Anda di halaman 1dari 16

KUPAS TUNTAS TINDAK PIDANA KORUPSI PEMECAH OMBAK DI DESA

LIKUPANG II SULAWESI UTARA

Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS


Mata Kuliah Pengembangan Materi Qur’an Hadist

Dosen Pengampu
Dr. H. Zeid B. Smeer, Lc, M.A

Oleh:
Nindia Oktiviana
200101110163

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan paper
yang berjudul “Kupas Tuntas Tindak Pidana Korupsi Pemecah Ombak di desa Likupang II,
Sulawesi Utara” dengan baik serta tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membimbing umat manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni Addinul Islam.

Adapun maksud dari penyusunan paper ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian Akhir
Semester (UAS) mata kuliah Pengembangan Materi Qur’an Hadist. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada ustadz Dr. H. Zeid B. Smeer, Lc, M.A. selaku dosen pengampu dalam
mata kuliah Pengembangan Materi Qur’an Hadist yang telah memberi bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam menyusun paper selama satu semester ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua, adik, keluarga serta teman-teman yang selalu memberi
dukungan, semangat, dan do’a kepada penulis untuk terus berusaha dalam menyelesaikan paper
tugas UAS ini.

Tidak ada satu pun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan kecuali do’a, semoga
amal baik yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis mendapatkan imbalan dari
Allah swt.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas paper UAS ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga paper ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Amiin.

Malang, 01 Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi merupakan salah satu penyakit masyarakat sama dengan jenis kejahatan
lain seperti pencurian yang sudah ada sejak manusia bermasyarakat di atas bumi ini.
Masalah utama yang dihadapi adalah meningkatnya korupsi itu seiring dengan
kemajuan kemakmuran dan teknologi. Bahkan pengalaman memperlihatkan semakin
maju pembangunan suatu bangsa semakin meningkat juga kebutuhan mendorong orang
untuk melakukan korupsi demi memenuhi segala kebutuhan hidup yang ada. Pada
dasarnya korupsi adalah kejahatan kerah putih yang rata-rata justru dilakukan oleh para
aparat negara yang seharusnya memberantas tindak pidana korupsi tersebut.
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah
dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari
tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan
negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya
sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi
yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan
perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal
batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan
kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik maupun
privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.
Sejarah membuktikan bahwa hampir di setiap Negara itu dihadapkan dengan
masalahyang namanya korupsi. Persoalan korupsi tidak hanya terjadi pada pejabat
publik yang menyalahgunakan jabatannya dan kedudukannya untuk mendapat
keuntungan dengan mudah bagi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Korupsi dapat
terjadi bila ada peluang dan keinginan dalam waktu yang bersamaan, yaitu dapat
dimulai dari aspek mana saja berupa suap yang ditawarkan kepada seorang pejabat,
pejabat meminta atau bahkan memeras uang pelicin, orang yang menyuap melakukan
suap karena menginginkan sesuatu yang bukan haknya, dan ia menyuap dengan
mengabaikan peraturan.
Sulawesi Utara, sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia juga tidak
lepas dari permasalahan korupsi. Pada 2018, Kabupaten Minahasa Utara sempat
dihebohkan dugaan korupsi pada proyek pemecah ombak di desa Likupang Dua.
Sejumlah nama pejabat kabupaten dikait-kaitkan dengan proyek tersebut. Kasus ini
bermula dari penggunaan anggaran dana siap pakai BPBD untuk desa Likupang Dua
yang disebut sering terjadi banjir rob. Demi menggunakan anggaran tersebut, RT salah
satu terdakwa kasus tersebut disebut melakukan tindakan yang mengabaikan beberapa
pertimbangan, misalnya:
1. Mengusulkan permintaan dana siap pakai ke BPNB dengan menggunakan SK
Bupati Minahasa Utara Nomor 69 Tahun 2016, yang menyatakan di Kabputan
Minahasa Utara dalam status siaga darurat penanganan bencana banjir dan
longsor. Padahal di Kabupaten dimaksud tidak pernah terjadi bencana dan tidak
ada warning atau peringatan dari BMKG terkait kondisi cuaca ekstrim.
Tindakan itu dianggap bertentangan dengan peraturan kepala BNPB Nomor
06A tahun 2011.
2. RT tidak melakukan pemilihan penyediaan barang dan jasa terhadap pelaksana
kegiatan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010.
3. RT membayarkan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dan menyerahkan
dana pencairan hasil pekerjaan bukan kepada pihak pelaksana pekerjaan,
bertentangan dengan peraturan kepala BNPB Nomor 4 tahun 2014 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.05/2013 tahun 2013.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FAKTOR TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI PEMECAH OMBAK di


DESA LIKUPANG II SULAWESI UTARA
Pada tanggal 18 Februari 2016, dengan menggunakan SK Bupati Minahasa
Utara Nomor: 68 tahun 2016, RMT mengusulkan permintaan Dana Siap Pakai (DSP)
ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam usulan tersebut, terdapat
pernyataan bahwa Kabupaten Minahasa Utara dalam Status Siaga Darurat Penanganan
Bencana Banjir dan Longsor, padahal di Kabupaten Minahasa Utara tidak pernah
terjadi bencana dan tidak pernah ada warning atau peringatan dari BMKG (Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofosika) terkait dengan kondisi cuaca ekstrim. Setelah
diterbitkannya SK Bupati Minahasa Utara Nomor 68 tahun 2016, terdakwa RMT
bersama VAP, Bupati Minahasa Utara, dan SJK, Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Minahasa Utara, melakukan pertemuan dengan JT, Direktur Tanggap
Darurat BNPB dalam rangka mendapat dana siap pakai untuk Kabupaten Minahasa
Utara.
Setelah pertemuan itu, terdakwa RMT menandatangani daftar usulan kegiatan
pengajuan dana siap pakai ke BNPB, dengan total anggaran mencapai Rp. 43,1 miliar.
Sekitar bulan Maret 2016, terdakwa RMT bersama SJK, berangkat ke Badan Nasional
Penanggulangan Bencana di Jakarta memenuhi undangan dalam rangka
mempresentasikan kegiatan proyek penanganan darurat pembuatan tanggul
penahan/pemecah ombak Desa Likupang II (Dua) dan melakukan perbaikan proposal.
Menindaklanjuti usulan kegiatan proyek penanganan darurat pembuatan tanggul
penahan/pemecah ombak di Desa Likupang II (Dua), pada sekitar bulan April 2016
Tim BNPB di antaranya Drs. ES dan DP melakukan verifikasi ke lokasi proyek bersama
dengan SS dan LG, perwakilan BPBD.
Dalam kegiatan tersebut terdapat pula perwakilan Dinas Pekerjaan Umum
kabupaten Minahasa Utara di antaranya SK, BK, IP, SP, SS. Pada 18 April 2016, VAP
Bupati Minahasa Utara, membuat dan menandatangani surat permohonan bantuan DSP
siaga bencana banjir dan longsor kepada BNPB dengan melampirkan proposal siaga
darurat penanggulangan bencana alam kabupaten Minahasa Utara. 13 Mei 2016,
terdakwa RMT selaku Kepala Pelaksana BPBD Minahasa Utara bersama Ir. DR,
Sekretaris Utama BNPB menandatangani MoU nomor 130/2016, yang diikuti berita
acara serah terima bantuan Nomor 130/DSP-103/DEII/BNPB/2016 senilai
Rp.20.399.159.300. MoU tersebut menyepakati dari keseluruhan dana tadi,
Rp.15.299.159.100, digunakan khusus untuk penanganan darurat pembuatan tanggul
pemecah ombak di desa Likupang II.
Surat Keputusan Bupati Minahasa Utara Nomor 68 tahun 2016 itu hanya
memiliki jangka waktu selama 90 (sembilan puluh) hari, atau sejak tanggal 17 Februari
2016 sampai dengan 16 Mei 2016. Di saat bersamaan, Dana Siap Pakai Siaga Darurat
sudah diterima BPBD Kabupaten Minahasa Utara. Karena itu, pada tanggal 16 Mei
2016, VAP selaku Bupati Minahasa Utara menerbitkan kembali SK Nomor: 195 Tahun
2016 tentang Perpanjangan Status Siaga Darurat Penanganan Bencana Banjir dan
Longsor di Kabupaten Minahasa Utara Tahun Anggaran 2016, dengan jangka waktu 90
hari, terhitung sejak tanggal 16 Mei 2016 sampai dengan tanggal 13 Agustus 2016.
Persoalannya, penerbitan SK tersebut juga tanpa didasari adanya warning dari
BMKG terkait perihal adanya cuaca ekstrem, dalam kurun waktu sejak diterbitkannya
SK 68 tahun 2016 hingga terbitnya SK 195 tahun 2016, demikian juga dalam Laporan
Prakiraan Hujan tanggal 17 Maret 2016 khusus pada Bulan Mei curah hujan berada di
atas normal, namun dilihat dari rata-rata iklim termasuk kategori rendah karena masuk
masa transisi ke musim hujan. Berdasarkan surat nomor 13 Tahun 2016 tanggal 16 Mei
2016 terdakwa RMT menunjuk dan menetapkan SS sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dan LMK selaku Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) Siaga
Darurat Penanganan Bencana Banjir dan Longsor di Kabupaten Minahasa Utara dengan
tugas merencanakan, melaksanakan dan menarik dana kegiatan berdasarkan DIPA
terhadap Proyek Pemecah Ombak/Penimbunan Pantai di Desa Likupang pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Minahasa Utara TA 2016.
Terdakwa RMT tidak melakukan kegiatan pemilihan penyedia barang dan jasa
melalui kelompok kerja (pokja) Unit Layanan Pengadaan (ULP) karena VAP selaku
Bupati Minahasa Utara telah menunjuk langsung, dengan alasan termasuk kategori
darurat bencana, meski tanpa pernyataan atau laporan adanya ancaman bencana dari
lembaga BMKG di Kab. Minahasa Utara. 14 Juni 2016 SS, Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) pada Proyek Penahan/pemecah ombak/Penimbunan Pantai di Desa Likupang
membuat dan menandatangani Kontrak Perjanjian Kerja Nomor: 15/SP/PPK-
SD/BPBDMINUT/VI/2016 bersama ROBBY MAUKAR selaku Direktur Utama PT
Manguni Makasiouw Minahasa.
Dalam kontrak itu, tenggat waktu pengerjaan selama 70 (tujuh puluh) hari kerja,
dimulai pada tanggal 14 Juni 2016 sampai 24 Agustus 2016. Namun, PT Manguni
Makasiouw Minahasa (PT MMM) baru didirikan pada tahun 2016 dan belum memiliki
pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan khususnya pekerjaan konstruksi
penahan/pemecah ombak. Namun demikian pada saat PT Manguni Makasiouw
Minahasa akan memulai ternyata pekerjaan penanganan darurat pembuatan tanggul
penahan/ pemecah ombak Desa Likupang II (Dua) di Desa Likupang sudah berjalan
sekitar 40% yang dikerjakan oleh RP.
Dari kronologi tersebut dapat disimpulkan bahwasannya faktor tindak pidana
korupsi pemecah ombak di Likupang II, Sulawesi Utara itu terjadi karena pada tanggal
13 Mei 2016, terdakwa RMT selaku Kepala Pelaksana BPBD Minahasa Utara bersama
Ir. DR, Sekretaris Utama BNPB menandatangani MoU nomor 130/2016, yang diikuti
berita acara serah terima bantuan Nomor 130/DSP-103/DEII/BNPB/2016 senilai
Rp.20.399.159.300. MoU tersebut menyepakati dari keseluruhan dana tadi,
Rp.15.299.159.100, digunakan khusus untuk penanganan darurat pembuatan tanggul
pemecah ombak di desa Likupang II. Akan tetapi Surat Keputusan Bupati Minahasa
Utara Nomor 68 tahun 2016 itu hanya memiliki jangka waktu selama 90 (sembilan
puluh) hari, atau sejak tanggal 17 Februari 2016 sampai 16 Mei 2016.
Setelah jangka waktu tersebut habis dan pembangunan belum selesai maka
diperlukan perpanjangan waktu lagi dan pengajuan proposal dana untuk pembangunan
tersebut agar bisa berjalan dengan lancar. Tetapi uang pencairan tersebut malah
digelaplan oleh pelaku dan 2 rekannnya. Dari kronologi tersebut kita dapat berpikir
bahwasannya manusia itu akan mudah tergoda dengan yang namanya uang apalgai ini
uang yang begitu banyak sehingga pelaku tersebut tega menggunakan uang yang bukan
miliknya untuk kepentingan mereka sendiri. Adapun data-datanya dapat diakses
melalui link di bawah ini.
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html?q=789201

2.2 BENTUK TINDAK PIDANA KORUPSI PEMECAH OMBAK di DESA


LIKUPANG II SULAWESI UTARA
Kasus ini bermula dari penggunaan anggaran dana siap pakai BPBD untuk desa
Likupang Dua yang disebut sering terjadi banjir rob. Demi menggunakan anggaran
tersebut, RT salah satu terdakwa kasus tersebut disebut melakukan tindakan yang
mengabaikan beberapa pertimbangan, misalnya: 1. Mengusulkan permintaan dana siap
pakai ke BPNB dengan menggunakan SK Bupati Minahasa Utara Nomor 69 Tahun
2016, yang menyatakan di Kabupaten Minahasa Utara dalam status siaga darurat
penanganan bencana banjir dan longsor. Padahal di Kabupaten dimaksud tidak pernah
terjadi bencana dan tidak ada warning atau peringatan dari BMKG terkait kondisi cuaca
ekstrim. Tindakan itu dianggap bertentangan dengan peraturan kepala BNPB Nomor
06A tahun 2011. 2. RT tidak melakukan pemilihan penyediaan barang dan jasa terhadap
pelaksana kegiatan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun
2010. 3. RT membayarkan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dan menyerahkan
dana pencairan hasil pekerjaan bukan kepada pihak pelaksana pekerjaan, bertentangan
dengan peraturan kepala BNPB Nomor 4 tahun 2014 dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 105/PMK.05/2013 tahun 2013
Terdakwa RMT, selaku Kepala Pelaksana BPBD Kab. Minahasa Utara, telah
mengetahui pencairan atau mencairkan pembayaran dana pekerjaan penanganan
darurat pembuatan tanggul penahan/pemecah ombak Desa Likupang II (Dua) TA 2016
yang dilakukan secara bertahap (termijn) yakni sebanyak 7 (tujuh) kali pembayaran.
Pembayaran termijn I dilakukan dengan cara ditransfer ke rekening BRI milik PT
Manguni Makasiow Minahasa sebesar Rp.6.745.466.182.00,- (enam miliar tujuh ratus
empat puluh lima juta empat ratus enam puluh enam ribu seratus delapan puluh dua
rupiah) pada tanggal 28 Juni 2016, dan pembayaran pada termijn II sampai dengan ke-
VII (pelunasan) dilakukan dengan menggunakan cek giro dari BRI. Lex
Administratum, Vol. X/No. 1/Jan-Mar/2022 243 Terdakwa RMT pada pembayaran
tahap (termijn) ke II sampai dengan ke-VII juga telah mengetahui atau ikut
memerintahkan pembuatan administrasi pembayaran dengan menandatangani kwitansi
pembayaran yang seolah-olah dibayarkan langsung kepada PT Manguni Makasiow
Minahasa (direktur: RM).
Padahal terdakwa RMT bersama LMK-lah yang melakukan pencairan dan
sekaligus menerima pembayaran termijn ke-II sampai dengan ke-VII dengan
menggunakan cek giro dari BRI. Kemudian, dalam jangka waktu 14 hari setelah
penandatangan kontrak SS bersama-sama dengan terdakwa RMT telah melakukan
pembayaran termin I dengan persentase pekerjaan 50%, dan termijn ke-II sampai ke-
VII (pelunasan), tanpa didukung dengan dokumen verifikasi atau pemeriksaan fisik
oleh pengawas pekerjaan. Setelah pembayaran termin I diterima PT Manguni
Makasiow Minahasa (PT MMM) pada tanggal 28 Juni 2016, VAP memerintahkan RM,
selaku Direktur PT. MMM untuk mengeluarkan cek senilai Rp.1.500.000.000,- kepada
RAS yang selanjutnya dicairkan di BRI cabang Airmadidi. RM mencairkan 2 (dua)
lembar cek dan selanjutnya atas perintah VAP, RM memberikan cek kepada AP (adik
dari VAP). Cek yang diterima oleh AP atas perintah VAP diberikan kepada VVS
sebagai pembayaran hutang VAP dalam pemilukada.
Jadi kesimpulannya bentuk tindak pidana korupsi yang terjadi adalah adanya
ketidakterbukaan pelaku bersama 2 rekannnya kepada pemerintah mengenai adanya
bantuan yang telah dicairkan untuk pembangunan sehingga pelaku tindak pidana
korupsi menyembunyikan atau menggelapkan uang pencairan tersebut yang dilakukan
bersama 2 rekannya yang bersangkutan.

2.3 AKIBAT TINDAK PIDANA KORUPSI PEMECAH OMBAK di DESA


LIKUPANG II SULAWESI UTARA
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan dan Penghitungan pekerjaan proyek
tersebut, yang dilakukan oleh Ahli dari Politeknik Negeri Manado, tanggal 11
SePTember 2017, dengan kesimpulan terdapat selisih pekerjaan yang terpasang di
lapangan dengan pekerjaan yang tertera di dalam kontrak, dengan rincian sebagai
berikut: Sesuai dengan kontrak Rp.15.299.027.638,95, Terpasang di lapangan Rp.
5.604.710.197,29. Sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 8.813.015.856,06 yang
menunjukkan adanya kerugian keuangan negara sebesar nilai tersebut.
Berdasarkan angka kerugian negara tadi, terdakwa telah menerima uang
berkaitan dengan kegiatan proyek penanganan darurat pembuatan tanggul penahan/
pemecah ombak Desa Likupang II (Dua) pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Minahasa Utara Tahun Anggaran 2016 setelah selesainya kegiatan
sejumlah Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah). Dalam proses penyidikan, tanggal 22
Desember 2017, terdakwa telah mengembalikan kerugian Keuangan Negara sejumlah
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) kepada Penyidik Kejaksaan Tinggi Sulawesi
Utara untuk kemudian dilakukan penyitaan terhadap uang dengan jumlah tersebut.
Selain angka kerugian bagi sebuah negara maka ada beberapa akibat yang lainnya juga.
Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum berdasarkan surat
tanggal 25 Juni 2018 Nomor Register Perkara PDS01/R.1.16/Ft.1/01/2018, dengan
tuntutan sebagai berikut:
1. Menyatakan dr. RMT, M.Kes. secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah
melakukan Tindak Pidana Korupsi secara bersama-sama, sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 3 jo. Pasal 18 UU Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana yang
telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dalam Dakwaan
Subsidiair;
2. Menjatuhkan pidana terhadap dr. RMT, M.Kes. dengan pidana penjara
selama 6 (ENAM) TAHUN dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan
sementara dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan di Rutan dan membayar Denda
sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) subsidair 3 (TIGA) BULAN
kurungan;
3. Menyatakan barang bukti berupa: Dokumen sebagaimana tercantum dalam
daftar barang bukti Point 1 s/d Point 32 tetap terlampir dalam berkas perkara. 4.
Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu
rupiah).

2.4 LEMAHNYA HUKUM bagi TINDAK PIDANA KORUPSI PEMECAH OMBAK


di DESA LIKUPANG II SULAWESI UTARA
Vonis yang dilayangkan Majelis Hakim di Pengadilan Negeri (PN) Manado terhadap
tiga terdakwa kasus korupsi proyek Pemecah Ombak di Desa Likupang Timur Kabupaten
Minahasa Utara (Minut), tidak serta merta membuat kasus itu telah berakhir diadili. Pasalnya,
belum lama ini Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Utara
(Sulut), Bobby Ruswin menempuh upaya banding atas putusan Majelis Hakim.
Menurut JPU, Vonis Majelis Hakim masih terbilang rendah untuk ketiga terdakwa.
Menanggapi upaya JPU ini, PN Manado melalui Hakim Vincentius Banar
mengatakan akan menunggu perkembangan banding kasus ini selama 10 hari. “Jaksa
sudah banding, dan kita menunggu perkembangannya,” singkat Banar, Rabu
(4/7/2018), saat ditemui di PN Manado. Ketiga terdakwa dalam kasus ini masing-
masing, Rosa Tidajoh selaku Kepala BPBD Kabupaten Minahasa Utara tahun 2016,
Robby Maukar Direktur Manguni Makasiouw Minahasa selaku pelaksana proyek, dan
Steven Solang selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Mereka divonis lebih dari 2
tahun penjara oleh Majelis Hakim di PN Manado, Senin 2 Juli 2018. Terdakwa Steven
dan Terdakwa Rosa, divonis 3 tahun 6 bulan penjara dengan denda Rp 50 juta.
Apabila keduanya tidak mampu membayar denda, maka diganti dengan (red:
subsidair) 1 bulan kurungan. Sementara, Terdakwa Robby Maukar divonis 2 tahun 6
bulan penjara dengan denda Rp 50 juta subsidair 1 bulan penjara dan Uang Penggant
(UP) sebesar Rp 87 juta. Bila tidak membayar dalam jangka waktu 2 bulan, diganti
dengan 2 bulan kurungan. Adv Reynald Pangaila, Penasehat Hukum (PH) dari
terdakwa Robby Maukar sempat katakan putusan hakim jauh dari harapan. Ia bahkan
menyesali Justice Collaborator (JC) yang diajukan pihaknya tidak dikabulkan. “Klien
kami sudah kooperatif sudah memberikan bukti-bukti untuk itu sangat tidak adil kalau
Justice Collaborator tidak dikabulkan,” jelas Pangaila, seusai sidang putusan, Senin 2
Juli 2018 Menurut perhitungannya, terdakwa Robby seharusnya divonis 2 tahun bukan
2 tahun 6 bulan. Meski begitu, Pangaila menghargai apa yang telah menjadi putusan
majelis hakim. “Harusnya agak ke bawah sedikit. Tapi karena itu sudah pendapat hakim maka
kami hormati. Kami belum ada sikap. Kami pikir-pikir dulu,” tambahnya.
Putusan Majelis Hakim berbeda jauh dari tuntutan JPU. Dalam tuntutannya
pada sidang tanggal 25 Juni 2018 lalu, JPU menilai terdakwa Rosa dan terdakwa Steven
pantas jalani pidana enam tahun penjara, denda Rp 50 juta, subsidair tiga bulan
kurungan. Sementara terdakwa Robby dituntut tiga tahun penjara, denda Rp 50 juta,
subsidair tiga bulan kurungan. Tuntutan JPU terhadap terdakwa Robby lebih ringan,
karena menurut JPU terdakwa Robby telah mengembalikan 75 persen kerugian negara
sebesar Rp 266 juta. Robby pun menurut JPU, telah mengakui segala perbuatannya dan
telah turut mengungkap kasus proyek pemecah ombak ini. Tuntutan JPU terhadap
terdakwa Robby lebih ringan, karena menurut JPU terdakwa Robby telah
mengembalikan 75 persen kerugian negara sebesar Rp 266 juta.
Robby pun menurut JPU, telah mengakui segala perbuatannya dan telah turut
mengungkap kasus proyek pemecah ombak ini. Tuntutan JPU terhadap terdakwa
Robby lebih ringan, karena menurut JPU terdakwa Robby telah mengembalikan 75
persen kerugian negara sebesar Rp 266 juta. Robby pun menurut JPU, telah mengakui
segala perbuatannya dan telah turut mengungkap kasus proyek pemecah ombak ini.
Penyelenggara negara harus bahu membahu untuk menutup celah-celah tindak pidana
yang dapat merugikan keuangan dan perekonomian negara. Kesadaran di internal
pejabat negara juga harus terus diperkuat. Bukan semata-mata penguatan kesadaran
atau pengetahuan administratif, tapi juga penguatan dalam kesadaran dan pengetahuan
populis, bahwa tindak pidana korupsi merupakan perbuatan merampas kesejahteraan
masyarakat umum.
Oleh karena itu pejabat pemerintah sebagai kelompok yang mempunyai akses
terhadap kekuasaan dapat mengedepankan kepentingan umum dibanding kepentingan
pribadi maupun kelompok. Pemerintah harus lebih tegas menegakkan peraturan terkait
pemberantasan korupsi, sebagai upaya menekan angka atau praktik korupsi di
Indonesia. Caranya, mengedepankan penegakan hukum yang adil dan tidak tebang
pilih. Pelaku tindak pidana korupsi harusnya mendapat hukuman pidana maksimum,
seperti ditetapkan Undang-Undang tindak pidana korupsi untuk memberi efek jera bagi
pelaku tindak pidana korupsi serta menumbuhkan kepercayaan publik terhadap upaya
pemberantasan korupsi di Indonsia.

2.5 SIKAP SAYA sebagai MAHASISWA DALAM MENYIKAPI KASUS TINDAK


PIDANA KORUPSI PEMECAH OMBAK di DESA LIKUPANG II SULAWESI
UTARA
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan
interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral, rasa peduli dan rasa
bertanggung jawab untuk turut memajukan Negara Indonesia dengan memberantas
korupsi. Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikannya cenderung memiliki tenggang
rasa yang lebih baik terhadap Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung benci
terhadap tindakan korupsi.
Mahasiswa juga harus berani berpikir lebih luas, bahwa penilaian akademik
hanyalah angka, tidak terlalu berdampak dalam membentuk karakternya sebagai
mahasiswa. Hal yang sesungguhnya dapat membentuk karakter seorang mahasiswa
adalah kepekaan mereka terhadap fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Mereka
harus dapat lebih reaktif terhadap segala yang terjadi di bangsa ini. Sehingga peran
mahasiswa sebagai Agent of Change dapat lebih terasa, baik oleh masyarakat maupun
pemerintah. Mereka berfungsi sebagai wakil masyarakat dalam mengawal segala
kebijakan pemerintah. Termasuk juga mengawal pencegahan dan pemberantasan
korupsi. Untuk mewujudkan hal tersebut, mahasiswa dapat memulai dari lingkup yang
lebih kecil. Yaitu menciptakan lingkungan kampus yang berintegritas. Oleh karena
mereka adalah calon pemimpin bangsa di masa depan, melatih diri sejak dini untuk
menghilangkan perilaku-perilaku koruptif adalah termasuk langkah dalam pencegahan
korupsi di masa mendatang.
Kemudian seorang mahasiswa juga dapat berperan aktif untuk melakukan
pencegahan dengan cara langsung terjun ke masyarakat. Mahasiswa dapat
mensosialisasikan segala hal yang merupakan pencegahan terjadinya korupsi dan
menghilangkan budaya perilaku koruptif di dalam masyarakat. Kemudian yang lebih
vital lagi adalah mahasiswa harus mengontol segala kebijakan yang dihasilkan oleh
pemerintah. Pemerintah butuh untuk diawasi dan dikritisi supaya terwujud kebijakan-
kebijakan yang dapat menghasilkan keadilan dan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Termasuk hal yang terkait dengan pemberantasan korupsi, mahasiswa bisa menuntut
pemerintah untuk lebih aktif dan serius dalam segala upaya pemberantasan korupsi.
ِ ِ ِ
) ‫ت َغ ًدا ( رواه البيهقى‬
ُ ‫َّك َتَُْو‬ َ ِ‫س اَبَ ًدا َو ْع َم ْل ِل ِخَرت‬
َ ‫ك َكاءَن‬ ِ َ ‫ك َكاءن‬
ُ ‫َّك تَعْي‬ َ َ َ‫ا ْع َم ْل ل ُد نْي‬
Artinya:
“Bekerjalah untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup selamnya dan
bekerjalah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok.”
Dari hadist tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwasannya kita hidup di
dunia itu harus seimbang jangan hanya terlalu mengejjar dunia hingga lupa akhiratnya.
Karena kita hidup id dunia itu ibaratnya seperti mampir ngombe kalau dalam Bahasa
Jawanya. Jadinya jangan sampai ketiks kits mengejar dunia sampai segala hal cara
dilakukan seperti korupsi yang sudah tidak asing lagi bagi pendengaran kita.
Sebagai mahasiswa apalagi menjadi agen perubahan maka kita harus bisa
memberikan contoh yang baik untuk masyarakat apalagi mengenai masalah korupsi
yang bisa membuat kerugian banyak pihak. Sebenarnya hidup di dunia dan di akhirat
haruslah yang berimbang, kehidupan dunia harus diperhatikan disamping kehidupan di
akhirat. Islam tidak memandang baik terhadap orang yang hanya mengutamakan urusan
dunia saja, tapi urusan akhirat dilupakan. Sebaliknya Islam juga tidak mengajarkan
umat manusia untuk konsentrasi hanya pada urusan akhirat saja sehingga melupakan
kehidupan dunia.
Dunia adalah sarana yang akan mengantarkan ke akhirat. Kita hidup di dunia
memerlukan harta benda untuk memenuhi hajatnya, manusia perlu makan, minum,
pakaian, tempat tinggal, berkeluarga dan sebagainya, semua ini harus kita cari dan kita
usahakan. Kehadiran kita di dunia ini jangan sampai menjadi beban orang lain.
Maksudnya janganlah memberatkan dan menyulitkan orang lain. Dalam hubungan ini,
umat Islam tidak boleh bermalas-malasan, apalagi malas bekerja untuk mencari nafkah,
sehingga mengharapkan belas kasihan orang lain untuk menutupi keperluan hidup
sehari-hari.
Pesan saya untuk pribadi saya sendiri dan untuk masyarakat umum
bahwasannya kita itu harus bekerja sungguh-sungguh atau dengan optimis dan sabar
dalam bekerja keras dan menjadi orang yang bertanggungjawab. Dalam sebuah
mahfudzot ada kata-kata yang berbunyi “Barang siapa yang bersabar pasti akan
beruntung”. Nah kata-kata tersebut bisa kita terapkan dalam pekerjaan kita. Yakni
dalam bekerja itu kita harus senantiasa untuk optimis dan sabar menghadapi pekerjaan
yang sedang kita jalankan. Ketika kita mendapatkan sebuah amanah maka kita juga
harus benar-benar menjaga amanah tersebut. Serta jadilah orang yang jujur dalam
bekerja karena kejujuran itu sangat berpengaruh juga terhadap pekerjaan yang kita
jalankan. jika ingn mendapatkan hasil yang banyak dan barokah bukan hanya karena
ingin mendapatkan hasil yang banyak tetapi menggunakan cara salah seperti memakan
hak orang lain atau korupsi. Ayat al-qur’an mengenai sikap optimis dan sabar yaitu,
ٓ ‫ٱَّللَ َم َع‬
ِِ‫ٱلص‬ ِ‫ٱلصلَ ٓوةِ ۚ إ‬ ِْ ‫ٱلص‬ِ‫ٱستَعِينُو۟ا ب‬ ۟ ِ َّ
‫ين‬
َ ‫ْب‬ َّ َّ َّ
‫ن‬ َّ ‫و‬َ ‫ْب‬ َّ ْ ‫ا‬ َ ‫َٓأَيَيُّ َها ٱلذ‬
‫ين ءَ َامنُو‬

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. Adapun hadist
yang berkenaan dengan sikap optimis dan sabar sebagai berikut ini:
ِ ِ ٍ ‫ذاك أل‬ َّ َّ ِ ِ ِ
ُ‫ إ ْن أصابَتْه‬،‫َحد اإّل للْ ُم ْؤم ِن‬
َ َ ‫ليس‬
َ ‫ و‬،ٌ‫ إن ْأمَرهُ ُكلهُ َخ ْْي‬،‫ َع َجبًا أل َْمر املُْؤمن‬:‫عن صهيب بن سنان الرومي‬
‫ص ََْب فَكا َن َخ ْ ًْيا له‬
َ ،ُ‫ضاراء‬
َ ُ‫ وإ ْن أصابَْته‬،‫ فَكا َن َخ ْ ًْيا له‬،‫ َساراءُ َش َكَر‬.
]‫ • [صحيح‬٢٩٩٩ ‫ صحيح مسلم‬،)٢٦١ ‫• مسلم (ت‬

Artinya: “Sungguh indah perkara seorang Mukmin! Semua perkaranya baik.


Dan itu tidak akan didapat oleh seorang yang tidak beriman. Jika ia mendapat
kesenangan, ia bersyukur, maka kebaikan baginya. Jika mendapat musibah ia
bersabar, maka kebaikan pula baginya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Adapun hadist mengenai sikap kejujuran yaitu. Dari Abdullah Ibnu Mas'ud,
Rasulullah SAW bersabda:

ْ ‫الص ْد َق يَ ْه ِد ْي اِ ََل الِْ ِْبا اِ َّن الِْ ِْبايَ ْه ِد ْي اِ ََل‬


(‫اْلَن َِّة (رواه البخارى ومسل‬ ِ ِ ِ ِ ‫علَي ُكم ِِب‬
‫لص ْدق فَا َّن ا‬
‫َْ ْ ا‬
Artinya:
“Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada
kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
2.6 DATA-DATA PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI PEMECAH OMBAK di
DESA LIKUPANG II SULAWESI UTARA

Uang korupsi kasus pemecah ombak telah kembali

Kasus Korupsi Pemecah Ombak, Kejati Sulut Tahad Adik Kandung Minahasa
Utara
Sidang kasus korupsi pemecah ombak munculkan hal tak terduga

Referensi Artikel tentang kupas tuntas tindak pidana korupsi pemecah ombak
di desa Likupang II Sulawesi Utara

https://drive.google.com/file/d/1vGZ2BGt5LnYz4a-A3r4OBQtF-
z0zjpM1/view?usp=drivesdk

Berikut adalah untuk data-data yang lainnya mengenai pelaku tindak pidana
korupsi pemecah ombak di desa Likupang Sulawesi Utara.
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html?q=789201

Berikut adalah link untuk referensi mengenai kasus pelaku tindak pidana
korupsi pemecah ombak di desa Likupang Sulawesi Utara.
https://news.detik.com/berita/d-5499037/jejak-eks-bupati-minahasa-utara-
terseret-korupsi-proyek-pemecah-ombak
https://manado.antaranews.com/berita/41491/sidang-kasus-korupsi-pemecah-
ombak-munculkan-hal-tak-terduga
https://nasional.okezone.com/read/2021/03/18/337/2379750/kejati-sulut-
kembalikan-rp4-2-miliar-ke-negara-dari-kasus-pemecah-ombak

Anda mungkin juga menyukai