BAB I
PENDAHULUAN
P a g e 1 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 2 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
satu kawasan permukiman formal. Kegiatan dimaksud yang akan diikuti dengan
munculnya sarana-sarana perdagangan sebagai penunjang kebutuhan sehari-hari
masyarakat, dan sarana-sarana pelayanan umum.
Pergerakan di BWP Sukabumi sangat tinggi, karena pergerakan rutin harian
kegiatan pendidikan tinggi dan perkantoran pemerintahan, ditambah dengan
pergerakan antar kawasan permukiman, pergerakan bisnis, dan pergerakan wisata
menuju Kota Sukabumi. Hal ini menimbulkan kemacetan yang semakin lama semakin
tinggi intensitasnya. Untuk mengurai kemacetan dimaksud, maka Pemerintah Kota
Sukabumi berupaya menyediakan akses alternatif pergerakan antar kawasan, salah
satunya melalui Pusat Pemerintahan, yang diawali dengan pembangunan jembatan yang
menghubungkan kawasan Lingkar Selatan dan kawasan Pusat Pemerintahan Kota
Sukabumi. Pengembangan jaringan jalan baru ini nantinya akan merangsang
pertumbuhan ke kawasan-kawasan tersebut, serta distribusi pusat-pusat kegiatan
secara menyebar agar perkembangan sub BWP tidak terpusat pada kawasan-kawasan
tertentu saja.
"jembatan" adalah jalan yang terletak di atas permukaan air atau di atas
permukaan tanah. Jembatan adalah salah satu bentuk bangunan pelengkap jalan,
sebagaimana definisi Jalan sesuai Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 pasal 1 huruf 4
dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 pasal I huruf 3, Jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap daın
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi IaIu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas
permukaan aîr, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Selanjutnya Pada
penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 pasal 21 ayat (1 j disampaikan
bahwa yang dimaksud dengan "bangunan pelengkap" antara lain jembatan,
terowongan, ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok
penahan, dan saluran tepi jalan dibangun sesuai dengan persyaratan teknis. Jadi
jembatan memiliki definisi bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai
penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, danau, lembah, jaIan,saIuran
irigasi, teluk dan jalan lain-lain.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 pada pasal 12 ayat (I ) dan (2j
disebutkan yaitu persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan,
kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan
P a g e 3 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak terputus. Persyaratan teknis
jalan harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.
Jembatan sebagaî sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting
bagi kelancaran pergerakan IaIu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan
rute atau lintasan transportasi ycıng terpisah baik oleh sungai, rawa, danau, selat,
saluran, jalan raya, jalan kereta api dan perlintasan Iainnya. Pada mulanya jembatan
hanya dipakai untuk menghubungkan dua tempat terpisah dengan jarak yang relatif
pendek. Seiring dengan perkembangannya, jembatan dapat dipakai untuk
menghubungkan tempat terpisah pada jarak yang berjauhan bahkan sampai
menyeberangi laut. Dengan semakin meningkatnya teknologi dan fasilitas pendukung,
bentangan bukan merupakan kendala lagi. Dari segi perkonomian, jembatan dapat
mengurangi biaya transportasi. Dan dari segi efisiensi waktu, dengan adanya jembatan
dapat mempersingkat waktu tempuh pada perjalanan darat yang saling terpisah.
Jembatan juga dapat meningkatkan hubungan antar kawasan dengan mudah.
Mengingat pentingnya peranan jembatan bagi kehidupan manusia, maka harus
ditinjau kelayakan konstruksi jembatan tersebut, dalam hubungannya dengan klasifikasi
jembatan sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuannya dalam menerima beban.
Dalam kaitannya dengan keselamatan, maka perlu diperhatikan juga tingkat keamanan
dan kenyamanan dalam pemakaian jembatan tersebut. Studi Kelayakan ini diperlukan
untuk mendorong terciptanya optimalisasi dan efisiensi anggaran pembangunan melalui
suatu teknik perencanaan yong terstruktur dan terukur. Fungsinya untuk
mengidentifikasi alternatif solusi dengan menilai tingkat kelayakan dan membandingkan
kinerja ekonomis suatu alternatif terhadap alternatif yang lain.
1.2. SASARAN
P a g e 4 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
1.6.1. Undang-undang
1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota
Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa-Timur, Jawa-Tengah, Jawa-Barat dan Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1954 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551 ).
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3034).
3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak- Hak Tanah dan
Benda-Benda yang Ada Diatasnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2324).
4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1990 Nomor
76, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3419).
5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
P a g e 5 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 6 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 7 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 8 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
1.6.3.PERATURAN PRESIDEN
1) Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional
2) Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
3) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025.
P a g e 9 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 10 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
Daerah.
9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Perkotaan.
10) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2012 tentang Batas Daerah
Kabupaten Sukabumi dengan Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
11) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pembangunan Wilayah Terpadu.
12) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan
produk Hukum Daerah.
13) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah.
P a g e 11 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 12 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 13 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 14 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
Nomor 2).
4) Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Sukabumi Tahun 2005 -2025
(Lembaran Daerah Kota Sukabumi Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Daerah Kota Sukabumi Nomor 12).
Maksud diadakannya kegiatan ini adalah tersedianya dokumen kelayakan dan Pra
Detail Engineering Design (DED) Jembatan Pusat Pemerintahan Kota Sukabumi.
Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk menyediakan sarana pengambilan
keputusan kelayakan teknis den ekonomis pembangunan jembatan Pusat Pemerintahan
pada Bagian Wilayah Perkotaan Sukabumi.
Kegiatan ini terdiri dari kegiatan survei lapangan dan analisa data hasil survei:
1. Survey Pendahuluan
Maksud dari Survei ini adalah untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang ada
di lokus, yang lapangan yang meliputi :
a. Menghubungi instansi-instansi terkait di daerah sehubungan dengan program
pembangunan sektoral/regional dan perencanaan pengembangan wilayah
(RUTR dan RDTR) di lokasi studi.
b. lnventarisasi kondisi fisik dan permasalahan di lokasi studi serta penilaian tingkat
kelayakan perencanaan studi yang dimaksud.
c. Penentuan referensi pengukuran dan batas lokasi survei
2. Survey Topografi
Kegiatan Survey topografi untuk memperoleh layout kawasan wilayah studi dan
sungai di sekitar lokasi berupa :
a. Pemasangan atau inventarisasi patok patok koordinat (benchmark)
b. Survei penampang sungai kearah hulu dan hilir minimal 500 m
c. Survei Ray (lintasan) tegak lurus sungai dengan interval sebesar 100 m.
3. Kegiatan survei penampang dan debit sungai yang dilakukan pada sungai sungai
yang bermuara pada daerah kajian, yang meliputi:
a. Survey penumpang sungai minimal pada dua titik yaitu 1 titik ke arah muara dan
P a g e 15 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 16 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 17 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
Pengolahan dan analisa data dimaksudkan guna membuat rencana teknis rinci
berdasarkan kondisi topografi, kondisi tanah, karakteristik hidrologi dan kondisi sosial-
ekonomi yang akan digunakan dalam pelaksanaan konstruksi bangunan jembatan,
kegiatan pengolahan dan analisa data meliputi pengolahan data hasil survei lapangan
untuk mendapatkan :
1. Peta dasar
2. Parameter struktur jembatan yang akan digunakan unfuk menentukan tipe
jembatan.
3. Memperoleh data tanah untuk menentukan tipe dan kedalaman pondasi
4. Menentukan elevasi muka air pasang untuk menentukan perlu tidaknya struktur
pengaman jembatan.
5. Menentukan parameter parameter mekanika tanah
6. Menentukan kriteria perencanaan penanggulangan masalah sehubungan
dengan kondisi sosial ekonomi lingkungan kawasan Pusat Pemerintahan Kota
Sukabumi.
1.9.3. Kajian Alternatif Struktur Jembatan
a) Penyusunan alternatif struktur jembatan yang meliputi:
1. Penyusunan alternatif struktur jembatan
2. Penyusunan alternatif jalan pendekat yang dapat diterapkan pada daerah
kajian
b) Pemodelan alternatif struktur jembafan Pekerjaan ini mencakup
1. Pemodelan struktur jembatan
2. Pemodelan analisa geoteknik atau mekanika tanah
c) Pemilihan alternatif struktur jembatan
Pemilihan alternatif dilakukan dengan cara skoring berdasarkan kriteria:
1. Biaya
2. Efektifitas penanganan mascilah
3. Kemudahan pelaksanaan pekerjaan
4. Permasalahan sosial, budaya dan lingkungan
1.9.4. Perencanaan Teknis Struktur Jembatan
1. Perencanaan Teknis Struktur Jembatan meliputi:
a. Kelas Jembatan dan Lebar jambatan
b. Analisa struktur yang yang terdiri dari ukuran/dimensi bangunan yang
P a g e 18 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 19 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 20 | 21
Belanja Jasa dan Konsultansi Feasibility Study
P a g e 21 | 21