PASIEN TENGGELAM
DISUSUN OLEH :
MEILINDA LUASUNAUNG
(19142010220)
A2/V
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TENGGELAM”.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................................7
2.1. Pengertian Tenggelam...................................................................................................7
2.2 Penatalaksanaan Korban Tenggelam............................................................................11
BAB III..................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Manifestasi Klinik
a. Koma
b. Peningkatan edema paru
c. Kolaps sirkulasi
d. Hipoksemia
e. Asidosis
f. Timbulnya hiperkapnia
g. Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai
apneu.
h. Syanosis
i. Lunglai
j. Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
k. Koma dengan cedera otak yang irreversibel.
Patofisilogi
Peristiwa fisiologik yang terjadi setelah tenggelam berlangsung secara
berurutan. Setelah panik dan perjuangan awal, korban akan menahan nafasnya dan
menelan banyak air. Mula-mula terjadi laringospasme, tetapi bagi kebanyakan anak,
diikuti relaksasi otot dan akhirnya mereka mengaspirasi banyak air. Segera timbul
henti jantung paru dan terjadilah hipoksia. Hipoksia pada tenggelam kering adalah
akibat dari obstruksi jalan nafas disebabkan oleh laringospasme. Pada tenggelam
basah, hipoksia terjadi karena gabungan edema alveoli dan paru intersitisial, deposit
protein dalam alveoli, kerusakan kapiler, pulmoner, penurunan sufeksi surfaktan, dan
aspirasi benda asing.Jenis air teraspirasi berperan dalam menentukan patofisiologi
tenggelam basah. Pada tenggelam air asin, cairan hipertonik itu tertarik kedalam
alveoli, mengencerkan surfaktan dan menimbulkan hipovolemia, hemokonsentrasi,
dan peningkatan konsentrasi elektrolit serum. Pada tenggelam air tawar, cairan yang
teraspirasi tertarik keluar alveoli dengan cepat, masuk ke ruang intravaskuler.
Perpindahan cairan ini menyebabkan hipervolemia, hemodilusi dan penurunan
konsentrasi elektrolit serum. Air tawar diduga merusak sel alveoli tipe II, yang
mengendalikan produksi surfaktan paru.
2. Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah,
yaitu:
Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada
Listen, yaitu mendengarkan suara napas
Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napas
Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan
normal setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu pemberian napas
buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara pemberian napas buatan, yaitu mouth to
mouth, mouth to nose, mouth to mask, dan mouth to neck stoma. Penanganan utama
untuk korban tenggelam adalah pemberian napas bantuan untuk mengurangi
hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan
pernapasan buatan dari mulut ke hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup
hidung korban pada pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan
dilanjutkan hingga 10 – 15 kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan
tenggelam selama <5 menit, pernapasan buatan dilanjutkan sambil menarik korban ke
daratan. Namun, bila korban tenggelam lebih dari 5 menit, pemberian napas buatan
dilanjutkan selama 1 menit, kemudian bawa korban langsung ke daratan tanpa
diberikan napas buatan.
Kompresi dada diindikasikan pada korban yang tidak sadar dan tidak
bernapas dengan normal, karena kebanyakan korban tenggelam mengalami henti
jantung akibat dari hipoksia. Pemberian kompresi ini dilakukan di atas tempat yang
datar dan rata dengan rasio 30:2. Namun, pemberian kompresi intrinsic untuk
mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena tidak terbukti dapat mengeluarkan
cairan dan dapat berisiko muntah dan aspirasi. Selama proses pemberian napas,
regurgitasi dapat terjadi, baik regurgitasi air dari paru maupun isi lambung. Hal ini
normal terjadi, namun jangan sampai menghalangi tindakan ventilasi buatan. Korban
dapat dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah
pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong
kehidupan jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari luar
melalui resusitasi, dan mencegah insufisiensi. Korban dikatakan hampir tenggelam
apabila korban dapat bertahan hidup dalam 24 jam pertama. Apabila tidak dilakukan
penanganan segera maka sebagian besar pasien mengalami kerusakan organ yang
multipel dimana otak merupakan organ yang sangat peka dalam hal ini. Patofisiologi
korban hampir tenggelam sangat tergantung kepada jumlah dan sifat cairan yang
terhisap serta lamanya hipoksemia terjadi. Oleh sebab itu, tindakan di luar rumah
sakit atau di tempat kejadian tenggelam menentukan hasil tindakan di rumah sakit
dan prognosa selanjutnya.
Untuk pengelolaan, korban hampir tenggelam dikategorikan berdasarkan
status neurologis. Kategori A dan B biasanya membutuhkan perawatan medis
supportif sedangkan penderita yang termasuk dalam kategori C membutuhkan
tindakan untuk mempertahankan kehidupan dan perawatan intensif. Juga harus dicari
dan ditangani trauma yang timbul, seperti masalah kejang.
DAFTAR PUSTAKA