Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia
kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan
kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima
dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang
menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi
selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena
the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama
trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang
masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan
asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan
berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi ibu
yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara
memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa
kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui gambaran secara umum
kehamilan dengan IUFD atau kematian janin dalam kandungan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada pasien dengan kasus IUFD
b. Mampu melakukan pengumpulan data objektif pada pasien dengan kasus
IUFD
c. Mampu menegakkan diagnosa pada data asessment pada pasien dengan kasus
IUFD
d. Mampu melaksanakan perencanaa, atau planing, asuhan dan evaluasi pada
pasien dengan indikasi kehamilan letak sungsang.

1
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Agar deapat menambah wawasan sehinngga dapat menerapkan asuhan
menenai kehamilan dengan kasus IUFD.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Mampu meningkatkan asuhan kebidanan khusus nya pada kehamilan
dengan kasus IUFD.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi IUFD
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan
baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam
Muchtar, 2011)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari
rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2012) Intra Uterine Fetal death
( IUFD) adalah terjadinya kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya
500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah
mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr)
( Wiknjasastro,2012) . IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD).
Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang
sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion. Sesudah
20 minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu. Apabila
wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

B. Etiologi IUFD
Ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan,
diantaranya:

1. Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin


Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus
positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif. Akibatnya
antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan
mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis (reaksi
imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan
pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites),
pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung,
dan lain-lain).

3
2. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. “Yang kerap terjadi antara golongan darah
anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya.” Sebab, pada saat masih dalam
kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak
cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.

3. Gerakan janin berlebihan


Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu
arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang
menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka
pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat.
4. Berbagai penyakit pada ibu hamil
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil
perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
5. Kelainan kromosom
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. Kematian
janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu
dari otopsi bayi.
6. Trauma saat hamil
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta. Trauma terjadi, misalnya,
karena benturan pada perut, karena kecelakaan atau pemukulan. Benturan ini bisa
mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta.
7. Infeksi materna
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri
maupun virus. Demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.
8. Kelainan bawaan bayi
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa
mengakibatkan kematian di kandungan.

C. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena beberapa faktor antara lain
gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai
makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena

4
anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ –
organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.

Manifestasi Klinik terjadinya kematian janin dalam kandungan yaitu :


1. DJJ tidak terdengar
2. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
3. Pergerakan janin tidak teraba lagi
4. Palpasi janin tidak jelas
5. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
6. Pada rongen dapat dilihat adanya
 tulang-tulang tengkorak tutup menutupi
 tulang punggung janin sangat melengkung
 hiperekstensi kepala tulang leher janin
 ada gelembung-gelembung gas pada badan janin
 bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan
Hypofibrinogenemia 25%

D. Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

1. Golongan 1 : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.


2. Golongan II : kematian janin sesudah ibu hamil 20-28 minggu.
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late Foetal Death).
4. Golongan IV : kematian janin yang tidak masuk dalam ketiga golongan diatas.

E. Faktor Resiko
1. Status sosial ekonomi rendah
2. Tingkat pendidikan Ibu yang rendah
3. Usia Ibu > 30 tahun atau < 20 tahun
4. Partus pertama dan partus kelima atau lebih
5. Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
6. Kehamilan tenpa riwayat pengawasan kesehatan Ibu yang inadekuat
7. Riwayat kehamilan dengan komplikasi medic atau Obstetrik.
8. Faktor ibu

5
9. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
10. kehamilan di luar perkawinan
11. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
12. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya bermasalah
13. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
14. plasenta previa
15. pre eklamsi / eklamsi
16. polihidramnion

F. Diagnosis
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat
berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil
atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan
perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan

2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu
yang kurus
3. Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan
janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala
janin.

4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan dopler tidak terdengar
terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin

6
G. Penatalaksanaan

1. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan
memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai
motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala
kemungkinan yang ada.
2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis
kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya
melakukan rujukan.
3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al
memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah
diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu
lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka
sering dilakukan terminasi kehamilan.
4. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.

Persiapan:

1. Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.


2. Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu
pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin. Tindakan:
3. Kuretasi vakum
4. Kuretase tajam
5. Dilatasi dan kuretasi tajam.
6. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian
pertama. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya. Kombinasi pematangan
batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500
cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
7. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu. Misoprostol 100 mg
intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria selama 12 jam. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam
dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.

7
Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati. Kombinasi
cara kedua dan ketiga untuk janin mati. Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya
melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan
sepengetahuan konsulen.
8. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu kehamilan.
Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian
pertama. Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan
serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD). Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam
dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan
multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu. Kombinasi ketiga
cara diatas. Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil,
atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.

Dampak yang terjadi adalah :


Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu.
Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia)
akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu
setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post
partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan
persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila
kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

H. Jenis – Jenis Persalinan Untuk Janin Mati


1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang
meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan
selanjutnya menarik kepala janin (dengan kranioklasi) t indakan ini dapat
dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala. Dngan
kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik,
maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan. Bahaya tindakan proferasi
dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira
uteri( pecah robeknya jalan lahir).

8
2. Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir
normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin,
oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada
keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di
lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan
kepala janin dapat di lahirkan.

3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi


Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan
paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk
memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan
trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek
lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.

4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi


Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume
bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak
hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yang besar.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “Y” DENGAN IUFD DI POLI


KEBIDANAN RSUD MEURAXA BANDA ACEH

Hari / Tanggal : Kamis, 13 Juli 2017


Tempat : RSUD Meuraxa (Poli Kebidanan)

Identitas Pasien :
Nama Ibu : Ny. Y Nama Suami : Tn. K
Umur : 35 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Lambaro Kueh Alamat : Lambaro Kueh

S :Ny. S berusia 35 tahun datang dengan suami nya ke poli kebidanan RSUD
Meuraxa, ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan nya, ini merupakan
kehamilan yang ke empat bagi ibu riwayat persalinan lalu SC 2 kali, ibu tidak pernah
mengalami abortus. Ibu mengatakan janin dalam kandungan nya tidak bergerak ±
sudah lima hari dan ibu merasa demam sudah 2 hari. Ibu memiliki riwayat hipertensi.
HPHT : 20-02-2017

O : K/U ibu : lemah


TTV : TD : 180/100 mmHg
N : 90 x/i

10
R : 24 x/i

Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala : bersih, rambut tidak berketombe
2. Muka : tidak oedema
3. Mata : - konjungtiva : pucat
- Sklera : putih
4. Hidung :bersih
5. Mulut : bersih, gigi tidak berlubang
6. Telinga : bersih
7. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid
8. Dada : payudara : - areola : hiperpigmentasi
- Papilla : menonjol
9. Abdomen : ada bekas luka operasi
L1 : 22 cm (3 jari dibawah pusat)
L2 :-
L3 :-
L4 :-
10. Extremitas atas dan bawah : normal
11. Reflek patella : kanan/kiri (+/+)

Pemeriksaan penunjang : :
USG : Janin tunggal, intrauterine, gerak (-), Djj (-)

A: Ibu G4P3A0 usia kehamilan 21-22 minggu dengan IUFD


Keadaan ibu dan janin buruk

P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan


2. Memberitahu ibu bahwa bayi dalam kandungan nya sudah tidak bisa
diselamatkan

11
3. Memberitahu ibu bahwa penyebab kematian janinnya karena pengaruh
hipertensi yang dialami oleh ibu
4. Memberi dukungan pada ibu dan keluarga agar tetap bersbar terhadap
kondisi yang dialaminya
5. Dokter menyarankan pada ibu untuk melakukan kuretase untuk
mengeluarkan janin yang berada dalam kandungannya
6. Ibu dirawat diruang bersalin karena jam 18:45 wib akan dilakukan kuretase
7. Menegevaluasi kembali penjelaasan yang sudah diberikan kepada ibu
8. Ibu sudah menegrti dan mau melaksanakannya
9. Melakukan pendokumentasian

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tanggal 13 Juli 2017 Ny.Y datang dengan suaminya ke poli kebidanan
RSUD Meuraxa dengan keluhan janin dalam kandungan nya tidak bergerak lagi
kurang lebih sudah lima hari dan dimalam hari ibu merasa demam.Ibu memiliki
riwayat hipertensi.Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter obgyn ,maka dapat
ditetapkan diagnosa bahwa pasien dengan IUFD (Intra Uterine Fetal Death),dan
asuhan yangdiberikan kepada ibu adalah :
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, memberitahu ibu bahwa
bayi dalam kandungannya sudah tidak bisa diselamatkan lagi, memberitahu ibu bahwa
penyebab kematian janinnya karena pengaruh hipertensi yang dialami oleh
ibu,memberi dukungan pada ibu dan keluarga agar tetap bersbar terhadap kondisi
yang dialaminya, Dokter menyarankan pada ibu untuk melakukan kuretase untuk
mengeluarkan janin yang berada dalam kandungannya.

Selanjut nya melakukan evaluasi atas seluruh tindakan yang telah dilakukan
dan meklakukan pendokumentasian.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa
Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah wawasan masaiswa
khususnya mahasiswi kebidanan dalam meberikan pelayanan pada psien
dengan kasus IUFD serta mahasiswa dapat mengetahui penyebab dan
komplikasi dari kasus IUFD.

2. Bagi petugas Kesehatan

13
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar lebih dapat meningkatkan
kompetensi nya dalam memberikan pelayanan kepada pasien dengan kasus
IUFD.

DAFTAR PUSTAKA

Chaoman Vicky. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC

Mochtar, Rstam.2010.Sinopsis Obstetri edisi II. Jakarta : EGC

Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan.jakarta :Yayasan Bina Pustaka

Varney Hellen. 2011.Buku Ajar Kebidanan edisi IV volume 2. Jakarta : ECG

Wiknjasastro hanifa. 2012. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka

14

Anda mungkin juga menyukai