Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN DAKWAH

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Hadits Dakwah
Dosen Pengampu: Agus Syamsul Huda, Lc., MA

Disusun Oleh :

Mildan Nuril Ahsan 1801026129


Dliya Uyunil Hikmah 1801026132
Luzna Silviana 1801026133

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang muslim kita mengetahui bahwa berdakwah adalah sutau


kewajiban. Tidak ada alasan untuk seorang muslim tidak menjalankan dakwah
dijalan Allah. Karna sudah banyak ayat atau hadits yang memerintahkan seorang
muslim untuk mengajak kepada yang ma’ruf dan meninggalkan kepada yang
munkar. Itu termasuk bentuk bagaimana dakwah dijalankan. Namun, terkadang
ada kendala dalam penyampaian pesan dakwah tersebut. Seperti seorang yang
bisu atau seorang yang pangkatnya lebih rendah dari orang yang akan didakwahi.
Maka disini kita akan membahas hadits yang dapat menjawab keresahan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bunyi Hadist Tentang Pendekatan Dakwah ?


2. Bagaimana Tafsir Hadits ?
3. Bagaimana Asbabul Wurud Hadits ?
4. Bagaimana Hikmah Hadits ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bunyi Hadits Tentang

ُ‫َح َّد َث َنا َأ ُب َوب ْكر نْبُ َأ َش ْي َب َة َح َّد َث َنا َو ِك ٌيع َع ْن ُس ْف َي َان َو َح َّد َث َناحُم َ َّم ُد نْبُ امْل ُ نَثَّ َح َّد َث َنا حُم َ َّم ُد نْب‬
‫يِب‬ ِ
َ َ ْ َ ‫َ ْ ُ َأ‬ َ َ َ َ ‫َ ْ َ َ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ مُه َ َ ْ َ ْ نْب ُ ْ َ ْ َ نْب‬
‫اب وهذا ح ِديث يِب بك ٍر قال‬ ِ ‫جعف ٍر حدثناشعبة الِك ا عن قي ِس ِ مسمِل ِ عن ط ِار ِق ِ هِش‬
َْ ُ‫َ ْ َ َّ اَل َ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ ٌ َ َ َ َّ اَل ُ َ ْ َ خْل‬ ْ ْ ‫َ َأ‬ ُ ‫َأ‬
ِ‫َّول َم ْن َبد اِب خلُ ط َبةِ َي ْو َم ال ِع ِيد قبل الص ِة مروان فقام ِإ لي ِه رجل فقال الص ة قبل ا طبة‬
ُ ‫َف َق َال َق ْد رُت َك َم ُاه َنا ِل َك َف َق َال َأ ُبو َس ِع ٍيد َأ َّما َه َذ َاف َق ْد َقىَض َم َاع َل ْي ِه مَس ِ ْع ُت َر ُس ْو َل الهّل ِ َصىَّل الهّل‬
ِ
ْ‫ول َم ْن َرَأ ى ِم ْنمُك ُم ْن َك ًرا َف ْل ُي َغ ْ ُه ب َي ِد ِه َف ْن مَل ْ َي ْس َت ِط ْع َفب ِل َسا ِن ِه َف ْن مَل ْ َي ْس َت ِطع‬ ُ ُ َ َ ‫َ َ ْ َ َ مَّل‬
: ‫علي ِه وس يق‬
‫ِإ‬ ِ ‫ِإ‬ ِ ‫رِّي‬
‫اْل‬ ُ ‫َ َ َأ‬ َْ َ
‫ف ِبقل ِب ِه َوذ ِلك ْض َعف ا ِ مْي َ ِان‬

“Abu Bakar bin Abu Syaibah telah memberitahukan kepada kami, dia
berkata,’Waki’ telah memberitahukan kepada kami, dari Sufyan dan
Muhammad bin Al-Mutsana telah memberitahukan kepada kami, dia
berkata,’Muhammad bin Ja’far telah memberitahukan kepada kami, kedua-
duanya dari Qais bin Muslim, dari Thariq bin Syibah. Dan ini adalah hadits
Abu Bakar, dia berkata,’Orang yang pertama kali memulai khutbah sebelum
shalat pada hari ‘Id adalah Marwan. Lalu ada seseorang berdiri menghadap
kepadanya seraya berkata,’Shalat itu sebelum khutbah,. Lalu dia pun
menjawab, ‘Sungguh hal tersebut telah ditinggalkan’. Maka Abu Sa’id
berkata,’Sungguh, orang itu telah menunaikan kewajibannya’. Aku telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat
kemungkaran, maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya. Apabila
dia tidak mampu, maka dengan lisannya. Apabila dia tidak mampu, maka
dengan hatinya; dan itulah selemah-lemah iman. (H.R. Muslim)”1

1 Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, terjemahan Wawan Djunaedi Sorradi, (Jakarta:
Puataka Azzam, 2010) hlm. 599-600

2
B. Tafsir Hadits

َ ْ َ َ ‫مُك‬ ‫َأ‬
..... ‫َم ْن َر ى ِم ْن ُم ْنك ًرا فل ُيغرِّي ْ ُه‬

“ Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran , maka


hendaknya dia merubahnya ....... “

menurut ijma’ para ulama bahwa perintah tersebut amar ma’ruf dan nahi
munkar telah dikuatkan oleh Al-Qur’an, As Sunnah, serta Ijma’ umat islam, dan
hal tersebut juga termasuk di antara nasehat yang merupakan inti agama. 2 Namun,
jika Amar ma’ruf dan nahi munkar telah dilakukan seorang muslim, tapi orang
yang diberi peringatan masih tidak mau melakukannya maka seorang penyampai
peringatan tersebut telah terbebas dari celaan.

‫َ َ َأ ُ اْل‬ َْ َ ‫َ ْ مَل‬ َ ‫َ ْ مَل‬ َ َْ


‫ فل ُيغرِّي ْ ُه ِب َي ِد ِه فِإ ن ْ َي ْس َت ِط ْع ف ِب ِل َسا ِن ِه فِإ ن ْ َي ْس َت ِط ْع ف ِبقل ِب ِه َوذ ِلك ْض َعف ا ِ مْي َ ِان‬.....

“ ....... merubahnya dengan tangannya. Apabila dia tidak mampu,


maka dengan lisannya. Apabila dia tidak mampu, maka dengan
hatinya, dan itulah selemah-lemah iman”

Dalam hadits tersebut disebutkan untuk merubah suatu kemungkaran yang


pertama dengan tangannya. Dalam suatu kondisi, mengubah kemungkaran juga
diperlukan menggunakan tangan jika orang tersebut terus-menerus di dalam
kesesatan dan kedzaliman. Namun, jika ia yakin bahwa menggunakan tangan
dapat mendatangkan kemungkaran yang lebih besar, maka dapat menggunakan
lisan. Namun, jika masih ditakutkan jika menggunakan lisan akan terucap
perkataan yang menyebabkan hal serupa, maka ia mengubah kemungkaran
tersebut melalui hatinya.

2 Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, terjemahan Wawan Djunaedi Sorradi, (Jakarta:
Puataka Azzam, 2010) hlm. 610

3
Ada beberpa ulama yang berpendapat lain. “ Merubahnya dengan tangan “
yang dimaksut tangan disini adalah kekuasaan. Seseorang yang memiliki
kekuasaan dapat memberi pengaruh cukup besar bagi dakwah islam.

C. Asbabul Wurud Hadits

Telah diceritakan oleh Abu Sa’id Al-Khudri sendiri sebagaimana dalam


dalam sunan Ibnu Majah no hadits : 4013. Beliau-rodhiallohu ‘anhu- berkata :

ْ ‫اَي َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ُّ َ َأ‬ ٌ َ ََ ‫َ َ َ َأ خْلُ ْ َ َ ْ َ َّ اَل‬ ‫ُ مْل‬ ْ ‫َأ‬


‫ خ َر ْج َت‬،‫الس َّنة‬ ‫مروان خالفت‬ ‫ل‬: ‫َر ُج‬ ‫ فقال‬،‫الص ِة‬ ‫ فبد اِب طبةِ قبل‬،‫خ َر َج َم ْر َوان ا ِ ْنرَب َ يِف َي ْو ِم ِع ٍيد‬
‫ََّأ‬ ‫َأ‬ َ ََ ‫ُأ‬ ‫َ َ َ ْأ َ خْلُ ْ َ َ ْ َ َّ اَل‬ ْ َ
ُ
‫ ما‬:‫ فقال ُبو َس ِع ٍيد‬،‫َيك ْن ُي ْب َد هِب َ ا‬ ْ ‫َومَل‬ ،‫الص ِة‬
ُ ‫مَل‬
‫ وبد ت اِب طبةِ قبل‬،‫ َو ْ َيك ْن خُيْ َر ُج‬،‫ا ِ ْنرَب َ يِف َهذا ال َي ْو ِم‬
‫مْل‬
ُ ُ ‫مَّل‬ َ ُ ‫َ ىَّل‬ ‫َ هَّل‬ َ َ ََ َ
‫َيقول‬ ، َ ‫الهل َعل ْي ِه َو َس‬ ‫ مَس ِ ْع ُت َر ُسول ال ِ ص‬،‫َهذا فق ْد قىَض َما َعل ْي ِه‬

“Khalifah Marwan telah mengeluarkan mimbar di hari raya dan memulai


khuthbah sebelum sholat. Maka seorang laki-laki berkata : “Anda telah
menyelisihi sunnah. Anda mengeluarkan mimbar di hari ini ( yaitu hari raya ),
padahal waktu itu ( maksudnya di zaman Nabi ) tidak pernah dikeluarkan. Anda
memulai dengan khuthbah sebelum sholat padahal waktu itu tidak pernah diawali
dengannya”. Maka Abu Sa’id berkata : “ Adapun ( orang ) ini telah melakukan
apa yang wajib atasnya. Aku telah mendengar Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda :….( kemudian beliau menyebutkan hadits perintah merubah
kemungkaran )..”-selesai penukilan-

Dalam kisah di atas, seorang laki-laki yang langsung menunaikan


kewajibannya mengingatkan khalifah Marwan dalam hal khutbah sebelum sholat.
Kemudian Abu Sa’id menimpali apa yang diucapkannya dengan ucapan “Adapun
( orang ) ini telah melakukan apa yang wajib atasnya”. Maksudnya, orang ini telah
menunaikan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar terhadap penguasa dalam
penyelisihan beliau terhadap sunnah nabi. Bahkan Abu Sa’id kemudian

4
membawakan suatu hadits yang beliau dengar dari Rosulullah-shollallahu ‘alaihi
wa sallam- yang menguatkan apa yang dilakukan oleh laki-laki tersebut.3

D. Hikmah Hadits

1. Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah


kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai
kemampuan dan kekuatannya.

2. Ridho terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa besar.

3. Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi mungkar.

4. Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran


juga merupakan buahnya keimanan.

5. Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan


pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya.

3 Abu Anas, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar ,


http://abuanas-aljirani.blogspot.com/2016/12/amar-maruf-dan-nahi-munkar.html , ( diakses
pada 20/09/2019 pukul 08:10 )

5
BAB III
SIMPULAN

Pada ulasan hadits kali ini yaitu tentang pendekatan dakwah terdapat
simpulan bahwa dakwah adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Banyak
pendekatan yang dapat dilakukan. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
disebutkanyang pertama adalah dengan tangan, ada yang mengartikan tangan
sebagai arti sesungguhnya, dan ada pula beberapa ulama yang berpendapat bahwa
tangan diartikan sebagai kekuasaan. Lalu yang kedua adalah lisan atau perkataan.
Cara ini banyak digunakan oleh pendakwah saat ini. Tetapi jika kita sudah
mengatakan dengan lisan dan penerima peringatan masih tidak mau
mendengarkan, maka yang dapat kita lakukan adalah dengan hati atau
mendoakannya agar diberi petunjuk oleh Allah.

6
DAFTAR PUSTAKA

An-Nawawi, Imam. 2010. Syarah Shahih Muslim, terjemahan Wawan Djunaedi


Sorradi. Puataka Azzam. Jakarta.
Anas, Abu. 2016. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar , http://abuanas-
aljirani.blogspot.com/2016/12/amar-maruf-dan-nahi-munkar.html , ( diakses
pada 20/09/2019 pukul 08:10 )

Anda mungkin juga menyukai