Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 8

Disusun oleh : Ari Franli Suardi

Delma Sintia

Kelas : 1E (BTC) Falkultas Hukum

Dosen: Nursalim.,S.Pd.,M.Pd

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

 5.4.2 Jenis Kalimat Menurut Fungsinya.

Pada awal bab ini penulis telah sebutkan kelebihan kalimat dibandingkan dengan
satuan bentuk Bahasa yang berada pada tataran dibawahnya. Kalimat dapat
difungsikan untuk menyampaikan berbagai maksud secara lengkap dan jelas. Jika
seseorang menyampaikan berita dalam bentuk kalimat yang dipakai akan berbeda
dengan maksud bertanya, memerintah, dan menyeru. Para ahli menyatakan dalam
buku “ Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia”(2003:378). Berdasarkan bentuk atau
kategori sintaksinya kalimat dapat dibedakan atas 4 macam, yaitu :

1. Kalimat Berita (Deklaratif).


2. Kalimat Tanya (Interogatif).
3. Kalimat Perintah (Imperatif).
4. Kalimat Seru (Ekslamatif).

 5.4.2.1 Kalimat Berita.

Kalimat berita (Deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh


penutur/penulis untuk memberikan sesuatu. Variasi bentuk kalimat berita
bersifat bebas, boleh inversi atau versi, aktif atau pasif, tunggal atau majemuk.
Yang penting isi kalimatnya berupa pemberitaan. Pada Bahasa lisan kalimat
ini berintonasi menurun dan Bahasa tulis kalimatnya bertanda baca akhir titik.

Contohnya:

o Pembagian beras gratis dikampungku dilakukan kemarin pagi.


o Perayaan HUT ke-62 RI berlangsung meriah.
o Tadi siang terjadi tabrakan beruntun di jalan Tol Jagorawi.

 5.4.2.2 Kalimat Tanya.


Kalimat tanya (interogatif) adalah kalimat yang dipakai oleh
penutur/penulis untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang
diharapkan dari mitra komunikasinya. Pada kalimat ini Bahasa lisan
berintonasi akhir naik dan kalimat pada Bahasa tulis diakhiri dengan tanda
tanya (?). selain tanda tanya (?) kalimat tanya ini sering hadir kata tanya
apa(kah), bagaimana, di mana, kapan, siapa, yang mana.
Contohnya:
 Apakah barang ini milik saudara?
 Kapan kakakmu berangkat ke Australia?

Kalimat tanya yang akhiri dengan kata belum , bukan, dan tidak, disebut
kalimat tanya embelan (Alwi,2003:360), contohnya:

 Kakakmu sudah diwisuda, bukan?


 Kamu sudah makan, atau belum?

 5.4.2.3 Kalimat Perintah.


Kalimat perintah (imperatif) dipakai jika penutur ingin menyuruh atau
melarang orang berbuat sesuatu. Pada kalimat lisan ini berintonasi akhir
menurun dan kalimat tulis diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.)
Kalimat perintah dapat dipilah menjadi 8, yaitu:
 Kalimat perintah halus:
Tolonglah bawa sepeda motor ini ke bengkel.
Keputusan itu kiranya perlu kamu perhatikan.

 Kalimat perintah langsung:


Pergilah kamu sekarang!
Ayo, cari buku itu sampai dapat!
Mari kita bernyanyi bersama sama!
 Kalimat perintah larangan langsung:
Kamu jangan pergi sekarang!
 Kalimat perintah larangan halus:
Terima kasih karena Anda tidak merokok!
 Kalimat perintah permintaan:
Minta perhatian, anak-anak!
 Kalimat perintah permintaan/permohonan:
Mohon hadiah ini Bapak terima.
 Kalimat perintah ajakan dan harapan:
Ayolah, kita belajar.
 Kalimat perintah pembiaraan:
Biarkan(lah) Dia disini sebentar.
Biarlah Dia menemani Orang Tuanya.

 5.4.2.4 Kalimat Seru.


Kalimat seru (ekslamatif) dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan
perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan
reaksi spontan.pada kalimat lisan ini berintonasi naik dan pada bahasa tulis
ditandai dengan tanda seru (!)/tanda titik (.) pada akhir kalimatnya.
Contohnya:
 Aduh, pegangan saya terlepas!
 Hai, ini Dia orangnya yang kita cari!
 Wah, pintar benar anak ini!
 Alangkah besarnya pesawatnya terbang itu.
 Bukan main lihainya petinjau itu.
 5.4.3 Kalimat Tidak Lengkap (Kalimat Minor).

Didalam Bahasa tulis dan didalam Bahasa lisan, kadang kalimat yang
ditampilkan dengan unsur yang tidak lengkap. Hal itu terjadi dalam wacana
pembicaraan yang konteksnya sudah diketahui oleh para pelaku. Kalimat yang
tidak ber-P atau ber-S disebut kalimat tidak lengkap atau kalimat minor.
Lawannya, yaitu kalimat yang lengkap unsurnya, disebut kalimat mayor.

Contoh kalimat minor sebagai berikut:

Mila: Ada siapa di dalam?

Maya: Ibu.

Mila: Apa ibu sudah tahu rencana kita?

Maya: Belum.

Bentuk Ibu dan Belum dalam contoh kependekan dari bentuk kalimat lengkap
Di dalam ada ibu dan Ibu belum mengetahui rencana kita. Akan tetapi , tanpa
diucapkan secara lengkap Mila sudah memahami maksud Maya melalui kalimat
minor yang Maya ucapkan.

Kalimat tak lengkap yang lain dapat muncul dalam petunjuk, slogan, ucapan/
sapaan khas, dan grafiti, contohnya:

 Dilarang masuk.
 Awas!
 Angkat tangan!
 Selamat jalan.
 Doa Ibu.
 Kutunggu walau tak pasti.
 5.4.4 kalimat inversi.

Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga terbentuk


pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata kalimat inversi dapat
memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Memang kata atau frasa yang
pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi
makna. Contoh kalimat inversi berikut ini:

P S

a. Menangis pacarku karena sedihnya.


b. Berlari adik mengejar layangan putus.
c. Sepakat kami untuk membantu mereka
d. Matikan televisi itu.

Setelah membaca contoh kalimat inversi itu , kesan makna yang timbul akan
terasa berbeda jika dibandingkan dengan kesan makna yang timbul dari kalimat
versi ( berpola S-P).

 Kalimat Efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud
penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah kalimat
yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara
penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat
mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan pendengar/pembaca akan
mudah memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti
yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya. Untuk mencapai kalimat efektif,
harus memenuhi 6 syarat,yaitu:
1. Kesatuan.
2. Kepaduan.
3. Keparalelan.
4. Ketepatan.
5. Kehematan.
6. Kelogisan.
1. Kesatuan.
Kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Satu ide
kalimat itu boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu unsur
pilihan, bahkan dapat mempertentangkan unsur pilihan yang satu dengan yang
lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya satu. Yang artinya : Dalam setiap
kalimat hanya ada satu maksud utama penulis/pembicara, dan maksud itu
harus dapat dikenali dan dipahami oleh pembaca/pendengar.
 Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang
memberikan kredit. (terdapat subjek ganda dalam satu kalimat)
Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai
kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau)
 Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya :
Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun
gedung sekolah baru.
Pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
2. Kepaduan (Koherensi)
Koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur
pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,
frasa, klausa, tanda baca, dan fungsi sintaktis (S-P-O-PEL-KET).
 Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak
mempunyai subjek yang tidak jelas)
Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur kalimat tidak benar/rancu)
Tentang kelakaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S-P-O tidak
berkaitan erat)
 Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
Rumah saya baru saja diperbaiki.
Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

Anda mungkin juga menyukai