ABSTRAK
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk perkotaan di negara berkembang termasuk
Indonesia adalah sangat pesat, hal ini menimbulkan permasalahan penyediaan tanah untuk perumahan
dan fasilitas kota, sementara persediaan tanah untuk menghadapi perkembangan penduduk semakin
tidak mencukupi sehingga perlu dilakukan langkah-langkah inovatif agar masalah ini bisa teratasi tanpa
menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan
metoda Konsolidasi Tanah. Tulisan ini akan menupas manfaat penggunaan serta dasar-dasar metoda
Konsolidasi Tanah.
Kata Kunci :
Konsolidasi tanah, Perencanaan Kota dan Wilayah
Kota-kota di Indonesia sejak awal abad taman-taman kota, dan lain-lain. Hal ini tentu
20 telah memperlihatkan pertumbuhan yang memerlukan lahan untuk keberadaannya.
pesat. Berdasarkan sensus penduduk tahun Dalam pembangunan perkotaan pada
1961, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia dasarnya terdapat dua faktor kendala utama,
telah mencapai 15,6 %. Pada tahun 1971, yaitu masalah tanah dan masalah dana
jumlah penduduk perkotaan meningkat menjadi pembangunan. Faktor kendala pertama meliputi
17,2 %. Pada tahun 1980 telah meningkat lagi dua hal yaitu fragmentasi tanah dan harga tanah.
mencapai angka 23,7%, dan pada akhir tahun Proses fragmentasi tanah ini diawali oleh adanya
1989 jumlah penduduk perkotaan mencapai 30,3 subdivisi tanah, yang mempunyai ciri bidang-
%. Apabila dihitung angka pertumbuhan bidang tanah terbagi dalam bidang- bidang
penduduk perkotaan dalam kurun waktu 1961- tanah dengan luas persil yang kecil dan
1971 sebesar 3,6 % per-tahun dan antara tahun bentuknya tidak teratur serta batasnya tidak
1971-1989 rata-rata mencapai 5 % per- tahun. jelas. Tanah-tanah tersebut pada umumnya
Angka tersebut jelas lebih besar dari angka relatif belum terjangkau oleh prasarana kota, dan
pertumbuhan penduduk rata-rata nasional kalaupun ada masih sangat terbatas.
sebesar 2,32 % per-tahun. Akibat kurangnya dana pembangunan
Dengan pertumbuhan penduduk kota ini, maka pelayanan yang seharusnya
perkotaan yang begitu pesat ini, maka dengan diberikan oleh pemerintah jauh lebik kecil dari
sendirinya akan berkembang pula kebutuhan kebutuhan yang sesungguhnya, seperti
perumahan dan fasilitas pelayanan kota, seperti kebutuhan prasarana jalan dan fasilitas lainnya.
: air bersih, listrik, jalan, sarana pendidikan,
*)
Hery Budiyanto, Ir., MSA, PhD. adalah dosen Fakultas Tekn
22 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003
Di lain pihak pertumbuhan dan perkembangan harus diawasi oleh masyarakat demi
kota tidak dapat menunggu adanya pelayanan kepentingan umum.
pemerintah sehingga kota terus tumbuh tanpa Di dalam Undang-undang No.20 tahun
kendali secara tidak teratur serta menciptakan 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
kualitas lingkungan yang rendah. Agraria Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tanah
Indonesia merupakan negara merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa serta
berkembang dengan jumlah penduduk ratusan merupakan milik Bangsa Indonesia. Pada Pasal
juta jiwa, sehingga mau tidak mau selalu 2 juga dijelaskan bahwa negara mempunyai hak
mendapat permasalahan dalam pemenuhan wewenang mengatur dan menyelenggarakan
kebutuhan lingkungan permukiman yang peruntukan, penggunaan, persediaan, dan
memenuhi syarat bagi penduduk yang terus- pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa,
menerus tumbuh dan berkembang. Pemerintah dimana dalam hal ini termasuk tanah. Dari hal
menghadapi suatu kesulitan yang besar karena tersebut dapat dilihat bahwa tanah harus
terbatasnya persediaan dana untuk kepentingan dipergunakan sepanjang masa oleh generasi
pembangunan di suatu pihak dan kebutuhan yang akan datang. Lebih jauh dinyatakan secara
lingkungan permukiman yang terus berkembang tegas pada pasal 6 bahwa semua hak atas tanah
di pihak lain. mempunyai fungsi sosial. Ini berarti bahwa hak
Pemerintah dihadapkan kepada tiga atas tanah apapun yang berada pada seseorang
alternatif pemecahan masalah : tidaklah dapat dibenarkan, jika tanah tersebut
1. Menyediakan dana yang sangat besar untuk dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-
keperluan pembangunan lingkungan mata untuk kepentingan pribadinya. Apalagi jika
permukiman yang memenuhi syarat; hal tersebut menimbulkan kerugian bagi
2. Menghadapai kenyataan bahwa apabila dana masyarakat. Penggunaan tanah harus
yang diperlukan tidak dapat disediakan, disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari pada
maka kota akan ditentukan pertumbuhannya haknya sehingga bermanfaat bagi
oleh kekuatan-kekuatan pasar bebas dan kesejahteraan dan kebahagiaan yang
akan berakibat adanya pertumbuhan tang mempunyai maupun bermanfaat pula bagi
tidak terkendali dengan berbagai dampak masyarakat dan negara.
negatifnya; Namun ketentuan tersebut tidak berarti
3. Mengadakan tindakan-tindakan inovatif bahwa kepentingan perorangan akan terdesak
dalam pengelolaan sumber daya, antara lain sama sekali oleh kepantingan umum
lahan kota, dan mengikutsertakan (masyarakat). Kepentingan perorangan dan
masyarakat secara luas secara lebih efektif kepentingan masyarakat haruslah saling
dalam pembangunan. mengimbangi, sehingga pada akhirnya akan
tercapai tujuan pokok, yaitu kemakmuran,
MASALAH TANAH PERKOTAAN keadilan, dan kebahagiaan bagi
Konferensi PBB tentang Habitat pada rakyat/masyarakat seluruhnya.
tahun 1976 menekankan bahwa tanah Dengan bertambahnya penduduk yang
merupakan sumber daya yang langka, yang pesat dan persediaan tanah yang semakin
pengelolaannya harus diawasi oleh masyarakat terbatas di kota, maka menurut hasil penelitian
Hery Budiyanto, Manfaat Penggunaan Metode Konsolidasi Tanah Dalam Rangka Penataan Wilayah 23
pembangunan yang membiayai diri sendiri. Jika yaitu Undang-undang Pokok Agraria pasal 16,
pemerintah mengeluarkan biaya, maka biaya 18, 19; Undang-undang No. 20 tahun 1961
tersebut merupakan semacam panjar yang tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan
nantinya akan kembali dari hasil penjualan CEL. Benda-benda di Atasnya; Peraturan Pemerintah
Pengertian konsolidasi tanah perkotaan No. 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah;
adalah serangkaian kegiatan menata kembali dan Inpres No.5 tahun 1973 tentang
tanah-tanah perkotaan yang tidak beraturan Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Benda-
bentuk dan letaknya, sehingga menjadi teratur benda yang Ada di Atasnya. Pegangan
dimana masing-masing dengan luas tanah yang organisatoris (bagi penyelenggara
relatif sama seperti semula, melalui cara pembangunan) yaitu Undang-undang No.5
penggabungan, pemisahan, dan penukaran tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
tanah, sekaligus dilengkapi dengan berbagai di Daerah; dan pegangan teknis yaitu tentang
infrastruktur perkotaan yang diperlukan, sesuai prosedur pembangunan dan pengertian-
dengan rencana kota yang bersangkutan, pengertian teknis yang dipakai untuk
dimana pada prinsipnya segala biaya yang pembangunan.
diperlukan untuk itu menjadi tanggunan bersama Pada pegangan politis, pegangan
para pemilik tanah. Dengan demikian disamping hukum dan pegangan teknis dari konsolidasi
secara langsung dapat menyehatkan tanah perkotaan sebagai konsepsi
pemanfaatan tanah yang tidak ekonomis dan pembangunan sudah dapat memenuhi
tidak beraturan bentuknya, juga kesulitan persyaratan tersebut di atas, hanya pada
penyediaan tanah untuk pembangunan pegangan organisatoris perli adanya penjabaran
infrastruktur dan fasilitas lainnya menjadi teratasi agar tercipta suatu koordinasi yang baik antar
secara tertib dan terarah. penyelenggara pembangunan. Karena konsepsi
Konsolidasi tanah perkotaan dapat pembangunan model konsolidasi tanah
dijadikan sebagai suatu konsepsi pembangunan perkotaan tersebut relatif masih baru, sangatlah
di dalam kebijaksanaan penyediaan tanah untuk penting untuk disuluhkan terutama kepada para
infrastruktur dan fasilitas umum lainnya dalam pemilik tanah yang akan terkena konsolidasi.
pelaksanaan rencana kota. Agar konsepsi Selain koordinasi antar pelaksana
pembangunan tersebut dapat dilaksanakan pembangunan tersebut di atas, kunci utama
maka harus mempunyai empat pegangan terlaksananya konsolidasi tanah adalah adanya
(Sandy, 1983 : ii) yaitu : pegangan politis, kesepakatan dari para pemilik tanah. Melihat
pegangan hukum, pegangan organisatoris, dan kepada ruang lingkup yang luas dari
pegangan teknis. pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan, maka
Pegangan politis harus mengacu pada tidak ada satu instansipun yang dapat
GBHN, Krida Kabinet, Delapan Sukses, menangani secara keseluruhan kegiatan-
Persyaratan pembangunan : antara lain : Trilogi kegiatan tersebut. Dari hal tersebut diatas dapat
Pembangunan dan Undang-Undang No.4 Tahun dilihat bahwa ada tiga unsur kunci yang perlu
1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok kerjasama yaitu pemerintah dengan seluruh
Pengelolaan Lingkungan Hidup; Pegangan instansi terkait, para pemilik tanah, dan
hukum (bagi angota masyarakat) perencana atau developer.
26 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003
pemilikan atas tanah tidak diperkenankan langsung. Untuk itu diperlukan : penyuluhan,
dipakai untuk maksud-maksud yang merugikan ajakan, kesadaran dan pemahaman
kepentingan pihak lain. Penggunaan tanah sepenuhnya terhadap program keseluruhan;
harus memperhatikan kepantingan umum dan b. Tujuan Konsolidasi Tanah adalah
untuk kesejahteraan bersama. Inilah yang menciptakan lingkungan yang sehat dan
mendasari prinsip umum program Konsolidasi menyenangkan dilengkapi dengan berbagai
Tanah. Peranan para pemilik tanah dan kemudahan;
pemegang hak atas tanah amat menentukan c. Pelaksana Konsolidasi Tanah bertanggung
bagi keberhasilan pembangunan perkotaan, jawab terhadap para pemilik tanah sekaligus
terutama dalam penyediaan fasilitas umum yang pembangunannya, dengan menerapkan
pada gilirannya akan menguntungkan mereka sistem dan peraturan yang obyektif;
sendiri; Belum terhitung peningkatan kualitas
lingkungan, peningkatan nilai tanah dan
d. Pada dasarnya pemilik tanah adalah
penyedia anggaran proyek dengan jalan
kemudahan-kemudahan lainnya. Untuk itu tidak
menyumbangkan sebagian tanahnya untuk
terjadi penggusuran, kehilangan tanah (habis),
fasilitas umum (misalnya untuk membangun
bahkan bisa terjadi peserta Konsolidasi Tanah
jalan atau pelebaran jalan dan penyediaan
tidak mengeluarkan biaya sama sekali karena tanah seharga biaya proyek);
cukup “dibiayai” dari sumbangan sebagian
tanahnya. Inipun dapat diatur secara adil dimana SIMPULAN
pengorbanan tanah tadi besarnya sebanding 1. Pertumbuhan penduduk perkotaan di
dengan “kenikmatan” setelah proyek selesai. Indonesia menunjukkan angka yang sangat
Misalnya, penyumbang tanah dengan pesat sehingga selalu membutuhkan lahan
prosentase lebih besar, bidangnya terletak di untuk perumahan dan fasilitas-fasilitas kota
tepi jalan yang lebih lebar dalam wilayah lainnya;
Konsolidasi Tanah. Hal ini berarti apabila perlu 2. Kendala utama dalam pembangunan
ada penggeseran letak. Kemungkinan lain yang perkotaan di Indonesia khususnya dan di
dapat terjadi adalah penggabungan, negara-negara berkembang umumnya
pemecahan, penukaran, penataan letak, adalah masalah penyediaan tanah dan
penghapusan, dan sebagainya. Sudah barang dana untuk pembangunan;
tentu diperlukan adanya penataan kembali 3. Masalah-masalah pertanahan yang timbul
pemilikan tanah agar dapat ditertibkan sekaligus pada umumnya adalah : kenaikan harga
pensertifikatan tanahnya. Penataan letak dan tanah, munculnya penyakit tanah (antara
luas baru ini disebut “replotting”, setelah ada lain : fragmentasi tanah), timbulnya
kesepakatan pemilik tanah (peserta program spekulasi tanah. Untuk mengatasi hal
Konsolidasi Tanah). tersebut diperlukan penyusunan
kebijaksanaan tanah perkotaan yang akan
Karakter Konsolidasi Tanah menjamin terjadinya lingkungan kota yang
a. Konsolidasi Tanah adalah sebagian dari baik;
pembangunan perkotaan dimana pemilik 4. Model pengadaan tanah untuk
tanah dan pemegang hak atas tanah pembangunan secara konvensional yaitu :
mengambil bagian (berpartisipasi) secara pembebasan tanah dan model real estate,
28 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003
ABSTRAK
Tanah merupakan material yang selalu berhubungan dengan teknologi konstruksi sipil.
Karena besarnya pengaruh tanah terhadap perencanaan seluruh konstruksi, maka tanah
menjadi komponen yang sangat diperhatikan dalam perencanaan konstruksi. Dari berbagai
jenis tanah, tanah lempung adalah tanah yang paling banyak ditemukan masalah. Pada
kenyataanya tanah lempung bersifat kurang menguntungkan secara teknis untuk mendukung
suatu pekerjaan konstruksi. Maka dari itu, diperlukannya perbaikan tanah guna untuk
meningkatkan daya dukung tanah, salah satunya adalah dengan stabilisasi perbaikan tanah
secara kimiawi. Salah satu parameter yang dapat diketahui apakah tanah tersebut daya
dukungnya baik atau tidak bisa dilihat dari nilai kekuatan geser tanah. Kuat geser tanah
dapat diketahui dengan pengujian Direct Shear, sehingga dapat diketahui nilai kohesi, dan
sudut geser.
Dalam peningkatan kestabilan tanah biasanya digunakan Polyprophylene Polymer (PP) yang
harganya cukup mahal. Biaya yang mahal ini mengakibatkan peningkatan dari harga
pembangunan. Untuk mengurangi tingginya biaya perbaikan tanah, dalam penelitian ini
dilakukan pengujian stabilitas tanah dengan menambahkan limbah gypsum yang diolah
menjadi serbuk sebagai bahan pencampur tanah.
Hasil dari pengujian didapat nilai S terbesar terjadi pada sampel tanah yang dicampur
dengan limbah gypsum sebanyak 8% dengan waktu pemeraman 14 hari yaitu 61,57 KN/m2.
Nilai ini terjadi kenaikan sebesar 116,34% dari sampel tanah asli yang dilakukan pemeraman
waktu selama 14 hari. Kenaikan ini terjadi karena gypsum mengandung kalsium yang
mengikat tanah bermateri organik terhadap lempung. Gypsum juga lebih menyerap banyak
air sehingga membuat campuran limbah dan sampel tanah akan menjadi semakin keras dan
kuat, sehingga dapat meningkatkan nilai kohesi tanah yang menjadikan tiap – tiap partikel
tanah terikat dengan kuat dan berpengaruh pada peningkatan nilai kuat geser tanah lempung.
Maka dari itu, diperlukannya perbaikan tanah Dilihat dari segi nilai ekonomis dan
guna untuk meningkatkan daya dukung kurangnya pemanfaatan limbah gypsumserta
tanah, salah satunya adalahdengan stabilisasi kelebihannya, maka melalui penelitian ini
perbaikan tanah secara kimiawi. Salah satu diharapkan dapat memberikan salah satucara
parameter yang dapat diketahui apakah tanah dalam meningkatkan daya dukung tanah
tersebut daya dukungnya baik atau tidak bisa lempung yang berasal dari wilayah Kelurahan
dilihat dari nilai kekuatan geser tanah. Kuat Selindung, Kecamatan Pangkalbalam, Kota
geser tanah dapat diketahui dengan pengujian Pangkalpinang dengan cara menambahkan
Direct Shear, sehingga dapat diketahuinilai limbah gypsum sebagai bahan perbandingan
kohesi, dan sudut geser. Kohesi adalah untuk mengetahui nilaikuat geser tanah yang
komponen dari kekuatan geser tanah yang terjadi, serta mendapatkan solusi untuk
timbul akibat gaya – gaya internal yang meminimalisir dan mengolah limbah
menahan butiran tanah menjadi satu – gypsum.
kesatuan dalam massa padat, sedangansudut Kelebihan dari penggunaan gypsum dalam
geser adalah komponen dari kekuatan geser pekerjaan teknik sipil yaitu
tanah yang timbul akibat gesekan antar butir (www.minerals.net, 2005) :
(SNI 2813, 2008).
a. Gypsum yang dicampur lempung dapat
Dalam peningkatan kestabilan tanahbiasanya mengurangi retak karena sodium pada
digunakan Polyprophylene Polymer (PP) tanah tergantikan oleh kalsium pada
yang harganya cukup mahal. Biaya yang gypsum sehingga pengembangannya
mahal ini mengakibatkan peningkatan dari lebih kecil.
harga pembangunan. Untuk mengurangi b. Gypsum dapat meningkatkan stabilitas
tingginya biaya perbaikan tanah, dalam tanah organik karena mengandung
penelitian ini dilakukan pengujian stabilitas kalsium yang mengikat tanah bermateri
tanah dengan menambahkan limbah gypsum organik terhadap lempung yang
yang diolah menjadi serbuk sebagai bahan memberikan stabilitas terhadap agregat
pencampur tanah. tanah.
Gypsum adalah salah satu contoh mineral c. Gypsum meningkatkan kecepatan
dengan kadar kalsium yang mendominasi rembesan air, dikarenakan gypsum lebih
pada mineralnya. Dalam ilmukimia gypsum menyerap banyak air
disebut sebagai Kalsium
Grafik hubungan persentase lolos dengan sebesar 43,3% dari berat total tanah sampel.
diameter saringan disajikan seperti pada Dari uji batas cair dan batas plastis, didapat
Gambar 3. batas cair sebesar 45,81%, batas plastis
22,53% (PL < 30%), dan nilai indeks
plastisitas untuk tanah lempung sebesar
23,28%. Dapat dikategorikan kelompok
tanah lempung A-7-6 karena telah memasuki
klasifikasi tanah AASHTO (batas cair > 41,
indeks plastis > 11).
Tabel 4. Hasil pengujian berat jenis
Pengujian Kuat Geser Gambar 7. Grafik nilai sudut geser Dari hasil
Tabel 6. Nilai Kohesi (C) kN/m2 pengujian didapat nilai
sudut terendah pada sampel tanah yang
dicampur dengan limbah gypsum sebanyak
8% dengan waktu pemeraman 14 hari yaitu
23O, dibandingkan dengan tanah asli yang
diperam selama 14 hari nilai sudutgesernya
yaitu 30O. Semakin besar nilai kohesi, maka
semakin kecil sudut geser yang terjadi. Itu
artinya tanah mengalami sedikit pergeseran
yang disebabkan tanah memiliki nilai kohesi
yang tinggi karena partikel antar butir tanah
terikat sangat kuat.
Tabel 8. Nilai Kuat Geser :
Hasil dari pengujian didapat nilai S campuran limbah dan sampel tanah akan
maksimum terjadi pada sampel tanah menjadi semakin keras dan kuat.
campuran limbah gypsum dengan kadar 2. Nilai Kuat geser tanah maksimum
campuran 8% dengan waktu pemeraman 14 terjadi pada sampel tanah yang dicampur
hari yaitu 61,57 KN/m2, dibandingkan dengan limbah gypsum dengan kadar
dengan tanah asli yang diperam selama 14 campuran 8% yaitu 61,57 KN/m2.
hari yaitu 28,46 KN/m2, terjadi kenaikan Kenaikan ini terjadi karena limbah
sebesar 116,34%. Kenaikan ini terjadi karena gypsum dapat meningkatkan nilai kohesi
gypsum mengandung kalsium yang mengikat tanah yang menjadikan tiap – tiap
tanah bermateri organik terhadap lempung. partikel tanah terikat dengan kuat dan
Gypsum juga lebih menyerap banyak air berpengaruh pada peningkatan nilai kuat
sehingga membuat campuran limbah dan geser tanah lempung.
sampel tanah akan menjadi semakin keras 3. Setiap pemeraman yang dilakukan
dan kuat, sehingga dapat meningkatkan nilai dengan waktu 7 hari dan 14 hari
kohesi tanah yang menjadikan tiap – tiap mempengaruhi kenaiakan nilai kuat
partikel tanah terikat dengan kuat dan geser tanah. Kenaikan nilai maksimum
berpengaruh pada peningkatan nilai kuat kuat geser tanah terjadi pada waktu
geser tanah lempung. pemeraman selama 14 hari yaitu 61,57
KN/m2. Kenaikan ini diprediksi bisa
KESIMPULAN DAN SARAN terjadi dikarenakan kadar air pada
sampel sedikit mengalami perubahan
Kesimpulan selama pemeraman sehingga sampel
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dengan menjadi lebih keras, dan juga ikatan
menggunakan limbah gypsumsebagai bahan antara patikel tanah dan limbah gypsum
stabilitas tanah tanah lempung, maka dapat semakin kuat.
diperoleh kesimpulansebagai berikut :
Saran
1. Setiap penambahan campuran limbah
1. Perlu dilakukannya pengujian lanjutan
gypsum dengan kadar 4%, 6%, dan 8%
dengan parameter yang lain seperti
terjadi kenaikan nilai kuat geser tanah
pengujian CBR, Triaksial, Kuat Tekan
(s) pada tanah lempung. Kenaikan nilai kuat
Bebas dan Konsolidasi. Parameter
geser terbesar yaitu 61,57 KN/m2. Kenaikan
pengujian – pengujian tersebut perlu
ini meningkat sebesar 116,34% dibanding
dilakukan sebagai pembanding apakah
dengan tanah asli yaitu 23,64 KN/m2.
limbah gypsum bisa digunakan juga
Kenaikan ini terjadi karena gypsum
pada parameter – parameter tersebut,
mengandung kalsium yang mengikat tanah
atau hanya pada parameter pengujian
bermateri organik terhadap lempung.
direct shear saja.
Gypsum juga lebih menyerap banyak air
2. Perlu dilakukanya pengujian lanjutan
sehingga membuat
dengan menambah variasi kadar
campuran diatas 8%, dan penambahan
.
417
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
Runtuhnya suatu lereng bisa terjadi akibat adanya gaya dorong yang timbul karena beban pada tanah.
Upaya untuk mengurangi runtuhnya suatu lereng dapat dilakukan dengan cara menstabilkan lereng
tersebut. Saat ini banyak metode untuk menghitung kestabilkan lereng. Salah satu metode yang sering
digunakan dalam menghitung stabilitas lereng adalah metode Fellenius. Akan tetapi di dalam metode
perhitungan safety factor pada stabilitas lereng dengan metode Fellenius jika dihitung secara manual
banyak menggunakan rumus sehingga membutuhkan waktu yang lumayan lama. Salah satu cara untuk
mendapatkan hasil perhitungan yang singkat dan juga akurat yaitu dengan cara membuat program
safety factor menggunakan bahasa pemograman. Jika dibuat perbandingan antara perhitungan manual
dengan program, selisih hasilnya kurang dari 1%, artinya program PHP ini layak digunakan.
Kata Kunci: Analisis Stabilitas Lereng, Faktor Aman, Metode Fellenius, PHP
418
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
untuk mendapat nilai safety factor yang a. Data lereng (terutama diperlukan untuk
akurat. membuat penampang lereng) meliputi:
3. Bahan pengembangan bahasa pemograman sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang
berbasis web bagi mahasiswa. lereng dari kaki lereng ke puncak lereng.
b. Data mekanika tanah
sudut geser dalam (ϕ; derajat)
KAJIAN PUSTAKA bobot satuan isi tanah basah (γwet; g/cm3
atau kN/m3 atau ton/m3)
Tinjauan Umum kohesi (c; kg/cm2 atau kN/m2 atau
Permukaan tanah umumnya memiliki ton/m2)
perbedaan elevasi antara satu dangan yang lain kadar air tanah (𝜔; %)
atau dengan kata lain permukaan tanah tidak Pada lereng yang dipengaruhi oleh muka
selalu bentuknya datar, itu merupakan salahsatu air tanah nilai F (dengan metoda sayatan,
faktor adanya terbentuknya suatu lereng Fellenius) adalah sbb.:
(slope). c L+ tan ϕ Σ (Wi cos αi - μi*li)
Disetiap jenis lereng, kemungkinan untuk F=
terjadi suatu longsor pasti akan selalu ada. Ini Σ (Wi sin αi)
disebabkan oleh karena gaya dorong (driving
force) yang sudah melewati gaya berlawanan Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka
dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang air tanah, nilai F adalah sbb:
longsor (Das, 1985). Secara teknik dapat c L+ tan ϕ Σ (Wi cos αi)
dikatakan bahwa longsor terjadi apabila faktor F=
keamaan tidak memenuhi (Fk<1,25). Σ (Wi sin αi)
Kestabilan Lereng
Kestabilan dari suatu jenjang dikontrol METODE PEMROGRAMAN
oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk
keseluruhan lereng pada daerah tersebut, Perhitungan Stabilitas Lereng dengan
kondisi air tanah setempat, dan juga oleh teknik Metode Fellenius
penggalian yang digunakan dalam pembuatan Untuk metode dan rumus perhitungan
lereng. stabilitas lereng yang digunakan adalahmetode
Fellenius, Cara ini telah banyak digunakan
Dibawah ini merupakan nilai kestabilan dari dalam praktek. Karena cara hitungan sederhana
suatu lereng: dan kesalahan yang terjadi pada sisi yang aman.
419
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
Halaman Materi
Halaman Materi pada program analilis
perhitungan stabilitas lereng dengan metode
fellenius ini dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Halaman Website
Di dalam proses penyusunan website ini
penulis menggunakan beberapa halaman
HTML yang semuanya itu saling berhubungan.
Kode editor yang digunakan dalam membuat
atau mendesain web ini
Gambar 4. Halaman Peraturan dan SNI
420
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
Kemudian selanjutnya ada Halaman 3. Selanjutnya client akan melihat hasil dari
Menghitung Faktor Aman Lereng, metode analisis perhitungan stabilitas lereng.
fellenius dan mendapatkan nilai faktor aman
lereng beserta kesimpulan nilai angka amandan
hubungannya dengan intensitas kelong- soran.
Pemakaian Program
Gambar 6. Halaman Perhitungan Program ini adalah program interaktif
Ada beberapa tahapan untuk mengguna- berbasis web yang didesain untuk menghitung
kan program ini, tahapan-tahapan tersebut analisis perhitungan analisis stabilitas lereng
adalah sebagai berikut: dengan metode fellenius.
1. Setelah Client membuka halaman program Untuk penggunaannya dapat dengan
perhitungan stabilitas lereng, Client mengikuti langkah-langkah berikut:
melakukan input data manual berdasarkan 1. Membuka browser dan menuju ke alamat
penampang lereng yang akan dihitung yang browser analisis stabilitas lereng dengan
terdiri dari: metode fellenius.
a. Jumlah Slice 2. Saat tampilan utama website terbuka, klik
b. Nilai kohesi (c) menu program analisis stabilitas lereng
c. Sudut Gesek dalam Tanah (φ) dengan metode fellenius.
d. Berat tanah (γ) 3. Langkah berikutnya adalah membuat sketsa
Lalu setelah itu dimasukkan juga nilai data lereng berdasarkan data penampang lereng
lereng yang dihitung secara manual setelah yang akan dihitung (dibuat secara manual).
melihat bentuk geometri lereng yang telah di 4. Dibuat sayatan-sayatan vertical sampai
print dari software program perhitungan, batas bidang gelincir dan mendapatkan
misalnya seperti: angka yang dibutuhkan untuk kemudian di
a. Nilai L input ke dalam program perhitungan.
b. Nilai h 5. Selanjutnya jika kedua poin diatas sudah di
c. Nilai X lakukan maka tinggal memasukkan angka
d. Sudut setiap irisan lereng ke kolom data perhitungan pada program
421
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
× 100% = 0,4311%
Penyelesaian: 1,09
Perhitungan menggunakan program
PENUTUP
Kesimpulan
Gambar 11. Hasil Faktor Aman dan Kesimpulan
422
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
423
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
424
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
425
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
Berbagai jenis tanah yang ada saat ini memang beraneka ragam, dan tidak semua jenis
tanah tersebut stabil dalam kondisi aslinya. Tanah yang kurang stabil tentu saja mempunyai daya
dukung yang rendah, bersifat sangat lepas, sehingga kurang memadai untuk didirikan bangunan
diatasnya. Tanah memang merupakan material yang kadang tidak pasti dan membuat selalu
berhadapan pada berbagai resiko kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan tanah, khususnya
dibidang keteknik sipilan, maka dari itu selalu dituntut untuk memahami setiap kondisi yang ada
sehingga diharapkan dapat menangani berbagai masalah yang timbul didalamnya. Beberapa
penelitian yang mencoba mengangkat permasalahan tanah lunak yang berkaitan dengan daya
dukung tanah (Bearing Capacity) banyak dilakukan, mulai dengan metode kolom pasir, sublayer,
penambahan tanah urug (pasir), maupun pemakaian cerucuk bahkan sampai dengan penggunaan
bahan geotekstil. Beberapa alternatif untuk meningkatkan kapasitas dukung dan kuat geser pada
tanah lunak tentunya sangat dibutuhkan agar kondisi tanah lunak menjadi lebih baik dari keadaan
sebelumnya.
Penggunaan pondasi dangkal pada tanah lunak untuk bangunan tingkat rendah
dikhawatirkan mengalami berbagai permasalahan diantaranya yaitu shear strength yang rendah,
dalam kata lain mempunyai kuat geser atau daya dukung yang kecil serta penurunan yang besar.
Daya dukung didasarkan pada kondisi general shear failure, maka gaya yang bekerja akan dapat
dianalisis kuat geser adalah c dan 0, pondasi akan tertekan ke bawah dan akan menghasilkan suatu
keseimbangan plastis dalam bentuk zona segitiga dibawah pondasi dengan sudut ABC = BAC =
45 + (j)/2. Gerakan tanah kebawah akan mendorong tanah disampingnya kesamping. Zona
Rankine pasif ADE dan BGF akan terbentuk dengan sudut DEA = GFB = 45 - <|>/2, transisi
antara gerakan kebawah bagian ABC dan gerakan lateral bagian ADE dan BGF akan terjadi
disepanjang zona geser radial ACD dan BCG . Keseimbangan plastis akan terjadi pada permukaan
EDCGF sedangkan sisa tanah lainnya berada dalam keseimbangan elastis. Biasanya pondasi tidak
diletakkan pada permukaan tanah, dalam praktek diasumsikan kenaikan geser tanah antara
permukaan dan kedalaman Df diabaikan, tanah tersebut hanya diperhitungkan sebagai beban yang
menambah tekanan merata q pada elevasi pondasi, hal ini disebabkan tanah diatas elevasi pondasi
biasanya lebih lemah, khususnya jika diurug, daripada tanah pada tempat yang lebih dalam.
Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi tanah lunak tersebut, yaitu dengan mengganti
sebagian tanah lunak dengan urugan atau lapis pasir, maka akan mengakibatkan beban yang
diterima atau diteruskan pada pondasi dangkal tersebut tidak langsung diterima oleh tanah lunak,
akan tetapi diterima oleh lapis pasir terlebih dahulu serta disebarkan distribusi bebannya sehingga
tegangan yang diberikan pondasi pada tanah lunak lebih kecil dibanding apabila tanpa lapis pasir.
Bilamana tanah tersebut menjadi tanah dasar suatu pondasi dan belum mengalami perbaikan
(improvement) lalu diberikan pembebanan konstruksi diatasnya, maka
akan terjadi kerusakan pada permukaan tanah dasarnya (surface failure) hal ini terjadi karena telah
melampaui daya dukung kritisnya. Gejala kerusakan permukaan tanah dasar sebagai tanah dasar
pondasi atau penurunan tambahan bukan hanya akan menyebabkan konstruksi itu tidak berfungsi
sebagai mana mestinya, melainkan dapat mengakibatkan permukaan tanah di sekeliling
konstruksi itu naik atau turun. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan-bangunan
konstruksi lainnya, sehingga dapat mengakibatkan penurunan (settlement) bila didirikan struktur
426
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
bangunan diatasnya.
Analisis perubahan distribusi tegangan berdasarkan sudut penyebaran tanah yang terjadi
akibat kepadatan dan ketebalan tanah urug pernah dilakukan. Kepadatan dan ketebalan suatu
tanah urug dengan sudut penyebarann tertentu yang diukur terhadap sumbu vertikal, menurut teori
distribusi tegangan dalam tanah yang homogen tidak memperhitungkan pengaruh kepadatan
tanah, sedangkan metode perbaikan. tanah dapat dianggap sebagai hasil penyebaran beban
melalui sudut penyebaran tertentu yang diukur terhadap sumbu vertikal.
Dari sudut penyebaran (a) yang terjadi pada Gambar 2.2 sangat bergantung dari kepadatan dan
ketebalan tanah urug (pasir). Semakin padat tanah urug semakin besar sudut penyebaran yang
terjadi (Sugie Prawono, 1999).
Berbagai teori sudah dikembangkan untuk menghitung tegangan tanah yang terjadi pada
kedalaman tertentu seperti Boussinesq (1885), Westergaard (1938), Newmark (1942), namun
teori-teori tersebut di atas hanya berlaku untuk lapisan tanah yang homogen. Untuk tanah yang
tidak homogen misalnya lapisan atas tanah urug pasir dan lapisan bawah tanah liat lunak, teori-
teori tersebut tidak memberikan kepastian. Kepadatan tanah urug juga mempengaruhi sudut
penyebaran beban yang terjadi di dalam tanah urug, seperti yang dikemukakan oleh Burmister
(1943) Elastisitas tanah sebanding dengan kepadatan tanah dan semakin besar kepadatan tanah
urug, semakin besar sudut penyebaran yang terjadi dan tegangan yang terjadi 10 Westergaard
(1938) menggambarkan besarnya tegangan dalam tanah dengan grafik isostress seperti yang B
adalah lebar pondasi dan q adaiah tegangan akibat beban pondasi. Setiap gans menunjukkan nilai
(Jy/q. daerah didalam suatu garis kontur mendapat tegangan yang lebih besar dibandingkan
dengan nilai tegangan yang ditunjukkan oleh garis tersebut.
Penyebaran/distribusi tegangan pada tanah yang homogen tidak tergantung dari total
ketebalan lapisan tanah. Tegangan yang tiinbul didalam tanah akibat beban pondasi semakin ke
dalam semakin kecil, dan akhirnya dianggap nol (sangat kecil). Oleh karena penurunan akibat
konsolidasi tergantung pada penambahan tegangan, maka penumnan tanah tidak pernah mengecil
seiring dengan bertambahnya ketebalan lapisan (Boussinesq,1885), seperti terlihat
Salah satu usaha meningkatkan daya dukung pondasi dangkal yaitu dengan penggunaan
cerucuk. Pada penelitian yang telah dilakukan tersebut bertujuan untuk mengetahui berapa
peningkatan daya dukung suatu pondasi setempat (segiempat) akibat penempatan cerucuk
dibawahnya, dan dilakukan suatu penelitian atas suatu model pondasi diatas lapisan lempung
lunak. Lempung lunak tersebut diperkuat dengan pasir dan cerucuk pada luasan pondasi tersebut.
cerucuk dipasang tegak dengan pasir dan cerucuk pada luasan pondasi tersebut. cerucuk dipasang
tegak maupun miring, dan sebagai modelnya digunakan biting-biting bambu sebagai
cerucuknya,
Dari hasil pembebanan atas model yang telah dilakukan, terlihat adanya perbaikan tanah
dengan penggunaaan cerucuk. Penambahan pasir tebal dibawahmodel pondasi akan
meningkatkan daya dukung pondasi sebanyak 12% dan pemasangan cerucuk dengan formasi
tegak mampu meningkatkan daya dukung sampai 38% dan dengan formasi miring 75° dibawah
pasir peningkatan daya dukungnya mencapai 64%, sehingga penurunan pondasi akibat suatu
beban akan jauh berkurang dibanding dengan model pondasi pada kondisi tanah lempung lunak
saja. (Soebianto T, 2000).
427
Jurnal Sipil Statik Vol.8 No.3 Mei 2020 (417-422) ISSN: 2337-6732
Penelitian tentang penggunaan kolom kapur untuk perbaikan tanah lempung dengan
kolom kapur sebagai stabilisator pada tanah lunak (soft soil) pernah dilakukan. Pada penelitian
tersebut dilakukan dengan model kolom tunggal dengan hasil prosentase berat kering kapur 8%
pada tanah lempung yang mempunyai kadar air 39% - 41% mengalami peningkatan nilai kohesi
(c) yang paling tinggi, yakni. terjadi kenaikan nilai kohesi (c) sebesar ± 7% dari tanah yang tidak
diberi kolom kapur, sedangkan sudut gesek dalam (<j>) yang paling besar untuk sampel yang
langsung diuji terjadi pada lime column dengan prosentase berat kapur 100%. (Diatri Nararatih,
2000).
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diatas didapatkan bahwa modifikasi
terhadap tanah lunak memang sangat diperiukan untuk meningkatkan daya dukung tanah dalam
mendukung struktur diatasnya, entah itu menggunakan system stabilisasi maupun perkuatan
dengan memakai berbagai metode, mulai dari uji laboratorium sampai dengan penggunaan
software, salah satunya adalah software yang merupakan salah satu perangkat lunak sebagai alat
bantu bagi para ahli teknik dalam merencanakan dan menganalisis struktur geoteknik dengan
tujuan mendapatkan uji validasi yang akurat antara uji Laboratorium dan juga pelaksanaan di
lapangan.
428