Search
Flora
Pohon Darah Naga, Flora Unik yang Berasal dari Pulau Alien
Diposting pada 30 Oktober 2021
0 Comments
Pohon darah naga atau Dracaena cinnabari adalah sejenis tanaman suji yang berasal dari kepulauan
Socotra. Tumbuhan ini awam sebut juga sebagai suji Socotra atau suji darah, karena mampu
menghasilkan getah kemerahan yang tampak seperti darah.
Tumbuhan D. cinnabari memang sangat istimewa. Selain mempunyai tampilan unik, pohon berordo
Asparagales tersebut juga tumbuh pada habitat serta ekosistem yang tidak biasa.
Socotra sendiri merupakan pulau kecil yang terletak di perbatasan Yaman dan juga Somalia. Areanya
cukup terasing, serta memiliki kekayaan hayati yang berbeda dari daerah lainnya.
Karena itu, banyak yang menyebut jika pohon darah naga tertanam dari Pulau Alien. Saking uniknya,
Socotra tercatat dalam situs warisan dunia UNESCO sebagai cagar biosfer manusia.
Bila dilihat sekilas, bentuk pohon satu ini memang tampak seperti payung. Perbatangannya menjalar
seperti akar, sedangkan rumpun daunnya berkelompok rapat seperti topi jamur.
Melansir berbagai sumber, jenis D. cinnabari dapat berbiak hingga 4-6 m. Mereka tergolong sebagai
monokotil, namun memiliki karakteristik pertumbuhan layaknya tanaman sekunder.
Daun pohon darah naga terletak di ujung cabang termuda. Bagian ini mengalami kerontokan setiap tiga
atau empat tahun sekali, sebelum akhirnya daun baru muncul secara bersamaan.
Tak banyak yang mengetahui bahwa suji darah mampu menghasilkan buah. Bentuk buahnya berupa beri,
dagingnya berukuran kecil, serta mengandung satu sampai dengan empat biji.
Saat buah baru tumbuh, warna kulitnya terlihat kehijau-hijauan. Warna tersebut kemudian berubah
menjadi kehitaman, lalu berubah kembali menjadi oranye saat buah sudah matang.
Selain kayu, buah pohon darah naga juga mampu menghasilkan resin berwarna merah tua. Bagian ini
warga anggap bermanfaat, sehingga sering dimanfaatkan sebagai obat mujarab.
Bagi penduduk setempat, D. cinnabari tak ubahnya seperti tanaman serbaguna. Getahnya publik
manfaatkan sebagai obat diare, demam, gangguan pernapasan, serta tenggorokan.
Di sisi lain, resin merah tua yang dihasilkan oleh pohon ini berguna sebagai pewarna alami. Cairan itu
bahkan sudah lama khalayak fungsikan sebagai pernis pewarna alat musik biola.
Dalam bidang industri, pohon darah naga juga mempunyai peran yang cukup penting. Resin pohon ini ahli
duga berguna sebagai bahan baku sabun, dupa, serta campuran bahan kimia.
Penggunaan kayu D. cinnabari untuk pembangunan jalan juga semakin marak. Sayangnya, faktor ini
pulalah yang membuat populasi pohon tersebut semakin menipis di habitatnya.
Merujuk IUCN Red List, status konservasi suji Socotra kini mencapai level vulnerable atau rentan. Jika
pemanfaatnya tidak terkontrol, risiko kepunahan ora ini tak bisa terelakkan.
Habitat pohon darah naga sudah hilang sebanyak 45% (2018). Berbagai upaya pelestarian sudah ahli
lakukan, tetapi belum cukup mengubah status kerentanan tumbuhan tersebut.
Mungkin Anda bertanya-tanya, dari mana nama “pohon darah merah” berasal? Menurut legenda, dahulu
kala Sang Pencipta membuat sebuah dunia baru tepat di tengah samudra.
Di dalamnya hidup seekor naga, yang kemudian dikutuk oleh Tuhan menjadi pohon karena kekacauan
yang ia buat. Konon, dari kisah inilah nama tumbuhan langka tersebut berasal.
Namun terlepas dari mitos yang menyelimutinya, pohon suji darah terbilang sangat spesial. Mereka hidup
di habitat yang ekstrem, namun mampu bertahan hidup sampai 200 tahun.
Iklim Socotra yang panas justru membuat pertumbuhannya semakin pesat. Karena Pohon darah merah
menyukai media tanam (tanah) yang kering dan retak untuk berkembang biak.
Untuk mendapatkan kelembapan, tumbuhan ini memanfaatkan rembesan air yang turun ke celah ranting.
Ia memiliki lapisan lilin sehingga dapat menyerap air dari kelembapan udara.
Daunnya yang lebat juga menghalangi teriknya pancaran sinar matahari. Selain membantu pertumbuhan
akar, bagian ini sering dimanfaatkan oleh binatang sebagai tempat bernaung.
Follow on Instagram
SITEMAP
GET IN TOUCH