Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEGAWATDARURATAN PADA

PASIEN TENGGELAM

DISUSUN OLEH :
MEILINDA LUASUNAUNG
(19142010220)
A2/V

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TENGGELAM”.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima
kasih kepada orang yang sudah membimbing kami.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

                                                                                    Manado, 12 Januari 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................................7
2.1. Pengertian Tenggelam...................................................................................................7
2.2 Penatalaksanaan Korban Tenggelam............................................................................11
BAB III..................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak no. 2 dan
no. 3 yang menimpa anak-anak dan remaja.Pada umumnya kasus tenggelam ini
sering terjadi di Negara-negar yang beriklim panas dan Negara dunia ketiga. Insiden
terjadinya kasus tenggelam pada anak-anak ini berbeda-beda tingkatan pada tiap-tiap
Negara.Dibandingkan dengan Negara-negara berkembang yang lain reputasi
Australia kurang baik, karena kasus tenggelam di Negara ini masuk dalam urutan
terbanyak.
Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada
kematian jika terlambat mendapat pertolongan.Badan Kesehatan Dunia (WHO),
mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja.
Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan
Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih
kecil disbanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir,
kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir. selama tahun 2000, 10 persen
kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen akibat tenggelam
tidak disengaja (unintentional) yang sebagian besar terjadi di Negara-negara
berkembang.
Tenggelam merupakan penyebab yang signifikan dari kecacatan dan
kematian. Tenggelam telah didefinisikan sebagai kematian kedua setelah asfiksia
dimana terisi dengan cairan, biasanya air, atau dalam 24 jam of submersion.

Pada Kongres Dunia Tenggelam tahun 2002, yang diadakan di Belanda,


sekelompok ahli menyarankan consensus untuk mendefinisikan tenggelam agar
menurunkan kebingungan dari penggunaan dan definisi (>20) merujuk kepada proses
ini yang telah timbul dalam literature. Kelompok ini mempercayai bahwa
keseragaman definisi akan membuat analisis lebih akurat dan perbandingan studi,
dimana para peneliti bisa menggambarkan kesimpulan yang lebih bermakna dari data
yang dikumpulkan, dan meningkatkan kemudahan surveillance serta aktivitas
pencegahan. Mengingat pada kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola
nafas yang adekuat karena dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami
hipoksemia, yang selanjutnya akan mengalami anoksia susunan syaraf pusat, hingga
terjadi kegagalan resusitasi dan jika tidak segera diberikan pertolongan akan
menimbulkan kematian dalam 24 jam setelah kejadian.
Dalam hal ini, maka pertolongan kegawatdaruratan dengan pasien tenggelam
harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk menghindari Pertolongan pertama dalam
kegawatdaruratan merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat sementara waktu
yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit
mendadak. Pertolongan ini menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia pada
saat itu dan di tempat yang dibutuhkan. Pada korban dengan kasus tenggelam
pertolongan pertama merupakan tindakan wajib yang harus dilakukan segera
terjadinya kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit paru yang lebih besar.
Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan ini tentunya harus dilakukan secara
benar dengan tujuan untuk mencegah kondisi korban lebih buruk, mempertahankan
hidup serta untuk peningkatan pemulihan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini
yaitu:
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan korban tenggelam?
2. Bagaimana penatalaksanaan korban tenggelam ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan korban tenggelam
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan korban tenggelam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tenggelam


Tenggelam ( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi
cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam
cairan. Definisi baru menyatakan bahwa tenggelam merupakan proses yang
dihasilkan dari kerusakan tractus respiratorius primer dari adanya penumpukkan
dalam medium cair. Definisi implicit adalah bahwa adanya cairan yang timbul dalam
jalan nafas korban. Hasilnya dapat termasuk menghambat morbiditas atau kematian.
Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan.
Menurut Kongres Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu
kejadian berupa gangguan respirasi akibat tenggelam atau terendam oleh cairan.
Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam (drowning) adalah kematian karena
asfiksia pada penderita yang tenggelam. Istilah lain, near drowning adalah untuk
penderita tenggelam yang selamat dari episode akut dan merupakan berisiko besar
mengalami disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi.
Efek fisiologis aspirasi pun berbeda antara tenggelam di air tawar dan air
laut. Pada tenggelam di air tawar, plasma darah mengalami hipoktonik, sedangkan
pada air laut adalah hipertonik. Aspirasi air tawar akan cepat diabsorbsi dari alveoli
sehingga menyebabkan hipervolemia intravaskular, hipotonis, dilusi elektrolit serum,
dan hemolisis intravaskular.

Aspirasi air laut menyebakan hipovolemia, hemokonsentrasi dan hipertonis.


Jadi yang dimaksud dengan tenggelam adalah suatu istilah dari suatu keadaan yang
disebabkan karena seseorang menghirup air atau cairan ke paru-paru sehingga
menghambat/mencegah udara yang mengandung oksigen untuk sampai dan
berhubungan dengan bagian depan permukaan alveolus di paru-paru,dimana bagian
ini merupakan bagian pentingyang berfunsi untuk pertukaran gas di paru-paru dan
proses oksigenisasi darah.
 Etiologi
a. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
b. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
c. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
d. Kurangnya pengawasan oarng tua terhadap anak
e. Kurangnya keamanan peralatan saat renang.

 Manifestasi Klinik
a. Koma
b. Peningkatan edema paru
c. Kolaps sirkulasi
d. Hipoksemia
e. Asidosis
f. Timbulnya hiperkapnia
g. Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai
apneu.
h. Syanosis
i. Lunglai
j. Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
k. Koma dengan cedera otak yang irreversibel.

 Kondisi Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelam


a.Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia
18- 24 tahun
b. Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun ke bawah
c. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air
d. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam
e. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,kekerasan
atau permainan di luar batas.

 Patofisilogi
Peristiwa fisiologik yang terjadi setelah tenggelam berlangsung secara
berurutan. Setelah panik dan perjuangan awal, korban akan menahan nafasnya dan
menelan banyak air. Mula-mula terjadi laringospasme, tetapi bagi kebanyakan anak,
diikuti relaksasi otot dan akhirnya mereka mengaspirasi banyak air. Segera timbul
henti jantung paru dan terjadilah hipoksia. Hipoksia pada tenggelam kering adalah
akibat dari obstruksi jalan nafas disebabkan oleh laringospasme. Pada tenggelam
basah, hipoksia terjadi karena gabungan edema alveoli dan paru intersitisial, deposit
protein dalam alveoli, kerusakan kapiler, pulmoner, penurunan sufeksi surfaktan, dan
aspirasi benda asing.Jenis air teraspirasi berperan dalam menentukan patofisiologi
tenggelam basah. Pada tenggelam air asin, cairan hipertonik itu tertarik kedalam
alveoli, mengencerkan surfaktan dan menimbulkan hipovolemia, hemokonsentrasi,
dan peningkatan konsentrasi elektrolit serum. Pada tenggelam air tawar, cairan yang
teraspirasi tertarik keluar alveoli dengan cepat, masuk ke ruang intravaskuler.
Perpindahan cairan ini menyebabkan hipervolemia, hemodilusi dan penurunan
konsentrasi elektrolit serum. Air tawar diduga merusak sel alveoli tipe II, yang
mengendalikan produksi surfaktan paru.

 Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam


1. Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada
korban hampir tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi
perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksik dan
bahan asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi
jalan nafas.
2. Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat.
Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau
karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir
tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2)
dan gangguan keseimbangan asam-basa.
3. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi
penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak
dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra
kranial akibat edema serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami
penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan
hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan
fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia.
4. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya
tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria,
oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis
akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran
darah ke ginjal.

5. Perubahan Cairan dan Elektrolit


Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu
menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang
diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan
elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahan
cairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan
hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air
tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia.
Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.

2.2 Penatalaksanaan Korban Tenggelam

 Penanganan Pertama Pada Korban Tenggelam


1. Prinsip pertolongan di air :
1) Raih ( dengan atau tanpa alat ).
2) Lempar ( alat apung ).
3) Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4) Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2. Penanganan Korban
a. Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi
kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan
untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan
pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan
untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas
sepanjang perjalanan.
d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f. Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g. Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h. Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i. Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
3. Pernapasan Berhenti
Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :
a) Tenggorokan tersumbat
b) Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang yang
tidak sadar.
c) Tenggelam,tercekik oleh asap, atau karena keracunan.
d) Pukulan yang keras pada kepala atau dada.
e) Serangan jantung

 Penanganan pada korban tenggelam


Penanganan pada korban tenggelam dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Bantuan Hidup Dasar
Penanganan ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus
utama pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan, terutama pada korban yang
mengalami penurunan kesadaran. Bantuan hidup dasar pada korban tenggelam dapat
dilakukan pada saat korban masih berada di dalam air. Prinsip utama dari setiap
penyelamatan adalah mengamankan diri penyelamat lalu korban, karena itu, sebisa
mungkin penyelamat tidak perlu terjun ke dalam air untuk menyelamatkan korban.
Namun, jika tidak bisa, penyelamat harus terjun dengan alat bantu apung, seperti ban
penyelamat, untuk membawa korban ke daratan sambil melakukan penyelamatan.
Cedera servikal biasanya jarang pada korban tenggelam, namun imobilisasi servikal
perlu dipertimbangkan pada korban dengan luka yang berat.

2. Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah,
yaitu:
 Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada
 Listen, yaitu mendengarkan suara napas
 Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napas
Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan
normal setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu pemberian napas
buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara pemberian napas buatan, yaitu mouth to
mouth, mouth to nose, mouth to mask, dan mouth to neck stoma. Penanganan utama
untuk korban tenggelam adalah pemberian napas bantuan untuk mengurangi
hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan
pernapasan buatan dari mulut ke hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup
hidung korban pada pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan
dilanjutkan hingga 10 – 15 kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan
tenggelam selama <5 menit, pernapasan buatan dilanjutkan sambil menarik korban ke
daratan. Namun, bila korban tenggelam lebih dari 5 menit, pemberian napas buatan
dilanjutkan selama 1 menit, kemudian bawa korban langsung ke daratan tanpa
diberikan napas buatan.
Kompresi dada diindikasikan pada korban yang tidak sadar dan tidak
bernapas dengan normal, karena kebanyakan korban tenggelam mengalami henti
jantung akibat dari hipoksia. Pemberian kompresi ini dilakukan di atas tempat yang
datar dan rata dengan rasio 30:2. Namun, pemberian kompresi intrinsic untuk
mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena tidak terbukti dapat mengeluarkan
cairan dan dapat berisiko muntah dan aspirasi. Selama proses pemberian napas,
regurgitasi dapat terjadi, baik regurgitasi air dari paru maupun isi lambung. Hal ini
normal terjadi, namun jangan sampai menghalangi tindakan ventilasi buatan. Korban
dapat dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan.

3. Bantuan hidup lanjut


Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian oksigen dengan
tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM (Bag Valve Mask) atau
tabung oksigen.
1 Oksigen yang diberikan memiliki saturasi 100%. Jika setelah pemberian
oksigen ini, keadaan korban belum membaik, dapat dilakukan intubasi trakeal
2.10 Cara terhindar dari ancaman tenggelam :
a. Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi
b. Hindari minum minuman keras sebelum berenang atau dekat kolam
renang
c. Pintu masuk atau akses ke kolam renang harus selalu dalam pengawasan
d. Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus
selalu dekat dengan kolam renang atau area berenang
e. Bila punya kolam renang di rumah, letakkan telepon dekat dengan kolam
renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa meninggalkan
pengawasan anak anda saat berenang
f. Hindari meletakkan meja dan kursi dekat kolam renang agar anak anda
tidak dapat memanjatnya
g. Tenggelam pun bisa terjadi pada orang dewasa, jadi pengawasan tetap
dibutuhkan
h. Ikutkan salah seorang anggota keluarga anda di dalam pelatihan RJP agar
bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah
pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong
kehidupan jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari luar
melalui resusitasi, dan mencegah insufisiensi. Korban dikatakan hampir tenggelam
apabila korban dapat bertahan hidup dalam 24 jam pertama. Apabila tidak dilakukan
penanganan segera maka sebagian besar pasien mengalami kerusakan organ yang
multipel dimana otak merupakan organ yang sangat peka dalam hal ini. Patofisiologi
korban hampir tenggelam sangat tergantung kepada jumlah dan sifat cairan yang
terhisap serta lamanya hipoksemia terjadi. Oleh sebab itu, tindakan di luar rumah
sakit atau di tempat kejadian tenggelam menentukan hasil tindakan di rumah sakit
dan prognosa selanjutnya.
Untuk pengelolaan, korban hampir tenggelam dikategorikan berdasarkan
status neurologis. Kategori A dan B biasanya membutuhkan perawatan medis
supportif sedangkan penderita yang termasuk dalam kategori C membutuhkan
tindakan untuk mempertahankan kehidupan dan perawatan intensif. Juga harus dicari
dan ditangani trauma yang timbul, seperti masalah kejang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Penanganan Kegawatdaruratan Tenggelam. (online), available :


http://www.medicinesia.com/harian/penanganan-kegawatdaruratantenggelam/
(diakses 12 desember 2019)
Fitriasari, Nur Dian. 2017. Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam. (online),
available:
http://sanchakadheeyansamarathungga.blogspot.com/2016/01/kegawatdaruratan
pada-korban-tenggelam.html
(diakses tanggal 12 desember 2019)
Perwira, Satria. 2016. Drowning (Tenggelam). (online),available.
http://satriaperwira.wordpress.com/2016/06/03/drowning-tenggelam
(diakses tanggal 12 desember 2019)
Rijal, Syamsu. 2018. Near Drowning (Hampir Tenggelam). (online),available :
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/062018/pus-2.htm
(diakses tanggal 12 desember 2019)

Anda mungkin juga menyukai