Anda di halaman 1dari 30

RESUME PRAKTIK KLINIK KGD

Disusun Oleh :

NAZIA DERATRI 2018720173

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)

A. Definisi Gagal Jantung Kongestif ( CHF)


Congestive Heart Failure/ gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolic dan
kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena adekuat (AHA,2014).
Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, gagal jantung kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan
structural atau fungsional jantung yang menyebabkan pengisian ventrikel dan ejeksi
darah ke seluruh tubuh (Karson,2012).
B. Etiologi
Beberapa etiologi dari penyakit gagal jantung kongestif Menurut (Agustina, Alfiyanti &
Ilmi,2017) sebagai berikut :
1. Penyakit Jantung Koroner
Seseorang dengan penyakit koroner (PJK) rentan untuk menderita penyakit gagal
jantung, terutama penyakit jantung coroner dengan hipertrofi ventrikel kiri.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang berisfat kronis merupakan komplikasi terjadinya
gagal jantung. Hipertensi menyebabkan gagal jantung kongestif melalui
mekanisme disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel
kiri menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia atrium dan ventrikel
yang nantinya akan berujung pada gagal jantung kongestif.
3. Cardiomyopathy
Cardiomiopathy merupakan kelainan pada otot jantung yang tidak disebabkan
oleh penyakit jantung koroner, hipertensi, atau kelainan kongenital.
Cardiomiopathy terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya ialah dilated
cardiomiopathy yang merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya gagal
jantung kongestif. Dilated Cardiomiopathy berupa dilatasi dari ventrikel kiri
dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Dilatasi ini disebabkan oleh hipertrofi
sel miokardium dengan peningkatan ukuran dan penambahan jaringan fibrosis.
4. Kelainan Katup Jantung
Dari beberapa kelainan katup jantung, yang paling sering menyebabkan gagal
jantung kongestif ialah regurgitasi mitral. Regurgitasi mitral meningkatkan
preload sehingga terjadi peningkatan volume di jantung. peningkatan volume
jantung memaksa jantung untuk berkontraksi lebih kuat agar darah tersebut dapat
di distribusi ke seluruh tubuh. Kondisi ini jika berlangsung lama menyebabkan
gagal jantung kongestif.
5. Aritmia
Atrial fibrasi secara independent menjadi pencetus gagal jantung tanpa perlu
adanya faktor concomitant lainnya seperti PJK atau hipertensi. Aritmia tidak
hanya sebagai penyebab gagal jantung tetapi juga memperparah prognosis dengan
meningkatkan mordibilitas dan mortalitas.
6. Alkohol dan obat-obatan
Alkohol memiliki efek toksik terhadap jantung yang menyebabkan atrial fibrilasi
ataupun gagal jantung akut. Konsumsi alkohol dalam jangka Panjang
menyebabakan dilated cardiomyopathy. Sementara itu beberapa obat yang
memiliki efek toksik terhadap miokardium.
7. Lain- lain
Merokok merupakan faktor resiko yang kuat dan independen untuk menyebabkan
penyakit gagal jantung kongestif pada laki-laki sedangkan pada wanita belum ada
fakta yang konsisten. Sementara diabetes merupakan faktor independen dalam
mortalitas dan kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif melalui
mekanisme perubahan struktur dan fungsi dari miokardium. selain itu, obesitas
menyebabkan peningkatan kolesterol yang meningkatkan resiko penyakit jantung
koroner yang merupakan penyebab utama dari gagal jantung kongestif.
C. Patofisologi (WOC)
D. Pengkajian Kegawatdaruratan
1. Pengkajian
a) Keadaan umum
Sebelum melakukan tindakan pada pasien perawat perlu juga memperhatikan
keadaan sekitar untuk melihat apakah perawat memungkinkan dan aman
melakukan tindakan. Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada pengkajian
keadaan umum :
 Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum
 Menentukan keluhan umum atau mekanisme cedera
 Menentukan status mental dan orientasi ( waktu, tempat, orang)
b) Pemeriksaaan kesadaran
Pada pengkajian kesadaran ada beberapa hal yang perlu dikaji dengan
menggunakan pengukuran Glascow Coma Scale dan menggunakan skala AVPU :
 A – alert, yaitu apakah pasien bisa merespon suara dengan tepat, misalnya
mematuhi perintah yang berikan
 V – vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
 P – responds to pain only ( harus dinilai bagaimana nyeri baik pada jantung
kiri maupun kanan)
 U – unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal
2. Pengkajian Primer
a) Airway
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksgien,
dan lain-lain.
b) Breathing
Dyspnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c) Circulation
Riwayat HT IM akut, gagal jantung kongestif sebelumnya, penyakit katub
jantung, anemia, syok, dan lain-lain. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung,
irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perunahan dalam denyutan nadi jugularis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku
pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi,
edema.
d) Disability
Nilai tingkat kesadaran serta ukur dan reaksi pupil.
3. Pengkajian Sekunder
Menurut Udijanti (2010) fokus pengkajian pada pasien gagal jantung kongestif yaitu :
a) Keluhan
1) Dada terasa berat ( seperti memakai baju ketat)
2) Palpitasi atau berdebar-debar
3) Paroksimal Nocturnal Dsypnea (PND) atau orthopnea, sesak napas saat
beraktivitas, batuk (hemaptoe), tidak harus pakai bantal lebih dari dua buah.
4) Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
5) Latergi (kelesuan) atau fatique (kelelahan)
6) Insomnia.
7) Kaki bengkak dan berat badan bermasalah.
8) Jumlah urin menurun
9) Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
b) Riwayat Penyakit
Hipertensi renal angina, miokard kronis, diabetes melitus, bedah jantung dan
disritmia.
c) Riwayat Diet
d) Intake gula, lemak, kafein, cairan, alkohol. Merokok atau tidak (cara/jumlah
batang per hari, jangka waktu)
e) Riwayat Pengobatan
Toleransi obat, obat-obatan penekanan fungsi jantung, steroid, jumlah cairan per-
IV, alergi terhadap obat tertentu.
f) Faktor predisposisi dan prepitasi, obesitas, asma, atau COPD yang merupakan
faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
4. Pemeriksaan Fisik
Menurut Udjianti (2010) fokus pengkajian fisik pada pasien gagal jantung kongestif
yaitu :
a) Evaluasi status jantung : berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas,
nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
pressure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternals, gallop’s murmur,
obstruksi idiopathic hypertrophic sub-aorti stenosis ( IHSS).
b) Respirasi : dyspnea, orthopnea, PND, suara napas tambahan ( ronkhi, rales,
wheezing).
c) Tampak palpasi vena jugularis, JVP > 3cm H2O, hepatojugular reflex.
d) Evaluasi faktor stress : menilai insomnia, gugup atau cemas/ takut yang kronis.
e) Palpasi abdomen : hepatomegali, splenomegali dan asites.
f) Konjugtiva pucat, sklera ikterik.
g) Capillary Refill Time ( CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaphoresis, warna
kulit pucat dan piting edema.
E. Diagnosa Keparawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, perubahan
frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan preload, perubahan afterload
2. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus – kapiler
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
F. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam Observasi :
perubahan irama jantung, diharapkan ketidakadekuatan  Identifikasi tanda/gejala primer
perubahan frekuensi jantung memompa darah penurunan curah jantung
jantung, perubahan meningkat. Dengan kriteria ( dyspnea, kelelahan adema
kontraktilitas, perubahan hasil : ortopnea paroxysmal nocturnal
preload, perubahan  TTV dalam batas dyspnea, peningkatan CPV)
afterload normal  Identifikasi tanda/gejala
 Bebas gejala gagal sekunder penurunan curah
jantung jantung (peningkatan berat
 Penurunan episode badan, hepatomegaly ditensi
dyspnea vena jugularis, palpitasi, ronkhi
 Dapat melakukan basah, oliguria, batuk, kulit
aktivitas yang pucat)
mengurangi beban kerja  Monitor tekanan darah
jantung  Monitor intake dan output
cairan
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada
(intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, presivitasi yang
mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sandapan
 Monitor artimia (kelainan irama
dan frekuensi)
 Monitor nilai laboratorium
jantung (mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu
jantung
 Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktifitas
 Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor,
calcium channel blocker,
digoksin)
Teraupetik :
 Posisikan pasien semi fowler
atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk memotivasi gaya hidup
sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
 Berikan dukungan emosional
dan spiritual
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi :
 Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
2. Resiko tinggi gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas keperawatan 3x24 jam Observasi :
berhubungan dengan diharapkan karbondioksida  Monitor pola nafas, monitor
perubahan membran pada membran alveolus dan saturasi oksigen
alveolus - kapiler kapiler dalam batas normal.  Monitor frekuensi, irama,
Dengan kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas
 Tingkat kesadaran  Monitor adanya sumbatan jalan
meningkat nafas
 Tidak ada dispneu Teraupetik :
 Tidak ada bunyi napas  Atur interval pemantauan
tambahan respirasi sesuai kondisi pasien
 Pasien tidak gelisah Edukasi :
 Diaphoresis membaik  Jelaskan tujuan dan prosedur
 PCO2 dalam batas pemantauan
normal  Informasikan hasil pemantauan,
 PO2 dalam batas normal jika perlu
 Tidak ada sianosis Terapi oksigen
 Observasi :
 Monitor kecepatan aliran
oksigen
 Monitor posisi alat terapi
oksigen
 Monitor tanda- tanda
hipoventilasi
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam Observasi :
ketidakseimbangan diharapkan intoleransi aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi
antara suplai dan meningkat. Dengan kriteria  tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen hasil : kelelahan
 Kemudahan dalam  Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas  Monitor kelelahan fisik dan
sehari-hari emosional
 Meningkatnya Edukasi :
kekuatan tubuh bagian  Anjurkan tirah baring
atas dan bawah  Anjurkan melakukan aktivitas
 Tidak ada keluhan secara bertahap
lelah Teraupetik :
 Tidak ada dyspnea saat  Sediakan lingkungan nyaman
aktivitas dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/ atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
- Nama : Ny. N
- Umur : 72 Tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Keluhan Utama : Pasien mengatakan jatuh terpleset di kamar mandi,nyeri
pada bokong kanan dan kiri, nyeri punggung sampai
keatas, mual muntah.
- Riwayat Penyakit : Hipertensi
2. Survey Primer
N Triase Hasil
O
1. Airways 1. Tidak ada penumpukan secret
2. Tanda tanda benda asing
2. Breathing 1. Pola Nafas : Normal
2. Frekuensi Nafas : 20 x/menit
3. Irama Nafas : Teratur
4. Tidak ada tanda distress penafasan
5. Tidak ada cuping hidung
3. Circulation 1. Akral : Hangat
2. Pucat : Tidak ada
3. Sianosis : tidak ada
4. Nadi :
a. Frekuensi : 83 x/menit
b. Irama : regular
c. Kekuatan : Kuat
d. Suhu : 36.7 C
e. Tekanan darah : 190/95 mmhg
f. SpO2 : 96 %
4. Disability 1. GCS : E 4 V 5 M 6
2. Kesadaran : Composmentis
5. Exposure 1. Defomitas : tidak ada
2. Contusion : tidak ada
3. Penetrasi : tidak ada
4. Laserasi : tidak ada
5. Edema : tidak ada
6. Kedalaman luka : tidak ada

3. Survey Sekunder
- Kepala : Tidak ada memar kepala
- Wajah : Wajah terlihat seperti menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk, tiadak ada lesi, tidak ada oedem
- Mata : Tidak ada konjungtiva tidak anemis
- Telinga : Tes bisik dan weber masih dalam keadaan normal
- Hidung : Tidak ada defomitas dan cuping hudung
- Mulut : Tidak ada gusi bedarah dan ukosa mulut tidak pucat
- Leher : Tidak ada benjolan, reflex menelan ada
- Dada : Tidak ada pergerakan otot intracoste
- Abdomen : Bentuk abdomen datar, tidak ada luka, peristaltic usus 12x/mnt,
Bunyi perkusi timpani. Tidak ada nyeri tekan dibagian
epigastrium.
- Genetourinari :
- Ekstremitas : Kedua ektremitas atas dan bawag tampak simetris, ada edema
Pada kedua kaki.
4 4
4 4

- Integumen :
4. Daftar Masalah :
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan preload,
perubahan afterload
2) Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus - kapiler
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Diagnosa Keperawatan Prioritas
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, perubahan
frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan preload, perubahan afterload
6. Patofisiologi
B. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
jantung berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam Mandiri :
dengan perubahan diharapkan ketidakadekuatan  Identifikasi tanda/gejala primer
irama jantung, jantung memompa darah penurunan curah jantung
perubahan frekuensi meningkat. Dengan kriteria ( dyspnea, kelelahan adema
jantung, perubahan hasil : ortopnea paroxysmal nocturnal
kontraktilitas,  TTV dalam batas dyspnea, peningkatan CPV)
perubahan preload, normal  Identifikasi tanda/gejala sekunder
perubahan afterload  Bebas gejala gagal penurunan curah jantung
jantung (peningkatan berat badan,
 Penurunan episode hepatomegaly ditensi vena
dyspnea jugularis, palpitasi, ronkhi basah,
 Dapat melakukan oliguria, batuk, kulit pucat)
aktivitas yang  Monitor tekanan darah
mengurangi beban kerja  Monitor intake dan output cairan
jantung  Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada
(intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sandapan
 Monitor artimia (kelainan irama
dan frekuensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung
(mis. Elektrolit, enzim jantung,
BNP, Ntpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktifitas
 Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. Betablocker,
ACEinhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
gangguan pertukaran keperawatan 3x24 jam Mandiri :
gas berhubungan diharapkan karbondioksida  Monitor pola nafas, monitor
dengan perubahan pada membran alveolus dan saturasi oksigen
membran alveolus - kapiler dalam batas normal.  Monitor frekuensi, irama,
kapiler Dengan kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas
 Tingkat kesadaran  Monitor adanya sumbatan jalan
meningkat nafas
 Tidak ada dispneu  Monitor kecepatan aliran oksigen
 Tidak ada bunyi napas  Monitor posisi alat terapi oksigen
tambahan  Monitor tanda- tanda hipoventilasi
 Pasien tidak gelisah
 Diaphoresis membaik
 PCO2 dalam batas
normal
 PO2 dalam batas normal
 Tidak ada sianosis

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam Mandiri :
ketidakseimbangan diharapkan intoleransi aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi
antara suplai dan meningkat. Dengan kriteria  tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen hasil : kelelahan
 Kemudahan dalam  Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas  Monitor kelelahan fisik dan
sehari-hari emosional
 Meningkatnya kekuatan Kolaborasi :
tubuh bagian atas dan  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
bawah cara meningkatkan asupan
 Tidak ada keluhan lelah makanan
 Tidak ada dyspnea saat
aktivitas

C. Implementasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Implementai
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
jantung berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam
dengan perubahan diharapkan ketidakadekuatan Mandiri :
irama jantung, jantung memompa darah  Mengidentifikasi tanda/gejala
perubahan frekuensi meningkat. Dengan kriteria primer penurunan curah jantung
jantung, perubahan hasil : ( dyspnea, kelelahan adema
kontraktilitas,  TTV dalam batas ortopnea paroxysmal nocturnal
perubahan preload, normal dyspnea, peningkatan CPV)
perubahan afterload  Bebas gejala gagal  Mengidentifikasi tanda/gejala
jantung sekunder penurunan curah jantung
 Penurunan episode (peningkatan berat badan,
dyspnea hepatomegaly ditensi vena
 Dapat melakukan jugularis, palpitasi, ronkhi basah,
aktivitas yang oliguria, batuk, kulit pucat)
mengurangi beban kerja  Memoonitor tekanan darah
jantung  Memonitor intake dan output
cairan
 Memonitor saturasi oksigen
 Memonitor keluhan nyeri dada
(intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
 Memonitor EKG 12 sandapan
 Memonitor artimia (kelainan
irama dan frekuensi)
 Memonitor nilai laboratorium
jantung (mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
 Memonitor fungsi alat pacu
jantung
 Memeriksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktifitas
 Memeriksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. Betablocker,
ACEinhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)
Kolaborasi :
 Mengkolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Merujuk ke program rehabilitasi
jantung
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
gangguan pertukaran keperawatan 3x24 jam Mandiri :
gas berhubungan diharapkan karbondioksida  Memonitor pola nafas, monitor
dengan perubahan pada membran alveolus dan saturasi oksigen
membran alveolus - kapiler dalam batas normal.  Memonitor frekuensi, irama,
kapiler Dengan kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas
 Tingkat kesadaran  Memonitor adanya sumbatan jalan
meningkat nafas
 Tidak ada dispneu  Memonitor kecepatan aliran
 Tidak ada bunyi napas oksigen
tambahan  Memonitor posisi alat terapi
 Pasien tidak gelisah oksigen
 Diaphoresis membaik  Memonitor tanda- tanda
 PCO2 dalam batas hipoventilasi
normal
 PO2 dalam batas normal
 Tidak ada sianosis

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi


berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam Mandiri :
ketidakseimbangan diharapkan intoleransi aktivitas  Mengidentifikasi gangguan fungsi
antara suplai dan meningkat. Dengan kriteria tubuh yang mengakibatkan
kebutuhan oksigen hasil : kelelahan
 Kemudahan dalam  Memonitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas  Memonitor kelelahan fisik dan
sehari-hari emosional
 Meningkatnya kekuatan Kolaborasi :
tubuh bagian atas dan  Mengkolaborasi dengan ahli gizi
bawah tentang cara meningkatkan asupan
 Tidak ada keluhan lelah makanan
 Tidak ada dyspnea saat
aktivitas

D. Evaluasi
No. Tanggal Diagnosa Evaluasi
1. Penurunan curah S : Pasien mengatakan dada sudah tidak
jantung berhubungan merasa sakit, tetapi masih lemas
dengan perubahan
irama jantung, O : Kesadaran CM, TD : 124/70, N : 92
perubahan frekuensi
jantung, perubahan A : Masalah Penurunan curah jantung
kontraktilitas, teratasi sebagian
perubahan preload,
perubahan afterload P : Lanjutkan Intervensi

Resiko tinggi S : Pasien mengatakan sesak berkurang,


gangguan pertukaran tetapi badan masih terasa lemas
gas berhubungan
dengan perubahan O : Kesadaran CM, TD : 124/70, N : 92
membran alveolus -
kapiler A : Masalah Resiko tinggi gangguan
pertukaran gas teratas sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
3. Intoleransi aktivitas S : Pasien mengatakan masih belum bisa
berhubungan dengan berjalan, karena ketika berjalan terasa sesak
ketidakseimbangan
antara suplai dan O : Kesadaran CM, TD : 124/70, N : 92
kebutuhan oksigen
A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
LAPORAN TARGET TINDAKAN
LAPORAN ADL

Anda mungkin juga menyukai