Anda di halaman 1dari 8

A.

PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Banjir sudah menjadi masalah klasik di Jakarta sejak dulu kala. Banyak warga
Jakarta yang sudah menjadi langganan banjir tiap tahun hanya bisa pasrah menerima
problematika yang tak kunjung usai. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) Curah hujan pada 1 Januari 2020 di sekitar Jakarta termasuk
yang paling ekstrem dan tertinggi sejak 154 tahun lalu. Banjir yang dipicu hujan
besar menenggelamkan sebagian ibukota negara dan kota-kota penyangga
sekitarnya.lebih dari 50 orang tewas dan lebih dari 170 ribu orang menjadi
pengungsi dadakan karena rumah mereka tersapu air bah.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, ada total
pengungsi per 1 Januari 2020 mencapai 31.232 orang yang berada di 269 lokasi
pengungsian.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan penanganan bencana banjir bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau pemerintah daerah saja, tetapi
harus melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat. Menurutnya, musibah banjir
tidak hanya disebabkan kerusakan ekosistem, juga ulah manusia yang tidak menjaga
kebersihan.
Oleh karena kerap terjadi banjir, sebagian warga korban banjir melakukan
perlawanan dengan menggugat Gubernur Ibu Kota Jakarta Anies Baswedan karena
dinilai tidak becus menangani Banjir. Warga korban banjir sepakat menempuh
langkah hukum dengan menggugat Gubernur Anies ke Pengadilan Tata Usaha
Negara dengan diwakili oleh Tim Advokasi Korban Banjir DKI Jakarta. Gugatan
dilayangkan pada Agustus 2021 dan tercatat dengan nomor perkara
205/G/TF/2021/PTUN.JKT. para penggugat mengeluhkan tiga kali yang diduga
membuat warga rugi karena banjir. Ketiga kali itu adalah Kali Mampang, Kali
Cipinang, dan Kali Krukut. warga korban banjir menggugat lantaran tidak
dilakukannya pengerukan terhadap tiga kali yang dimaksud. Selain tidak
dilakukannya pengerukan, ketiga kali itu tidak dilakukan pembuatan tanggul
sehingga mengakibatkan banjir.
Sudah banyak penelitian dan kajian untuk menanggulangi banjir Jabodetabek.
Baik pemerintah pusat dan daerah telah memproduksi dokumen perencanaan, tata
ruang, master plan dan program. Namun hanya sedikit dari rencana-rencana tersebut
sedikit yang sudah benar-benar terlaksana. Implementasi rencana penanggulangan
banjir masih parsial, jangka pendek, dan belum terintegrasi. Berdasarkan pemaparan
diatas penulis akan membahas tentang Bagaimana Urgensi banjir di kota Jakarta
sehingga Gubernur Jakarta digugat oleh warganya? dan Bagaimana Analisis
Gugatan warga korban banjir di Jakarta terhadap Gubernur Jakarta?

1
2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Urgensi banjir di kota Jakarta sehingga Gubernur Jakarta digugat


oleh warganya?
b. Bagaimana Analisis Gugatan warga korban banjir di Jakarta terhadap
Gubernur Jakarta?

3. Tujuan

a. Untuk mengetahui bagaimana urgensi banjir di kota Jakarta sehingga


Gubernur Jakarta digugat warganya
b. Untuk mengetahui dan memperoleh Analisa isi Guggatan dari Penggugat
yaitu warga korban banjir di Jakarta terhadap Gubernur jakarta

2
B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Gugatan
Gugatan adalah suatu tuntutan seseorang atau beberapa orang selaku penggugat
yang berkaitan dengan permasalahan perdata yang mengandung sengketa antara dua
pihak atau lebih yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana salah satu
pihak sebagai penggugat untuk menggugat pihak lain sebagai tergugat. Menurut
Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Perdata pada pasal 1 angka (2), gugatan
adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa dan diajukan ke pengadilan untuk
mendapatkan putusan.Menurut Sudikno Mertokusumo, gugatan adalah tuntutan hak
yaitu tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan yang diberikan oleh
pengadilan untuk mencegah main hakim sendiri (eigenrichting). Setiap orang yang
merasa memiliki hak diberi perlindungan oleh hukum untuk mempertahankan
haknya tersebut. Seseorang di dalam mempertahankan haknya dapat mengajukan
tuntutan hak bilamana haknya tersebut dilanggar oleh orang lain. Kiranya sudah
selayaknya apabila disyaratkan adanya kepentingan untuk mengajukan tuntutan hak.
Seseorang yang tidak menderita kerugian mengajukan tuntutan hak, tidak
mempunyai kepentingan. Sudah sewajarnya tuntutannya itu tidak diterima sebagai
dasar pengajuan tuntutan hak.

2. Bentuk Gugatan

Dilihat dari bentuknya, bahwa gugatan dibedakan dalam dua bentuk, yaitu:

a. Gugatan Lisan
Di dalam hukum acara perdata dikenal perihal gugatan secara lisan dan hal
tersebut telah diatur di dalam Pasal 120 Herziene Inlandsch Reglement (HIR)
dan Pasal 144 Rectstreglement voor de Buitengewesten(Rbg). 1Pasal 120 HIR
yang menyatakan “ jika penggugat tidak dapat menulis maka ia dapat
mengajukan gugatannya secara lisan kepada Ketua Pengadilan Negri yang
mencatatnya. Sedangan Pasal 144 RBg menyatakan “jika penggugat tidak dapat
menulis maka ia dapat mengajukan gugatannya secara lisan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang mencatatnya atau menyuruh mencatatnya”.
Kewenangan untuk mengajukan gugatan lisan ini tidak berlaku bagi seorang
kuasa. Pada saat Undang-Undang HIR ini dibuat tahun 1941 (St. 1941, No 44)
ketentuan pasal 120 ini benar-benar realistis, mengakomodasikan kepentingan
anggota masyarakat buta huruf yang sangat besar jumlahnya pada saat itu.
Ketentuan ini sangat bermanfaat membantu masyarakat buta huruf yang tidak
mampu membuat dan memformulasi gugatan tertulis. Mereka dapat mengajukan
gugatan dengan lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri, yang oleh undang-
undang diwajibkan mencatat dan menyuruh catat gugat lisan, dan selanjutnya
Ketua Pengadilan Negeri memformulasinya dalam bentuk tertulis

1
Pasal 120 Herziene Inlandsch Reglement (HIR) & Pasal 144 Rectstreglement voor de
Buitengewesten(Rbg)

3
b. Gugatan Tertulis
Gugatan yang paling diutamakan adalah gugatan dalam bentuk tertulis. Hal
ini ditegaskan dalam Pasal 118 ayat (1) HIR dan Pasal 142 ayat (1) Rbg.2
Menurut pasal ini gugatan perdata harus dimasukkan kepada PN dengan surat
permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya. Penegasan ini
tercantum dalam pasal 118 ayat (1) HIR yang merumuskan : “gugatan perdata
yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan negeri harus
dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau
oleh wakilnya menurut Pasal 123, kepada Ketua Pengadilan Negeri di daerah
hukum siapa tergugat bertempat diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya,
Tempat tinggal sebetulnya.

2
Pasal 118 ayat (1) HIR & Pasal 142 ayat (1) Rbg

4
C. PEMBAHASAN MASALAH

1. Bagaimana Urgensi banjir di kota Jakarta sehingga Gubernur Jakarta digugat


oleh warganya?

Banjir menjadi salah satu permasalahan di DKI Jakarta yang tidak habis dibahas.
Persoalan banjir menjadi tolok ukur keberhasilan kinerja gubernur dari masa ke
masa, tidak terkecuali ketika masa pemerintahan Anies Baswedan sebagai Gubernur
DKI Jakarta. Pada Tahun 2021 banjir terjadi lagi. Akibatnya, ribuan keluarga
terpaksa mengungsi ke posko yang disediakan oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) setempat. Tak hanya itu, lalu lintas di wilayah yang terdampak
banjir pun lumpuh, karena luapan air mengganggu di sejumlah ruas jalan. Akibatnya
aktivitas masyarakat pun terganggu.

Mengenai penyebab banjir, Menurut BMKG musim hujan 2020-2021


dipengaruhi fenomena iklim global La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan
hingga 40 persen. fenomena ini diperkirakan masih akan berlangsung sampai Mei
2021. kemudian kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek tersebut disebabkan
sejumlah faktor, antara lain :

a. Adanya seruakan udara udara dari Asia yang cukup signifikan


mengakibatkan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat pada 18-
19 Februari 2021.
b. Aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial)
mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok
tepat melewati Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas
pembentukan awan-awan hujan.
c. Tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian
barat yang cukup tinggi, di mana hal ini menyebabkan peningkatan potensi
pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek.
d. Adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang
membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa dan
berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di
barat Jawa termasuk Jabodetabek.

Selain itu daripada faktor cuaca, banjir juga dipengaruhi oleh faktor manusia antara
lain :
a. Kepadatan Penduduk yang tinggi
Sebagai pusat perekonomian, pemerintahan dan pendidikan di Indonesia,
Jakarta memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi. Dengan luas wilayah hanya
664 km persegi Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ada jumlah penduduk
lebih dari 11 juta jiwa.
Akibat kondisi ini, ruang terbuka hijau (RTH) yang dapat menjadi kawasan
serapan air pun menyusut. Situs resmi Pemprov DKI Jakarta menyebut, hanya
ada 11% wilayah yang masih memiliki RTH. Faktanya, sebagian besar lahan di

5
Ibu Kota dipakai untuk pembangunan kawasan pemukiman warga dan beragam
infrastruktur. Banjir tahunan pun tidak dapat terelakkan.
b. Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat juga menjadi faktor utama penyebab banjir di Jakarta.
Hingga kini, kesadaran hidup bersih dan sehat warga Ibu Kota masih perlu
ditingkatkan. Masih banyak warga membuang sampah ke sungai maupun
mendirikan bangunan di bantaran kali. Kebiasaan ini membuat pendangkalan
dasar sungai sehingga tidak mampu menampung lebih banyak air. Alhasil,
sungai meluap dan menggenangi Jakarta. Oleh sebab itu problematika banjir
harus dapat teratasi oleh semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.
Karena selain dapat memberikan rasa aman dan nyaman di lingkungan tempat
tinggal, kesehatan masyarakat pun jauh lebih baik.

2. Bagaimana Analisis Gugatan warga korban banjir di Jakarta terhadap Gubernur


Jakarta?

Sejumlah warga korban banjir menggugat Gubernur DKI Jakarta Anies


Baswedan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta. Sebelumnya, kuasa
hukum korban banjir DKI Jakarta, Sugeng Teguh Santoso, sudah menyambangi
Balai Kota untuk mengajukan keberatan atas penanganan banjir 2021 yang
dilakukan Anies. Namun niat tersebut diurungkannya lantaran ada prosedur yang
harus dijalankan. Akhirnya ia menyerahkan surat pengaduan ke bagian administrasi.
Saat itu Sugeng memberikan tenggat 10 hari kepada Pemprov DKI Jakarta untuk
merespons keberataannya. Hal ini, mengacu pada Pasal 7 ayat 2 UU Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Negara. Apabila tak menerima hasil baik,
pihaknya akan mengambil langkah selanjutnya menggugat ke PTUN. Kemudian tim
kuasa hukum korban banjir mendaftarkan gugatan itu ke PTUN.
Gugatan itu terdaftar dengan nomor perkara 205/G/TF/2021/PTUN.JKT. Duduk
sebagai penggugat antara lain:
a. Tri Andarsanti Pursita
b. Jeanny Lamtiur Simanjuntak
c. Gunawan Wibisono
d. Yusnelly Suryadi D
e. Hj. ShantyWidhiyanti SE
f. Virza Syafaat Sasmitawidjaja
g. Indra
Tak terkecuali yang dialami oleh Para Penggugat sebagaimana keterangan saksi
Yuswanda dan Dedi Noversi, Maria Veronica Andi R, Alexander Poltak dan Sony
Erico Boelan yang puncaknya pada tanggal 19 Februari 2001 telah terjadi banjir
besar di daerah DKI Jakarta termasuk di antaranya di Kelurahan Pela Mampang
tempat tinggal sebagian Penggugat. Berdasarkan Pasal 147 ayat (3) huruf a dan c
Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Tahun 2030 telah menyatakan bahwa rencana pengembangan prasarana
pengendalian daya rusak air di Kota Administrasi Jakarta Selatan dilaksanakan

6
berdasarkan arahan antara lain berupa: Pembangunan dan peningkatan kapasitas
saluran drainase untuk mengatasi genangan air di Kecamatan Mampang dan
dilaksanakannya normalisasi Kali Mampang. Nah, implementasi tindakan
normalisasi Kali Mampang tersebut antara lain dapat berupa pengerukan dan
penurapan Kali Mampang sebagaimana yang telah dilakukan oleh Tergugat pada
2015 dan 2016 Pada tahun 2019 hingga saat ini Tergugat (Anies Baswedan) tidak
melakukan pengerukan secara menyeluruh pada Kali Mampang dan tidak
melakukan penurapan Kali Mampang meskipun setiap tahun telah diusulkan oleh
warga dalam Musrenbang, sehingga dapat dikualifikasikan sebagai tindakan
pemerintahan berupa tidak bertindak (omission).
3. Isi Gugatan Korban Banjir di Jakarta

Dalam surat gugatan tersebut warga korban banjir menuntut sebagai berikut :
a. Meminta Anies membangun dan meningkatkan kapasitas saluran drainase
untuk mengatasi genangan air terutama di Kecamatan Tebet, Mampang,
Pondok Pinang, Bintaro, Kalibata, Pasar Jumat, dan kawasan geografis
cekungan/parker air, normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali
Krukut, Kali Baru, Kali Mampang, Kali Cideng, Kali Ciliwung dan Kali
Sekretaris
b. Memulihkan kapasitas saluran aliran mantap terutama Kali Ciliwung, Kali
Cakung, Kali Sunter, Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali
Baru TImur, penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal di
bantaran Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali
Jati Kramat dan Kali Buaran
c. Melaksanakan upaya pencegahan makro banjir Jakarta. Ketiga hal tersebut
merupakan amanat Perpres 2/2015; RPJMD DKI; Perda 1/2014; dan Perda
1/2012
d. Meminta majelis hakim PTUN Jakarta menghukum tergugat untuk
mengganti kerugian sebesar Rp. 1.081.950.000 dan membayar biaya perkara

Dari keempat tuntutan tersebut yang sudah pasti mustahil untuk dikabulkan
terletak pada nomor 4 karena menurut Ketentuan tentang maksimal ganti rugi dan
mekanisme pembayarannya tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 61
Tahun 2010 dalam Pasal 16 (1) Ganti rugi atas perbuatan Badan Publik Negara
yang mengakibatkan adanya kerugian materiil yang diderita oleh Penggugat
dilaksanakan berdasarkan tata cara pelaksanaan ganti rugi pada Peradilan Tata
Usaha Negara dengan ganti rugi paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Sedangkan tuntutan penggugat 1 Milyar sehingga dapat dikatakan sulit/mustahil
untuk dikabulkan.

7
D. Penutup

1. Kesimpulan
Bencana seperti banjir selain dipengaruhi oleh faktor Cuaca juga dipengaruhi
oleh faktor manusia. kesadaran hidup bersih dan sehat masyarakat masih perlu
ditingkatkan. Karena masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai
maupun mendirikan bangunan di bantaran kali. untuk itu diperlukan persepsi,
kesadaran, kedisiplinan yang terus menerus dan penanganan banjir harus dikerjakan
bersama-sama dengan mengikutsertakan instansi terkait dan tidak hanya
mengkambinghitamkan pemerintah saja namun semua lapisan masyarakat ikut
terlibat dalam mengatasi banjir yang tidak berkesudahan ini.
Tak hanya itu perubahan perubahan yang terjadi pada sektor tata ruang yang ada
di DKI Jakarta menjadi faktor pemicu nya banjir, yang menjadi faktor yang dapat
menyebabkan banjir di DKI Jakarta adalah dinamika dan pembangunan perkotaan,
Demografis Perkotaan dan tata guna lahan serta ahli fungsi lahan.
2. Saran
Sebaiknya seluruh warga jakarta juga mempunyai tanggung jawab untuk peduli
terhadap lingkungan sekitar. Misalnya, dengan tidak membuang sampah
sembarangan dan budaya menjaga lingkungan dan tak hanya itu saja dihimbau
warga untuk lebih sigap apabila banjir datang. Dan penting nya penyuluhan tentang
kegiatan yang dapat mengurangi resiko banjir, tindakan saat terjadi banjir dan
setelah banjir kepada seluruh warga Ibu Kota Jakarta. Pemerintah juga harus lebih
ketat pengawasan terhadap tata guna lahan dan ahli fungsi lahan yang terjadi di Ibu
Kota DKI Jakarta. Aturan aturan atau kebijakan kebijakan yang berkaitan dengan
pembangunan perkotaan di wilayah DKI Jakarta wajib untuk dapat dilaksanakan
dengan sebaik baiknya

Anda mungkin juga menyukai