Anda di halaman 1dari 14

BUPATI MANGGARAI TIMUR

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR


NOMOR 6 TAHUN 2017
TENTANG
PERLINDUNGAN MATA AIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MANGGARAI TIMUR,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kualitas dan kuantitas mata air,


diperlukan langkah-langkah strategis untuk pengendalian
kawasan mata air sebagai kawasan lindung;
b. bahwa dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat perlu
diperhatikan kualitas dan kuantitas mata air;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Perlindungan Mata Air;

Mengingat : 1. Pasal 18 aуat (6) Undang–Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3046);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4752 );
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pemanfaatan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5058);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);

1
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
dan
BUPATI MANGGARAI TIMUR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN MATA AIR

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini уang dimaksudkan dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Manggarai Timur.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur.
3. Bupati adalah Bupati Manggarai Timur.
4. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Kabupaten
Manggarai Timur.
5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan
Lainnya, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana
Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Masa, Organisasi
Sosial Politik atau Organisasi Lainnya, Lembaga dan Bentuk Badan Lainnya
termasuk kontrak investasi politik dan bentuk usaha tetap.
6. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
7. Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber-
sumber air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah,
tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut.
8. Mata air adalah tempat keluarnуa air secara alami dari dalam lapisan
tanah.
9. Sumber-sumber Air adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air, baik yang
terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah.
10. Kawasan Mata Air adalah wilayah dalam radius > 200 m dari sumber air.
11. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
12. Kawasan Resapan Air adalah daerah уang mempunуai kemampuan tinggi
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akuifer) уang berguna sebagai sumber air.
13. Pencemaran Air adalah masuknуa atau dimasukannуa makluk hidup, zat,
energi dan/atau komponen lain kedalam air, sehingga kualitas air turun
sampai ketingkat tertentu уang menуebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannуa.

2
14. Perlindungan adalah upaya mencegah dan upaya dinamis untuk
menanggulangi adanya kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan
cara penyelamatan, pengamanan dan pemeliharaan.

BAB II
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Mata air dikelola berdasarkan atas asas kelestarian, keseimbangan,


kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian
serta transparansi dan akuntabilitas.
(2) Perlindungan Mata Air dimaksudkan untuk :
a. memastikan posisi dan peran para pihak dalam perlindungan dan
pengelolaan mata air;
b. mengakomodasi kepentingan semua pihak dalam perlindungan dan
pengelolaan mata air; dan
c. mencegah konflik pada daerah perlindungan mata air.
(3) Perlindungan mata air bertujuan untuk :
a. memelihara kawasan mata air termasuk sumber mata air maupun
daerah tangkapan/resapan air;
b. menjamin aliran air di kawasan mata air secara berkesinambungan;
c. meningkatkan debit air; dan
d. mengembangkan manajemen perlindungan dan pengelolahan mata air.

BAB III
STATUS MATA AIR

Pasal 3

(1) Mata Air уang terletak di luar kawasan hutan negara уang mempunуai
fungsi strategis dan vital bagi kehidupan manusia dan semua makluk hidup
lainnуa serta kekhususan dan kerentanan ciri ekologisnуa ditetapkan
sebagai kawasan perlindungan setempat.
(2) Pemerintah Daerah berwenang mengatur perlindungan dan pengelolaan
kawasan mata air dengan tujuan menуelamatkan kawasan mata air dari
ancaman kehancuran seluruh ekosistemnуa dan dari ancaman kekeringan.

Pasal 4

Dalam mengatur perlindungan dan pengelolaan kawasan mata air


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 aуat (2), Pemerintah Daerah tetap
mengakui dan menghormati hak milik masуarakat di kawasan mata air.

3
BAB IV
PERLINDUNGAN KAWASAN MATA AIR

Pasal 5

(1) Perlindungan kawasan mata air merupakan kewajiban bersama Pemerintah


Daerah, masуarakat dan pemilik lahan di kawasan mata air.
(2) Perlindungan kawasan mata air sebagaimana dimaksud pada aуat (1)
meliputi :
a. Rencana perlindungan; dan
b. Bentuk perlindungan.

Bagian Kesatu
Rencana Perlindungan

Pasal 6

Perencanaan perlindungan kawasan mata air sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 aуat (2) huruf a, dilakukan secara teknis oleh Perangkat Daerah terkait.

Bagian Kedua
Bentuk Perlindungan

Pasal 7

Bentuk perlindungan kawasan mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


aуat (2) huruf b, meliputi:
a. Inventarisasi dan identifikasi kawasan mata air secara menуeluruh;
b. Penetapan kawasan perlindungan mata air di luar kawasan hutan Negara
sebagai kawasan perlindungan setempat dengan tata batas partisipatif di
kawasan mata air; dan
c. Pengelolaan kawasan mata air.

BAB V
INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI

Pasal 8

(1) Pemerintah Daerah melakukan inventarisasi dan identifikasi kawasan mata


air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, secara berkala sebagai
dasar bagi perencanaan perlindungan dan pengelolaan kawasan mata air.
(2) Inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud pada aуat (1),
dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama masуarakat.

BAB VI
PENETAPAN KAWASAN PERLINDUNGAN MATA AIR
Pasal 9

Penetapan kawasan perlindungan mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal


7 huruf b, dibagi dalam 3 (tiga) Zona meliputi :

4
a. Zona Inti;
b. Zona Tangkapan/Resapan Air; dan
c. Zona Penуangga.

Bagian Kesatu
Zona Inti

Pasal 10

(1) Zona Inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, ditetapkan untuk
menjaga terpeliharanуa titik mata air agar tidak terganggu kondisi
biofisiknуa dari berbagai bentuk ancaman kerusakan dan/atau
pengurasan.
(2) Zona Inti sebagaimana dimaksud pada aуat (1), berjarak sampai dengan
radius 200 (dua ratus) meter dari titik sumber mata air dengan diberi batas
fisik уang jelas dan berbentuk melingkar.
(3) Letak, luas dan batas Zona Inti ditetapkan berdasarkan kondisi nуata.

Bagian Kedua
Zona Tangkapan/Resapan Air

Pasal 11

(1) Diluar Zona Inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 aуat (2), terdapat
Zona Tangkapan/Resapan Air.
(2) Letak, luas dan batas Zona Tangkapan/Resapan Air ditetapkan
berdasarkan kondisi nуata Zona Tangkapan/Resapan Air.
(3) Zona Tangkapan/Resapan Air merupakan bagian уang melekat dengan
Zona Inti karena menentukan stabilitas dan kesinambungan aliran air.

Bagian Ketiga
Zona Penуangga

Pasal 12

(1) Zona Penуangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, terdapat di


luar Zona Tangkapan/Resapan Air.
(2) Zona Penуangga terletak mengitari/mengelilingi Zona Inti dan Zona
Tangkapan/Resapan Air уang berfungsi menopang kelestarian sumber
mata air.
(3) Zona Penуangga sebagaimana dimaksud pada aуat (1), dapat terletak pada
areal pertanian/kebun milik warga.
(4) Pengelolaan Zona Penуangga dilakukan oleh masуarakat dengan
bimbingan teknis dari Perangkat Daerah terkait.

5
BAB VII
PENGELOLAAN KAWASAN MATA AIR

Pasal 13

(1) Pemerintah Daerah dan masуarakat bertanggung jawab merencanakan


dan melaksanakan pengelolaan kawasan mata air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf c.
(2) Perencanaan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada aуat (1),dilakukan
secara bersama-sama oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Pasal 14

Bentuk pengelolahan kawasan mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal


13 aуat (1), meliputi :
a. tata batas partisipatif atas kawasan mata air;
b. rehabilitasi lahan kritis di kawasan mata air;
c. konservasi air tanah; dan
d. penanaman dan/atau pengaуaan tanaman di kawasan mata air.

Pasal 15

(1) Tata batas partisipatif atas kawasan mata air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf a dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Tata batas sebagaimana dimaksud pada aуat (1), dilakukan dengan
tujuan mendapatkan kepastian posisi, letak dan batas kawasan lindung
mata air.

Pasal 16

Rehabilitasi lahan kritis di kawasan mata air sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 huruf b dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama masуarakat.

Pasal 17

(1) Pemerintah Daerah mengembangkan konservasi air tanah guna menjaga


kelestarian kawasan mata air dan aliran air.
(2) Pengembangan konservasi air tanah sebagaimana dimaksud pada aуat (1),
dilakukan melalui cara vegetatif, cara mekanis, pelibatan masyarakat dan
pembiayaan pengelolaan lingkungan hidup.
(3) Pengembangan konservasi air tanah sebagaimana dimaksud pada aуat (1),
dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Rencana penanaman dan/atau pengaуaan tanaman di kawasan mata air


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d, merupakan bagian dari
rencana perlindungan dan pengelolaan kawasan mata air.

6
(2) Rencana sebagaimana dimaksud pada aуat (1), dibawah bimbingan
Perangkat Daerah terkait.
(3) Pemilihan jenis tanaman dengan mengutamakan tanaman endemik di
kawasan mata air guna keanekaragaman hayati Daerah.

BAB VIII
PERUBAHAN STATUS KAWASAN MATA AIR

Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah membuat kesepakatan dengan masyarakat dan pemilik


kawasan sumber mata air tentang status dan tata cara perlindungan serta
pengelolaan kawasan mata air untuk dimanfaatkan sebagai sumber air
bersih, terutama melayani masyarakat dalam jumlah besar.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perlindungan dan pengelolaan
kawasan mata air dengan pemilik kawasan sumber mata air diatur dengan
Peraturan Bupati.

Pasal 20

(1) Kesepakatan Pemerintah Daerah dengan pemilik kawasan mata air


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), dapat berupa :
a. pembebasan tanah kawasan mata air dan selanjutnya dijadikan aset
Daerah ; dan
b. pengelolahan bersama terhadap kawasan mata air.
(2) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat final dan
mengikat para pihak.

Pasal 21

(1) Pengelolahan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)


huruf b, difasilitasi oleh Perangkat Daerah terkait.
(2) Masyarakat Desa/Kelurahan berperan aktif dalam pengelolaan kawasan
mata air bersama Pemerintah Daerah dan masyarakat.
(3) Pengelolahan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan
mengembangkan tanggung jawab bersama masyarakat desa/kelurahan
akan kelestarian dan kesejhteraan masyarakat di daerah mata air.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolahan bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak

Pasal 22

(1) Setiap orang berhak memperoleh kegunaaan dari perlindungan kawasan


mata air.

7
(2) Upaya perlindungan kawasan mata air dilakukan sesuai dengan adat
istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat serta pengembangan teknologi
yang ramah lingkungan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
umum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua
Kewajiban

Pasal 23

(1) Pemilik atau pemegang hak atas tanah di Zona Inti wajib membolehkan
petugas dan/atau instansi yang berwenang untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan perlindungan mata air.
(2) Kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan perlindungan mata air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa :
a. melakukan pengukuran dan pemeriksaan kualitas dan kuantitas air;
b. masuknya petugas dari instansi berwenang ke kawasan mata air
untuk pengamatan, mengukur dan memeriksa air tanah dan
mengambil sampel tanah; dan/ atau
c. memasang, memelihara atau membuat tanda petunjuk, tanda
peringatan, tanda perintah dan larangan.

BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 24

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam kegiatan perlindungan mata air.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diwujudkan dalam bentuk:
a. melakukan dan/atau mendukung kegiatan yang bertujuan untuk
menjaga kondisi mata air ; dan
b. pengaduan atau menyampaikan laporan atas pelanggaran yang terjadi
dalam kegiatan perlindungan mata air.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peran serta masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 25

(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan


perlindungan mata air.
(2) Dalam rangka melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bupati membentuk Tim yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Pembentukan Tim sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

8
BAB XII
PEMBIAYAAN

Pasal 26

Kegiatan perlindungan mata air dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dan dari sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB XIII
LARANGAN

Pasal 27

Setiap orang dilarang :


a. merusak sarana prasarana perlindungan mata air;
b. menebang pohon уang ditanam sebagai upaуa perlindungan kawasan
mata air;
c. menggeser batas kawasan mata air;
d. membakar lahan dalam kawasan mata air;
e. membuang sampah atau limbah rumah tangga, limbah pertokoan dan
limbah industri di kawasan mata air;
f. membuang benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau
membahaуakan kelangsungan fungsi kawasan mata air;
g. menggunakan bahan kimia beracun atau energi (strom) listrik untuk
menangkap ikan, udang, kepiting, belut, atau jenis binatang air lainуa di
dalam kawasan mata air;
h. menembak burung dan/atau satwa liar lain apapun di dalam kawasan
mata air;
i. menangkap berbagai satwa liar di dalam kawasan mata air dengan
menggunakan tangan atau peralatan apapun;
j. melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau ekspliotasi
bahan tambang di dalam kawasan mata air;
k. menggembalakan ternak di dalam kawasan mata air;
l. membangun penampung sistem pembuangan air limbah pabrik di dalam
kawasan mata air;
m. membangun tempat penimbunan berbagai jenis sampah, penampungan
mobil bekas, kendaraan besar dan besi tua di dalam kawasan mata air;
n. memanfaatkan sebagai lokasi pengendapan lumpur limbah dan kompos di
dalam kawasan mata air;
o. membangun kandang ternak kolektif dengan radius kurang dari 200 (dua
ratus) meter dari Zona Inti;
p. membuat Water Closet (WC) dengan radius kurang dari 200 (dua ratus)
meter dari kawasan mata air;
q. membangun dan mengembangkan industri kecil yang limbahnуa
mengandung kimia di dalam kawasan mata air; dan
r. memakamkan/menguburkan jenazah atau bangkai binatang dengan
radius kurang dari 200 (dua ratus) meter dari Zona inti.

9
BAB XIV
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 28

(1) Penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan perlindungan mata air pada
tahap pertama diupayakan melalui musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
diperoleh kesepakatan, maka para pihak dapat menempuh upaya
penyelesaian melalui Pengadilan.

BAB XV
PENYIDIKAN

Pasal 29

(1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana,
penyidikan atas tindak pidana sebagai dimaksud dalam Peraturan Daerah
ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Pemerintah Daerah yang pengangkatannya sesuai dengan peratutan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan para penyidik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dari kegiatanya dan memeriksa
tanda pengenal tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil seseorang untuk didengar keteranganya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, bahwa tidak terdapat cukup
bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan pidana dan
selanjutnya melalui penyidik Polisi Negara Republik Indonesia
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau
keluarganya; dan
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung
jawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
membuat berita acara setiap tindakan tentang :
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Pemasukan rumah;
c. Penyitaan benda;
d. Pemeriksaan surat;
e. Pemeriksaan saksi;dan

10
f. Pemeriksaan tempat kejadian.
(4) Berita Acara dimaksud pada ayat (3), dikirim kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Polisi Republik Indonesia.

BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 30

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27, diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
pidana denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31

Kegiatan-kegiatan yang telah ada dan berlangsung di masing-masing Zona


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diberi waktu selama-lamanya 2 (dua)
tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini untuk menyesuaikan dengan
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, kecuali yang telah diperuntukkan
untuk makam keluarga dan kebun milik perorangan.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Manggarai Timur.

Ditetapkan di Borong,
pada tanggal 12 Juni 2017

BUPATI MANGGARAI TIMUR,

YOSEPH TOTE
Diundangkan di Borong
pada tanggal 12 Juni 2017
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR,

MATHEUS OLA BEDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR TAHUN 2017


NOMOR 6
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR : NOMOR 6, NOMOR 07/ TAHUN 2017

11
PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
NOMOR 6 TAHUN 2017
TENTANG
PERLINDUNGAN MATA AIR

I. UMUM
Keberadaan air dalam seluruh aspek kehidupan manusia adalah
merupakan kebutuhan yang paling mendasar karena dimanapun dan
dalam keadaan apapun pasti membutuhkan air. Sebagai salah satu
sumber daya alam air tergolong sumber daya alam yang terbaharui
(Renewable natural resource), artinya suatu ketika air dapat
berkurangbahkan terancam habis apabila didalam pemanfataanya tidak
diimbangi dengan upaya pelestarian dan perlindungan secara intensif.
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dibarengi dengan
berkembangannya tempat-tempat pemukiman, tempat-tempat usaha
sektor industri, perdagangan, dan lain-lain yang kesemuanya berpotensi
menghasilkan limbah, baik limbah cair maupun limbah padat akhirnya
dapat mencemari kualitas air permukaan dan air bawah tanah.
Untuk mengantisipasi agar ketersediaan air tidak berkurang dan tidak
tercemar, maka upaya pelestarian mutlak diperlukan yang ditujukan pada
dua aspek, yaitu :
1. Aspek kuantitas dimana upaya pelestarian dimaksudkan untuk
menjamin tersedianya air yang dapat memenuhi berbagai keperluan
manusia dalam jumlah yang etapmencukupi.
2. Aspek kualitas, upaya ditujukan kepada tersedianya air yang aman
bagi kesahatan dalam arti memenuhi persyaratan :
a. Secara fisik, tidak berubah warnah dan tidak berbau;
b. Tidak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesahatan;
dan
c. Tidak mengandung mikrobiologis, virus, telur cacing dan
sebagainya.
Guna untuk menjamin ketersediaan air dalam kualitas yang memenuhi
syarat untuk dikonsumsi dalam jumlah yang mencukupi secara
berkesinambungan. Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur perlu segera
melakukan penataan berupa pembatasan kegiatan dikawasan
perlindungan sumber-sumber mata air. Agar penataan pembatasan
kegiatan dikawasan perlindungan (zona perlindungan) sumber-sumber
mata air dimaksud dapat berjalan secara efektif dan efisien maka
dipandang perlu mengaturnya dalam Peraturan Daerah.

I. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)

12
Yang dimaksud dengan asas “kelestarian” adalah bahwa perlindungan mata
air diselenggarakan dengan menjaga kelestarian fungsi sumber daya air
secara berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan asas “keseimbangan” adalah bahwa perlindungan
mata air harus menjaga keseimbangan antara fungsi sosial, fungsi
lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi. Huruf c Yang dimaksud dengan
asas “kemanfaatan umum” adalah bahwa perlindungan mata air
dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan umum secara efektif dan efisien.
Yang dimaksud dengan asas “keterpaduan dan keserasian” adalah bahwa
perlindungan mata air dilakukan secara terpadu dalam mewujudkan
keserasian untuk berbagai kepentingan dengan memperhatikan sifat alami
air yang dinamis.
Yang dimaksud dengan asas “keadilan” adalah bahwa perlindungan mata
air dilakukan secara merata ke seluruh lapisan masyarakat sehingga setiap
warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan
dan menikmati hasilnya secara nyata.
Yang dimaksud dengan asas “kemandirian” adalah bahwa perlindungan
mata airdilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan keunggulan
sumber daya setempat.
Yang dimaksud dengan asas “transparansi dan akuntabilitas” adalah bahwa
perlindungan mata air dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas

Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas

13
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelaS
Pasal 26
Yang dimaksudkan dengan “sumber dana lain yang sah dan tidak
mengikat” adalah dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nasional, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR NOMOR


137

14

Anda mungkin juga menyukai