Anda di halaman 1dari 46

II SALINAN II

GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINS! JAWA BARAT


NO MOR 1 TAHUN 2017

TENTANG

PENGELOLMN AIR TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT,

Menimbang a. bahwa peruntukan air tanah ditujukan untuk


kesejahteraan masyarakat yang dalam pemanfaatannya
memperhatikan fungsi sosial, ketersediaan air permukaan,
lingkungan hidup, dan kepentingan pembangunan;
b. bahwa untuk mewujudkan keberlanjutan ketersediaan air
tanah diperlukan pengelolaan air tanah yang diarahkan
pada pemeliharaan dan pelestarian cekungan air tanah;
c. bahwa Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Air Tanah jo. Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2012 tentru1.g
Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Air Tarrah sudah
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan peruri.dang-
undangan sehingga perlu ditinjau kembali;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b,
dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat tentang Pengelolaan Air Tanah;
Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; ·
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik
Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya
{Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007
tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4010);
2

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3046);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4319);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4161);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 344, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5801);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang
Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 345, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5802);
11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 ten tang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 199);
3

12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun


2012 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 3 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
117), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan
Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2015 Nomor 4 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 183);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINS! JAWA BARAT


clan
GUBERNUR JAWA BARAT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah Provinsi adalah Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubernur clan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah Provinsi.
5. Air Tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
6. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada
permukaan tanah.
7. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kualitas baku mutu Air Minum clan dapat langsung
diminum.
8. Pengelolaan Air Tanah adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, clan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi air tanah, pendayagunaan air
tanah, clan pengendalian daya rusak air tanah.
4

9. Cekunga n Air Tanah aclalah suatu wilayah yang clibatasi


oleh batas hiclrogeologis, tempat semua kejaclian
hiclrogeol ogis seperti proses pengimb uhan, pengalira n,
clan pelepasa n air tanah berlangsu ng.
10. Pengusah aan Air Tanah aclalah upaya pemanfa atan air
tanah untuk memenuh i kebutuha n usaha.
11. Izin Pengusah aan Air Tanah aclalah izin untuk
mempero leh clan/ atau mengamb il air tanah untuk
melakuk an kegiatan usaha.
12. Pemakaia n Air Tanah aclalah upaya pemanfa atan air
tanah untuk memenuh i kebutuha n bukan usaha.
13. Izin Pemakaia n Air Tanah aclalah izin untuk mempero leh
clan/ atau mengamb il air tanah untuk melakuk an
kegiatan bukan usaha.
14. Konserva si Air Tanah aclalah upaya memelih ara
keberacla an serta keberlan jutan keaclaan, sifat, clan fungsi
air tanah agar senantias a terseclia clalam kuantitas clan
kualitas yang memaclai untu memenu hi kebutuha n
makhluk hiclup, baik pacla waktu sekarang maupun yang
akan clatang.
15.Zona Konserva si Air Tanah aclalah claerah atau zona
pengelola an air tanah clengan konclisi air tanah tertentu
yaitu aman, rawan, kritis, clan rusak untuk menjamin
keberlan jutan pemanfa atannya secara bijaksana clan
menjami n kesinamb ungan kuantitas clan kualitasn ya.

Bagian Keclua
Azas
Pasal 2
Pengelola an air tanah clilaksan akan berclasar kan azas:
a. kelestaria n;
b. keseimba ngan;
c. kemanfa atan umum;
cl. fungsi sosial clan nilai ekonomi;
e. keterpacl uan clan keserasia n;
f. keaclilan;
g. kemancli rian; clan
h. transpara nsi clan akuntabi litas.

Pasal 3
Pengelola an air tanah clisusun berclasar kan:
a. prinsip keterpacl uan antara air permuka an clan air tanah
clengan menguta makan penggun aan air permuka an; clan
b. prinsip keseimba ngan antara konserva si lingkung an clan
penclaya gunaan air tanah.
5

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Pengelo laan air tanah dilaksa nakan pada:
a. wilayah cekung an air tanah dalam Daerah Provinsi ; dan
b. wilayah di luar cekung an air tanah dalam Daerah
Provinsi .

Pasal 5
Pengelo laan air tanah meliput i:
a. perenca naan;
b. pelaksa naan, meliput i:
1. konserv asi;
2. penggu naan, terdiri atas:
a) pemaka ian;
b) pengus ahaan;
3. perizina n; dan
c. pemant auan dan evaluas i.

BAB Ill
PEREN CANMN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Gubern ur meneta pkan rencana pengelo laan air tanah
Daerah Provins i untukja ngka waktu 5 (lima) tahun.
(2) Rencan a pengelo laan air tanah sebagai mana dimaks ud
pada ayat (1), dilaksa nakan pada wilayah cekung an air
tanah dan di luar cekung an air tanah sebagai mana
tercantu m dalam Lampira n, sebagai bagian yang tidak
terpisah kan dari Peratur an Daerah ini.
(3) Rencan a pengelo laan air tanah meliput i:
a. rencana pelaksa naan konstru ksi;
b. rencana pelaksa naan operasi; dan
c. rencana pemelih araan prasara na air tanah.
(4) Rencan a pengelo laan air tanah ditetapk an dengan
Peratur an Gubern ur.
(5) Rencan a pengelo laan air tanah dapat dievalu asi setiap
tahun.
6

Pasal 7
(1) Renca na pengel olaan air tanah sebaga imana dimak sud
dalam Pasal 6, terkoo rdinasi dengan rencan a pengel olaan
sumbe r daya air yang berbas is wilaya h sungai clan
menjad i dasar dalam penyu sunan progra m pengel olaan
air tanah.
(2) Renca na pengel olaan air tanah sebaga imana dimak sud
dalam Pasal 6, menjad i pertim bangan dalam penyu sunan
Renca na Tata Ruang Wilaya h.

Pasal 8
(1) Penyu sunan rencan a pengel olaan air tanah sebaga imana
dimak sud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dilaks anakan oleh
Perang kat Daerah yang membi dangi urusan energi dan
sumbe r daya minera l.
(2) Dalam menyu sun rencan a pengel olaan air tanah,
Perang kat Daerah yang membi dangi urusan energi dan
sumbe r daya minera l berkoo rdinasi dengan Pemer intah
Pusat, Perang kat Daerah yang membi dangi urusan
pengel olaan sumbe r daya air, dan Perang kat Daerah yang
membi dangi urusan perenc anaan pemba nguna n daerah .
(3) Penyu sunan rencan a pengel olaan air tanah dilaks anakan
melalu i tahapa n:
a. invent arisasi ;
b. peneta pan zona konser vasi air tanah; dan
c. zona peman faatan air tanah.

Bagian Kedua
Invent arisasi Air Tanah
Pasal9
(1) lnvent arisasi dilaks anakan untuk mempe roleh data dan
inform asi air tanah.
(2) Data dan inform asi air tanah sebaga imana dimak sud
pada ayat (1) melipu ti:
a. kuanti tas dan kualita s air tanah;
b. kondis i lingku ngan hidup dan potens i yang terkait
dengan air tanah dan air permu kaan;
c. cekung an air tanah dan prasar ana pada cekung an air
tanah dan di luar cekung an air tanah;
d. kelemb agaan pengel olaan air tanah; dan
e. kondis i sosial ekonom i masya rakat yang terkait
dengan air tanah.
(3) Invent arisasi air tanah sebaga imana dimak sud pada ayat
(1), melipu ti kegiata n pemeta an, penyel idikan, penelit ian,
eksplo rasi, dan evalua si air tanah.
7

Pasal 10
(1) Data dan informa si hasil kegiata n inventa risasi
sebagai mana dimaks ud dalam Pasal 9 diolah untuk
mendap atkan gambar an geometr i dan parame ter akifer,
keberad aan air tanah, dan dampak pengam bilan air
tanah.
(2) Hasil pengola han data dan informa si sebagai mana
dimaks ud pada ayat (1) dianalis is untuk menjad i dasar
penyus unan kebijak an pengelo laan air tanah.

Bagian Ketiga
Penetap an Zona Konserv asi Air Tanah
Pasal 11
(1) Gubern ur meneta pkan zona konserv asi air tanah pada
cekung an air tanah dalam Daerah Provins i berdasa rkan
hasil kegiata n inventa risasi sebagai mana dimaks ud dalam
Pasal 9 dan Pasal 10.
(2) Zona konserv asi air tanah merupa kan zona perlind ungan
air tanah yang meliput i daerah imbuha n air tanah.
(3) Zona konserv asi air tanah sebagai mana dimaks ud pada
ayat (2) tidak dapat dilakuk an pemanf aatan air tanah.

Bagian Keempa t
Zona Pemanf aatan Air Tanah
Pasal 12
Gubern ur meneta pkan zona pemanf aatan air tanah pada
cekung an air tanah yang terdiri atas zona aman, rawan,
kritis, dan rusak.

Pasal 13
(1) Kriteria zona aman sebagai mana dimaks ud dalam Pasal
12, sebagai berikut:
a. terjadi penuru nan muka air tanah kurang dari 40%;
b. terjadi penuru nan kualitas air tanah yang ditanda i
dengan kenaika n zat padat terlarut kurang dari 1.000
mg/L atau DHL<l. 000 µS/cm; dan/ata u
c. pengam bilan air tanah belum menyeb abkan terjadin ya
amblesa n tanah.
(2) Kriteria zona rawan sebagai mana dimaks ud dalam Pasal
12, sebagai berikut:
a. terjadi penuru nan muka air tanah 40%-60 %; dan/ atau
b. terjadi penuru nan kualitas air tanah yang ditanda i
dengan kenaika n zat padat terlarut antara
1.000-1 0.000 mg/L atau DHL<l. 000-1.5 00 µS/cm.
(3) Kriteria zona kritis sebagai mana dimaks ud dalam Pasal
12, sebagai berikut:
a. terjadi penuru nan muka air tanah > 60%-80 %;
8

dan/atau
b. terjadi penuruna n kualitas air tanah yang ditandai
dengan kenaikan zat padat terlarut antara
10.000-1 00.000 mg/1 atau DHL<l.5 00-5.000 µS/cm.
(4) Kriteria zona rusak sebagaim ana dimaksu d dalam Pasal
12, sebagai berikut:
a. terjadi penuruna n muka air tanah lebih dari 80%;
b. terjadi penuruna n kualitas air tanah yang ditandai
dengan kenaikan zat padat ter!arut lebih dari
100.000 mg/1 atau tercemar oleh logam berat dan
atau bahan berbahay a dan beracun dan atau
DHL>5.0 00 µS/cm; dan/atau
c. pengamb ilan air tanah telah menyeba bkan terjadiny a
amblesan tanah.

Pasal 14
Zonasi air tanah yang sudah ditentuka n dapat ditinjau
kembali berdasar kan hasil evaluasi terhadap perubaha n
kondisi kuantitas , kua!itas dan lingkung an air tanah pada
cekungan air tanah yang bersangk utan.

BAB IV
KONSERVASI
Pasal 15
(1) Gubernu r menyelen ggarakan konserva si air tanah untuk
menjaga kelangsu ngan keberada an daya dukung, daya
tampung , dan fungsi air tanah, sesuai dengan rencana
pengelola an air tanah.
(2) Penyelen ggaraan konserva si air tanah ditujukan untuk:
a. perlindun gan dan pelestari an air tanah;
b. pengawe tan air tanah; dan
c. pengelola an kualitas air tanah dan pengenda lian
pencema ran air tanah.
(3) Perlindun gan dan pelestaria n air tanah sebagaim ana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksan akan melalui:
a. pemeliha raan ke!angsu ngan fungsi resapan air tanah
dan daerah imbuhan air tanah;
b. pengenda lian penggun aan air tanah;
c. pengisian buatan air tanah melalui sumur resapan air
tanah dan/ atau sumur imbuhan air tanah;
d. pengatur an prasaran a dan sarana air tanah;
e. perlindun gan air tanah dalam hubunga nnya dengan
kegiatan pembang unan dan pemanfa atan lahan pada
cekungan air tanah;
f. pengenda lian pemanfa atan lahan pada daerah
imbuhan air tanah;
9

g. rehabilita si hutan dan lahan pada daerah imbuhan air


tanah secara vegetatif dan/ atau sipil teknis melalui
pendekat an sosial, ekonomi, dan budaya.
(4) Pengawe tan air tanah sebagaim ana dimaksu d pada ayat
(2) huruf b dilaksana kan melalui:
a. penyimp anan air hujan di saat musim hujan untuk
dapat dimanfaa tkan pada waktu diperluka n;
b. penghem atan air tanah dengan pemakaia n yang efisien
dan efektif; dan/ atau
c. pengenda lian penggun aan air tanah.
(5) Pengelola an kualitas air tanah dan pengenda lian
pencema ran air tanah sebagaim ana dimaksud pada ayat
(2) huruf c dilaksana kan clengan cara memperb aiki
kualitas air tanah clan prasaran a air tanah.
(6) Pengencl alian pencema ran air tanah sebagaim ana
climaksuc l pacla ayat (2) huruf c clilaksan akan clengan cara
mencega h masukny a pencema ran air tanah pada
cekungan air tanah dan prasaran a air tanah.
(7) Penyelen ggaraan konserva si air tanah dilaksana kan oleh
Perangka t Daerah yang membida ngi urusan energi clan
sumber claya mineral.

Pasal 16
(1) Pelaksan aan konserva si air tanah dilakuka n pada upaya:
a. pemeliha raan cekungan air tanah clan lingkung an di
luar cekungan air tanah; clan
b. operasi clan pemeliha raan prasaran a pada cekungan
air tanah clan di luar cekungan air tanah.
(2) Pemeliha raan cekungan air tanah clan lingkung an di luar
cekungan air tanah sebagaim ana dimaksu d pada ayat (1)
huruf a dilakuka n melalui kegiatan pencegah an dan/ atau
perbaika n kerusaka n akifer dan air tanah.
(3) Operasi dan pemeliha raan sebagaim ana dimaksuc l pacla
ayat (1) huruf b dilakuka n melalui kegiatan:
a. operasi prasaran a, terdiri atas kegiatan pengatur an,
pengalok asian, dan penyeclia an air tanah;
b. pemeliha raan prasaran a, terdiri atas kegiatan
pencegah an dan/ a tau perbaika n kerusaka n akifer dan
air tanah yang menyeba bkan penurun an fungsi
prasaran a air tanah.
(4) Ketentua n lebih lanjut mengena i pelaksan aan konserva si
air tanah cliatur clengan Peratura n Gubernu r.
10

BABV
PENGGU NAAN AIR TANAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
(1) Penggun aan air tanah di Daerah Provinsi diselengg arakan
dalam Daerah Provinsi dalam hal air permuka an tidak
mencuku pi kebutuha n.
(2) Penggun aan air tanah di Daerah Provinsi dilaksana kan
sesuai rencana pengelola an air tanah.

Pasal 18
(1) Penggun aan air tanah di Daerah Provinsi dilakuka n
berdasar kan prioritas alokasi air tanah dengan urutan
prioritas sebagai berikut:
a. air baku untuk pemenuh an kebutuha n pokok minimal
sehari-ha ri;
b. air baku untuk pemenuh an kebutuha n pokok minimal
sehari-ha ri yang diperoleh tanpa memerlu kan izin;
c. air baku untuk pemenuh an kebutuha n pokok minimal
sehari-ha ri yang telah ditetapka n izinnya;
d. air untuk irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem
irigasi yang sudah ada;
e. air untuk irigasi bagi pertanian rakyat yang telah
ditetapka n izinnya;
f. air bagi pengusah aan air baku untuk sistem
penyedia an air minum yang telah ditetapka n izinnya;
g. air untuk kegiatan bukan usaha yang telah ditetapka n
izinnya;
h. air bagi kebutuha n usaha air minum oleh badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha
milik desa yang telah ditetapka n izinnya;
1. air bagi pemenuh an kebutuha n usaha selain air minum
oleh badan usaha milik negara/b adan usaha milik
daerah yang telah ditetapka n izinnya;
J. air bagi pemenuh an kebutuha n usaha air minum oleh
badan usaha swasta yang telah ditetapka n izinnya; dan
k. air bagi pemenuh an kebutuha n usaha selain air minum
oleh badan usaha swasta yang telah ditetapka n izinnya.
(2) Prioritas alokasi air tanah sebagaim ana dimaksud pada
ayat (1), dapat diubah dalam ha!:
a. memenuh i kepentin gan mendesa k; dan
b. kepentin gan pertahan an negara.
(3) Perubaha n prioritas sebagaim ana dimaksu d pada ayat (2)
dilakuka n berdasar kan perkemb angan kondisi air,
sumber a1r, dan keadaan setempat dengan tetap
menguta makan pemenuh an kebutuha n pokok minimal
sehari-ha ri.
11

Pasal 19
Penggun aan air tanah di Daerah Provinsi terdiri atas:
a. pemakaia n air tanah; clan
b. pengusah aan air tanah.

Pasal 20
(1) Penggun aan air tanahseb agaiman a dimaksu d dalam Pasal
19 dibatasi oleh debit pengamb ilan air tanah yang
diijinkan sesuai hasil kajian teknis clan/ atau ketentua n
peratura n perundan g-undang an.
(2) Kajian teknis sebagaim ana dimaksud pada ayat (1), paling
kurang memuat:
a. daya dukung akifer terhadap pengamb ilan air tanah;
b. kondisi clan lingkung an air tanah;
c. alokasi penggun aan air tanah bagi kebutuha n
mendatan g;
d. penggun aan air tanah yang telah ada; clan
e. potensi clan kuota air tanah yang ditetapka n.

Pasal 21
(1) Pengamb ilan air tanah untuk penggun aan air tanah
sebagaim ana dimaksud dalam Pasal 19 dilakuka n melalui
pengebor an atau penggalia n air tanah.
(2) Pengebor an atau penggalia n air tanah sebagaim ana
dimaksud pada ayat (1), wajib mempert imbangk an jenis
clan sifat fisik batuan, kondisi hidrogeol ogis, letak clan
potensi sumber pencema ran, serta kondisi lingkung an
sekitarny a.

Bagian Kedua
Pemakaia n Air Tanah
Pasal 22
(1) Pemakaia n air tanah sebagaim ana dimaksud dalam Pasal
19 huruf a dilakuka n dalam hal memenuh i kebutuha n
pokok sehari-ha ri rumah tangga, irigasi untuk pertanian
rakyat, clan kegiatan bukan usaha.
(2) Ketentua n lebih lanjut mengena i pemakaia n air tanah
diatur dalam Peraturan Gubernu r.

Bagian Ketiga
Pengusah aan Air Tanah
Pasal23
Pengusah aan air tanah diselengg arakan dengan
memperh atikan prinsip:
12

a. tidak mengganggu, mengesampingkan, dan meniadakan


hak rakyat atas air;
b. perlindungan negara terhadap hak rakyat atas air;
c. kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak
asasi manusia;
d. pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air
bersifat mutlak;
e. prioritas utama pengusahaan atas air diberikan kepada
badan usaha milik daerah, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik desa; dan
f. pemberian izin pengusahaan air tanah kepada usaha
swasta dapat dilakukan dengan syarat tertentu dan ketat
setelah prinsip sebagaimana dimaksud pada huruf a
sampai dengan huruf e dipenuhi, serta masih terdapat
ketersediaan air.

Pasal24
(1) Pengusahaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 huruf b dapat dilakukan dalam bentuk:
a. kegiatan usaha yang memerlukan air sebagai bahan
baku utama untuk menghasilkan produk berupa air
minum;
b. kegiatan usaha yang memerlukan air sebagai bahan
pembantu atau proses produksi; dan
c. kegiatan usaha yang menggunakan air sebagai bahan
penunjang.
(2) Pengusahaan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilakukan dalam ha! pemenuhan air tanah
untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi untuk
pertanian rakyat telah terpenuhi, air permukaan tidak
mencukupi, serta masih terdapat ketersediaan air tanah
untuk diusahakan.

Pasal25
(1) Pengusahaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 dapat dilaksanakan oleh:
a. badan usaha milik negara;
b. badan usaha milik daerah;
c. badan usaha milik desa;
d. badan usaha swasta;
e. koperasi;
f. perseorangan; dan
g. kerja sama antar badan usaha.
(2) Penggunaan air tanah dalam rangka pengusahaan air
tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung
sebagai nilai perolehan air.
13

(3) Ketentua n lebih lanjut mengena i pengusah aan air tanah


diatur dalam Peratura n Gubernu r.

Pasal26
(1) Pengamb ilan air tanah dari hasil kegiatan pengontr olan
air tanah untuk mengerin gkan atau memanfa atkan air
dari areal penggalia n (dewateri ng) yang akan
dimanfaa tkan untuk banguna n bawah tanah atau
kepentin gan lain, wajib mendapa tkan persetuju an dari
Perangka t Daerah yang membida ngi urusan energi dan
sumber daya mineral.
(2) Pengamb ilan air tanah sebagaim ana dimaksu d pada ayat
(1), dihitung sebagai nilai perolehan air.

Pasal 27
(1) Gubernu r menetapk an nilai peroleha n air tanah
sebagaim ana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) dan Pasal
26 ayat (2), sebagai dasar penetapa n pajak air tanah.
(2) Penetapa nnilai perolehan air tanah sebagaim ana
dimaksu d pada ayat (1), diatur dengan Peraturan
Gubernu r.

BAB VI
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal28
(1) Gubernu r menerbit kan izin di bidang air tanah dalam
Daerah Provinsi.
(2) Izin sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. izin untuk pengebor an dan penggalia n air tanah,
terdiri atas:
1. izin pengebor an;
2. izin penggalia n;
b. izin untuk penggun aan air tanah terdiri atas:
1. izin pemakaia n air tanah;
2. izin pengusah aan air tanah; dan
c. izin perusaha an pengebor an air tanah.
(3) Izin sebagaim ana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
disewaka n atau dipindah tanganka n baik sebagian atau
seluruhn ya kepada pihak lain.
14

Pasal29
Gubernur menerbitkan izin pengusahaan air tanah pada
setiap cekungan air tanah lintas provinsi setelah memperoleh
rekomendasi teknis dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya
mineral.

Pasal30
(1) Penerbitan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
dan Pasal 29 dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang
membidangi urusan perizinan.
(2) Dalam melakukan proses perizinan, Perangkat Daerah
yang membidangi urusan perizinan berkoordinasi dengan
Perangkat Daerah yang membidangi urusan energi dan
sumber daya mineral.

Bagian Kedua
Izin Pengeboran dan Izin Penggalian Air Tanah
Paragraf 1
Umum
Pasal 31
(1) Izin pengeboran air tanah wajib dimiliki pemohon izin
pemakaian atau pengusahaan air tanah baru.
(2) Izin pengeboran air tanah diberikan untuk jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan.
(3) Pengeboran air tanah dapat dilakukan oleh badan usaha
yang mempunyai izin perusahaan pengeboran air tanah.

Pasal 32
(1) Izin penggalian air tanah wajib dimiliki pemohon izin
pemakaian atau pengusahaan air tanah baru dengan
kedalaman kurang dari 40 (empat puluh) meter di bawah
muka tanah setempat.
(2) Izin penggalian air tanah diberikan untuk jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan.
(3) Penggalian air tanah dapat dilakukan oleh perorangan
untuk penggalian sumur pantek/ gali.

Pasal 33
Izin pengeboran dan izin penggalian air tanah paling kurang
memuat:
a. nama pemohon;
b. lokasi pengeboran dan/ atau penggalian air tanah;
c. kedalaman pengeboran dan/ atau penggalian air tanah;
dan
d. masa berlaku izin.
15

Paragraf 2
Hak clan Kewajiba n
Pasal 34
Pemegan g izin pengebor an clan izin penggalia n air tan.ah
berhak untuk melakuk an pengebor an atau penggalia n air
tan.ah pada lokasi yang ditetapka n.

Pasal35
Pemegan g izin pengebor an clan izin penggalia n air tan.ah
wajib untuk:
a. melaksan akan arahan konstruk si sumur bor yang
tercantum dalam izin pengebor an atau izin penggalia n air
tan.ah;
b. mencega h terjadiny a pencema ran air tan.ah akibat
pelaksan aan konstruk si;
c. memulih kan kerusaka n lingkung an hidup yang
disebabk an oleh kegiatan konstruk si;
d. memberi kan tanggapa n positif dalam ha! timbul gejolak
sosial masyarak at di sekitar lokasi kegiatan;
e. melaksan akan operasi clan/ atau pemeliha raan terhadap
prasaran a dan/atau saran.a yang dibangun ;
f. bertangg ung jawab atas segala kejadian yang akan
menimbu lkan kerusaka n kualitas lingkung an, kerugian
dan bencana yang diakibatk an pelaksan an pengebor an
atau penggalia n, clan segera melapork an dalam hal ada
kejadian luar biasa atau perubaha n yang tidak umum;
g. menyamp aikan data teknis pelaksan aan pengebor an atau
penggalia n air tanah (litologi, well logging, konstruk si
sumur dan pumping test); dan
h. tidak melakuk an pengamb ilan clan pemanfa atan air
tanah sebelum 1zm pengusah aan dan/ atau izin
pemakaia n air tanah terbit.

Bagian Ketiga
Izin untuk Penggun aan Air Tanah
Paragraf 1
Umum
Pasal 36
(1) Izin pemakaia n air tanah wajib dimiliki instansi
pemerint ah, rumah ibadah, dan perorang an yang
melakuk an pemakaia n air tanah untuk kegiatan bukan
usaha.
(2) Pemakaia n air tanah untuk kebutuha n sehari-ha ri dan
1ngasi untuk pertanian rakyat sampai batas-ba tas
tertentu tidak diperluka n izin.
16

Pasal 37
Izin pengusah aan air tanah wajib dimiliki pelaksan a
pengusah aan air tanah sebagaim ana dimaksu d dalam Pasal
23.

Pasal 38
(1) Izin pemakaia n dan !Zill pengusah aan air tanah
diterbitk an kepada pemohon !Zill yang memenuh i
persyara tan administ ratif dan teknis.
(2) Syarat administ ratif sebagaim ana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang meliputi:
a. surat permoho nan;
b. profil badan usaha/ba dan sosial;
c. akte pendirian badan usaha/ba dan sosial;
d. salinan Izin Mendirik an Banguna n/ sertifikat
tanah/su rat pernyata an berada pada tanah milik
sendiri atau keterang an lain yang dipersam akan;
e. susunan direksi dan daftar pemegan g saham bagi
badan usaha dan daftar pengurus bagi badan sosial;
f. salinan Kartu Tanda Pendudu k bagi pemohon
perorang an;
g. Nomor Pokok Wajib Pajak;
h. surat keterang an domisili;
1. surat izin usaha;
J. surat keterang an ketidakb eratan dari masyarak at
sekitar yang diketahu i oleh ketua rukun tetangga,
rukun warga, dan lurah/ke pala desa;
k. surat keterang an ketidakte rsediaan pasokan air
bersih/ air minum dari penyedia air baku pada wilayah
izin dimohon, bagi permoho nan pengusah aan air tanah
dalam jumlah besar;
I. surat keterang an tertulis kesanggu pan membaya r
pajak bagi permoho nan izin pengusah aan air tanah.
(3) Syarat teknis sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) paling
kurang meliputi:
a. laporan basil pengebor an atau penggalia n air tanah;
b. titik lokasi rencana pengebor an atau penggalia n pada
peta situasi (denah) skala 1 : 10.000 atau lebih besar
dan peta topografi skala 1 : 50.000;
c. informas i mengena i peruntuk an dan debit kebutuha n
air tanah;
d. informas i rencana pemanta uan dan pengelola an
lingkung an; dan
e. kesanggu pan untuk membua t sumur resapan/ sumur
imbuhan sesuai ketentua n peratura n perundan g-
undanga n.
17

(4) Izin pemakaian dan pengusahaan air tanah yang


diterbitkan paling kurang memuat:
a. nama pemohon;
b. lokasi pengambilan air tanah;
c. jenis dan kedalaman akifer yang disadap;
d. kualitas air tanah;
e. peruntukan penggunaan air tanah;
f. kedalaman pengeboran/penggalian air tanah;
g. kedalaman pompa;
h. batas debit pemompaan
1. lamanya operasional pemompaan; dan
J. masa berlaku izin.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan izin
pemakaian dan pengusahaan air tanah, diatur dalam
Peraturan Gubernur.

Pasal39
(1) lzin pemakaian dan izin pengusahaan air tanah diberikan
untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang.
(2) Penetapan pemberian waktu izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memperhatikan:
a. ketersediaan air tanah;
b. kondisi dan lingkungan; dan
c. tujuan pemakaian atau pengusahaan.
(3) Perpanjangan masa berlaku izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diajukan secara tertulis paling cepat 3 (tiga)
bulan dan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa
berlaku izin berakhir.

Pasal 40
Dalam ha! pelaksanaan izin pemakaian dan izin
pengusahaan air tanah menimbulkan kerugian pada
masyarakat, pemegang izin wajib memberikan ganti kerugian
yang ditimbulkan.

Paragraf 2
Hak dan Kewajiban
Pasal 41
Pemegang izin pemakaian dan pengusahaan air tanah
berhak untuk melakukan pemakaian dan/ atau pengusahaan
air tanah sesuai dengan ketentuan dalam izin pemakaian
dan pengusahaan air tanah.
19

e. memba ngun sumur pantau air tanah sesuai dengan


ketentu an:
1. 1 (satu) buah sumur pantau air tanah dari setiap
kawasa n yang berasal dari 4 (empat) buah sumur
produks i air tanah dan kelipata nnya; atau
2. 1 (satu) buah sumur pantau air tanah dengan volume
kumula tif paling sedikit 40 (empat puluh) liter per
detik yang berasal dari 1 (satu) buah atau beberap a
sumur produks i air tanah kurang dari 4 (empat) titik,
atau dalam luasan kurang dari 10 (sepuluh ) hektar.
f. melaku kan usaha pengend alian terjadin ya pencem aran
air tanah;
g. melapo rkan apabila dalam pelaksa naan pengebo ran atau
penggal ian, serta pengus ahaan air tanah ditemuk an hal-
hal yang dapat memba hayakan lingkun gan;
h. melaku kan perbaik an kerusak an lingkun gan yang
disebab kan oleh kegiata n yang ditimbu lkan;
1. berpera nserta dalam menjag a kawasa n resapan air
tanah/i mbuha n air tanah;
J. melaku kan penyim panan air hujan pada kolam/e mbung
resapan air tanah;
k. membe rikan 15% (lima belas persen) dari batasan debit
pengus ahaan air tanah yang ditetapk an dalam izin untuk
memen uhi kebutuh an pokok sehari-h ari masyar akat
setempa t;
I. memasa ng pipa piezome ter sesuai kedalam an pompa
sumur produks i;
m. menguk ur, mencat at, dan menyam paikan data muka air
tanah sumur produks i dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
1 (satu) kali;
n. memeri ksa kualitas air tanah ke laborato rium yang
terakred itasi; dan
o. memba yar pajak air tanah.

Bagian Ketiga
Izin Perusah aan Pengebo ran Air Tanah
Paragra f 1
Umum
Pasal44
(1) Izin perusah aan pengebo ran air tanah wajib dimiliki
badan usaha yang melaku kan pengeb oran air tanahdi
dalam daerah Provinsi .
(2) Izin perusah aan pengebo ran air tanah diberika n untuk
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpa njang.
(3) Izin perusah aan pengebo ran dapat diberika n kepada
badan usaha pelaksa na pengebo ran air tanah yang
memen uhi persyar atan paling kurang:
20

a. memiliki sertifikat badan usaha;


b. memiliki surat izin usaha jasa konstruksi, khususnya
konstruksi di bidang air tanah;
c. tenaga ahli;
d. juru bor yang bersertifikasi; dan
e. memiliki alat pengeboran.

Paragraf 2
Hak dan Kewajiban
Pasal 45
Pemegang izin perusahaan pengeboran air tanah berhak
untuk melaksanakan pengeboran air tanah sesuai dengan
klasifikasi golongan pengeboran.

Pasal 46
Pemegang izin perusahaan pengeboran a1r tanah wajib
untuk:
a. mematuhi ketentuan dalam izin perusahaan pengeboran
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan pengeboran
air tanah dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3);
c. membangun sesuai konstruksi yang tercantum dalam izin
pengeboran;
d. tidak memperjualbelikan, menyewakan, dan
meminjamkan izin perusahaan pengeboran kepada pihak
lain;
e. tidak menyalahgunakan wewenang atas izin perusahaan
pengeboran yang telah diberikan; dan
f. membuat laporan hasil pengeboran dan melaporkannya
ke Perangkat Daerah yang membidangi urusan energi dan
sumber daya mineral.

BAB VII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal47
Gubernur menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi
dalam pelaksanaan pengelolaan air tanah di Daerah Provinsi.

Pasal48
(1) Pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah
dilaksanakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan melalui:
21

a. pengamatan;
b. pencatatan;
c. perekaman;
d. pemeriksaan laporan; dan/ atau
e. peninjauan secara lan&sung.
(3) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
menjadi dasar pelaksanaan evaluasi pengelolaan air
tanah.

Pasal49
(1) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan air tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3), dilaksanakan untuk
setiap kegiatan pelaksanaan pengelolaan air tanah.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan
sebagai dasar peninjauan kembali rencana pengelolaan
air tanah dan/ atau pelaksanaan pengelolaan air tanah.

Pasal 50
Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 dan Pasal 49 dilaksanakan oleh Perangkat Daerah
yang membidangi urusan energi dan sumber daya mineral.

BAB VIII
SISTEM INFORMASI
Pasal 51
(1) Gubernur membentuk sistem informasi pengelolaan air
tanah yang terintegrasi dengan sistem informasi
pengeloaan sumber daya air Daerah Provinsi.
(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
paling kurang meliputi:
a. data wilayah cekungan air tanah dan wilayah di luar
cekungan air tanah dalam Daerah Provinsi;
b. zona konservasi air tanah;
c. zona pemanfaatan air tanah;
d. data potensi dan kuota air tanah;
e. rencana pengelolaan air tanah;
f. data sumur pantau dan sumur imbuhan;
g. data pemegang izin pengeboran dan izin penggalian air
tanah;
h. data pemegang izin pemakaian dan pengusahaan air
tanah; dan
1. data pemegang izin perusahaanpengeboran air tanah.
22

Pasal 52
Perangka t Daerah yang membida ngi urusan energi dan
sumber daya mineral melaksan akan pembent ukan sistem
informas i pengelola an air tanah.

BAB IX
FASILITA SI
Pasal 53
(1) Dalam pengelola an air tanah di Daerah Provinsi, Gubernu r
dapat melakuk an fasilitasi kepada masyarak at.
(2) Fasilitasi sebagaim ana dimaksud pada ayat (1), dalam
bentuk:
a. pembang unan sumur imbuhar1 dan/ atau sumur
pantau;
b. pembang unan embung untuk konserva si air tanah;
c. peningka tan upaya konserva si air tanah;
d. pendidik an dan pelatihan teknisi air tanah;
e. penyedia an air bersih yang bersumb er dari air tanah
bagi masyarak at untuk kebutuha n sehari-ha ri; dan
f. penyedia an air bersih yang bersumb er dari hasil
pengolah an air laut menjadi air tawar di wilayah pesisir.
(3) Fasilitasi sebagaim ana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dilaksana kan oleh
Perangka t Daerah yang membida ngi urusan energi dan
sumber daya mineral.
(4) Fasilitasi sebagaim ana dimaksud pada ayat (2) huruf f
dilaksan akan oleh Perangka t Daerah yang membida ngi
urusan pengelola an sumber daya air.

BABX
KOORDINASI
Pasal54
(1) Gubernu r melaksan akan koordina si dalam rangka
pengelola an air tanah dengan Pemerint ah Pusat,
pemerint ah daerah provinsi lain, dan Pemerint ah Daerah
Kabupate n/Kota di Daerah Provinsi.
(2) Koordina si pengelola an air tanah sebagaim ana dimaksud
pada ayat (1), dilakuka n oleh Perangka t Daerah yang
membida ngi urusan energi dan sumber daya
minerals esuai kewenan gan berdasar kan ketentua n
peratura n perundan g-undang an.
23

BAB XI
KERJA SAMA
Pasal 55
(1) Gubernur mengembangkan kerja sama dalam rangka
pengelolaan air tan.ah, sesuai ketentuan perundang-
undangan.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan:
a. Pemerintah Daerah provinsi lain;
b. lembaga pendidikan;
C. badan usaha;
d. asosiasi;
e. masyarakat; dan/ atau
f. pihak luar negeri.
(3) Bentuk kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
berupa:
a. bantuan tenaga ahli;
b. bantuan saran.a dan prasarana;
c. sistem informasi;
d. pendidikan dan pelatihan; dan
e. kerja sama lain di bidang pengelolaan air tan.ah.

BAB XII
PERANSERTA MASYARAKAT
Pasal56
(1) Masyarakat dapat berperanserta dalam penyelenggaraan
pengelolaan air tan.ah.
(2) Peranserta masyarakat dapat dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. menjaga, memelihara kualitas lingkungan hidup di
daerah resapan dan lepasan air tan.ah;
b. mengawasipenggunaan air tan.ah;
c. memberikan saran, pendapat, usu!, keberatan,
pengaduan;dan/atau
d. memberikan informasi dan/ atau laporan.

BAB XIII
PEMBINMN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN
Pasal57
(1) Gubernur melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan
air tanah secara terpadu dan berkelanjutan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan dalam bentuk:
24

a. sosialisasi dan penyuluhan pengelolaan air tanah;


b. bimbingan teknis pengelolaan air tanah;
c. pendidikan dan pelatihan; dan
d. bentuk lainnya sesuai kebutuhan.
(3) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan dalam bentuk:
a. supervisi;
b. pemantauan; dan
c. evaluasi pelaksanaan pengelolaan air tanah.

Pasal58
Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dilakukan oleh
Perangkat Daerah yang membidangi urusan energi dan
sumber daya mineral.

BAB XIV
PENEGAKAN HUKUM
Pasal59
Penegakan hukum dalam pelaksanaan Peraturan Daerah ini
dilaksanakan oleh Satuan Palisi Pamong Praja Provinsi Jawa
Barat dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XV
LARANGAN
Pasal 60
Setiap orang dan/atau badan usaha dilarang:
a. melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya air
tanah dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan
air tanah, dan/ atau mengakibatkan pencemaran air
tanah;
b. merusak, melepas, menghilangkan, dan memindahkan
meter air atau alat ukur debit air dan/ atau merusak segel
tera dan segel instalansi teknis terkait pada meter air atau
alat ukur debit air;
c. mengambil air dari pipa sebelum meter air;
d. mengambil air melebihi debit yang ditentukan dalam izin;
e. menyembunyikan titik air atau lokasi pengambilan air;
f. memindahkan letak titik air atau lokasi pengambilan air;
g. memindahkan rencana letak titik pemboran atau l.okasi
pengambilan air;
h. merusak dan mencemari lingkungan akifer di sekitar
sumur;
25

i. tidak menyamp aikan laporan pengamb ilan air atau


melapork an tidak sesuai dengan kenyataa n;
J. tidak melapork an keduduk an muka air tanah pada sumur
pantau, sumur produksi dan sumur resapan / sumur
imbuhan atau melapork an tidak sesuai dengan kondisi
sebenarn ya;
k. tidak menyamp aikan laporan hasil pengujia n kualitas
kimia air tanah atau melapork an tidak sesuai dengan
kondisi sebenarn ya;
1. membuan g limbah padat dan limbah cair di sembaran g
tempat, terutama di daerah resapan air tanah atau
imbuhan air tanah yang menyeba bkan terjadiny a
kerusaka n kualitas air tanah, sesuai ketentua n peraturan
perundan g-undang an;
m. menggun akan air tanah dengan debit tertentu di daerah
pantai yang dapat menyeba bkan intrusi air laut ke air
tanah;da n
n. tidak melaksan akan ketentua n yang tercantum dalam
izin.

BAB XVI
SANKSI ADMINIS TRASI
Pasal 61
(1) Orang atau badan usaha yang melakuk an pelangga ran
terhadap ketentua n Pasal 60 dikenaka n sanksi
administ rasi, berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penghent ian sementar a kegiatan;
d. penghent ian tetap kegiatan;
e. pencabut an sementar a izin;
f. pencabut an tetap izin;
g. denda administr asi; dan/atau
h. sanksi administ rasi lain sesuai ketentua n peraturan
perundan g-undang an.
(2) Pengenaa n sanksi administ rasi sebagaim ana dimaksud
pada ayat (1), dilaksana kan oleh Perangka t Daerah yang
membida ngi urusan energi dan sumber daya mineral.
(3) Ketentua n lebih lanjut mengena i tata cara pengenaa n
sanksi administ rasi diatur dengan Peratura n Gubernu r.
26

BAB XVII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal62
(1) Selain oleh pejabat Penyidik Kepolisia n Negara Republik
Indonesi a (Penyidik Polri) yang bertugas menyidik tindak
pidana, penyidik an atas tindak pidana sebagaim ana
dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakuka n
oleh PPNS.
(2) Dalam pelaksan aan tugas penyidika n, PPNS sebagaim ana
dimaksu d pada ayat (1), berwenan g:
a. menerim a laporan atau pengadu an dari seseoran g
tentang adanya tindak pidana;
b. melakuk an tindakan pertama pada saat itu di tempat
kejadian dan melakuk an pemeriks aan;
c. menyuru h berhenti seorang tersangk a dan memerik sa
tanda pengenal diri tersangka ;
d. melakuk an penyitaan benda dan/ atau surat;
e. mengamb il sidik jari dan memotre t seseorang ;
f. memangg il orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangk a atau saksi;
g. mendata ngkan orang ahli yang diperluka n dalam
hubunga nnya dengan pemeriks aan perkara;
h. mengada kan penghent ian penyidik an setelah
mendapa t petunjuk dari Penyidik Polri bahwa tidak
terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan
merupak an tindak pidana, dan selanjutn ya
memberi tahukan ha! tersebut kepada Penuntut Umum,
tersangk a atau keluargan ya; dan
1. mengada kan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertang gungjawa bkan.
(3) Dalam pelaksan aan tugasnya , PPNS sebagaim ana
dimaksud pada ayat (1), berkoord inasi dengan
pengawa san Penyidik Polri.

BAB XVIII
SANKS! PIDANA
Pasal63
Setiap orang diancam pidana sebagaim ana diatur dalam
ketentua n peraturan perundan g-undang an dalam ha!:
a. dengan sengaja melakuk an pengusah aan air tanah tanpa
izin sebagaim ana dimaksud dalam Pasal 37;
b. dengan sengaja melakuk an pengusah aan air tanah yang
tidak berdasar kan perencan aan dan perencan aan teknis
pengelola an air tanah;
27

c. dengan sengaja tidak melaku kan dan/ atau sengaja tidak


ikut memba ntu dalam usaha-u saha menyel amatka n
tanah, air tanah, dan sumber -sumbe r air tanah bagi yang
sudah mendap atkan izin pengus ahaan air tanah;
d. membu ang limbah padat dan limbah cair di sembar ang
tempat, terutam a di daerah resapan air tanah yang
menyeb abkan terjadin ya kerusak an kualitas air tanah,
sesuai ketentu an perunda ng-und angan; dan
e. menggu nakan air tanah dengan debit tertentu di daerah
pantai yang dapat menyeb abkan intrusi air laut ke air
tanah.

Pasal64
(1) Setiap orang yang melang gar ketentu an sebagai mana
dimaks ud dalam Pasal 21 ayat (2), Pasal 26 ayat (1), Pasal
31 ayat (1), Pasal 32 ayat (1), Pasal 35, Pasal 36 ayat (1),
sal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 46, diancam pidana
kurung an paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling
banyak Rp. 50.000. 000,00 (lima puluhju ta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagai mana dimaks ud pada ayat (1)
adalah pelangg aran.
(3) Denda sebagai mana dimaks ud pada ayat (1) merupa kan
penerim aan Daerah Provins i dan disetork an ke kas
Daerah Provinsi .

BAB XIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
Pada saat Peratur an Daerah ini mulai berlaku , maka:
a. 12111 yang telah diterbit kan sebelum ditetapk annya
Peratur an Daerah ini, masih tetap berlaku sampai dengan
berakhi rnya masa berlaku 1z1n sepanja ng tidak
bertenta ngan dengan Peratur an Daerah ini; dan
b. penggu naan air tanah tanpa izin sebelum diterbit kannya
Peratur an Daerah ini, wajib mempro ses izin sesuai
ketentu an Peratur an Daerah ini.

BAB XX
KETENTUAN PENUTU P
Pasal 66
Dengan ditetapk annya Peratur an Daerah ini, maka:
a. Peratur an Daerah Provins i Jawa Barat Nomor 5 Tahun
2008 tentang Pengelo laan Air Tanah (Lemba ran Daerah
Tahun 2008 Nomor 4 Seri E, Tambah an Lembar an
Daerah Provins i Jawa Barat Nomor 41); dan
28

b. Peratur an Daerah Provins i Jawa Barat Nomor 8 . Tahun


2012 tentang Perubah an atas Peratur an Daerah Provins i
Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pengelo laan Air
Tanah (Lemba ran Daerah Tahun 2012 Nomor 8 Seri E,
Tambah an Lembar an Daerah Provins i Jawa Barat Nomor
122),
dicabut dan dinyata kan tidak berlaku .

Pasal67
Peratur an Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundan gkan.

Agar setiap orang menget ahuinya , memeri ntahkan


pengun dangan Peratur an Daerah ini dengan penemp atannya
dalam Lembar an Daerah Provins i Jawa Barat.

Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 25 April 2017
GUBERNUR JAWA BARAT,

ttd

AHMAD HERYAWAN
Diundangkan di Bandung pada
tanggal 25 April 2017

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


JAWA BARAT,

ttd

IWA KARNIWA
LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 NOMOR 1
NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT : (1/51/2017)
DISALIN SESUAI DENGAN ASLINYA
KEPALA BIRO HUKUM DAN HAM

H. J. J. BUDI PRASTIO, SH., MH.


Pembina Utama Muda
NIP. 19580729 198703 1 001
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 1 TAHUN 2017

TENTANG

PENGE LOLMN AIR TANAH

I. UMUM
Pembat alan Undang -Undan g Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
dengan membe rlakuka n kembal i Undang -Undan g Nomor 11 Tahun 1974
tentang Pengair an yang ditetapk an dalam Putusan Mahkam ah Konstitu si
Nomor 85/PUU -IX/201 3 merupa kan semang at dari Pasal 33 ayat (3)
Undang -Undan g Dasar Negara Republi k Indones ia Tahun 1945 yang
menyat akan bahwa bumi, air, dan kekayaa n alam yang terkand ung di
dalamn ya dikuasa i oleh negara dan dipergu nakan untuk sebesar -besar
kemakm uran rakyat. Berdasa rkan Putusan Mahkam ah Konstit usi tersebu t,
pengelo laan sumber daya air wajib mengac u pada 6 (enam) prinsip dasar
sebagai berikut:
a. Setiap pengus ahaan atas air tidak boleh mengga ngu, menges amping kan,
apalagi meniad akan hak rakyat atas air karena bumi, air, dan kekayaa n
alam yang terkand ung didalam nya selain harus dikuasa i oleh negara,
juga peruntu kannya adalah untuk sebesar -besar kemakm uran rakyat;
b. Negara harus memen uhi hak rakyat atas air. Sebaga imana
dipertim bangkan di atas, akses terhada p air adalah salah satu hak asasi
tersendi ri maka Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 menent ukan,
"Perlind ungan, pemaju an, penegak an, dan pemenu han hak asasi
manusi a adalah tangung jawab negara, terutam a pemerin tah;
c. Mengin gat kelestar ian lingkun gan hidup, sebab sebagai salah satu hak
asasi manusi a, Pasal 38 H ayat (1) UUD 1945 menent ukan, "Setiap orang
berhak hidup sejahter a lahir dan batin, bertemp at tinggal, dan
mendap atkan lingkun gan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memper oleh pelayan an kesehat an;
d. Sebagai cabang produks i yang penting dan mengua sai hajat hidup orang
banyak yang harus dikuasa i negara (vide Pasal 33 ayat (2) UUD 1945)
dan air yang menuru t Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 harus dikuasa i oleh
negara dan dipergu nakan untuk sebesar -besar kemakm uran rakyat
maka pengaw asan dan pengend alian oleh negara atas air sifatnya
mutlak;
e. Sebagai kelanju tan hak mengus ai oleh negara dan karena air merupa kan
sesuatu yang sangat mengua sai hajat hidup orang banyak maka priorita s
utama yang diberika n pengus ahaan atas air adalah Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; dan
f. Apabila setelah semua pembat asan tersebu t di atas sudah terpenu hi dan
ternyata masih ada ketersed iaan air, Pemerin tah masih dimung kinkan
untuk membe rikan izin kepada usaha swasta untuk melaku kan
pengus ahaan atas air dengan syarat-s yarat tertentu dan ketat.
Dalam pemanf aatan dan pemelih araan air tanah, Pemerin tah Daerah
Provinsi Jawa Barat telah menerb itkan Peratur an Daerah Provins i Jawa
Barat Nomor 5 Tahun 2008 jo. Peratur an Daerah Provins i Jawa Barat Nomor
8 Tahun 2012 tentang Perubah an atas Peratur an Daerah Provins i Jawa
30

Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pengelola an Air Tanah. Kedua Peratura n
Daerah Provinsi Jawa Barat ini berpedom an kepada Undang- Undang Nomor
7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Undang- Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerint ahan Daerah serta Peratura n Pemerint ah
Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah. Peratura n perundan g-undang an
yang menjadi landasan pembent ukan Peratura n Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 5 Tahun 2008 jo. Peratura n Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8
Tahun 2012 telah dicabut/d ibatalkan . Selain itu, sebagai tindak lanjut dari
pembatal an Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004, Menteri Dalam Negeri
juga telah membata lkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat
Nomor 5 Tahun 2008 melalui Keputusa n Menteri Dalam Negeri Nomor
188.34-3 632 Tahun 2016.
Berlakun ya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerint ahan
Daerah yang menggan ti Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 berimplik asi
pada perubaha n kewenan gan Pemerint ahan Daerah provinsi mengena i air
tanah. Berdasar kan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014, penerbita n izin
pengebor an, izin penggalia n, izin pemakaia n, dan izin pengusah aan air
tanah dalam Daerah provinsi yang sebelumn ya merupak an kewenan gan
Pemerint ah Daerah kabupate n/kota menjadi kewenan gan Pemerint ah
Daerah provinsi.
Penyusun an Peratura n Daerah ini didasark an pada prinsip mendasa r bahwa
negara sebagai subyek yang diberikan hak penguasa an sumber daya air.
Penguasa an negara atas sumber daya air dilakuka n dengan tetap mengaku i
hak ulayat masyarak at hukum adat setempat atas air sepanjan g tidak
bertentan gan dengan kepenting an nasional dan ketentua n peraturan
perundan g-undang an. Penguasa an oleh negara atas air dilakuka n dengan
melakuka n pengatur an dan pengurus an perizinan dan alokasi air untuk
menjamin hak setiap orang mendapa tkan air dalam memenuh i kebutuha n
pokok sehari-ha ri.
Pengatur an terhadap penzman dan alokasi air diperluka n karena
ketersedi aan air secara alamiah tidak sebandin g dengan jumlah pendudu k
yang semakin berkemba ng. Persainga n antara kebutuha n air bagi
pemenuh an kebutuha n pokok sehari-ha ri dengan kebutuha n air untuk
pengguna an lainnya di masa yang akan datang akan semakin meningka t.
Perizinan merupak an instrume n pengenda li untuk mewujud kan ketertiba n
dalam pengelola an air tanah, melindun gi hak masyarak at dalam pemenuh an
kebutuha n pokok sehari-ha ri dan pertanian rakyat dalam sistem irigasi,
serta menjami n hak ulayat masyarak at hukum adat setempat atas air tanah
dan hak yang serupa dengan itu.
Penerbita n Izin Pengusah aan Air Tanah bukan merupak an izin untuk
memiliki atau menguas ai air tanah dan/atau sumber air tanah, tetapi hanya
terbatas pada pemberia n izin oleh pemerint ah kepada pemegan g izin untuk
mempero leh dan mengusa hakan air tanah yang dibatasi dengan kuota air
tanah. Izin Pengusah aan Air Tanah dapat diberikan apabila air tanah untuk
pemenuh an kebutuha n pokok sehari-ha ri dan pertanian rakyat telah
terpenuh i, serta sepanjan g ketersedi aan air tanah masih mencuku pi. Kuota
air tanah yang ditetapka n dalam izin dapat ditinjau kembali apabila
persyarat an atau keadaan yang dijadikan dasar pemberia n izin dan kondisi
ketersedi aan air tanah yang bersangk utan mengalam i perubaha n yang
sangat berarti.
31

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Istilah-is tilah dalam pasal ini dimaksu dkan untuk mencega h timbulny a
salah tafsir dan salah pengertia n dalam memaham i dan melaksan akan
pasal-pas al dalam Peratura n Daerah ini.

Pasal 2
Hurufa
Yang dimaksud dengan asas "keterpad uan" adalah mengand ung
pengertia n bahwa pengelola an air tanah diselengg arakan dengan
menjaga kelestari an fungsi air tanah secara berkelan jutan.
Hurufb
Yang dimaksu d dengan asas "keseimb angan" adalah keseimba ngan
antara fungsi sosial, fungsi lingkung an hidup, dan fungsi ekonomi.
Huruf c
Yang dimaksu d dengan asas "kemanfa atan umum" adalah
pengelola an air tanah dilaksana kan untuk memberi kan manfaat
sebesar-b esarnya bagi kepenting an umum secara efektif dan efisien.
Hurufd
Yang dimaksud dengan asas "fungsi sosial" adalah air tanah untuk
kepentin gan umum lebih diutamak an daripada kepentin gan individu.
Huruf e
Yang dimaksu d dengan asas "keterpad uan dan keserasia n" adalah
pengelola an air tanah dilakuka n secara terpadu dalam mewujud kan
keserasia n untuk berbagai kepenting an dengan memperh atikan sifat
alami air tanah yang dinamis.
Huruff
Yang dimaksud dengan asas "keadilan " adalah pengelola an air tanah
dilakuka n secara merata ke seluruh lapisan masyarak at di wilayah
tanah air sehingga setiap warga negara berhak mempero leh
kesempa tan yang sama untuk berperan dan menikma ti hasilnya
secara nyata.
Hurufg
Yang dimaksud dengan asas "kemand irian" adalah pengelola an air
tanah dilakuka n dengan memperh atikan kemamp uan dan
keunggul an sumber daya setempat .
Hurufh
Yang dimaksud dengan asas "transpar ansi dan akuntabi litas" adalah
pengelola an air tanah dilakuka n secara terbuka dan dapat
dipertang gungjawa bkan.

Pasal3
Huruf a
Prinsip keterpad uan antara air tanah dan air permuka an dalam
ketentua n ini meliputi penyelen ggaraan konserva si, pendayag unaan,
dan pengenda lian daya rusak air tanah yang dilaksan akan dengan
32

memperh atikan wewenan g dan tanggung jawab instansi sesuai


dengan tugas pokok dan fungsinya .
Hurufb
Prinsip keseimba ngan antara konserva si lingkung an dan
pendayag unaan air tanah adalah perlakua n yang proporsio nal untuk
kegiatan konserva si dan pendayag unaan sumber daya air.

Pasal 4
Cukupje las

Pasal 5
Hurufa
Perencan aan pengelola an air tanah dilaksana kan pada wilayah
cekungan air tanah dan di luar cekungan air tanah dengan
berdasar kan hasil kajian.
Hurufb
Kelestari an air tanah sebagai tujuan utama dari pengelola an air
tanah. Oleh karena itu, konserva si air tanah menjadi langkah awal
dan utama dalam pengelola an air tanah pada cekungan air tanah
dan di luar cekungan air tanah.
Huruf c
Pemanta uan dan evaluasi dilaksana kan dalam rangka pengenda lian
dari pelaksaa an pengelola an air tanah.

Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Hurufa
Rencana pelaksan aan konstruk si meliputi konstruk si sumur
produksi , sumur pantau lengkap dengan instalasi alat pantau
dan sumur resapan/ imbuhan lengkap dengan instalasi
resapan/ imbuhan air tanah.
Hurufb
Rencana pelaksan aan operasi meliputi operasion al kegiatan
pada sumur produksi, sumur pantau dan sumur
resapan/ imbuhan air tanah.
Huruf c
Rencana pemeliha raan prasaran a air tanah meliputi
pemeliha raan sumur produksi , sumur pantau dan sumur
resapan/ imbuhan air tanah.
Ayat (4)
Cukupje las
33

Ayat (5)
Cukupj elas

Pasal 7
Ayat (1)
Penyus unan rencana pengelo laan air tanah harus mempe rhatikan
keterse diaan air permuk aan.
Ayat (2)
Cukupj elas

Pasal 8
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Koordin asi dilaksa nakan dalam rangka sinergit as dan sinkron isasi
pengelo laan air tanah.
Ayat (3)
Hurufa
Cukupj elas
Hurufb
Zona konserv asi air tanah ditentu kan berdasa rkan kesama an
kondisi daya dukung air tanah, kesama an tingkat kerusak an air
tanah, dan kesama an pengelo laan air tanah.

Pasal9
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pemeta an air tanah bertqju an untuk memper oleh data keterda patan,
sebaran , dan produkt ivitas akifer, serta kondisi keberad aan air
tanah yang disajika n dalam bentuk peta.
Penyeli dikan air tanah bertuju an untuk memper oleh data kondisi
dan lingkun gan air tanah, meliput i konfigu rasi dan parame ter akifer,
sebaran daerah imbuha n dan lepasan air tanah, kuantit as dan
kualitas air tanah, dan/ atau dampak pengam bilan air tanah.
Peneliti an air tanah bertuju an untuk memper oleh data yang lebih
rinci dari penyeli dikan air tanah.
Eksplor asi air tanah bertuju an untuk memper oleh data air tanah
mencak up, meliput i sebaran dan sifat fisik batuan yang
mengan dung air tanah, kedalam an akuifer, konstru ksi sumur, debit
optimum , kualitas air tanah, dan lain-lain , melalui kegiata n survei
34

geofisik a, pengebo ran, penamp angan sumur, uji pemom paan, dan
pemerik saan laborato rium.
Evaluas i data air tanah bertuju an untuk menget ahui sebaran ,
kuantit as, dan kualitas air tanah.

Pasal 10
Ayat (1)
Parame ter akifer meliput i nilai konduk tivitas hidrolik (K),
transmi sivitas (T) dan storativ itas (S).
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 11
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Zona perlind ungan air tanah merupa kan daerah yang karena
fungsin ya terhada p air tanah sangat penting sehingg a dilindun gi.
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 12
Zona pemanf aatan air tanah merupa kan daerah yang air tanahny a
dapat dimanfa atkan.
Zonasi air tanah menjad i pedoma n dalam pemelih araan dan
penggu naan air tanah.

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukupj elas

Pasal 14
Cukup jelas
35

Pasal 15
Ayat (1)
Daya dukung air tanah adalah kemamp uan air tanah untuk
menduku ng perikehid upan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Daya tampung air tanah adalah kemamp uan air tanah untuk
menyerap zat, energi, dan/ a tau kompone n lain yang masuk a tau
dimasuk kan ke dalamnya .
Ayat (2)
Hurufa
Cukup jelas
Hurufb
Cukup jelas
Huruf c
Cukupje las
Ayat (3)
Perlindun gan dan pelestari an air tanah ditujukan untuk melindun gi
dan melestari kan air tanah beserta lingkung an keberada annya dari
kerusaka n dan/ atau gangguan yang disebabk an oleh daya alam
atau tindakan manusia
Hurufa
Cukupje las
Hurufb
Pengenda lian penggun aan air tanah dapat berupa:
mengatu r pemanfa atan air tanah pada sebagian cekungan air
tanah melalui perizinan ; dan/ atau
pelarang an untuk memanfa atkan air tanah pada sebagian
cekungan air tanah.
Huruf c
Cukupje las
Hurufd
Cukup jelas
Huruf e
Cukupje las
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Pelaksan aan secara vegetatif merupak an upaya perlindun gan dan
pelestari an yang dilakuka n dengan atau melalui penanam an
pepohon an atau tanaman yang sesuai pada daerah imbuhan air
tanah yang mampu meningk atkan kapasitas fungsi resapan air
tanah.
Cara sipil teknis merupak an upaya perlindun gan dan pelestaria n
yang dilakuka n melalui rekayasa teknis, seperti pembang unan
banguna n ramah lingkung an yang tidak merubah fungsi resapan
36

air tanah pada daerah imbuha n air tanah (seperti rumah


panggu ng, penggu naan materia l yang mampu meresa pkan air,
clan lainnya) .
Melalui pendek atan sosial, budaya , clan ekonom i diartika n bahwa
pelaksa naan upaya perlind ungan clan pelestar ian air tanah
dengan berbaga i upaya tersebu t harus dilakuk an dengan
mempe rhatikan kondisi sosial, budaya, clan ekonom i masyar akat
setempa t.

Ayat (4)
Pengaw etan air tanah ditujuk an untuk memeli hara keberad aan clan
keterse diaan air tanah atau kuantit as air tanah, sesuai dengan fungsi
clan manfaa tnya.
Ayat (5)
Pengelo laan kualitas air tanah clan pengend alian pencem aran air
tanah ditajuk an untuk mempe rtahank an clan memuli hkan kualitas
air tanah pada cekung an air tanah.
Ayat (6)
Untuk menceg ah masukn ya pencem aran air tanah misalny a
dilakuk an dengan cara tidak menem patkan lokasi pembua ngan
akhir sampah pada daerah yang porous clan mengol ah air limbah
sebelum dialirka n ke pembua ngan akhir.
Ayat (7)
Cukupj elas

Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukupj elas
Ayat (3)
Cukupj elas
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 17
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Penggu naan air tanah dapat dilaksa nakan tidak berdasa rkan
rencana pengelo laan air tanah dalam ha! penggu naan air tanah
dalam bentuk pemaka ian air tanah pada wilayah di luar cekung an air
tanah clan berdasa rkan hasil kajian dimung kinkan untuk dilakuk an
pemaka ian air tanah.
37

Pasal 18
Ayat (1)
Hurufa
Cukup jelas
Hurufb
Cukup jelas

Huruf c
Cukupj elas
Hurufd
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaks ud dengan "air untuk irigasi bagi pertani an rakyat
yang telah ditetapk an izinnya" adalah:
1. air irigasi untuk pertani an rakyat di dalam sistem irigasi yang
cara menggu nakann ya dilakuk an dengan mengub ah kondisi
alami Sumber Air yang telah mempu nyai izin; atau
2. air irigasi untuk pertani an rakyat di luar sistem irigasi yang
telah dibangu n ataupun yang telah direnca nakan untuk
dibangu n dan telah mempu nyai izin.
Huruff
Cukupj elas
Hurufg
Kegiata n bukan usaha merupa kan kegiata n bukan usaha selain
kegiata n untuk memen uhi kebutuh an pokok sehari-h ari dan
pertani an rakyat. Misalny a rumah ibadah, fasilitas umum, taman
kota sebagai fasilitas umum, instans i pemerin tah, dan lainnya .
Hurufh
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Hurufk
Cukup jelas
Ayat (2)
Hurufa
Kepenti ngan yang mendes ak merupa kan suatu keadaan tertentu
yang mengha ruskan pengam bilan keputus an dengan cepat untuk
mengub ah rencana penyedi aan air tanah, karena keterlam batan
mengam bil keputus an akan menimb ulkan kerugia n harta, benda,
jiwa, dan lingkun gan yang lebih besar. Misalny a perubah an
rencana penyedi aan Air Tanah untuk mengat asi kekerin gan dan
pemada man kebaka ran hutan.
38

Hurufb
Kepenti ngan pertaha nan negara merupa kan segala usaha untuk
mempe rtahank an kedaula tan negara, keutuh an wilayah Negara
Kesatua n Republi k Indones ia dan keselam atan segenap bangsa
dari ancama n dan ganggu an terhada p keutuh an bangsa dan
negara.
Ayat (3)
Cukupj elas

Pasal 19
Ayat (1)
Cukupj elas

Ayat (2)
Cukupj elas

Pasal 20
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Cukupj elas

Pasal 21
Ayat (1)
Pengeb oran air tanah adalah kegiata n membu at sumur bor air tanah
sebagai sarana eksplora si, pengam bilan, pemaka ian dan
pengus ahaan, pemant auan, atau imbuha n air tanah.
Penggal ian air tanah adalah kegiata n membu at sumur gali, saluran
air, dan terowon gan air untuk mendap atkan air tanah yang
dilaksa nakan sesuai dengan pedoma n teknis sebagai sarana
eksplor asi, pengam bilan, pemaka ian, dan pengus ahaan, pemant auan
atau imbuha n air tanah.
Ayat (2)
Kondisi hidroge ologis meliput i sebaran dan karakte ristik akuifer, pola
aliran air tanah, potensi air tanah, dan kedudu kan muka air tanah.

Pasal 22
Ayat (1)
Pemaka ian air tanah untuk kegiata n bukan usaha adalah pemaka ian
air tanah untuk kegiata n bukan usaha selain kegiata n untuk
memen uhi kebutuh an pokok sehari-h ari dan pertani an rakyat.
Misalny a rumah ibadah, fasilitas umum, taman kota sebagai fasilitas
umum, instans i pemerin tah, dan lainnya .
39

Ayat (2)
Cukupj elas

Pasal23
Cukupj elas

Pasal 24
Ayat (1)
Hurufa
Prociuk berupa air minum meliput i air minum yang
diseleng garakan melalui Sistem Penyed iaan Air Minum (SPAM), air
minum dalam kemasa n (AMDK).
Hurufb
Prociuk selain air minum meliput i industr i makana n atau
minum an olahan, industri mobil, industr i baja, industri tekstil,
dan industr i lainnya .
Huruf c
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukupj elas

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Nilai peroleh an air tanah adalah nilai air tanah yang telah diambil
dan dikenak an pajak air tanah, besarny a sama dengan volume air
tanah yang diambil dikalika n dengan harga dasar air tanah.
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal26
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pengeri ngan (dewate ring) adalah proses penuru nan muka air tanah
untuk kegiata n tertentu , seperti pada kegiata n eksplor asi dan
eksploit asi di bidang pertamb angan dan energi (seperti pengus ahaan
gas metana batuba ra/ coalbed methane ), pada kegiata n pemban gunan
gedung (seperti pembua tan dan pemelih araan baseme nt), dan
kegiatan lainnya .
40

Pasal27
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukupj elas
Ayat (2)
Cukupj elas

Pasal 29
Izin pengus ahaan air tanah pada setiap cekung an air tanah lintas
provinsi yang diterbit kan Gubern ur adalah izin yang diterbit kan untuk
pengus ahaan air tanah pada cekung an air tanah lintas provins i dalam
Daerah Provinsi .

Pasal30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukupj elas

Pasal 31
Ayat (1)
lzin pengeb oran air tanah
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukupj elas

Pasal 32
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Sumur Pantek adalah sumur untuk mengam bil/mem anfaatk an Air
Tanah yang dibuat menggu nakan tenaga manusi a atau alat bor
41

dengan kedalama n kurang dari 40 (empat puluh) meter bawah muka


tanah (bmt) setempat dan diameter sumur kurang dari 2 (dua) inchi
(kurang dari 5 cm).
Sumur Gali adalah sumur untuk mengamb il/meman faatkan Air
Tanah yang dibuat menggun akan tenaga manusia dengan kedalama n
kurang dari 40 (empat puluh) meter bawah muka tanah (bmt)
setempat .

Pasal33
Cukupje las

Pasal34
Cukup jelas

Pasal 35
Hurufa
Konstruk si sumur merupak an instalasi sumur yang terpasang
setelah proses pembuat an sumur bor selesai, yang terdiri atas pipa
jambang , pipa naik, pipa pisomete r, pipa saringan, kerikil pembalut ,
lempung penyekat , dan semen penyekat .
Hurufb
Cukupje las
Huruf c
Cukup jelas
Hurufd
Tanggapa n positif merupak an tanggapa n dari pemegan g izin
pengebor an dan izin penggalia n untuk merespon secara adil,
bijaksana , dan sesuai ketentua n peratura n perundan g-undang an,
dalam upaya menanga ni gejolak sosial yang timbul dari masyarak at
di sekitar lokasi kegiatan.
Huruf e
Cukup jelas
Huruff
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Hurufh
Cukup jelas

Pasal 36
Ayat (1)
Cukupje las
Ayat (2)
Cukup jelas
42

Pasal37
Cukupj elas

Pasal 38
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Hurufa
Cukup jelas
Hurufb
Cukupj elas
Huruf c
Cukupj elas
Hurufd
Cukupj elas
Huruf e
Cukup jelas
Huruff
Cukup jelas
Hurufg
Cukupj elas
Hurufh
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukupj elas
Hurufk
Surat keteran gan ketidak tersedia an pasokan air baku wajib
dipenuh i pemoho n izin pemaka ian dan izin pengus ahaan air tanah
yang akan memak ai dan/ atau mengus ahakan air tanah dengan
pemanf aatan lebih dari 2 It/ detik.
Huruf I
Cukup jelas
Ayat (3)
Hurufa
Laporan hasil pengebo ran atau penggal ian air tanah paling sedikit
memua t:
a. gambar penamp ang litologi dan penamp angan sumur;
43

b. hasil analisis fisika dan kimia Air Tanah;


c. hasil analisis uji pemompaan terhadap akuifer yang disadap;
dan
d. gambar konstruksi sumur berikut bangunan di atasnya.
Hurufb
Cukupjelas
Hurufc
Cukupjelas
Hurufd
Cukup jelas
Huruf e
Sumur resapan air tanah adalah sumur yang dibuat untuk
menambah air tanah secara buatan pada akifer tidak tertekan.
Sumur imbuhan air tanah adalah sumur yang dibuat untuk
menambah air tanah secara buatan pada akifer tertekan.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal39
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 40
Besaran ganti kerugian sesuai dengan hasil penilaian yang
layak/ akuntabel.

Pasal 41
Cukup jelas

Pasal 42
Huruf a
Cukup jelas
Hurufb
Cukup jelas
44

Huruf c
Cukup jelas
Hurufd
Cukup jelas
Huruf e
Sumur pantau air tanah adalah sumur yang dibuat untuk memantau
kedudukan muka air tanah dan/ atau kualitas air tanah pada akifer
tertentu.
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Hurufh
Cukupjelas
Huruf i
Cukupjelas
Huruf j
Cukupjelas
Hurufk
Cukup jelas

Pasal43
Cukupjelas

Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukupjelas

Pasal 45
Cukupjelas

Pasal46
Cukup jelas

Pasal 47
Cukup jelas
45

Pasal48
Ayat (1)
Cukupjelas

Ayat (2)
Cukupjelas
Ayat (3)
Cukupjelas

Pasal 49
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Cukupjelas

Pasal50
Cukup jelas

Pasal 51
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Cukupjelas

Pasal 52
Cukup jelas

Pasal 53
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 54
Ayat (1)
Cukupjelas
46

Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 55
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukupjelas

Pasal56
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukupjelas

Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukupjelas
Ayat (3)
Cukupjelas

Pasal 58
Cukup jelas

Pasal59
Cukup jelas

Pasal 60
Cukupjelas

Pasal 61
Ayat (1)
Cukupjelas
Ayat (2)
Cukupjelas
47

Ayat (3)
Cukupj elas

Pasal 62
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 63
Cukupj elas

Pasal 64
Ayat (1)
Cukupj elas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 65
Cukupj elas

Pasal 66
Cukupj elas

TAMBA HAN LEMBA RAN DAERA H PROVIN S! JAWA BARAT NOMOR 203

Anda mungkin juga menyukai