Anda di halaman 1dari 13

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PENERAPAN ASAS KEBARUAN (NOVELTY) DALAM PERLINDUNGAN


HUKUM PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI DARI TINDAKAN
SIMILIARITAS DI INDONESIA

Ivan Fadjri*, Budi Santoso, Rinitami Njatrijani


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : ivanfadjri.98@gmail.com

Abstrak
Pada prinsipnya perlindungan hukum pemegang hak desain industri diberikan kepada pihak
yang mendaftarkan pertama kali. Selain itu, desain industri yang didaftarkan harus memiliki unsur
kebaruan (novelty) atau tidak boleh sama dengan desain industri yang telah diungkapkan
sebelumnya sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui penerapan asas
kebaruan (novelty) dalam memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak desain industri
terhadap tindakan similiaritas dan mengetahui faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya
tindakan similiaritas dalam desain industri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil
bahwa ketidaktegasan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dalam
mengatur metode pendekatan untuk menilai unsur kebaruan. sehingga dalam praktiknya penafsiran
terhadap ketentuan pasal tersebut diserahkan kepada hakim dalam proses pengadilan jika terjadi
sengketa. Dalam praktiknya di Indonesia masalah penafsiran atas kriteria kebaruan (novelty)
tersebut masih berbeda satu dengan lainya yaitu apakah suatu desain industri dapat dikatakan baru
berdasarkan perbedaan yang hanya sedikit atau berdasarkan perbedaan yang jauh signifikan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya similiaritas dalam desain industri yaitu tidak dilakukannya
pemeriksaan substantif terhadap pendaftaran desain industri karena dalam hal tidak ada
keberatan dari pihak lain maka pihak yang mendaftar dapat langsung diberikan hak atas desain
industri.

Kata kunci : Asas Kebaruan (Novelty), Desain Industri

Abstract
In principle, legal protection of industrial design right holder is given to those who
register in the first time. In addition, the industrial design which is registered must have an
element of novelty (novelty) or should not be the same with the industrial design which has been
disclosed previously as stipulated in Article 2 of Law No. 31 of 2000 on Industrial Designs. The
purpose of this research is to investigate the application of the principle of novelty (novelty) to
provide legal protection for rights holders against acts similarities industrial design and to identify
the factors that cause actions of similarities in industrial design. Based on the research which the
writer conducted, the result of indecision of Act No. 31 of 2000 on Industrial Designs in
organizing approach to assessing the element of novelty. So, in practice the interpretation of the
provisions of the article submitted to the judge in a court in case of dispute. In practice in our
county, Indonesia the problem of interpretation of the criteria of novelty (novelty) are still different
from one to another, which a new industrial design can be said based on the difference just a little
or the differences is much significant. Factors that cause similarities in industrial design that is
not doing the substantive examination of industrial design registration because if there is no
objection from the other party, the parties can register directly granted the right to industrial
design.
Keywords: Principles Novelty (Novelty), Industrial Design

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN Hak milik intelektual


merupakan hak atas kekayaan yang
Indonesia sebagai suatu negara timbul atau lahir sebagai hasil
hukum yang berdasarkan pada kemampuan intelektual manusia
Pancasila dan Undang-Undang Dasar dalam berbagai bidang yang
Negara Republik Indonesia 1945, menghasilkan suatu proses atau
harus memberikan keadilan, produk yang bermanfaat bagi
keamanan, ketertiban, kesejahteraan manusia.1 Desain industri merupakan
dan lain sebagainya bagi masyarakat. salah satu hak milik perindustrian
Untuk hal-hal tersebut, maka yang terus berkembang. Menurut
dibutuhkan suatu pembangunan yang pasal 1 angka 1 Undang-Undang
bertujuan untuk mensejahterakan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
masyarakat, pembangunan tersebut 2000 tentang Desain Industri adalah
harus memiliki konotasi positif suatu kreasi tentang bentuk,
terhadap perkembangan budaya konfigurasi, atau komposisi garis
masyarakat. Pembangunan nasional atau warna, atau garis dan warna,
diantaranya adalah pembangunan atau gabungan daripadanya yang
perekonomian untuk meningkatkan berbentuk tiga dimensi atau dua
taraf hidup dan kesejahteraan dimensi yang memberikan kesan
masyarakat, maka dibutuhkan estetis dan dapat diwujudkan dalam
perangkat hukumnya untuk segala pola tiga dimensi atau dua dimensi
bidang perekonomian guna mengatur serta dapat dipakai untuk
pembangunan nasional. Perindustrian menghasilkan suatu produk, barang,
sebagai salah satu bidang dalam komoditas industri, atau kerajinan
perekonomian juga membutuhkan tangan. Sebagai bagian dari hak
perangkat hukum. kekayaan intelektual, industri
Sejalan dengan memiliki karakter yang eksklusif.
berkembangnya pertumbuhan Dalam hal ini pendaftaran adalah
ekonomi maka berkembang pula syarat mutlak untuk terjadinya hak
kehidupan di bidang ilmu industri.2
pengetahuan dan teknologi terutama Pengembangan desain industri
pada sektor industri dan membutuhkan kreativitas dan inovasi
perdagangan. Dimana dari sektor yang terus menerus. Originalitas dari
industri itulah berbagai produk yang suatu desain industri menjadi salah
beranekaragam dihasilkan dengan satu topik yang seringkali
menggunakan teknologi-teknologi dipertanyakan ketika terdapat suatu
yang canggih dan modern. Ilmu produk yang desainnya memiliki
pengetahuan dan teknologi adalah kemiripan-kemiripan tertentu
satu faktor yang dominan dalam terhadap desain dari produk lain
memenangkan persaingan dengan
menggunakan keunggulan berupa 1
Budi Santoso, 2011, HKI Hak Kekayaan
kemampuan ilmu pengetahuan dan Intelektual, Semarang: Pustaka Magister,
teknologi, yang sangat berkaitan hlm 7
2
dengan bidang kekayaan intelektual. Ranti Fauza Mayana, 2004, Perlindungan
Industri di Indonesia, Jakarta, Dalam Era
Perdagangan Bebas, Gramedia Widiasarana
Indonesia, hlm. 59.

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

yang sejenis. Permasalahan desain industri dapat dilakukan


mengenai desain industri di berdasarkan permintaan pemegang
Indonesia tidak jarang diusut melalui hak desain industri, dan berdasarkan
jalur hukum oleh pihak yang merasa gugatan yang diajukan oleh pihak
dirugikan untuk mendapatkan yang berkepentingan ke Pengadilan
penyelesaian dari kasus desain Niaga. Contoh salah satu sengketa
industri yang dihadapinya. Desain desain industri yaitu, Kasus Desain
industri merupakan salah satu hak Industri Lemari CBK 124 Putusan
atas kekayaan intelektual pada dunia Mahkamah Agung No. 01
perindustrian yang harus dilindungi K/N/HaKI/2005 Jo. Putusan
oleh suatu negara. Ketentuan hukum Pengadilan Niaga No. 46/Desain
tentang desain industri di Indonesia Industri/2004/ PN.Niaga.Jkt.Pst.
diatur dalam Undang-Undang Dalam kasus diatas dapat
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun disimpulkan bahwa putusan
2000. Oleh sebab itu dibutuhkan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah
suatu pembahasan yang lebih tepat memutuskan bahwa desain
menyeluruh untuk memahami industri lemari yang didaftarkan oleh
kondisi sebenarnya dari kasus-kasus tergugat atas nama Robert Ito tidak
sengketa desain industri di tanah air memiliki unsur kebaruan. Karena
tercinta. Similiaritas dipandang dari Hakim Pengadilan Niaga telah benar
esensi produksi yang hampir sama, menyatakan ada unsur persamaan
dimana salah satu pihak meniru pada pokoknya pada konfigurasi
seluruhnya atau sebagian besar unsur antara desain industri milik
desain tersebut. Similiaritas atau penggugat berupa lemari CBK 124
kemiripan belum diatur dalam dengan desain industri lemari milik
Undang-Undang Republik Indonesia tergugat. Akan tetapi dalam putusan
Nomor 31 Tahun 2000 tentang Mahkamah Agung kurang
Desain Industri. Similiaritas atau memperhatikan unsur kebaruan
kemiripan merupakan sesuatu yang berupa pengungkapan sesuai dengan
mungkin terjadi walaupun dalam pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
desain industri, desain harus Undang Desain Industri. Hakim
memiliki asas kebaruan (novelty). Mahkamah Agung membenarkan
Tidak ada ukuran yang jelas bahwa belum keluarnya sertifikat
mengenai seberapa banyak penggugat tidak dapat dianggap telah
persentase kesamaan antara kedua ada pengungkapan sebelumnya.
jenis produk sehingga dapat
dikatakan melanggar hak desain Berdasarkan permasalahan
industri orang lain. tersebut, mendorong penulis untuk
melakukan suatu penelitian tentang
Pada kenyataannya banyak penerapan asas kebaruan (novelty)
terjadi sengketa desain industri yang dalam perlindungan hukum terhadap
mengakibatkan pembatalan desain industri dari tindakan
pendaftaran desain industri similiaritas. Terlihat jelas bahwa
dikarenakan desain yang didaftarkan permasalahan penerapan asas
mempunyai kemiripan dengan desain kebaruan dalam upaya perlindungan
industri yang sebelumnya sudah desain industri di Indonesia
terdaftar. Pembatalan pendaftaran berpengaruh bagi kepastian hukum

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dalam penegakkan hukum desain Nomor 31 Tahun 2000 tentang


industri karena belum ada pengaturan Desain Industri. Sedangkan dari
prinsip kebaruan yang pasti dalam aspek normatif yakni mencoba
Undang-Undang Nomor 31 Tahun menganalisis permasalahan yang ada
2000 Tentang Desain Industri di pada peraturan atau norma tersebut.
Indonesia, sehingga perlu adanya
sebuah kepastian terhadap Spesifikasi penelitian yang
pengaturan prinsip kebaruan tersebut. digunakan dalam penelitian ini
bersifat deskriptif analitis. Metode
Berdasarkan uraian di atas, deskriptif adalah prosedur
maka rumusan masalah yang pemecahan masalah yang diselidiki
dianggap relevan dan sesuai dengan dengan menggambarkan atau
tujuan penulisan adalah : melukiskan keadaan objek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta
1. Bagaimana penerapan asas – fakta yang tampak atau
kebaruan (novelty) dalam sebagaimana adanya. Penelitian yang
memberikan perlindungan hukum bersifat deskriptif bertujuan
bagi pemegang hak desain menggambarkan secara tepat sifat –
industri terhadap tindakan sifat suatu individu, keadaan, gejala,
similiaritas berdasarkan Undang- atau kelompok tertentu, atau untuk
Undang Nomor 31 Tahun 2000 menentukan penyebaran suatu gejala,
tentang Desain Industri ? atau untuk menentukan ada tidaknya
2. Faktor apakah yang menyebabkan hubungan antara suatu gejala dengan
terjadinya tindakan similiaritas gejala lain di masyarakat.
dalam desain industri
berdasarkan Undang-Undang Metode pengumpulan data
Nomor 31 Tahun 2000 tentang diperoleh dari data sekunder yang
Desain Industri ? meliputi bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum
II. METODE terstier. Data sekunder adalah data
yang diperoleh antara lain
Metode pendekatan yang mencangkup dokumen-dokumen
digunakan dalam penelitian ini resmi, buku-buku, hasil-hasil
adalah metode pendeketan yuridis penelitian yang berwujud laporan,
normatif yakni penelitian yang buku harian. Untuk memperkuat
difokuskan untuk mengkaji bahan hukum sekunder, penulisan
penerapan kaidah-kaidah atau hukum ini dilengkapi wawancara
norma-norma dalam hukum positif. dengan Ditjen HKI.
Penggunaan jenis penelitian yuridis-
normatif dalam penelitian ini dapat Metode analisis yang
dilihat dari dua aspek yakni dari digunakan adalah metode analisis
aspek yuridis penelitian ini mencoba kualitatif. Dalam metode analisis
mengkaji hukum dan peraturan kualitatif, data yang telah terkumpul
perundangan yang berlaku yakni tersebut, dipilih dan disusun secara
dalam hal penerapan asas kebaruan sistematis, kemudian di analisis
(novelty) yang ada dalam Undang- secara objektif yang merupakan
Undang Republik Negara Indonesia jawaban untuk permasalahan yang

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ada pada penelitian ini. Selanjutnya Republik Indonesia tahun 2000


hasil analisis dan kesimpulan Nomor 243, Tambahan Lembaran
tersebut disusun dalam karya ilmiah Negara Republik Indonesia Nomor
dengan bentuk penulisan hukum. 4045.
Latar belakang dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 31 tahun
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 2000 tentang Desain Industri oleh
A. Penerapan Asas Kebaruan Pemerintah Republik Indonesia
(Novelty) Dalam Memberikan sebagaimana tercantum dalam
Perlindungan Hukum Bagi konsiderans Undang-Undang Nomor
Pemegang Hak Desain 31 Tahun 2000 tentang Desain
Industri Terhadap Tindakan Industri adalah sebagai berikut :
Similiaritas Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 31 a) Bahwa untuk memajukan
Tahun 2000 Tentang Desain industri yang mampu bersaing
Industri dalam lingkup perdagangan
nasional dan internasional perlu
Di Indonesia dahulu desain diciptakan iklim yang
industri tercakup dalam Undang- mendorong kreasi dan inovasi
Undang Nomor 5 Tahun 1984 masyarakat di bidang desain
tentang Perindustrian. Sebelumnya industri sebagai bagian dari
tidak ada pengaturan khusus sistem hak atas kekayaan
mengenai desain industri. Sesuai intelektual;
dengan amanat Presiden Nomor b) Bahwa hal tersebut diatas
R.43/PU/XII/1999, tertanggal 8 didorong pula oleh kekayaan
Desember 1999 pemerintah budaya dan etnis Bangsa
mengajukan rancangan Undang- Indonesia yang sangat
Undang tentang Desain Industri beranekaragam merupakan
yang bersamaan dengan Rancangan sumber bagi pengembangan
Undang-Undang tentang Rahasia desain industri;
Dagang dan Rancangan Undang- c) Bahwa Indonesia telah
Undang tentang Tata Letak Sirkuit meratifikasi Agreement
Terpadu kepada Dewan Establishing the World Trade
3
Perwakilan Rakyat . Akhirnya Organization (Persetujuan
dicapai kesepakatan untuk Pembentukan Organisasi
menyetujuinya disahkannya perdagangan Dunia) yang
Rancangan Undang-Undang mencakup Agreement on Trade
tersebut pada tanggal 20 Desember Related Aspects of Intellectual
2000 yang kemudian disahkan oleh Property Rights (Persetujuan
Presiden menjadi Undang-Undang TRIPs) dengan Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2000 tentang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga
Desain Industri. Lembaran Negara perlu diatur ketentuan mengenai
desain industri.
3
Usman, Rachmadi, 2003, Hukum Hak Atas
Kekayaan Intelektual Perlindungan Dan Adapun perlindungan hukum
Dimensi Hukumnya Di Indonesia, Bandung , pemilik hak desain industri yang
P.T Alumni. Hlm. 418

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

diberikan oleh negara yaitu jika didaftarkan. Tidak didaftarkan


perlindungan secara preventif dan berarti tidak ada pengakuan dan tidak
represif. Perlindungan preventif ada perlindungan hukum4.
adalah perlindungan yang dilakukan Sedangkan sistem deklaratif dalam
sebelum terjadinya suatu HKI adalah suatu sistem
pelanggaran hak desain industri dan perlindungan HKI yang tidak
tentu saja perlindungan ini mewajibkan pemiliknya untuk
merupakan sebuah bentuk mendaftarkan HKI. Sistem deklaratif
perlindungan yang mengarah pada memberikan perlindungan hukum
tindakan yang bersifat pencegahan. kepada pencipta/pemegang/pemakai
Perlindungan ini juga sangat pertama HKI, sehingga sistem
berkaitan dengan kesadaran dari deklaratif sering disebut juga first to
pemilik hak desain industri itu use system. Jika ada pihak lain yang
sendiri untuk mendaftarkan desain mengaku sebagai pihak yang berhak
industrinya agar mendapatkan atas suatu kekayaan intelektual,
perlindungan hukum dari negara. pencipta/pemegang/pemakai pertama
Perlindungan represif adalah yang berhak atas HKI tersebut harus
perlindungan yang dilakukan secara membuktikan bahwa dialah sebagai
langsung untuk menyelesaikan atau pencipta/pemegang/pemakai pertama
menanggulangi suatu peristiwa atau yang berhak atas kekayaan
kejadian yang telah terjadi berupa intelektual tersebut. Sistem deklaratif
pelanggaran hak atas desain industri. disebut juga sistem pasif karena
Tentunya dengan demikian peranan memberikan asumsi bahwa pihak
lebih besar berada pada lembaga yang terdaftar tersebut sebagai
peradilan dan aparat penegak hukum pemakai pertamanya. Melalui sistem
lainnya seperti Kepolisian, Pejabat ini tidak diselidiki siapa sebenarnya
Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dan pemilik asli yang bersangkutan,
Kejaksaan untuk melakukan hanya diperiksa apakah sudah
penindakan terhadap pelanggaran lengkap permohonannya dan apakah
desain industri. tidak ada pihak pemilik serupa yang
terlebih dahulu melakukan
Dalam HKI dikenal ada dua pendaftaran.
sistem pengakuan terhadap suatu hak
yakni prinsip deklaratif dan prinsip Dalam pasal 2 ayat (2)
konstitutif. Sistem konstitutif dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun
HKI adalah suatu sistem 2000 tentang Desain Industri yang
perlindungan HKI yang menyatakan bahwa pendaftaran yang
mengharuskan adanya pendaftaran pertama kali yang dapat
untuk mendapatkan perlindungan dikategorikan baru dapat diartikan
hak, atau yang dikenal juga dengan bahwa orang yang pertama
sebutan first to file system. mengajukan permohonan akan
Pendaftaran adalah bentuk mendapat perlindungan, bukan
perlindungan hukum yang berdasarkan ketentuan bahwa orang
menimbulkan kepastian hukum.
Untuk itu, menurut sistem konstitutif 4
Abdulkadir, Muhammad, 2007, Kajian
HKI seseorang hanya dapat diakui Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,
dan dilindungi oleh undang-undang Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, Hlm 157

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

yang pertama mendesain yang menuntut pihak lain yang dianggap


mendapat perlindungan hukum atas melanggar karena untuk dapat
desain industrinya. Asas kebaruan dianggap melanggar, desain industri
dalam desain industri ditentukan oleh pihak lain tersebut harus betul-betul
suatu pendaftaran yang pertama kali, sama.
hal ini tentu berbeda dengan asas
orisinalitas dalam hak cipta. Pada Adapun kelemahan lain dari
asas kebaruan desain industri Undang-Undang Nomor 31 Tahun
berlakukanya sebuah kebaruan 2000 tentang Desain Industri ini
ditetapkan dengan suatu pendaftaran terletak pada tidak diwajibkannya
yang pertama kali diajukan dan tidak pemeriksaan subtantif pada
ada pihak lain yang dapat pendaftaran desain industri tersebut.
membuktikan desain industri yang Hal ini disebabkan tidak adanya
diajukan tidak baru baik secara lisan keberatan dari pihak lain telah
maupun tertulis. menjadi salah satu permasalahan
mendasar dalam implementasi
Kriteria kebaruan (novelty) Undang-Undang Nomor 31 Tahun
maupun orisinalitas (originality) 2000 tentang Desain Industri.
dapat berbeda di setiap negara. Hal Dengan tidak adanya pemeriksaan
ini dipengaruhi oleh dilakukan atau substantif, berarti terhadap setiap
tidaknya pemeriksaan atas bentuk permohonan desain industri harus
dan subtansi dalam proses dikabulkan dan pendaftar
permohonan desain industri5. Suatu mendapatkan sertifikat desain
desain industri yang dapat dikatakan industri. Sistem yang demikian
sama apabila dua desain yang berpotensi menimbulkan banyak
diperbandingkan adalah benar-benar kasus di bidang desain industri. Hal
identik sama. Apabila ada sedikit ini menimbulkan ketidakadilan, jika
saja unsur yang berbeda, baik dalam hal pengumuman permohonan
bentuk, konfigurasi, komposisi garis desain industri ada keberatan dari
dan warnanya, hal tersebut masih pihak lain, sehingga pemeriksa akan
tetap dikatakan baru. Dengan kata melakukan pemeriksaan substantif.
lain, walaupun mirip hal tersebut Namun, jika tidak ada keberatan
tetap dianggap tidak sama. Dengan dalam hal pengumuman permohonan
adanya penafsiran seperti itu, kriteria desain industri dari pihak lain, maka
kebaruan yang berada di dalam dengan serta merta Direktorat
Undang-Undang Nomor 31 Tahun Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
2000 tentang Desain Industri memberikan hak desain industri.
memungkinkan banyaknya terjadi
konflik atau sengketa di lapangan Berdasarkan kelemahan
karena banyaknya produk-produk subtantif yang ada di dalam Undang-
yang beredar di pasaran yang Undang Nomor 31 Tahun 2000
memiliki persamaan ataupun tentang Desain Industri, banyak
kemiripan, tetapi pemegang sertifikat desain industri yang tidak baru
desain industri sulit untuk dapat terpaksa harus dikabulkan karena
tidak dilakukan pemeriksaan
5
subtantif pada Direktorat Jenderal
WIPO Publication No.450(E), tanpa tahun, Hak Kekayaan Intelektual.
What is Intellectual Property, hlm 13.

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Kelemahan subtantif dari Undang- apabila ia memiliki perbedaan yang


Undang Nomor 31 Tahun 2000 jauh dan signifikan dari desain yang
tentang Desain Industri ini ternyata telah ada terdahulu, sehingga tidak
banyak dimanfaatkan oleh para ada unsur kemiripan dengan desain
pemohon yang beritikad tidak baik. yang telah ada terlebih dahulu.
Dengan menggunakan sertifikat
desain industri yang didapat, mereka Dalam praktiknya di Indonesia
memberikan somasi dan mengancam masalah penafsiran atas kriteria
akan melaporkan secara pidana para kebaruan (novelty) tersebut masih
pesaing bisnis mereka, meminta agar berbeda satu dengan lainya baik
melakukan penghentian pembuatan penafsiran oleh para saksi ahli,
atau pemasaran atas produk-produk Dirjen HKI, maupun oleh aparat
yang desainnya sama dengan penegak hukum, ketidakjelasan dari
pemegang hak desain industri, dan kriteria kebaruan yang terkandung
apabila tidak melakukan apa yang dalam Undang-Undang Nomor 31
dimintakan oleh pemegang hak Tahun 2000 tentang Desain Industri
tersebut maka mereka lalu akan tentu akan menimbulkan
menuntut secara pidana berdasarkan permasalahan dalam penegakan
ketentuan yang ada dalam Undang- hukum di lapangan. Hal tersebut juga
Undang Nomor 31 Tahun 2000 telah menimbulkan ketidakpastian
tentang Desain Industri, meminta hukum dalam proses penegakan
ganti rugi dengan nilai yang cukup hukum. Sehingga peran hakim dalam
besar jumlahnya6. mengambil keputusan dalam proses
pengadilan akan menjadi salah satu
Didalam sengketa sengketa faktor yang sangat menentukan.
terdapat penerapan prinsip kebaruan
(novelty) dalam desain industri yang B. Faktor - Faktor Yang
berbeda-beda, ada sengketa desain Menyebabkan Terjadinya
industri yang mengunakan penerapan Tindakan Similiaritas Dalam
prisip kebaruan (novelty) dengan Desain Industri Berdasarkan
menafsirkan bahwa suatu desain Undang-Undang Nomor 31
industri tersebut dianggap baru Tahun 2000 Tentang Desain
apabila ia memiliki perbedaan dari Industri
desain yang telah ada, meskipun
perbedaan tersebut hanya sedikit dan 1.Tidak Dilakukannya Pemeriksaan
pada bagian-bagian tertentu saja, Substantif Terhadap Pendaftaran
sehingga masih menimbulkan kesan Desain Industri.
mirip dari desain yang telah ada Suatu hak desain industri
sebelumnya. Di samping itu juga diberikan atas dasar permohonan dan
terdapat penerapan terhadap prinsip setiap permohonan harus diajukan
kebaruan (novelty) yang menafsirkan untuk satu desain industri atau
bahwa desain industri dianggap baru beberapa desain industri yang
merupakan satu kesatuan desain
6
Sinungan, Ansori, 2011, Perlindungan
industri atau yang memiliki kelas
Desain Industri (Tantangan Dan Hambatan yang sama. Permohonan desain
Dalam Praktiknya Di Indonesia, Bandung, industri yang telah diajukan akan
PT. Alumni, hlm 365

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dilakukan pemeriksaan. Diawali sebelumnya, baik secara tertulis


dengan pemeriksaan administratif. maupun tidak tertulis. Asas kebaruan
Setelah melewati pemeriksaan dalam desain industri harus
administratif selanjutnya akan dibedakan dengan asas orisinil dalam
diumumkan oleh Direktorat Jenderal hukum hak cipta. Pengertian baru
Hak Kekayaan Intelektual kepada atau kebaruan dalam hukum desain
masyarakat. Dalam hal adanya industri ditetapkan dengan suatu
keberatan pada saat pengumuman pendaftaran yang pertama kali
maka akan dilakukan pemeriksaan diajukan dan pada saat pendaftaran
substantif.7 Pemeriksaan substantif itu diajukan serta tidak ada pihak lain
adalah pemeriksaan terhadap yang dapat membuktikan bahwa
permohonan untuk mengetahui aspek pendaftaran tersebut tidak baru
kebaruan yang dimohonkan yang atau telah ada pengungkapan atau
dapat dilakukan dengan publikasi sebelumnya. Dalam
menggunakan referensi yang ada. Penjelasan Umum Undang-Undang
Berdasarkan pasal 26 ayat (5) No. 31 Tahun 2000 tentang Desain
pemeriksaan substantif hanya Industri, untuk menentukan suatu
dilakukan apabila ada keberatan dari desain industri itu dapat dianggap
pihak lain. Dengan tidak adanya baru, penilaiannya dilakukan dengan
pemeriksaan substantif berarti baku uji (test) apakah pada saat
terhadap setiap permohonan desain pendaftaran, desain tersebut telah
industri harus dikabulkan dan didaftarkan oleh pihak lain, atau
langsung diberikan sertifikat desain diumumkan atau digunakan di
industri tanpa melihat apakah desain Indonesia. Penentuan suatu desain
industri yang diajukan industri yang baru bukan dilihat dari
permohonannya tersebut telah pendaftaran pertama kali diajukan,
memenuhi persyaratan kebaruan tetapi harus dilihat adakah
(novelty) sebagaimana yang pengungkapan atau publikasi
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). sebelumnya baik tertulis maupun
Akibatnya Direktorat Jenderal Hak tidak tertulis.
Kekayaan Intelektual tidak bisa
melakukan pengawasan secara 3. Tidak Adanya Penjelasan
objektif terhadap persyaratan Persamaan Pada Pokoknya Dalam
kebaruan dari setiap permohonan Undang-Undang Desain Industri
desain industri yang dimohonkan. No.31 tahun 2000.

2. Tidak Dipenuhinya Asas Undang-Undang Nomor 31


Kebaruan (Novelty) Dalam Suatu Tahun 2000 tentang Desain Industri
Desain Industri. yang berlaku di Indonesia hanya
mengenai nilai novelty (kebaruan)
Asas kebaruan, yakni pada saat untuk menolak atau mengabulkan
desain industri didaftarkan, tidak ada suatu permohonan pendaftaran
pengungkapan atau publikasi desain industri. Sebagai Negara-
Negara Industri maju, seperti halnya
7
Rachmadi Usman, 2003, Hukum Hak Atas yang berlaku di Jerman dan Jepang
Kekayaan Intelektual Perlindungan Dan dimana senantiasa menerapkan nilai
Dimensi Hukumnya Di Indonesia, Bandung, kemiripan, kreatifitas dan karakter
P.T Alumni, Hlm 418

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

individu atas suatu desain industri. Rights (TRIPs) yang dalam Pasal 25
Sistem hukum di Indonesia tidak TRIPs ditetapkan bahwa setiap
mengenal hal-hal tersebut, sehingga negara anggota perjanjian dapat
walaupun desain industri tersebut membuat aturan mengenai
sudah tidak baru namun apabila pemberian hak desain industri.
digabung dengan desain yang tidak Dalam pendaftaran desain industri
baru lagi sehingga menjadikan pemeriksaan substantif bertujuan
tampilan bentuk desain yang baru untuk memeriksa syarat kebaruan
dan berbeda dengan desain atau unsur kesamaan dari suatu
sebelumnya, maka akan dinilai desain industri yang akan
sebagai desain industri baru (novelty) didaftarkan. Syarat kebaruan
sehingga dapat terdaftar pada Kantor merupakan syarat yang paling sulit
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan dipenuhi karena memerlukan tenaga
Intelektual di Indonesia. Rumusan ahli dibidangnya. Disamping itu
pendekatannya untuk menentukan kriteria mengenai adanya persamaan
suatu desain industri mengenai dalam Undang-Undang Nomor 31
adanya persamaan pada pokoknya Tahun 2000 tentang Desain Industri
atau tidak sama, yaitu mengacu memerlukan penjelasan lebih lanjut
sebagaimana ketentuan Pasal 2 ayat karena menimbulkan penafsiran yang
(2) Undang-Undang Nomor 31 berbeda-beda. Sehingga dalam
Tahun 2000 tentang Desain Industri. pelaksanaannya dapat juga desain
Pasal 2 ayat (2) menyatakan desain industri yang telah terdaftar dapat
industri dianggap baru apabila pada diajukan gugatan pembatalannya
tanggal penerimaan desain industri karena penafsiran yang berbeda.
tersebut tidak sama dengan Dasar untuk mempertimbangkan ada
pengungkapan yang telah ada atau tidaknya kesamaan suatu desain
sebelumnya. Dalam pasal tersebut industri haruslah dibuktikan dengan
menggunakan kata ”tidak sama” bentuk yang asli antara desain
akan tetapi dalam penjelasannya industri yang akan didaftarkan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun dengan desain industri yang lain
2000 tentang Desain Industri tersebut secara utuh agar dapat diketahui
tidak menjelaskan pengertian letak perbedaan dan kesamaan
maupun batasan kata ”tidak sama” bentuk, komposisi warna, komposisi
ataupun kemiripan antara desain garis dan gabungannya ataupun
yang satu dengan desain yang lain konfigurasinya.
dapat dikatakan mempunyai unsur
persamaan pada pokoknya atau IV. KESIMPULAN
berbeda. Belum ada peraturan Berdasarkan hasil penelitian
perundang-undangan lain yang yang dilakukan oleh penulis, maka
menjelaskan mengenai unsur tidak dapat disimpulkan sebagai berikut :
sama ataupun persamaan pada
pokoknya dalam suatu desain 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun
industri, akan tetapi pelaksanaan 2000 tentang Desain Industri
desain industri didasari pada sebagai pedoman dalam
perjanjian international, yaitu Trade- pelaksanaan dan penegakan
Related Aspect Intellectual Property hukum terkait desain industri di

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Indonesia tidak memiliki klausula dengan menggunakan lembaga


yang khusus, maupun penjelasan penyelesaian sengketa alternatif
yang terperinci dan jelas atau arbitrase atau gugatan ke
mengenai prinsip kebaruan Pengadilan Niaga. Sedangkan
(novelty) yang dapat di terapkan dalam hal dimana terjadi sengketa
dalam penyelesaian sengketa yang mengandung unsur-unsur
desain industri yang terjadi di yang pidana, maka proses
Indonesia. Dalam ratifikasi penyelesaian sengketa desain
ketentuan TRIPs article 25 ayat industri dapat dilakukan melalui
(1), yang di tuangkan dalam proses pidana itu sendiri yang
undang-undang tersebut belum dapat dimulai dengan cara
sepenuhnya dicerna dengan baik. melaporkan perbuatan pidana atas
Hal ini dikarenakan Undang- desain industri kepada pihak yang
Undang Nomor 31 Tahun 2000 berwenang.
tentang Desain Indsutri hanya
memberikan ketentuan bahwa Berdasarkan analisis yang
desain yang mendapat dilakukan penulis sebagaimana
perlindungan adalah desain yang dipaparkan di dalam penulisan ini,
bersifat baru, dan kebaruan maka penulis memberikan saran
tersebut hanya dilihat dari sudut sebagai berikut :
pandang bahwa desain industri 1. Perlu adanya sebuah perubahan
pada tanggal penerimaannya tidak atau amandemen terhadap
sama dengan pengungkapan yang beberapa ketentuan Undang-
telah ada sebelumnya, dimana di Undang Nomor 31 Tahun 2000
dalam praktiknya masih banyak tentang Desain Industri khususnya
menimbulkan permasalahan. Hal- pada ketentuan mengenai standar
hal yang menurut penulis masih dari kebaruan suatu desain yang
adanya kekurangan dan perlu menjadi fokus pada penelitian
adanya perbaikan dan penulis. Sehingga di masa depan
diperbaharui adalah perlindungan tidak lagi ada dualisme dalam
represif yang dilakukan oleh penerapan prinsip kebaruan di
aparat-aparat hukum serta pejabat- Indonesia dalam menentukan
pejabat diruang lingkup Direktorat kebaruan dari sebuah desain
Hak Kekayaan Intelektual yang industri serta tidak adanya
masih sangat kurang, pengertian pelanggaran yang dilakukan
dari desain industri yang baru desain baru terhadap desain
yang seharusnya tidak memakai terdahulu. Dengan demikian akan
lagi sistem kesamaan tetapi menimbulkan kepastian hukum
memakai sistem kemiripan. bagi pelaku industri di indonesia,
2. Upaya hukum yang dilakukan khususnya pemilik hak desain
pemegang hak desain industri industri.
terhadap pelanggaran hak desain 2. Perlu adanya penyamaan persepsi
industri bisa melalui jalur atau penafsiran atas kriteria
keperdataan maupun jalur pidana. kebaruan (novelty), baik
Penyelesaian hukum melalui jalur penafsiran oleh para saksi ahli,
keperdataan dapat dilakukan Dirjen HKI, maupun oleh aparat

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penegak hukum, sehingga tidak Blakeney, Michael, 1996, Trade


lagi timbul ketidakjelasan dari Related Aspects Of Intellectual
kriteria kebaruan yang terkandung Property Rights: A Concise
dalam Undang-Undang Nomor 31 Guide To The Trips Agreement,
Tahun 2000 tentang Desain Great Britain, Sweet &
Industri yang tentu akan Maxwell
menimbulkan permasalahan
dalam penegakan hukum di Djumhana, Muhamad, 2006,
lapangan. Hal ini perlu dilakukan Perkembangan Doktrin dan
sejalan dengan proses Teori Perlindungan Hak
pembenahan atau perubahan dari Kekayaan Intelektual,
Undang-Undang Nomor 31 Tahun Bandung, PT. Citra Aditya
2000 tentang Desain Industri dan Bakti
yang terakhir, perlu adanya
kewajiban untuk pemeriksaan Djumhana, Muhamad, 1999, Aspek-
substantif pada saat pendaftaran Aspek Hukum Desain Industri
desain industri. Hal ini di Indonesia, Jakarta, PT. Citra
dimaksudkan agar tidak ada lagi Aditya Bakti
timbul 2 sertifikat yang memiliki
desain industri yang sama atau Hariyani, Iswi, 2010, Prosedur
dengan kata lain tidak ada lagi Mengurus HAKI Yang Benar,
sertifikat yang timbul terhadap Yogyakarta, Pustaka Yustisia
desain industri yang memiliki Ibrahim, Johny, 2005, Teori dan
persamaan sebelumnya. Metodologi Penelitian Hukum
Normatif, Surabaya,
V. DAFTAR PUSTAKA Bayumedia

BUKU TEKS Mayana, Ranti Fauza, 2004,


Perlindungan Industri di
Abdulkadir, Muhammad, 2007, Indonesia Dalam Era
Kajian Hukum Ekonomi Hak Perdagangan Bebas, Jakarta,
Kekayaan Intelektual, Gramedia Widiasarana
Bandung, PT. Citra Aditya Indonesia
Bakti
Mukti Fajar dkk, 2010, Dualisme
Afrillyanna Purba, Gazalba Saleh, Penelitian Hukum Normatif
Dan Andriana Krisnawati, dan Empiris, Yogyakarta,
2005, TRIPs-WTO & Hukum Pustaka Pelajar
HKI Indonesia (Kajian
Perlindungan Hak Cipta Seni Munandar, Haris, Sitanggang, Sally,
Batik Tradisional Indonesia), 2008, Mengenal HAKI Hak
Jakarta, PT. Rineka Cipta Kekayaan Intelektual, Hak
Cipta, Paten, Merek dan Seluk-
Amien Soetijanto, Nugroho, 2005, beluknya, Jakarta, Penerbit
Penyusunan Deskripsi Desain Erlangga
Industri, Jakarta

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Nasution, Bahder Johan, 2008, Undang-Undang Nomor 7 Tahun


Metode Penelitian Ilmu 1994 Tentang Pengesahan
Hukum, Bandung, CV. Mandar Agreement Establishing The
Maju World Trade Organization

Nawawi, H. Hadari, 1996, Penelitian Undang-Undang Nomor 31 Tahun


Terapan, Yogyakarta, 2000 Tentang Desain Industri
Universitas Gajah Mada
Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun
OK. Saidin, 2004, Aspek Hukum Hak 2005 tentang Pelaksanaan
Kekayaan Intelektual, Jakarta, Undang-Undang Nomor 31
Raja Grafindo Persada Tahun 2000 Tentang Desain
Industri
Santoso, Budi, 2011, HKI Hak
Kekayaan Intelektual, MAKALAH, ARTIKEL, BERITA,
Semarang, Pustaka Magister DAN LAIN LAIN

Simanjuntak, Yoan Nursari, 2006, Hendra Setiawan, 2008, Penilaian


Hak Industri; Sebuah Realitas Kebaruan Menurut Hukum
Hukum dan Sosial, Surabaya, Desain Industri Indonesia
Srikandi (online),
http://www.hukumonline.com/
Sinungan, Ansori, 2011, berita/baca/hol20446/
Perlindungan Desain Industri Penilaian-Kebaruan-Menurut-
(Tantangan Dan Hambatan Hukum-Desain-Industri-
Dalam Praktiknya Di Indonesia, diakses pada 9
Indonesia, Bandung, PT. Desember 2015
Alumni

Soekanto Soerjono, 1986, Pengantar Andrieansjah Soeparman, 2007,


Penelitian Hukum, Jakarta, UI Jenis Permohonan, Penilaian
Press Kebaruan, dan Penggunaan
Hak Desain Industri di
Usman, Rachmadi, 2003, Hukum Indonesia, Jakarta, Media HKI,
Hak Atas Kekayaan Intelektual volume IV, nomor 5, Penerbit
Perlindungan Dan Dimensi Ditjen HKI
Hukumnya Di Indonesia,
Bandung , P.T Alumni Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual, 2013, Buku
Zainal Asikin, Amiruddin, 2004, Panduan Hak Kekayaan
Pengantar Metode Penelitian Intelektual, Jakarta, DJHKI
Hukum, Jakarta, PT. Raja Kementrian Hukum dan HAM
Grafindo RI

WIPO Publication No.450(E), tanpa


PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN tahun, What is Intellectual
Property

13

Anda mungkin juga menyukai