Anda di halaman 1dari 6

Analisa Relokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Wilayah Bukit Duri dan

Kalijodo, DKI Jakarta

Oleh : Salma Salsabila Putriningrum


(160710101435)

Rencana relokasi permukiman kumuh padat penduduk di DKI Jakarta di daerah


Kalijodo pada tahun 2016 lalu sempat membuat keramaian. Hal ini dikarenakan warga
merasa Gubernur DKI Jakarta kala itu bertindak tanpa memikirkan kepentingan-
kepentingan warga yang akan direlokasi.1 Kejadian serupa juga terjadi di daerah Bukit
Duri, perbedaannya masyarakat Bukit Duri tidak terlalu mempermasalahkan karena
merasa bahwa rumah mereka yang berada di bantaran sungai memang suatu hal yang
salah.2 Sebenarnya masih ada beberapa permukiman kumuh yang digusur oleh
pemerintah, terutama di daerah yang berada di bantaran sungai Ciliwung. Pemerintah
beralasan penggusuran tersebut harus dilakukan karena berdasar Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) daerah tersebut difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau(RTH),
sedangkan saat ini Jakarta tengah krisis RTH sehingga mau bagaimanapun daerah
tersebut harus dikembalikan sebagaimana fungsinya.3

Dari tahun ketahun kebutuhan masyarakat akan tanah semakin meningkat.


Didukung dengan fakta pertumbuhan jumlah penduduk yang kian padat dan banyaknya
masyarakat dari berbagai penjuru daerah yang sengaja datang dan menetap Jakarta
untuk mengadu nasib, membuat Jakarta kian penuh. Hal ini pula yang menjadi faktor
turunnya kemampuan tanah untuk menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat.
Sehingga masyarakat banyak yang memaksa untuk menggunakan lahan yang tak
seharusnya digunakan sebagai permukiman. Misalnya saja seperti yang ada di bantaran
sungai Ciliwung. Banyaknya permukiman illegal yang ada di sekitar hilir Ciliwung
mengakibatkan penyempitan aliran sungai dan pada akhirnya banjirpun tak dapat

1
https://news.detik.com/berita/d-3142853/relokasi-warga-kalijodo-pemprov-dki-siapkan-rusun-di-jakut-
dan-jaktim diakses tanggal 20 April 2019
2
https://www.liputan6.com/news/read/3018882/pemkot-jaksel-relokasi-1118-warga-bukit-duri-ke-4-
rusun diakses tangga 20 April 2019
3
https://properti.kompas.com/read/2016/02/17/173000421/RTH.Jakarta.Minim.Relokasi.Kalijodo.Diang
gap.Penting diakses tanggal 20 April 2019
dihindarkan lagi. Sehubungan dengan hal itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
memutuskan untuk melakukan upaya perbaikan kualitas sungai Ciliwung dan
lingkungannya, sekaligus penataan kota sebagai perwujudan dari RTRW daerah DKI
Jakarta. Dalam analisa ini, penulis akan menganalisa apakah tindakan pemerintah untuk
menggusur dengan alasan pengembalian RTH sudah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada ataukah ada hal-hal yang masih tidak sesuai atas
tindakan tersebut, baik yang ada dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Daerah, dan atau peraturan lain yang terkait.

Yang dimaksud dengan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang
terdiri lebih dari satu perumahan dengan sarana, prasarana, utilitas umum, dan
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di perkotaan maupun perdesaan.4 Dalam
kasus permukiman kumuh yang ada di bantaran sungai, bukanlah permukiman yang
ideal. Mengingat dalam permukiman tersebut tidak ada sarana, prasarana, dan fasilitas
lain yang dapat menunjang perkehidupan masyarakat. Yang dapat ditemukan dalam
lingkungan tersebut hanya rumah yang saling berhimpitan satu sama lain dengan
kondisi kumuh dan langsung berbatasan dengan sungai. Sungai adalah tempat-tempat
dan wadahwadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air hingga muara yang
dibatasi garis sempadan di sebelah kanan dan kiri sepanjang pengalirannya. Di dalam
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah 2030(untuk selanjutnya disebut Perda RTRW DKI
Jakarta), pemerintah memiliki program untuk mewujudkan keterpaduan pemanfaatan
dan pendengalian ruang darat, laut, dan udara dibuatlah kebijakan untuk dilakukan
pengembangan RTH hingga mencapai 30% dari luas daratan Provinsi DKI Jakarta. Dan
untuk merealisasikan kebijakan yang telah dibuat, perlu adanya strategi sebagaimana
dalam Pasal 11 Ayat (2) huruf b yang menyatakan bahwa untuk mewujudkan
pengembangan RTH hingga 30% dilakukan dengan cara memfungsikan kembali ruang
dan kawasan yang berpotensi dan/atau peruntukannya sebagai RTH. 5 Mengingat bahwa
jalur hijau sungai termasuk dari bagian RTH publik, maka tepat kiranya jika tindakan

4
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 1 Angka 5.
5
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030
penggusuran yang dilakukan pemerintah memang benar-benar ditujukan untuk
mengembalikan daerah bantaran sungai sebagaimana mestinya.6

Selain itu, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melaksanakan 12 asas


penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman sebagaimana yang tercantum
dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011. Asas-asas tersebut meliputi :
a. Kesejahteraan g. Kemitraan
b. Keadilan dan Pemerataan h. Keserasian dan Keseimbangan
c. Kenasionalan i. Keterpaduan
d. Keefisienan dan Kemanfaatan j. Kesehatan
e. Keterjangkauan dan Kemudahan k. Kelestarian dan Keberlanjutan
f. Kemandirian dan Kebersamaan l. Keselamatan, Keamanan, Ketertiban,
dan Keteraturan
Mengingat bahwa daerah Bukit Duri dan Kalijodo adalah daerah yang cukup sering
terkena dampak banjir, maka jelas pemerintah tidak dapat mewujudkan asas
keselamatan dan kesehatan. Dilihat dari sudut keseimbangan, adanya permukiman
tersebut justru merusak keseimbangan tata ruang yang berusaha diwujudkan oleh
pemerintah. Yang perlu penulis tegaskan, realisasi dari tata ruang bukanlah kepentingan
pemerintah semata, melainkan juga sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah kepada
masyarakat guna menciptakan kehidupan yang layak sebagai hak asasi yang dimiliki
oleh masing-masing individu. Pada dasarnya, perumahan dan kawasan permukiman
diselenggarakan untuk mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta
penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan yang sesuai
dengan tata ruang. Seperti yang diamanatkan dalam Pasal 3 huruf f, bahwa perumahan
dan permukiman diselenggarakan untuk menjamin terwujudnya rumah yang layak huni
dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu,
dan berkelanjutan.7

Lalu dengan demikian apakah tindakan penggusuran tersebut benar-benar suatu


solusi yang tepat? Bukankah masyarakat juga memiliki hak untuk dapat menentukan
tempat tinggalnya sendiri? Yang perlu diingat, untuk mewujudkan hak-hak masyarakat,
ada kewajiban yang harus dipenuhi terlebih dahulu, dan ada pula pemerintah yang

6
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penjelasan Pasal 29.
7
UU Nomor 1 Tahun 2011.
memiiki kewajiban melaksanakan peraturan yang ada untuk menciptakan kemanan,
kenyamanan, dan kesejahteraan bagi warganya. Memang masyarakat memiliki hak
untuk menentukan tempat tinggalnya, akan tetapi dalam hak tersebut masyarakat harus
mendapatkan lahan tempat tinggalnya secara legal. Bahwa dalam permukiman kumuh
yang ada di bantaran sungai bukanlah tindakan yang sah menurut hukum dan dalam hal
ini negara memiliki kewajiban melakukan pengelolaan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Kewajiban tersebut merupakan salah satu dari amanat Undang-
Undang Dasar 19945 dalam Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkannya, pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melakukan pengadaan tanah sebagai bentuk pengelolaan tanah
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.8

Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.9 Ini artinya pengadaan tanah
ditujukan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan
masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak. Dan
masyarakat diwajibkan melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan tersebut terjadi
dengan ganti rugi akan diberikan berdasarkan putusan pengadilan. Pengadaan tanah
yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini sesuai dengan aturan dalam
Pasal 10 huruf o Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa tanah
untuk kepentingan umum digunakan untuk pembangunan penataan permukiman kumuh
perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dengan status sewa. Pelaksanaan relokasipun tidak dapat
dilakukan dengan seenaknya, melainkan harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang
didasarkan dari berbagai pertimbangan bahwa penerima dampak relokasi adalah pihak
yang dinilai rentan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi pemindahan sukarela, penerima
dampak mendapatkan penghidupan yang setara atau lebih baik dari sebelum relokasi,
dan penerima dampat mendapat konpensasi penuh selama masa transisi dan
8
Relokasi Permukiman Warga Bantaran Sungai Ciliwung di Provinsi Jakarta. Fitrianti Aini, Nur; Fadhilah
Laili, Nurul. Lentera Hukum. 2018. 2-13
9
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
meminimalisir kerusakan jaringan sosial dan peluang ekonomi, serta mencakup peluang
pengembangan bagi penerima dampak, demokratis, parttisipatioris, terbuka, dan
akuntabel berdasar kemandirian dan keberlanjutan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
memberikan rumah susun sebagai bentuk ganti rugi sebagaimana yang harus diberikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 meskipun sebenarnya masyarakat
melanggar peraturan karena telah tinggal mendirikan bangunan tempat tinggal diatas
tanah negara.

Dari berbagai penjelasan tersebut diatas, tindakan pemerintah Provinsi DKI


Jakarta penulis rasa telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Baik
perintah UUD 1945 untuk menyediakan permukiman yang layak, perintah UUD 1945
untuk mengelola bumi,air, dan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kepentingan
umum, maupun berdasarkan Perda RTRW Provinsi DKI Jakarta. Dan apabila dilihat
dari sudut pengadaan tanah, tindakan relokasi pemerintah telah sesuai sebagaimana
yang diatur dalam UU Nomor. 2 Tahun 2012. Dengan adanya relokasi ini, sungai
Ciliwung akhirnya berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Kembalinya fungsi sungai
ini dibuktikan dengan tidak adanya banjir di daerah sekitar bantaran sungai Ciliwung.
Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis menyarankan agar tidak sembarangan dalam
mencari tempat tinggal karena memang pada dasarnya masing-masing daerah memiliki
Rencana Tata Ruang Wilayah yang sudah sepatutnya dipenuhi untuk menciptakan
keserasian dan keseimbangan lingkungan, serta mewujudkan kesejahteraan bagi
masyarakat sendiri.
Daftar Pustaka
Jurnal :

Fitrianti Aini, Nur; Fadhilah Laili, Nurul. “Relokasi Permukiman Warga Bantaran Sungai Ciliwung
di Provinsi Jakarta.” Lentera Hukum, Vol. 5 Issue 2, 2018: 2-13.

Peraturan Perundang-Undangan :

“Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
2030.” jdih.jakarta.go.id. 12 January 2012.
https://jdih.jakarta.go.id/old/uploads/default/produkhukum/PERDA_NO_1_TAHUN_2
012_TTG_RTRW_20301.pdf (diakses April 20, 2019).

“Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.” ditjenpp.kemenkumham.go.id.


27 July 2011. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2011/pp38-2011.pdf
(diakses April 20, 2019).

“Undang Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman.”


www.bphn.go.id. 12 January 2011. www.bphn.go.id/data/documents/11uu001.pdf
(diakses April 10, 2019).

"Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. www.atrbpn.go.id.14 January 2012.
https://www.atrbpn.go.id/DesktopModules/EasyDNNNews/DocumentDownload.ashx
(diakses April 10,2019)

Portal Berita :

https://news.detik.com/berita/d-3142853/relokasi-warga-kalijodo-pemprov-dki-siapkan-rusun-di-jakut-
dan-jaktim diakses tanggal 20 April 2019
https://www.liputan6.com/news/read/3018882/pemkot-jaksel-relokasi-1118-warga-bukit-duri-ke-4-
rusun diakses tangga 20 April 2019
https://properti.kompas.com/read/2016/02/17/173000421/RTH.Jakarta.Minim.Relokasi.Kalijo
do.Dianggap.Penting diakses tanggal 20 April 2019

Anda mungkin juga menyukai