Zumratalmuwahhidînrahimakumullâh.
Hari ini kita merayakan IdulAdha, Hari Raya Kurban 1441 H. Syari’at kurban telah dimulai pada
generasi pertama umat manusia, anak Adam as.. Allah berfirman dalam Surah Al-Mâ`idahayat 27:
Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua anak Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima (kurban itu oleh Allah)
dari salah seorang dari keduanya (kurban milik Habil) dan tidak diterima (kurban) dari yang lain
(milik Qabil). Ia (Qabil berkata: Aku pasti akan membunuhmu. Berkatalah (Habil): Sesungguhnya
Allah (hanya) menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa.
Syari’at kurban ini kemudian dilestarikan di dalam syari’at Nabi Ibrahim as, sebagaimana dapat
kita lihat pada Surah as-Shâffâtayat 102:
Artinya: Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai (pada usiasanggup) berusaha bersama-sama
(Ibrahim), (Ibrahim) berkata: Wahai puteraku, sesungguhnya aku melihat dalammimpi bahwa aku
menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?. (Ismail) menjawab: Wahai ayahku,
laksanakanlah apa yang diperintahkan (oleh Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.
Ayat di atas mengajarkan kepada kita bahwa berkurban merupakan ujian Allah atas kesabaran
kita. Apakah kita bersabar ketika Allah menuntut kita untuk mengorbankan sebagian harta yang
kita cintai, sebagaimana Ibrahim dapat bersabar saat Allah menuntutnya mengorbankan harta
kecintaannya, yaitu puteranya sendiri. Beruntunglah kita yang hanya diperintahkan untuk
berqurban dengan hewan, dan bukan dengan menyembelih darah daging sendiri. Malulah kita
terhadap Ibrahim yang rela menyembelih puteranya, jika kita mampu namun enggan
untukmenyembelih sekadar seekor hewan qurban yang tiada berharga sedikitpun dibanding nyawa
Ismail.
Dan lihatlah!...Allah tidak akan pernah mensia-siakan kesabaran, ketaatan dan pengorbanan
hamba-hambanya. Allah SWT pun berfirman Surah as-Shâffâtayat 107-111:
Artinya: Dan kami tebus anakitu (Ismail) dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan
untuk Ibrahim pujian yang baik di kalangan kaum-kaum sesudahnya. Kesejahteraan dilimpahkan
atas Ibrahim. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia
termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Betapamulia, Allah SWT sendiri yang menyematkan predikat-predikat keagungan dan kemuliaan
kepada Ibrahim dan Ismail ‘alayhimassalâm: as-Shâbirîn (hamba yang senantiasa bersabar), al-
Muhsinîn (hamba yang senantiasa berbuat baik) danal-Mu`minîn (hamba yang senantiasa kokoh
dan teguh dalam keimanannya).
Dalam syariat Nabi kita Muhammad Saw., tradisi kurban para nabi di atas kemudian dilestarikan
melalui firman Allah SWT dalam Surah Al-Kautsar ayat 2:
Dari hadits di atas, madzhab Hanafi berpen dapat bahwa berkurban wajib hukumnya bagi yang
mampu. Adapun madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali menyatakan bahwa berkurban adalah
sunnah mu’akkadah (sunnah yang sangat ditekankan).
Ma’âsyiralmu’minînrahimakumullâh.
Tentang syariat qurban, beberapa hal perlu kita garis bawahi dan perhatikan, antara lain:
Pertama, sebagaimana semua amal ibadah lainnya, ibadah qurban ada yang diterima oleh Allah
SWT, adajuga yang tidak diterima. Sebagaimana telah dikisahkan di dalam Surah Al-
Mai`idahayat 27 di awal khutbah ini, bahwa Allah menerima qurban dari Habil dan tidak
menerima kurban dariQabil. Ayat di atas diakhiri dengan firman Allah:
Prinsip taqwa dalam berkurban inikembali dipertegas di dalam Surah Al-Hajj ayat 37:
Artinya: Daging hewan kurban dan darahnya itusekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi
yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kalian…
Qurbannya orang bertaqwa antara lain dan yang terpenting adalah ditandai dengan landasan niat
untuk mentaati perintah Allah semata, bukan untuk menaikkan gengsi atau status sosial dan niat-
niat duniawi lainnya. Maka ketika kita berqurban, pastikan bahwa hanya keikhlasan yang ada di
hati kita, hanya demi menggapai ridha Allah SWT. Taqwa di sini juga berarti bahwa hewan
qurban tersebut berasal dariharta yang halal. Karena, ibadah apapun yang dibiayai dari harta yang
haram pasti tertolak, sebagaimana sabdaRasulullah Saw.:
Artinya: Allah Azzawa Jalla tidak menerima shadaqah dari harta yang haram dan (tidak
menerima) sholat tanpa bersuci (HR. Abu Daud)
Kedua, tentang distribusi daging kurban, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 28:
Artinya: (Tujuan ibadah haji dan kurban itua dalah) agar mereka menyaksikan berbagai manfaat
bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan, atas
rizki yang telah Allah berikan kepada mereka, yaitu berupa binatang ternak, maka makanlah
sebagian darinya dan berikan lah sebagian lainnya untuk dimakan oleh orang-orang yang apa lagi
fakir.
Dari ayat di atas dapat kita ambil sebuah tuntunan bahwa orang-orang yang berqurban atau panitia
qurban harus memastikan bahwa qurban tersebut didistribusikan secara baik dengan prioritas
pembagian hasil qurban untuk para fakir miskin, di samping si empu qurban juga memiliki hak
untuk menikmati sebagian daging qurbannya.
Ini adalah bentuk solidaritas sosial, agar pada Idul Adha kali ini, terlebih di masa pandemi Covid-
19 yang memprihatinkan ini, kita semua, tanpa terkecuali, betul-betul dapat merayakannya dengan
riang gembira dan penuh suka cita.
Jangan sampai pada Idul Adha nanti ada perut-perut lapar yang berangan-angan tentang
nikmatnya daging qurban, sementara perut kita kekenyangan setelah menyantap hidangan lezat
hasil qurban.
Hal ketiga yang kiranya perlu kitaketahui adalah tentang wasiat Rasulullah Saw:
Artinya: Diriwayatkan oleh Abi Hurayrah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang
menjual kulit hewan qurbannya maka sesunggungnya dia tidak berqurban (HR. Al-Hakim dan Al-
Bayhaqiy).
Wejangan Rasulullah di atas adalah sebuah tuntunan agar dalam berqurban kita harus total,
optimal dan sempurna, tidak setengah-setengah. Dengan demikian, ganjaran baik yang kita
peroleh dari Allah pun menjadi sempurna pula. Maka, tidak sah qurban seseorang yang kulit
qurbannya dijadikan upah untuk si tukang sembelih atau tukang jagal qurbannya.
Ikhwânîfillâha’âdzaniyallâhuwaiyyâkumajma’în.
Akhirnya, khatib berharap, semoga khutbah ini dapat membangkitkan kesadaran dan keinginan
kita untuk berlomba-lomba mempersembahkan qurban terbaik.
Semoga di Idul Adha ini semakin banyak saudara kita yang tersenyum bahagia karena menikmati
hidangan daging qurban yang kita sembelih, hanya untuk menggapai ridha Allah SWT. Amin
yâRabbal ’âlamîn.