Anda di halaman 1dari 2

Watu Ngelak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Watu Ngelak

Watu Ngelak merupakan sebuah situs bersejarah berupa sebuah batu besar yang
membentang di pinggir Kali Opak. Situs ini berada di Dusun Puton, Desa Trimulyo,
Jetis, Bantul. Menurut penduduk setempat, Watu Ngelak adalah tempat Sultan
Agung Hanyakrakusumo bersemedi.
Watu Ngelak di Dusun Puton memiliki nilai sejarah yang telah dipercaya masyarakat
secara turun temurun. Sejarah nama Watu Ngelak berawal ketika Sultan Agung
Hanyakrakusumo berkelana dari Kraton Pleret. Ia menyusuri Sungai
Opak menuju Laut Kidul untuk bersemedi. Di tengah perjalan, Sultan Agung berhenti
di bebatuan (Bukit Batu) dan meraba-raba (istilah Jawa= gremeng-gremeng)
sehingga lokasi tersebut kini dinamakan Gremeng (Dusun Sindhet). Ketika Sultan
Agung merasa haus, seorang anak yang sedang mencari ikan memberinya minum
air kelapa, sehingga Sultan Agung menamai bukit batu itu Watu Ngelak (lit. "Batu
Haus"). Dusun di sekitar bukit batu diberi nama Puton (dari bahasa Jawa putu) yang
berarti cucu, karena anak kecil yang memberinya minum adalah cucu seorang janda
di desa Dadapan, sebuah wilayah di selatan dusun Puton.[1] Potensi wisata situs ini
telah mendapat perhatian Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Bantul.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Pada abad ke-17, Sultan Agung Hanyakrakusuma memimpin Kerajaan Mataram.
Pada masa kepemimpinannya, tanah Jawa masih belum ditanami palawija dan
sebagian besar masih berupa hutan belantara. Mata pencaharian masyarakat
didapat dari perdagangan dengan bangsa Barat dan hasil alam. Sultan Agung
cemas akan keberlangsungan hidup masyarakat serta ancaman dari luar Pulau
Jawa. Sultan Agung merenungkan cara untuk lepas dari ancaman tersebut, dan ia
ingin melihat pemandangan senja lebih dekat. Sultan Agung memutuskan pergi
ke Pantai Selatan dan bersemedi agar mendapatkan wangsit bagaimana cara
melepaskan tanah Jawa dari kekangan penjajah. Dalam perjalanannya menuju
Pantai Selatan, Sultan Agung banyak menyinggahi desa-desa yang ia lewati dan
memberi nama pada setiap desa-desa yang ia singgahi sebagai kenangan atas
perjalanannya tersebut. Salah satu desa yang menarik perhatian Sultan Agung
adalah sebuah desa yang menampakkan cahaya indah saat malam tiba, yaitu
Puton.
Cahaya yang dilihat Sultan Agung berasal dari batu kristal yang terpantul oleh sinar
bulan. Sultan Agung memutuskan untuk bermalam di tempat tersebut dan
menunggu hingga terbitnya matahari. Ketika terbangun, seorang anak kecil yang
membawakannya air kelapa seolah-olah tahu Sultan Agung sedang haus. Namun,
Sultan Agung masih haus dan memutuskan untuk meminum air sungai di sebelah
bebatuan tempatnya bermalam. Sejak itu, Sultan Agung senang pada tempat
tersebut. Peristiwa itulah yang kemudian membuat tempat tersebut diberi nama
Watu Ngelak yang bermakna batu yang disinggahi Sultan Agung saat ia sedang
haus. Sedangkan pemukiman yang terletak di sekitar bebatuan tempatnya
bermalam diberi nama Puton, yang berarti 'cucu' merujuk kepada anak kecil yang
sudah memberikannya air kelapa.

Anda mungkin juga menyukai