Anda di halaman 1dari 8

Musleh Herry

DAMPAK LIBERALISASI EKONOMI


TERHADAP HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

Musleh Herry
Fakultas Syari’ah UIN Maliki Malang
Telepon: (0341) 559399
Email: el.moehy77@gmail.com

Abstract
The developmental program of the government creates delicate issues concerning the proper
allocation of land. While the government program of welfare necessitates the availability of
land to build housings, roads, factories and business centers, the plight of society displaced
from their land should not be overlooked. Liberalist approach on managing land proves to
bring more problem than solution to the society at large. Through the strong capital and
wide network in executive and legislative bodies, the liberalist proponents manage to seize
huge amounts of land at the expense of the original owners, mostly villagers who lack of
apprehension about the price of land. The vague regulation concerning land also contributes
to the handover of huge acres of land from the villagers to the capital owners. Without
government intervention on the land market, it is worried that the process of land
acquisition by the capital owner will run out of control.

Program pembangunan pemerintah memunculkan masalah seputar penguasaan tanah.


Sementara di sisi lain program pemerintah untuk kesejahteraan membutuhkan ketersediaan
tanah untuk membangun perumahan, jalan, pabrik pusat -pusat bisnis. Persoalan berat
kepemilikan tanah yang dihadapi masyarakat harus mendapat perhatian.Pendekatan
kelompok liberal terhadap pengaturan penguasaan tanah menimbulkan banyak persoalan
bagi masyarakat secara luas. dengan menggunakan modal yang besar dan jaringan yang
kuat di lembaga eksekutif dan legislatif, pendukung kelompok liberal mengambil alih
kepemilikan tanah secara besar-besaran terutama dari penduduk desa yang tidak
mengetahui harga tanah yang semestinya. Peraturan yang masih belum jelas berkaitan
dengan tanah juga menyebabkan pindah kepemilikan dari petani ke pemilik modal. Tanpa
intervensi dan kontrol dari pemerintah terhadap pemasaran tanah, dikhawatirkan persoalan
penguasaan tanah oleh pemilik modal akan lepas kontrol.

Keywords: Liberalisasi Ekonomi, Penguasaan Tanah, Hak Milik

Pendahuluan harta yang mempunyai sifat permanen, ka-


Tanah bagi kehidupan manusia mempu- rena ia memberikan kemantapan untuk dica-
nyai arti yang sangat penting, karena sebagi- dangkan bagi kehidupan di masa mendatang. 1
an besar kehidupan memerlukan tanah. Ma- Bagi sebuah negara agraris, tanah mempu-
nusia membutuhkan tanah dan hasilnya untuk nyai fungsi yang amat penting bagi kemak-
kelangsungan hidup, tempat pemukiman dan
usaha; bahkan ketika meninggal sekalipun
1
manusia masih membutuhkan sepetak tanah. Abdurahman, Masalah Pencabutan Hak -Hak
Disamping itu tanah dapat dinilai sebagai Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 45.

de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum 43


Dampak Liberalisasi Ekonomi Terhadap Hukum Pertanahan Di Indonesia

muran dan kesejahteraan rakyat. Kenyataan- beralisasi ekonomi memperbesar peran swas-
nya, luas tanah dalam sebuah negara adalah ta dalam pembangunan, sedangkan peran pe-
terbatas, terutama lahan pertanian, sementara merintah adalah sebagai fasilitator, pengatur,
jumlah penduduk semakin bertambah. pengarah dan pembina bagi terciptanya kon-
Sebagai sebuah negara berkembang de- disi yang kondusif bagi investasi swasta. Pe-
ngan tingkat pertumbuhan penduduk yang ti- merintah hanya menangani hal-hal yang be-
nggi, Indonesia menghadapi permasalahan lum dapat diserahkan kepada pihak swasta
tentang ketersediaan tanah untuk pembangu- atau yang berkaitan dengan hajat hidup orang
nan dan lahan hunian penduduk. Untuk itu bi- banyak.
sa dikatakan bahwa keberhasilan pembangu- Masuknya modal asing dan semakin
nan sangat ditentukan oleh kemampuan pe- besarnya peran swasta akan meningkatkan
merintah dalam mengelola aspek pertanahan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tentu
termasuk bagaimana manajemen pemerintah saja akan meningkatkan pendapatan nasional
dalam menghadapi masuknya arus liberalisasi dari sektor pajak. Selain itu, investasi asing
ekonomi dan dampaknya terhada penguasaan dan swasta akan membuka kesempatan kerja
tanah. yang luas sehingga dapat mengurangi jumlah
pengangguran dan berbagai kerawanan sosial
Konsepsi Liberalisasi Ekonomi dan Dam- yang mengikutinya.
paknya Bagi Ekonomi Suatu Negara Liberalisasi ekonomi ternyata tidak ha-
Liberalisasi bukanlah liberalisme. Pan- nya memberikan keuntungan tapi juga mem-
dangan hidup, ideologi dan falsafah kita ma- bawa dampak yang merugikan, khususnya
sih tetap Pancasila, hanya saja kita bersedia dalam bidang penguasaan tanah. Akibat libe-
membuka diri terhadap masuknya barang, ralisasi ekonomi, distribusi penguasaan tanah
jasa dan modal asing sebagaimana telah dila- dan penentuan harga tanah menjadi lebih ber-
kukan oleh negara lain sebagai konsekuensi gantung pada mekanisme pasar, yang men-
pemberlakuan GATT di Indonesia. 2 Barang, jadi ciri liberalisasi ekonomi. Harga tanah se-
jasa dan modal asing tersebut dimungkinkan penuhnya akan ditentukan oleh pembeli dan
untuk masuk dan keluar dari negara kita tan- penjual berdasarkan kesepakatan di antara ke-
pa hambatan, baik berupa tarif maupun non- duanya. Sementara itu, diantara para calon
tarif. Apabila era liberalisasi ekonomi yang pembeli akan terjadi persaingan memperebut-
telah berkembang ke arah global ini tidak kita kan lokasi- lokasi strategis sehingga harga ta-
antisipasi, dikhawatirkan perkembangan pe- nah akan meningkat.
rekonomian dan perdagangan kita akan ter- Konsekuensi lain dari liberalisasi eko-
hambat. nomi adalah kewajiban pemerintah untuk me-
Keterbukaan tersebut dapat meningkat- nyediakan tanah yang diperlukan bagi invest-
kan nilai ekspor Indonesia karena ekspor kita tasi maupun pembangunan lainnya. Karena
dapat memasuki negara lain tanpa mengalami jumlah tanah yang dikuasai negara semakin
kesulitan. Hanya saja kita harus meningkat- sedikit, tanah rakyat harus digunakan untuk
kan daya saing agar memperoleh tempat di keperluan pembangunan. Hal itu tentu saja
pasaran luar negeri. 3 Pada tingkat nasional, li- berdampak pada kurangnya akses rakyat ter-
hadap tanah, baik di pedesaan maupun di per-
2
Harsono, Boedi. 1999. Undang-Undang Po- kotaan.
kok Agraria, Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksana- Di wilayah pedesaan penguasaan tanah
annya (Bagian Pertama, Jilid kesatu). Jakarta: hak milik masyarakat, baik secara terang-te-
Djambatan, h. 357. rangan maupun tersamar, baik oleh perseora-
3
Suyono, 1995. Peranan dan Strategi Pe- ngan, swasta maupun pemerintah, juga sema-
ngembangan Tanah (Land Developers) dan Birokrasi
kin meningkat seiring dengan meningkatnya
dalam Mengantisipasi Dampak Liberalisasi Ekonomi
Terhadap Penguasaan Tanah Terutama Untuk Pemu - pelaksanaan pembangunan berbasis liberali-
kiman Berskala Besar. Makalah Seminar Nasional Ke- sasi ekonomi. Proses penguasaan tanah di pe-
bijakan Pertanahan dan Liberalisasi Ekonomi, Fakultas desaan terjadi karena alasan berikut: penye-
Huku m, UGM, Yogyakarta, h. 1.

44 Volume I, Nomor 1, Agustus 2009


Musleh Herry

barluasan pembangunan dan hasil- hasilnya, Berkembangnya Pembangunan dan Ber-


dan masih murahnya harga tanah di pedesaan kurangnya Persediaan Tanah
karena masyarakat pedesaan belum banyak Pada sebagian kelompok masyarakat,
mengerti tentang harga tanah di pasaran. tanah ditempatkan secara seimbang antara
Sebagai sebuah undang-undang produk fungsi sosial dan ekonomisnya, baik sebagai
bangsa Indonesia UUPA dibuat untuk mense- sumber hidup maupun sebagai tempat ting-
jahterakan rakyat. Dengan adanya UUPA ma- gal. Penguasaan tanah semata- mata untuk
syarakat Indonesia, terutama yang tinggal di memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.
pedesaan yang sebagian besar berprofesi se- Sedangkan pada kelompok masyarakat yang
bagai petani, diharapkan semakin sejahtera lain, tanah hanya dilihat dari sudut ekono-
dengan penataan system penguasaan tanah misnya; tanah dipandang sebagai investasi
dan penggunaan tanah yang ada. Namun, yang dapat mendatangkan keuntungan yang
pada kenyataannya, masyarakat pada umum- bersifat ekonomis. Akibatnya, mereka beru-
nya semakin sulit atau sengsara, karena pe- saha melakukan akumulasi penguasaan tanah
ngaturan dan penguasaan tanah telah me- yang cenderung spekulatif dan manipulatif
nyimpang dari ketentuan yang ada, dan ma- melebihi kebutuhan sebenarnya. Perkem-
syarakat, terutama yang tinggal di pedesaan, bangan kapitalisme telah mendorong peru-
akan semakin sulit jika implementasinya dibi- bahan fungsi tanah yang semula sebagai salah
arkan berlarut- larut. Ditengarai, ada orang- satu faktor produksi menjadi sarana investasi.
orang tertentu atau badan hukum yang me- Hal tersebut tidak terlepas dari kebi-
nguasai lahan pertanian untuk kepentingan jakan dasar penanaman modal yang mendo-
bisnis dengan sistem hak milik, sewa maupun rong dipacunya pertumbuhan dan pemerataan
bagi hasil dalam ukuran yang luas sehingga ekonomi dalam kaitannya dengan Penanaman
menimbulkan berbagai persoalan ekonomi Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penana-
dan sosial bagi masyarakat pedesaan. Kondisi man Modal Asing (PMA). Oleh karena itu,
demikian bertolak belakang dengan Pasal 7 kemudahan dan iklim investasi yang lebih ba-
UUPA junto Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 53 ik terus menerus diupayakan, antara lain de-
ayat (1) yang mengatur bahwa kepemilikan ngan menyediakan peraturan perundang- un-
dan penguasaan tanah tidak diperbolehkan dangan yang mendukung penyederhanaan
melampaui batas. prosedur pelayanan investasi, serta sarana
Sementara itu di perkotaan, penguasaan dan prasarana ekonomi yang memadai.
tanah secara besar-besaran oleh para pengem- Perkembangan di atas menunjukkan
bang besar mengakibatkan tersisihnya para semakin meningkatnya ekonomisasi nilai ta-
pengembang kecil. Monopoli penguasaan ta- nah, dan masyarakatpun cenderung menga-
nah ini juga menimbulkan peluang untuk baikan fungsi sosial dan magis yang men-
mematok harga jual tanah setinggi- tingginya. dasari hubungan manusia dengan tanah. Hal
Akibatnya, harga jual rumah di perkotaan ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya
semakin tak terjangkau oleh kelompok ma- harga tanah di wilayah-wilayah yang sedang
syarakat dengan kemampuan ekonomi mene- membangun dan seringnya kita mendengar
ngah ke bawah. konflik tuntutan ganti rugi dimana satu pihak
Kondisi semacam itu tidak boleh dibi- menuntut harga serendah-rendahnya sedang-
arkan berlarut- larut, mengingat kebutuhan a- kan pihak lain menghendaki harga setinggi-
kan tanah dan rumah tidak dapat digantikan tingginya.
dengan hal lain. Oleh karena itu perlu adanya Prinsip-prinsip pertanahan dalam UU-
intervensi pemerintah dalam upaya mencari PA Pasal 1 ayat (2) dan (3) menjelaskan
keseimbangan dari berbagai kepentingan ter- bahwa tanah di wilayah Indonesia merupakan
sebut. milik bersama seluruh bangsa:
“Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, ter-
masuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dalam wilayah Republik Indone-
sia sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa

de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum 45


Dampak Liberalisasi Ekonomi Terhadap Hukum Pertanahan Di Indonesia

adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Dampak Liberalisasi Ekonomi Terhadap
Indonesia dan merupakan kekayaan nasio- Distribusi Tanah
nal.” Distribusi Tanah di Pedesaan
“Hubungan antara bangsa Indonesia de- Intensitas pembangunan yang menuntut
ngan bumi, air serta ruang angkasa ter-
penyediaan tanah yang relatif luas, baik untuk
masuk dalam ayat 2 pasal ini adalah hu-
bungan yang bersifat abadi.” pemukiman maupun untuk industri mengaki-
batkan terjadinya alih fungsi tanah pertanian,
terutama di daerah-daerah pinggiran kota.
Aplikasi ketentuan di atas diserahkan
kepada negara agar perencanaan, penataan, Alih fungsi tersebut terus berlangsung, baik
karena desakan ekonomi maupun karena ta-
peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan-
nya mengacu pada landasan hukum yang waran harga tinggi dari para pengusaha yang
bermaksud merubahnya menjadi tanah non-
tunggal sehingga berdampak positif pada pe-
pertanian dengan nilai pendapatan ekonomis
ningkatan kesejahteraan semua lapisan ma-
syarakat. lebih tinggi.
Gejala yang sangat memprihatinkan da-
UUPA Pasal 6 lebih menekankan fung-
si sosial tanah dengan ketentuan bahwa “Se- lam alih fungsi tanah pertanian ini sering ter-
jadi pada beberapa daerah tingkat II yang
mua hak atas tanah mempunyai fungsi so-
sedang berkembang dengan pesat, misalnya
sial”, sehingga penggunaan dan pengusahaan-
nya harus dapat memberikan manfaat yang Botabek (Bogor, Tenggerang, dan Bekasi)
dan Sidoarjo. Hal ini menimbulkan reaksi be-
seimbang, baik baik pemiliknya maupun bagi
anggota masyarakat lain, atau dengan kata rupa keluarnya berbagai Surat Menteri Ne-
gara Agraria/Kepala BPN serta Menteri Ne-
lain semua penggunan hak atas tanah harus
gara Perencanaan Pembangunan Nasional/
memerhatikan keseimbangan antara kepenti-
ngan individual dan kepentingan publik. Oleh Ketua Bappenas sejak tanggal 15 juni 1994.
Hubungan hukum yang terkait dengan
karena itu, pandangan yang menempatkan ta-
pemilikan dan penguasaan tanah pertanian
nah sebagai komoditas ekonomi semata ber-
pada umumnya dilakukan melalui lembaga
tentangan dengan konsep fungsi sosial tanah
gadai tanah atau bagi hasil, dan masih
karena cenderung berorientasi pada keuntu-
ngan yang bersifat individual. mendasarkan pada norma hukum setempat
yang tidak tertulis. Dengan demikian dapat
Berkaitan dengan masalah penguasaan
dikatakan bahwa akses terhadap hak atas
tanah ini, kita juga perlu mengingat ketentuan
tanah yang dijamin oleh undang-undang me-
UUPA Pasal 9 ayat (2) yang menyatakan
rupakan akses semu. Kondisi ini semakin di-
bahwa:
“Tiap warga negara, baik laki-laki maupun perburuk oleh praktik pemilikan tanah secara
wanita, mempunyai kesempatan yang sama absente (guntai) dan terkadang disertai pe-
untuk memperoleh suatu hak atas tanah langgaran batas maksimal kepemilikan yang
serta untuk mendapat manfaat dan hasil- sebenarnya dilarang oleh UUPA Pasal 10
nya, baik bagi diri sendiri maupun keluar- ayat (1), yaitu “setiap orang dan badan hu-
ganya”. kum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah
pertanian pada asasnya diwajibkan menger-
Namun dalam pelaksanaannya,UUPA jakan atau mengusahakannya sendiri secara
Pasal 9 ayat (2) tersebut harus terdapat tawar efektif, dengan mencegah cara-cara pemera-
menawar dulu antara rakyat, pemerintah, dan san”. 4
pihak swasta terlebih dahulu sehingga pelak- Berdasarkan ketentuan pasal di atas,
sanaan pasal di atas dapat terwujud. maka di satu sisi jika tanah tersebut subur dan
dapat dikelola secara maksimal, maka ia da-

4
Harsono, Boedi. 1999. Undang-Undang Po-
kok Agraria, Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksana-
annya (Bagian Pertama, Jilid kesatu). Jakarta: Djam-
batan, h. 570.

46 Volume I, Nomor 1, Agustus 2009


Musleh Herry

pat menambah pendapatan para petani, akan dikeluarkannya suatu wilayah (enclave) yang
tetapi di sisi lain, para petani sendiri tidak secara nyata telah dimiliki oleh suatu masya-
dapat mengelola tanahnya karena: (a) lahan rakat hukum merupakan hal yang wajar untuk
yang ada sudah tidak subur lagi/gersang, (b) menghindari tumpang tindih penguasaan ta-
tanah yang subur sudah dibeli oleh pengusaha nah.
dengan harga yang lebih tinggi, (c) hasil Pendekataan yang dilakukan oleh pihak
pertanian belum dapat dipasarkan, (d) harga luar tidak akan mengalami hambatan apabila
beli pasar terlalu rendah sehingga merugikan dilakukan dengan cara yang sesuai dengan
para petani, dan (e) banyaknya urbanisasi. kelaziman masyarakat yang bersangkutan.
Hal ini hanya akan menguntungkan pihak- Peningkatan kesadaran masyarakat akan arti
pihak yang sebenarnya hidup bukan dari penting kepastian hukum terhadap hak atas
pertanian, atau dengan kata lain mengun- tanahnya seharusnya mendorong upaya- upa-
tungkan para penguasaha. ya tersebut. Apabila untuk berbagai kegiatan
Setidaknya selama dua puluhan tahun di atas, tanah yang dikuasai oleh badan-badan
terakhir ini telah terbit beberapa ketentuan hukum memiliki kepastian hukum, maka
dalam berbagai bentuk dan tingkatan yang demikian pula halnya dengan tanah milik
pada intinya mengatur tentang alih fungsi masyarakat setempat, sehingga keadilan da-
tanah pertanian. Upaya untuk mencegah alih pat benar-benar dirasakan.
fungsi tanah pertanian tersebut juga dilaku-
kan melalui kebijakan pemberian ijin lokasi Distribusi Tanah di Perkotaan
disamping juga penyempurnaan terhadap Permintaan akan tanah terutama di per-
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada kotaan, tidak saja datang dari pemerintah un-
beberapa Daerah Tingkat II yang terlanjur tuk membangun prasarana dan fasilitas u-
mencantumkan penggunaan tanah sawah mum, tetapi juga dari dunia usaha maupun
beririgasi teknis untuk kepentingan non-per- perseorangan. Peningkatan kebutuhan atas
tanian. Kebijakan yang telah digariskan ini ketersediaan tanah menurut Sidik, antara lain
perlu diprioritaskan karena upaya pencetakan disebabkan oleh: pertama, pertumbuhan jum-
sawah untuk mengimbangi berkurangnya ta- lah penduduk, baik yang terjadi secara ala-
nah pertanian belum dapat dilihat hasilnya. miah maupun yang disebabkan oleh urba-
Dengan adanya akses yang dimiliki nisasi; kedua, pertumbuhan ekonomi yang
oleh badan hukum atau perorangan yang pe- cukup tinggi, sehingga diperlukan ketersedia-
rolehan tanahnya berdasarkan pencadangan an tanah untuk sarana pengembangan kegia-
tanah/ijin lokasi, namun tidak dimanfaatkan tan usaha bagi badan usaha/perusahaan, baik
sesuai dengan peruntukannya sehingga akses perusahaan lokal maupun perusahaan asing;
rakyat terhadap tanah berkurang, adalah wa- ketiga, kenaikan tingkat pendapatan yang me-
jar untuk mengharapkan hasil investarisasi naikkan “willingness to pay” terhadap kebu-
penguasaan tanah tersebut sesuai dengan Ins- tuhan atas tanah; keempat, terbatasnya perse-
truksi Menteri Agraria/Kepala BPN tanggal diaan tanah di daerah perkotaan yang siap
19 Januari 1994 sambil menunggu hasilnya bangun, karena kota telah menjadi pusat se-
berupa penertiban yang konkret. gala kegiatan dan daya tarik tersendiri bagi
Sebenarnya kesempatan untuk melaku- masyarakat desa, sehingga urbanisasi yang
kan komunikasi efektif dapat dilakukan apa- cukup tinggi semakin mengurangi lahan- la-
bila konstelasi hubungan suatu masyarakat han yang siap bangun. 5
dengan tanah mereka dapat dipahami secara Kelemahan dalam menerapkan manaje-
utuh. Dengan demikian masyarakat setempat men perkotaan tampak dari meningkatnya
semakin terbuka menerima hal- hal baru yang harga tanah yang mendorong timbulnya spe-
positif dan bermanfaat. Cara yang ditempuh kulasi, kelangkaan pengembangan tanah per-
bukanlah paksaan, melainkan dengan jalan kotaan untuk pemukiman, serta menjamurnya
mengakui keberadaan dan menghormati hak-
hak mereka. Perlu kita pahami pula bahwa 5
Sid ik, h. 14 .

de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum 47


Dampak Liberalisasi Ekonomi Terhadap Hukum Pertanahan Di Indonesia

pemukiman liar. Pada umumnya, tanah per- tingan umum maka pemilikan dan pengu-
kotaan diperoleh melalui proses alih fungsi asaan tanah yang melampui batas tidak diper-
tanah pertanian, baik yang dilakukan oleh pe- kenankan.” Dengan demikian para pengem-
merintah maupun pihak swasta. Manajemen bang sebenarnya dapat merekayasa daya sa-
pertanahan yang efisien perlu didukung oleh ing proyeknya dengan membangun berbagai
sistem informasi pertanahan yang handal un- fasilitas bermutu baik, seperti perbelanjaan,
tuk mengatur penggunaan tanah secara opti- rekreasi, pendidikan, dan kesehatan, dimana
mal. semua itu akan menjadi beban pembeli
Dalam bidang pembangunan peruma- melalui harga jual yang tinggi. Sebenarnya
han, naiknya harga tanah sebagai dampak li- ketentuan mengenai pemilikan maksimum ta-
beralisasi ekonomi sangat dirasakan, terutama nah di perkotaan telah diisyaratkan oleh Un-
oleh pengembang kecil. Ketidakmampuan dang-Undang Nomor 56 Tahun 1960, yang
bersaing dalam membeli tanah membuat me- pengaturannya lebih lanjut dijabarkan melalui
reka tersisih dan terpaksa memilih lokasi- lo- Peraturan Pemerintah Daerah (Perda), namun
kasi yang kurang strategis. Akibatnya pemba- hingga kini Perda yang mengaturnya belum
ngunan rumah-rumah sederhana untuk ma- juga diterbitkan.
syarakat berpendapatan rendah berada di lo- Kondisi tersebut diantisipasi Pemerin-
kasi yang jauh dari tempat kerjanya. Sebalik- tah dengan melakukan deregulasi melalui de-
nya, pengembang besar yang mampu membe- birokratisasi untuk lebih menggiatkan usaha
li tanah dengan harga tinggi berusaha me- swasta dan menarik masuknya modal asing.
ngembalikan investasinya dengan cara men- Pemerintah juga telah mengambil langkah-
cari keuntungan sebesar-besarnya melalui pe- langkah untuk mengurangi dampak negatif
ngembangan rumah mewah, perkantoran atau dalam bidang permukiman melalui Undang-
pusat perbelanjaan mewah. 6 Undang Nomor 4 Tahun 1992 yang di dalam-
Liberalisasi ekonomi juga mendorong nya diatur tentang konsep pembangunan pe-
perubahan fungsi tanah, yaitu dari fungsinya rumahan dan permukiman skala besar melalui
sebagai salah satu faktor produksi utama pembangunan Kawasan Siap Bangun (KSB)
menjadi sarana investasi. Bagi investor, dan Lingkungan Siap Bangun (LSB) yang
investasi dalam bentuk pemilikan/penguasaan berdiri sendiri. Ketentuan-ketentuan tersebut
tanah dipandang sangat mengutungkan kare- kemudian dilengkapi dengan ketentuan ten-
na sebagai investasi jangka panjang tanah tang pembangunan perumahan dan permu-
menjanjikan keamanan, kepastian pendapa- kiman dengan lingkungan hunian berimbang,
tan, nilai/harga tinggi, dan umumnya terhin- yaitu: konsep 1: 3: 6 yang mewajibkan setiap
dar dari inflasi. 7 Oleh karena itu untuk me- pengembang rumah mewah untuk memba-
ngurangi dampak kenaikan harga dan men- ngun tiga atau lebih rumah menengah, dan
jaga kesinambungan usaha hingga jangka enam atau lebih rumah sederhana untuk se-
waktu yang lama, pengembang besar berusa- tiap rumah mewah yang dibangun. Pengem-
ha menguasai tanah seluas mungkin, yang se- bang yang akan membangun rumah mene-
benarnya bertentangan dengan ketentuan UU- ngah tanpa rumah mewah diwajibkan mem-
PA pasal 7: “Untuk tidak merugikan kepen- bangun dua atau lebih rumah sederhana. Kon-
sep ini dituangkan dalam Keputusan Bersama
6
Suyono, 1995. Peranan dan Strategi Pengem- Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan
bangan Tanah (Land Developers) dan Birokrasi dalam Umum dan Menteri Negeri Perumahan Rak-
Mengantisipasi Dampak Liberalisasi Ekonomi Terha- yat pada tanggal 16 Nopember 1992.
dap Penguasaan Tanah Terutama Untuk Pemukiman Pengelolaan Kawasan Siap Bangunan
Berskala Besar. Makalah Seminar Nasional Kebijakan (KSB) dilakukan oleh BUMN atau badan lain
Pertanahan dan Liberalisasi Ekono mi, Fakultas Hu -
ku m, UGM, Yogyakarta, h. 3. yang dibentuk dan diberi tugas oleh pemerin-
7
Cahyono, Bambang Tri. 1991. Dimensi Eko- tah. Pelepasan hak atas tanah dalam KSB
nomi Pembangunan Desa dan Masalah Pembebasan yang berbentuk kapling tanah matang hanya
Tanah, Makalah Diskusi PAU-SS-UGM, Yogyakarta, dapat dilakukan oleh BUMN atau badan lain
h. 4.

48 Volume I, Nomor 1, Agustus 2009


Musleh Herry

yang ditunjuk. Dengan demikian diharapkan pa ada batas waktu tersebut pembangunan pe-
kegiatan para spekulan dapat dikendalikan. rumahan sederhana mungkin akan selalu ter-
Pengelola KSB juga dapat menyeleng- tunda, bahkan terabaikan.
garakan usaha subsidi silang dalam penjualan Penerapan konsep KSB dan LSB yang
kembali tanah siap bangun. Tanah komersial berdiri sendiri bertujuan mewujudkan peme-
serta tanah untuk rumah mewah dan mene- rataan pembangunan dan hasil- hasilnya untuk
ngah dapat dijual kepada pihak pengembang seluruh lapisan masyarakat. Azas kekeluar-
dengan harga yang tinggi agar sebagian dari gaan sebagaimana dimaksudkan pada UUD
keuntungannya dapat digunakan untuk men- 1945 Pasal 33 ayat (1), yaitu “segala bumi,
subsidi harga tanah untuk pembangunan ru- air dan kekayaan alam yang terkandung di
mah sederhana dan sangat sederhana. Dengan dalamnya dikuasai oleh negara,” tercermin
demikian untuk setiap golongan penghasilan dalam pembangunan KSB dan LSB yang ber-
dapat memiliki tanah yang sesuai dengan diri sendiri, di mana pengembang besar, pe-
daya beli mereka. ngembang kecil dan masyarakat, baik para
Sedangkan LSB yang berdiri sendiri, pemilik tanah maupun konsumen dapat be-
penyelenggaraan pengelolaannya dilakukan kerja sama.
oleh badan usaha swasta yang bergerak di Pengaturan pengelolaan KSB dan LSB
bidang perumahan, namun tidak diperkenan- yang berdiri sendiri sebagaimana diatur da-
kan menjual tanah siap bangun. Mereka ha- lam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
nya diperbolehkan menjual kapling tanah ma- merupakan pelaksanaan UUD 1945 Pasal 33
tang dengan bangunan rumahnya, kecuali ka- ayat (1), yaitu “segala bumi, air dan kekayaan
pling tanah matang ukuran kecil dan sedang. alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
Berbeda dengan penyelenggara pembangunan oleh negara.” Dengan demikian tanah untuk
KSB yang cukup hanya membangun jaringan perumahan dapat dinikmati pula oleh orang
prasarana lingkungan primer dan sekunder miskin tanpa mengurangi kesempatan para
sebelum dapat menjual tanah siap bangun ke- pengusaha untuk melakukan usahanya.
pada pengembang, penyelenggara pembangu-
nan LSB yang berdiri sendiri harus mem- Penutup
bangun seluruh jaringan prasarana yang dibu- Berdasarkan uraian di atas dapat disim-
tuhkan sebelum menjual rumah dan kapling pulkan bahwa liberalisasi ekonomi dengan
tanah matang ukuran kecil dan sedang. distribusi penguasaan tanah yang timpang
Walaupun sudah diupayakan cara pan- akan memunculkan dampak-dampak yang
danaan berupa subsidi silang, namun harga merugikan rakyat, khususnya petani. Pengua-
tanah yang relatif tinggi mengakibatkan harga saan tanah untuk industri dan pemukiman
jual perumahan sederhana tidak terjangkau berskala besar telah memaksa alih fungsi
oleh mereka yang berasal dari kelompok tanah pertanian dengan segala konsekuensi-
yang sebenarnya sangat membutuhkan. Oleh nya. Dalam hal ini diperlukan sikap yang te-
karena itu diperlukan upaya pengendalian be- gas dari pemerintah dalam menegakkan kebi-
rupa batas waktu penyelesaian dengan sanksi jakan korektif untuk pengendaliannya.
tertentu terhadap kelalaian yang terjadi. Tan-

DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Bambang Tri. 1991. Dimensi Eko-


nomi Pembangunan Desa dan Ma-
Abdurahman, 1991. Masalah Pencabutan salah Pembebasan Tanah, Makalah
Hak-Hak Atas Tanah dan Pembeba- Diskusi PAU-SS-UGM, Yogyakar-
san Tanah di Indonesia Bandung: ta.
Citra Aditya Bakti. Harsono, Boedi. 1999. Undang-Undang Po-
kok Agraria, Sejarah Penyusunan,

de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum 49


Dampak Liberalisasi Ekonomi Terhadap Hukum Pertanahan Di Indonesia

Isi dan Pelaksanaannya (Bagian I, pers) dan Birokrasi dalam Mengan-


Jilid I). Jakarta: Djambatan. tisipasi Dampak Liberalisasi Eko-
______, 1971. Undang-Undang Pokok Agra- nomi Terhadap Penguasaan Tanah
ria, Sejarah Penyusunan, Isi dan Terutama Untuk Pemukiman Ber-
Pelaksanaannya (Bagian II, Jilid I). skala Besar. Makalah Seminar Na-
Jakarta: Djambatan. sional Kebijakan Pertanahan dan Li-
beralisasi Ekonomi, Fakultas Hu-
Suyono, 1995. Peranan dan Strategi Pe-
kum, UGM, Yogyakarta.
ngembangan Tanah (Land Develo-

50 Volume I, Nomor 1, Agustus 2009

Anda mungkin juga menyukai