargher, 2012).
pengacara, dan regulator diadiberikan Efektivitas penerapan
standar akuntabilitas yang lebih ketat whistleblowing system dapat dilihat dari
(Jickling, 2008). banyaknya jumlah kecurangan yang
Sarbanes-Oxley Act mulai berhasil terdeteksi serta waktu
diberlakukan pada akhir Juli 2002, penindakan atas laporan kecurangan
dengan tujuan untuk memperkecil lebih singkat. Selain itu, pimpinan
terjadinya kecurangan–kecurangan yang perusahaan juga memiliki kesempatan
dilakukan oleh perusahaan. Sehingga, untuk mengatasi permasalahan secara
diharapkan dapat memperbaiki praktek internal terlebih dahulu, sebelum
good corporate governance (Herusetya, permasalahan tersebut tersebar ke
2002). Dalam undang–undang ini, publik dan dapat mempengaruhi
perusahaan diwajibkan untuk membuat reputasi perusahaan (KNKG, 2008).
kebijakan sistem pelaporan pelanggaran Di Indonesia, kebijakan sistem
atau whistleblowing system (Olander, pelaporan pelanggaran atau
2004). Sistem ini disusun sebagai salah whistleblowing system adalah sebuah
satu upaya untuk mencegah terjadinya sistem pelaporan pelanggaran yang
kecurangan dan kejahatan di internal masih baru diterapkan. Whistleblowing
perusahaan (Semendawai, 2011). system diterbitkan di Indonesia oleh
Dengan adanya whistleblowing system Komite Nasional Kebijakan
perusahaan mendorong dan Governance (KNKG) pada tanggal 10
memberikan perlindungan kepada November 2008 (Kreshastuti dan
karyawan untuk melaporkan perbuatan Prastiwi, 2014). Salah satu faktor yang
kecurangan yang dilakukan oleh rekan– mendorong untuk penerapan kebijakan
rekan mereka (Dutta : tanpa tahun). tersebut di Indonesia adalah munculnya
Sehingga apabila seorang karyawan beberapa kasus kecurangan yang terjadi
melihat adanya kecurangan yang pada perusahaan besar di negara ini,
dilakukan oleh rekannya, maka seperti PT Telkom dan PT Kimia Farma
karyawan tersebut dapat melaporkannya yang terbukti terdapat kecurangan yang
kepada pihak yang memiliki dilakukan oleh manajemen perusahaan
kewenangan sehingga upaya tersebut (Koroy : 2008). Adanya
pencegahan dan pendeteksian praktik kebijakan whistleblowing system ini
kecurangan dalam perusahaan dapat dianggap dapat menjadi alat yang
berjalan optimal (Alam, 2014). berharga dalam strategi corporate

31 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


CYNTIA AYU WARDANI , SULHANI/ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia

governance, sebagai pelaporan insiden laporan dari karyawan yang diduga


pelanggaran yang dapat membantu melakukan kesalahan di tempat kerja
menjaga keamanan tempat kerja, yang perlu ditindaklanjuti dengan
sekaligus profit dan reputasi perusahaan membuat pengungkapan untuk
(Susmanschi, 2012). kepentingan publik.
Meskipun kebijakan Seorang whistleblower seringkali
whistleblowing system ini masih baru dipahami sebagai seorang yang pertama
diterapkan di Indonesia, kesadaran kali mengungkapkan atau melaporkan
terhadap pentingnya penerapan tindakan yang dianggap ilegal
kebijakan whistleblowing system di ditempatnya bekerja kepada otoritas
perusahaan maupun organisasi internal organisasi atau lembaga
pemerintah terus meningkat. Hal ini pemantau publik. Pengungkapan
dengan mulai diterapkannya tersebut tidak selalu didasari dengan
whsitleblowing system ini oleh itikad baik sang pelapor, tetapi
perusahaan-perusahaan besarn milik tujuannya untuk mengungkap kejahatan
swasta atau BUMN yang telah atau penyelewengan yang diketahuinya
membentuk dan menerapkan kebijakan (Semendawai, 2011).
whistleblowing system tersebut, seperti Menjadi seorang whistleblower
Pertamina, United Tractors, Sinar Mas, bukan hal yang mudah untuk dilakukan,
PT Matahari Departemen Store, sebelum seorang whistleblower
Jasamarga dan beberapa perusahaan memutuskan untuk mengungkapkan
lainnya. Sehingga berdasarkan latar atau melaporkan tindakkan kecurangan
belakang tersebut penelitian ini ingin yang diketahuinya, ia harus mengetahui
mengetahuai faktor-faktor yang terlebih dahulu resiko yang akan terjadi
mempengaruhi penerapan apabila ia melakukan tindakan tersebut.
whistleblowing system di Indonesia. Oleh sebab itu, dibutuhkan cara yang
cerdas dan strategis agar keputusan
KAJIAN LITERATUR whistleblower untuk mengungkapan
adanya kecurangan tidak berdampak
Wishtleblowing system
buruk pada masa depannya, karirnya
Whsitleblowing system
serta keluarganya (Davine and
merupakan bagian dari pengendalian
Maassarani, 2011).
internal perusahaan yang digunakan
Terdapat dua kriteria
untuk mengungkapkan pelanggaran
whistleblower. Kriteria pertama,
yang terjadi dialam perusahaan. Setiap
seorang whistleblower menyampaikan
orang yang melaporkan pelanggaran
atau mengungkapkan laporan kepada
disebut dengan whistleblower.
otoritas yang berwenang atau media
Whistleblower merupakan seorang
massa. Dengan harapan dugaan atas
karyawan atau masyarakat yang
kejahatan dapat diungkap dan
melaporkan atas adanya praktik
dibongkar. Kriteria kedua,
kecurangan yang terjadi di lingkungan
whistleblower merupakan orang dalam,
perusahaan maupun pemerintahan,
yaitu orang yang mengungkapkan
dimana laporan tersebut dapat
dugaan pelanggaran dan kejahatan yang
diutarakan langsung oleh pihak internal
terjadi di tempatnya bekerja atau ia
ataupun pihak eksternal yang
berada. Sehingga whistleblower benar –
mengetahui terjadinya praktik
benar mengetahui dugaan suatu
kecurangan. Susmanschi (2012)
pelanggaran atau kejahatan karena
menambahkan bahwa fenomena
whistleblower muncul ketika terdapat

32 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 29-44

berada di dalam tempat ia bekerja penyalahgunaan aset milik perusahaan


(Semendawai, 2011). (Coram et al, 2008). Terutama bagi
Laporan yang diperoleh dari perusahaan yang memiliki total aset
whistleblower perlu mendapatkan besar, cenderung membutuhkan
perhatian dan tindak lanjut, termasuk penggunaan whistleblowing system
juga pengenaan hukuman atau sanksi dalam upaya pendeteksian fraud dari
agar dapat memberikan efek jera bagi pada harus melakukan kontrol secara
pelaku kecurangan dan juga bagi langsung yang akan menjadi kurang
mereka yang terpikir untuk melakukan efektif (Caldero’n-Cuadrado et al.
tindakan tersebut. Tanpa adanya proses (2009) dalam Lee dan Fargher (2012)).
penegakan peraturan, semua upaya yang Dengan demikian perusahaan yang
telah dilakukan oleh pelapor akan sia – memiliki total aset yang besar
sia (Wijayanto dan Zachrie, 2010). mendorong penggunaan whistleblowing
Dalam tata kelola perusahaan, system melalui sebuah saluran
whistleblower memainkan peran yang pengaduan, seperti hotline. Holder –
sangat penting dalam menyampaikan Webb et al. (2008) dalam Lee dan
informasi adanya pelanggaran atau Fargher (2012) secara khusus
kecurangan yang dapat membantu menemukan bahwa prosedur
perusahaan dalam membuat lingkungan whistleblowing lebih cenderung
kerja lebih aman, selama informasi yang diungkapkan oleh perusahaan besar.
disampaikan memiliki pembenaran H1 = Terdapat pengaruh signifikan
(Susmanschi, 2012). Dalam sistem antara total aset perusahaan dengan
pelaporan pelanggaran (whistleblowing kecenderungan penerapan
system), seorang whistleblower tidak whistleblowing system.
boleh sembarangan menceritakan
kesaksiannya kepada orang lain, Pengaruh Inventory dengan
institusi lain, atau media massa ketika Penerapan Whistleblwoing system
dia sudah melaporkan adanya dugaan Salah satu permasalahan yang
pelanggaran kepada lembaga yang sering dihadapi oleh perusahaan adalah
menangani laporan whistleblower. pengelolaan inventory. Sebab, inventory
Tujuannya adalah agar lembaga– merupakan aset perusahaan yang cukup
lembaga perlindungan saksi atau besar, sehingga apabila dalam
whistleblower tersebut dapat penanganannya tidak dilakukan dengan
melindunginya, dan laporan yang baik, maka akan menimbulkan kerugian
diungkapkan dapat diteliti lebih lanjut. yang cukup besar bagi perusahaan.
Dengan masuknya ke dalam sistem (Naibaho, 2013). Seperti adanya
perlindungan saksi, whistleblower perangkapan fungsi pencatatan dan
memiliki hak–hak yang pantas untuk penyimpanan pada bagian gudang atau
diterima (Semendawai, 2011). perbedaan jumlah invintory yang
signifikan dapat menjadi faktor yang
Pengaruh Total Asset dengan menyebabkan terjadinya kecurangan
Penerepan Whistleblwoing System dalam inventory sehingga dibutuhkan
Sebagai upaya pendeteksian pengendalian internal untuk mencegah
kecurangan yang dilakukan dengan cara terjadinya fraud tersebut (Putra, 2010).
whistleblowing, salah satu bentuk Ashbaugh – Skaife et al. (2007) dalam
kecurangan yang dapat dilaporkan Lee dan Fargher (2012) menyatakan
seorang karyawan yang berperan bahwa perusahaan yang memiliki
sebagai whistleblower ialah mengenai tingkat inventory yang lebih besar

33 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


CYNTIA AYU WARDANI , SULHANI/ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia

memungkin lebih meningkatkan merupakan penghubung pihak


kualitas pengendalian internalnya serta pemegang saham dan dewan komisaris
menerapkan whistleblowing system dan pihak manajemen dalam menangani
yang lebih baik guna meminimalkan masalah pengendalian. Fungsi suatu
resiko penipuan. komite audit secara langsung dapat
H2 = Terdapat pengaruh signifikan mempengaruhi auditor secara langsung
antara inventory perusahaan dengan dalam mengkomunikasikan masalah –
penerapan whistleblowing system. masalah besar yang dijumpai selama
pelaksanaan audit (Boynton. Jonson,
Pengaruh Anonymous reporting Kell, 2002). Sehingga dalam
dengan penerapan Whistleblowing mekanisme pengendalian internal dan
system mendeteksi kecurangan, sebagian besar
Whistleblowing system direksi eksternal pada audit committee
merupakan sebuah program yang dapat dan adanya kepemilikan saham yang
menerima adanya pengaduan terhadap terkonsentrasi menekankan untuk
kecurangan. Dalam menyampaikan menerapkan whistleblowing system
pengaduan adanya fraud, sebaiknya dengan tujuan untuk meningkatkan
dilakukan secara rahasia, hal tersebut pengawasan (Lee dan Fargher, 2012).
bertujuan untuk melindungi pelapor dari H4 = Terdapat hubungan signifikan
adanya ancaman atau dikucilkan oleh antara external directors komite
rekan kerja pelapor tersebut. Sehingga audit dengan penerapan
diterimalah pengungkapan pengaduan whistleblowing system.
dengan cara anonim, dimana pelapor
tidak memberikann identitasnya sama Pengaruh kepemilikan manajerial
sekali (Hazlina, 2009). Sebuah dengan penerapan whistleblwoing
mekanisme umum digunakan untuk system
memfasilitasi pelapor anonim melalui Salah satu tujuan perusahaan
penggunaan layanan hotline (Worlton, menerapkan kebijakan whistleblowing
2005). Dengan demikian, perusahaan system adalah untuk mewujudkan good
yang mengizinkan pelaporan anonim corporate governance, dimana
cenderung lebih mendukung perspektif corporate governance
whistleblowing system dan diharapkan tersebut berawal dari teori agensi. Teori
dapat meningkatkan pengungkapan agensi merupakan hubungan antara
pelaporan kecurangan lebih besar (Lee manajemen dengan pemilik.
dan Fargher : 2012). Manajemen bertindak sebagai agen
H3 = Terdapat hubungan signifikan yang memiliki tanggung jawab untuk
antara anonymous reporting dengan mengoptimalkan keuntungan para
penerapan whistleblowing system. pemilik (Meilyana, 2012). Menurut
Jansen dan Mackling (1976) dalam
Pengaruh External Directors Komite Zulfikar, Rosiana dan Nariah (2015)
audit dengan penerapan kepemilikan manajerial dapat
Whistleblowing system membantu mengurangi masalah agensi,
Menurut Kep-29/PM/2004 dalam sebab melalui kepemilikan manajerial
(Utami dan Rahmawati, 2008) definisi tindakan oportunis untuk
komite audit adalah komite yang memaksimalkan kepentingan pribadi
dibentuk oleh dewan komisaris untuk akan berkurang dan manajer juga akan
melakukan tugas pengawasan lebih berhati–hati dalam mengambil
pengelolaan perusahaan. Komite audit keputusan yang sesuai dengan

34 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 29-44

kepentingan perusahaan karena terkait Efek Indonesia dari berbagai sektor.


dengan kepentingannya sebagai Dalam penelitian ini, populasi yang
pemilik, sehingga pengungkapan ditetapkan oleh peneliti adalah
informasi pengendalian internal akan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
semakin berkualitas. Struktur tata kelola Indonesia. Sample dalam penelitian ini
perusahaan dapat menggunakan adalah perusahaan yang menerapkan
mekanisme pengendalian internal untuk kebijakan whistleblowing system,
memastikan kepatuhan, kredibilitas dan harapannya perusahaan yang dipilih
pendeteksian kecurangan (Coram et al, telah menerapkan kebijakan tersebut
2008). Dalam penelitian yang dengan efektif.
dilakukan oleh Lee dan Fargher (2012) Dalam penelitian ini, metode
menyatakan bahwa presentase analisis data yang digunakan adalah uji
kepemilkan manajerial memiliki asumsi klasik regresi berganda dan uji
hubungan positif terhadap tata kelola hipotesis. melakukan uji normalitas, uji
perusahaan dan tata kelola perusahaan multikolinearitas dan uji
yang baik akan meningkatkan heterokedasitas. Model penelitian dalam
pengungkapan yang tersedia dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
kebijakan whistleblowing system.
H5 = Terdapat hubungan signifikan WBSi = a + b1TAi + b2INVi +
antara kepemilikkan manajerial b3ANONi+ b4AUDCi.+ b5PSHMi+ ei
dengan penerapan whistleblowing
system. Keterangan :
WBS = Penerapan Whistleblowing
METODOLOGI PENELITIAN system
a = Konstanta
Penelitian ini adalah penelitian
b1,b2,b3,b4,b5 = Konstanta
deskriptif dengan pendekatan
TA = Total Asset
kuantitatif. Cakupan pembahasan
INV = Inventory
meliputi studi empiris pada perusahaan
ANON = Anonymous report
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
AUDC = External directors komite
yang menerapkan kebijakan
audit
whistleblowing system. Penelitian ini
PSHM = Proporsi pemegang saham
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
e = error
penerapan kebijakan whistleblowing
i = Perusahaan
system terhadap pencegahan kecurangan
e = Error
dan faktor apa saja yang mempengaruhi
implementasinya. Adapun variabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian yang akan dibahas adalah
mengenai penerapan whistleblowing Dalam penelitian ini objek yang
system dan pencegahan kecurangan digunakan adalah perusahaan–
pada perusahaan. perusahaan yang terdaftar pada Bursa
Dalam penelitian ini, jenis data Efek Indonesia pada tahun 2013 yang
yang digunakan adalah data sekunder menerapkan kebijakan whistleblowing
dengan jenis waktu pengumpulan data system pada setiap sektor, kecuali
cross section. Pada penelitian ini data perusahan pada sektor keuangan dan
diperoleh dari laporan keuangan dan sektor investasi sebab kedua sektor ini
laporan tahunan perusahaan untuk tahun tidak memenuhi syarat dalam penelitian
yang berakhir pada 31 Desember 2013 yang dilakukan. Tidak adanya inventory
dari perusahaan yang terdaftar di Bursa pada sektor keuangan dan sektor

35 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


CYNTIA AYU WARDANI , SULHANI/ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia

insvestasi merupakan alasan utama dimiliki oleh perusahaan berpengaruh


mengapa kedua sektor tersebut tidak dalam penerapan kebijakan
dipilih menjadi objek penelitian, karena whistleblowing system. Pada tahun 2013
inventory pada perusahaan merupakan terdapat 482 peusahaan yang terdaftar
salah satu variabel yang dijadikan pada Bursa Efek Indonesia yang terdiri
pengukuran dalam penelitian untuk dari 9 sektor, diantaranya adalah :
mengetahui apakah inventory yang
Tabel 1. Daftar perusahaan Terdaftar di Bursa efek Indonesia
Nomor Sektor Jumlah Perusahaan
1 Sektor Pertanian 20
2 Sektor Pertambangan 38
3 Sektor Industri Dasar dan Kimia 59
4 Sektor Aneka Industri 40
5 Sektor Industri Barang Konsumsi 37
6 Sektor Properti dan Real Estate 54
7 Sektor infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 45
8 Sektor Keuangan 69
9 Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi 118
Total 480
whistleblowing system (setelah
Dari 482 jumlah perusahaan dikurangi dari perusahaan pada sektor
yang terdaftar pada Bursa Efek keuangan dan investasi, serta
Indonesia pada tahun 2013, terdapat 55 perusahaan yang tidak menerapkan
perusahaan yang memenuhi syarat kebijakan whistleblowing system).
utama untuk dijadikan objek penelitian, Berikut adalah tabel kualifikasi data :
dimana perusahaan – perusahaan
tersebut menerapkan kebijakan

Tabel 2. Proses Pengambilan sampel Perusahaan


Jumlah
Nomor Kriteria Perusahaan
1 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 482

2 Jumlah Perusahaan di Sektor Keuangan (69)

3 Jumlah Perusahaan pada sektor investasi (15)

Jumlah perusahaan yang tidak melaporakan whsitleblwoing


4 system dalam laporan tahunan (343)

Total Sampel 55

36 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 29-44

Hubungan Total Aset Dengan Hasil penelitian yang berbeda


Penerapan Whistleblowing System dengan penelitian sebelumnya
disebabkan karena kurangnya variasi
H0 : Total aset tidak berpengaruh pada ukuran perusahaan, sebab
signifikan dengan penerapan perusahaan yang dijadikan sampel
whistleblowing system. dalam penelitian ini adalah perusahaan
H1 : Total aset berpengaruh signifikan besar yang sahamnya sudah tercatat di
terhadap penerapan Bursa Efek Indonesia. Sehingga
whistleblowing system. hasilnya tidak sesuai dengan hipotesis
penelitian.
Dari hasil uji t, variabel total aset Hubungan Inventory Dengan
memiliki tingkat signifikan sebesar Penerapan Whistleblowing System
0,695. Hal ini menunjukkan bahwa H1 H0 : Total Inventory perusahaan tidak
ditolak, dan menerima H0, sehingga berpengaruh signifikan terhadap
variabel total aset tidak memiliki penerapan whistleblowing system.
pengaruh yang signifikan terhadap H1 : Total Inventory perusahaan
penerapan whistleblowing system berpengaruh signifikan terhadap
karena tingkat signifikan yang dimiliki penerapan whistleblowing system.
variabel total aset lebih besar dari 0,05.
Hasil dari penelitian ini tidak sesuai Dari hasil uji t, variabel inventory
dengan hipotesis yang menyatakan memiliki tingkat signifikan sebesar
bahwa total aset yang dimiliki oleh 0,357 lebih besar dari α = 0,05 maka
perusahaan berpengaruh signifikan terima H0 dan tolak H1 yang berarti
terhadap penerapan kebijakan variabel total inventory tidak
whistleblowing system. berpengaruh secara signifikan terhadap
Dari hasil yang didapat, penelitian penerapan whistleblowing system. Hasil
ini tidak sesuai dengan penelitian yang penelitian ini tidak sesuai dengan
dilakukan oleh Caldero’n-Cuadrado et hipotesis yang menyatakan bahwa total
al (2009) dalam Lee and Fargher (2012) inventory yang dimiliki oleh perusahaan
yang menyatakan bahwa persahaan memiliki pengaruh yang signifikan
yang memiliki total aset besar terhadap penerapan whistleblowing
cenderung membutuhkan penggunaan system.
whistleblowing system dalam upaya Meskipun variabel total inventory
pendeteksian fraud. Selain itu, Coram et tidak berpengaruh secara signifikan
al (2008) juga menyatakan dalam terhadap penerapan whistleblowing
penelitian yang dilakukan bahwa system, Putra (2010) menyatakan
organisasi dengan pengendalian internal bahwa inventory yang dimiliki oleh
yang baik lebih memungkinkan untuk perusahaan dapat saja disalahgunakan
mendeteksi kecurangan dalam bentuk oleh pihak yang tidak bertanggung
penyalahgunaan aset sebab dengan jawab, sehingga dibutuhkan
pengendalian internal yang lebih baik pengendalian internal untuk mencegah
dapat mendorong untuk melakukan terjadinya tindakan kecurangan tersebut.
tindakan pelaporan diri Dalam pedoman KNKG (2008)
(whistleblowing) yang dapat membantu dinyatakan bahwa whistleblowing
mendeteksi dari adanya tindakan system merupakan bagian dari sistem
kecurangan sehingga kecurangan pengendalian internal yang dapat
tersebut dapat dicegah. dijadikan sumber masukan pada
perusahaan untuk melihat lebih jauh

37 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


CYNTIA AYU WARDANI , SULHANI/ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia

proses kerja yang memiliki kelemahan terhadap penerapan whistleblowing


pengendalian internal. Naibaho (2013) system. Dengan demikian semakin
menyatakan bahwa dengan adanya semakin banyak perusahaan yang
pengendalian internal yang baik dan mengizinkan pelaporan secara anonim
teratur dalam mengelola inventory cenderung mendukung penerapan
perusahaan akan memudahkan pihak whistleblowing system.
pimpinan perusahaan dalam Hasil penelitian ini sejalan dengan
memperoleh laporan – laporan yang penelitian yang dilakukan oleh Lee dan
bermanfaat untuk meningkatkan Fargher pada tahun 2012 yang
efektifitas dalam menentukan jumlah menyatakan bahwa beberapa
inventory perusahaan serta mencegah perusahaan besar Australia yang
berbagai tindakan kecurangan yang sahamnya cross-listed di Amerika yang
dapat merugikan perusahaan. Dalam mengizinkan pelaporan dalam bentuk
penelitian Lee dan Fargher (2012) anonim cenderung mendukung
menyatakan bahwa perusahaan yang penerapan whistleblowing system yang
memiliki inventory yang besar diharapkan dapat membantu
cebderung untuk meningkatkan kualitas meningkatkan pengungkapan pelaporan
pengendalian internal serta menerapkan kecurangan yang lebih besar. Dalam
whistleblowing system untuk penelitian yang dilakukan oleh Putri
meminimalkan resiko kecurangan. pada tahun 2012 menyatakan bahwa
Sama halnya dengan variabel total jalur pelaporan anonymous terbukti
aset, hasil yang tidak berpengaruh lebih efektif dalam mendorong model
signifikan pada variabel inventory juga whistleblowing system, sebab individu
disebabkan karena kurangnya variasi lebih memilih untuk menggunakan jalur
pada ukuran perusahaan, sebab pada pelaporan anonymous untuk
penelitian ini sampel yang digunakan melaporkan tindakan kecurangan.
adalah perusahaan besar yang sahamnya Selain itu, Hazlina (2009) menyatakan
sudah tercatat pada Bursa Efek bahwa sebaiknya bentuk laporan
Indonesia. Oleh sebab itu, hasilnya pelanggaran secara anonim harus tetap
tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. diterima, hal tersebut bertujuan untuk
menghargai pihak pelapor yang
Hubungan Anonymous Reporting khawatir akan adanya ancaman yang
Dengan Penerapan Whistleblowing akan diterima apabila identitasnya
System diketahui oleh pihak lain.
H0 : Anonymous reporting tidak
berpengaruh signifikan terhadap Hubungan Antara Eksternal
penerapan whistleblowing system. Directors Komite Audit Dengan
H1 : Anonymous reporting berpengaruh Penerapan Whistleblowing System
signifikan terhadap penerapan H0 : Eksternal directors komite audit
whistleblowing tidak berpengaruh signifikan
system. terhadap penerapan
whistleblowing system.
Dari hasil uji t, variabel H1 : Eksternal directors komite audit
anonymous reporting memiliki tingkat berpengaruh signifikan terhadap
signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari penerapan whistleblowing
α = 0,05 maka tolak H0 dan terima H1 system.
yang berarti variabel anonymous
reporting berpengaruh secara signifikan

38 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 29-44

Dari hasil uji t, variabel eksternal H1 : Kepemilikkan manajerial


directors komite audit memiliki tingkat berpengaruh signifikan terhadap
signifikan sebesar 0,575 lebih besar dari penerapan whistleblowing system
α = 0,05 maka tolak H1 dan terima H0
yang berarti bahwa pada variabel Dari hasil uji t, variabel
eksternal directors komite audit tidak kepemilikan manajerial memiliki
berpengaruh signifikan terhadap tingkat signifikan sebesar 0,576 lebih
penerapan whistleblowing system. Hasil besar dari α = 0,05 maka tolak H1 dan
penelitian ini tidak sesuai dengan terima H0 yang berarti kepemilikan
hipotesis yang menyatakan bahwa manajerial tidak berpengaruh signifikan
eksternal directors komite audit terhadap penerapan whistleblowing
berpengaruh signifikan terhadap system. Hasil ini tidak sesuai dengan
penerapan whistleblowing system. hipotesis yang menyatakan bahwa
Hal ini tidak sejalan dengan kepemilikan manajerial memilili
penelitian yang dilakukan oleh Lee dan pengaruh signifikan terhadap penerapan
Fargher (2012) yang menyatakan bahwa whistleblowing system.
pihak eksternal directors komite audit Pada umumnya dengan adanya
berkonsentrasi untuk menekankan kepemilikan manajerial, manajemen
penerapan whistleblowing system memiliki upaya yang sama dalam
dengan tujuan untuk meningkatkan memantau pengendalian internal karena
pengawasan pengendalian internal. adanya adanya keselarasan manajer
Sebab komite audit bertanggung jawab tujaun manajer dengan tujuan pemegang
untuk mengawasi laporan keuangan, saham. (Mahariana dan Ramantha,
mengawasi audit eksternal, dan 2014). dimana salah satu upaya untuk
mengamati sistem pengendalian internal memantaunya adalah dengan
perusahaan. Dalam pedoman menerapkan whistleblowing system.
whistleblowing system yang diterbitkan Namun dari hasil penelitian yang telah
oleh Komite Nasional Kebijakan dilakukan, penelitian ini tidak sejalan
Governance pada tahun 2008, peraturan dengan penelitian yang dilakukan oleh
mengenai kebijakan whistleblowing Lee dan Fargher yang menyatakan
system pada perusahaan yang sahamnya bahwa dengan adanya kepemilikan
tercatat di bursa berada di bawah manajerial dibutuhkan kebijakan
tanggung jawab komite audit, sehingga whistleblowing system, yang diiringi
pemantauan dan pelaksanaannya juga dengan adanya fasilitas hotline pada
diserahkan kepada pihak komite audit. perusahaan untuk memudahkan
Oleh sebab itu, pihak eksternal directors pelaporan.
komite audit juga memiliki peran dalam Hasil yang tidak sesuai dengan
penerapan kebijakan whistleblowing penelitian terdahulu yang telah
system pada perusahaan. dilakukan ini disebabkan karena dari 55
sampel perusahaan yang ada, terdapat
Hubungan Antara Kepemilikan 40 perusahaan yang tidak memiliki
Manajerial Dengan Penerapan saham yang dimiliki oleh pihak
Whistleblowing System manajemen didalamnya. Oleh sebab itu,
H0 : Kepemilikan manajerial tidak hasil yang didapat tidak sesuai dengan
berpengaruh signifikan terhadap hipotesis dan penelitian terdahulu yang
penerapan whistleblowing system. telah dilakukan.

39 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


CYNTIA AYU WARDANI , SULHANI/ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia

SIMPULAN Penelitian yang dilakukan ini


sangat jauh dari kesempurnaan karena
Penelitian ini bertujuan untuk
keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.
mengetahui pengaruh penerapan
Keterbatasan daalam penelitian ini
whistleblowing system pada perusahaan
adalah sangat sedikit sampel yang
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
digunakan karena belum banyak
dalam upaya pencegahan kecurangan
perusahaan yang melaporkan jumlah
dan faktor apa saja yang mempengaruhi
pelanggaran yang terjadi pada
implementasiaanya. Sampel dalam
perusahaan.
penelitian ini berjumlah 55 perusahaan
Saran–saran yang diberikan untuk
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
penelitian selanjutnya adalah :
pada tahun 2013 yang menerapkan
1. Penelitian selanjutnya diharapkan
kebijakan whistleblowing system.
dapat menambah variabel
Berdasaekan data yang telah
independen lainnya, terutama
dikumpulkan dan pengujian yang telah
variabel – variabel yang
dilakukan terhadap permasalahan
mempengaruhi penerapan
dengan menggunakan regresi berganda,
whistleblowing system pada
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
perusahaan. Misalnya variable
berikut :
terkait elemen -elemen good
1. Pada variabel total aset dan total
corporate governance
inventory tidak berpengaruh
2. Penelitian selanjutnya diharapkan
signifikan terhadap penerapan
menggunakan level perusahaan
kebijakan whistleblowing system,
yang lebih beragam, agar hasil yang
2. Variabel anonymous reporting
didapat lebih berkualitas dan sesuai
berpengaruh signifikan terhadap
dengan yang diharapkan.
penerapan whistleblowing system.
Pelaporan dalam bentuk anonim DAFTAR PUSTAKA
cenderug lebih mendorong
penerapan kebijakan whistleblowing Alam, Muhammad Dimar. 2014.
system, sebab individu akan lebih Persepsi Aparatur Pemerintah
memilih bentuk pelaporan anonim dan Anggota Dewan
dalam melaporkan tindakan Perwakilan Rakyat Daerah
kecurangan. Kota Malang Terhadap Fraud
3. Variabel eksternal directors komite Dan Peran Whistleblowing
audit tidak berpengaruh signifikan Sebagai Upaya Pencegahan
terhadap penerapan kebijakan Dan Pendeteksian Fraud.
whistleblowing system, jumlah jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
eksternal directors komite audit Vol 2, No 2.
pada perusahaan tidak mendorong
untuk meningkatkan kualitas Amrizal, A. 2004. Pencegahan dan
pengendalian internal perusahaan. Pendeteksian Kecurangan
4. Variabel kepemilikan saham Oleh Internal Auditor. BPKP.
manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerapan Albrecht, W. Steve. 2009. Fraud
kebijakan whistleblowing system, Examination, Fourth Edition.
sebab dari data yang diolah terdapat Ohio. Cengange Learning.
beberapa perusahaan yang tidak
memiliki saham manajerial. Boynton, William C., Raymond N.
Johnson, Walter G. Kell. 2002.

40 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 29-44

Modern Auditing, Edisi Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen


Ketujuh, Jilid 1. Erlangga, Operasi Edisi Ketiga. Jakarta :
Jakarta Grasindo.

Coram, P., et al. 2008. Internal Audit, Husaini. 2009. Komite Audit & Audit
Alternative Internal Audit Internal : Integritas
Structure and The Level Of Pengawasan Korporasi.
Misappropation Of Assets Bandung. Unpad Press.
Fraud. Accounting and
Finance 48 (543-559). Jickling, Mark.(Tanpa Tahun).
Sarbanes – Oxley and The
Devine, Tom and Tarek F. Maassarani. Competitive Position of U.S.
2011. The Corporate Stock Markets. The Sarbanes –
Whistleblower’s Survival Oxley Act Implementation,
Guide. California. Berrett – Significance and Impact.
Koehler Publishers, Inc.
Juliandi, Azuar, Irfan, dan Saprinal
Dutta, Uttam Kumar. (Tanpa Manurung. 2014. Metodologi
Tahun).Whistle-Blower Penelitian Bisnis Konsep dan
Mechanism at Corporate Aplikasi. Medan : UMSU
Governance : A Study Based Press.
On System. Handbook of
Research on Strategic Business Karni, Soejono. 2000. Auditing : Audit
Infrastructure Development Khusus dan Audit Forensik
and Contemporary Issue in Dalam Praktik. Depok.
Finance. Lembaga Penerbit FE – UI.

Hassink, Harold et all. 2007. A Content Kharisma, Bayu. 2014. Good


Analysis of Whistleblowing Governance Sebagai Suatu
Policies of Leading European Konsep dan Mengapa Penting
Companies. Journal of Dalam Sektor Publik dan
Business Ethics 75 : 25 – 44. Swasta : Suatu Pendekatan
Ekonomi Kelembagaan. Jurnal
Hazlina binti Shaik Md Noor Alam. Buletin Studi Ekonomi Vol 19,
2009. Whistleblowing and No. 1.
Corporate Governance
Accidental Allies Or Lifetime Koroy, Tri Ramaraya. 2008.
Partners. International Pendeteksian Kecurangan
Conference On Corporate Law (Fraud) Lapora Keuangan
(ICCL) Oleh Auditor Eksternal. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol
Herusetya, Antonius.2002.Dampak 10, No.1.
Undang – Undang Sarbanes-
Oxley 2000 Terhadap Profesi Komite Nasional Kebijakan
Akuntan Publik. Jurnal Governance. 2008. Pedoman
Akuntansi Krida Wacana. Sistem Pelaporan Pelanggaran
– SPP (Whistleblowing System
– WBS).

41 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


CYNTIA AYU WARDANI , SULHANI/ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia

Makhdalena. 2009. Internal Control :


Krehastuti, Destriana Kurnia dan Andri Meningkatkan Pengawasan
Prastiwi. 2014. Analisis Faktor dan Pengendalian. Jurnal
– Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Ekonomi dan
Intensi Auditor Untuk Bisnis, Vol 1, No. 3.
Melakukan Tindakan
Whistleblowing (Studi Empiris Meilyana, Elizabeth. 2012. Analisis
Pada Kantor Akuntan Publik di Pengaruh Mekanisme
Semarang. Diponogoro Journal Corporate Governance
Of Accounting Vol 3, No 2. Terhadap Manajemen Laba
Dan Nilai Perusahaan Pada
Lee, Gladys and Neil Fargher. 2013. Perusahaan Manufaktur Di
Companies’ Use BEI. Berkala Ilmiah
Whistleblowing to Detect Mahasiswa Akuntansi, Vol
Fraud : An Examination of 1,No.3.
Corporate Whistle-Blowing
Policies. Journal Business Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Herdius
Ethics 114 : 283 – 295. Usman. 2006. Pendekatan
Populer dan Praktis
Lind, Douglas A., Marchal, William G., Ekonometrika Untuk Analisis
dan Wathen, Samuel A.. 2008. Ekonomi dan Keuangan.
Teknik – Teknik Statistik Depok : LP – FEUI.
Dalam Bisnis dan Ekonomi
Menggunakan Kelompok Data Naibaho, Alex Tarukdatu. 2014.
Global 2 Edisi 13. Jakarta : Analisis Pengendalian Internal
Salemba Teknik. Persediaan Bahan Baku
Terhadap Efektifitas
Lipman, Frederick D.. 2012. Pengelolaan Persediaan
Whistleblowers Incentives, Bahan Baku.Jurnal Riset
Disinvectives, and Protection Ekonomi, Manajemen, Bisnis
Strategies. New Jersey. John Dan Akuntansi, Vol 1. No. 3.
Wiley & Sons.
Nixson, Syarifuddin Kalo, dkk. 2013.
Ludigdo, Unti. 2008. Makna Uang Perlindungan Hukum
Dalam Konstruksi Kesadaran Terhadap Whistleblower dan
Etis Akuntan. Jurnal Tema Vol Justice Collabolator Dalam
9, No. 1 Upaya Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. USU Law
Mahariana, I Dewa Gede Pingga dan I Journal, Vol 2, No.2.
Wayan Ramantah. 2014.
Pengaruh Kepemilikkan Olander, Susan. 2004. Whistleblowing
Manajerial Dan Kepemilikkan Policy : An Element of
Institusional Pada Manajemen Corporate Governance.
Laba Perusahaan Manufaktur Academic Journal Article.
Di Bursa Efek Indonesia. E- Management Quarterly, Vol
Jurnal Akuntansi Universitas 45, No. 4
Udayana, Vol 7, No. 2.

42 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET), 9 (1), 2017, 29-44

Putra, Yuniarti Hidayah Suyoso. 2010.


Praktik Kecurangan Akuntansi Tuanakotta, Thodorus M.. 2010.
Dalam Perusahaan. El – Akuntansi Forensik dan Audit
Muhasaba, Vol 1, No. 1. Investigatif, Edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Putri, Caesar Marga. 2012. Pengujian
Keefektifan Jalur Pelaporan Utami, Rini Budi dan Rahmawati. 2008.
Pada Structural Model Dan Pengaruh Komposisi Dewan
Reward Model Dalam Komisaris Dan Keberadaan
Mendorong Whistleblowing : Komite Audit Terhadap
Pendekatan Eksperimen. SNA Aktivitas Manajemen Laba
15 Banjarmasin, No. 097. Pada Perusahaan Manufaktur
Universitas Lambung Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Mangkurat. Jakarta. Prosiding Seminar
Ketahanan Ekonomi Nasional
Rasyad, Rasdihan. 2003. Metode (SKEN) UPN “Veteran”
Statistik Deskriptif Untuk Yogyakarta.
Umum. Jakarta : Grasindo.
Wahyudi, Dudi. 2014. Dampak
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Penerapan Good Corporate
Multivariat. Jakarta : Elex Governance Terhadap
Media Komputindo. Kepatuhan Pajak Perusahaan.
Diakses dari
Semendawai, dkk. 2011. Memahami www.bppk.depkeu.go.id pada
Whistleblower. Jakarta. tanggal 14 Maret 2015,
Lembaga Perlindungan Saksi <http://www.bppk.depkeu.go.i
dan Korban. d/publikasi/artikel/167-artikel-
pajak/19453-dampak-
Soegoto, Eddy Soeryanto. 2008. penerapan-good-corporate-
Marketing Research The Smart governance-terhadap-
Way To Solve A Problem. kepatuhan-pajak-perusahaan>
Jakarta : Elexmedia
Komputindo. Worlton, Amy E.. 2005. EU Widens
Security ofSOX Whistleblower
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Hotline. Diakses dari
Kualitatif Kuantitatif dan www.wileyrein.com pada
R&D. Jakarta : Alfabeta. tanggal 11 Maret 2014,
<http://www.wileyrein.com/pu
Suharyadi dan Purwanto S.K.. 2009. blications.cfm?sp=articles&ne
Statistika : Untuk Ekonomi dan wsletter=4&id=220>.
Keuangan Modern, Edisi 2
Buku 2. Jakarta : Salemba Zulfikar, Rudi, Rita Rosiana dan Ratu
Empat. Ayu Fanisa Nariah. 2015.
Susmanchi, Georgiana. 2012. Internal Corporate Governance dan
Audit and Whistle-Blowing. Pengungkapan Pengendalian
Economics, Management, and Internal. Jurnal Akuntansi
Financial Markets, Vol 7 (4), Kajian Ilmiah Akuntansi, Vol
415-421.

43 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017


CYNTIA AYU WARDANI , SULHANI/ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Whistleblowing System Di Indonesia

1, No 2, Januari 2015. ISSN : 2339 – 2436.

44 | JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET) Vol.9 | No.1 | 2017

Anda mungkin juga menyukai