Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN BERBASIS ETNOSAINS

DI SEKOLAH DASAR

Yuliana Wahyu
Program Studi PGSD STKIP St Paulus Ruteng, Jl. Ahmad Yani No. 10, Ruteng-Flores 86508
Sedang menyelesaikan studi Doktoral pada PPs UNDIKSHA Singaraja
Email: wahyuyuliana641@yahoo.co.id

Abstract : Ethnoscience-based Learning at Elementary School. This article seeks to address ethno science
employed in the teaching of elementary school. Ethno science is a strategy which creates learning environment
and designs learning experience by integrating culture into the learning process at elementary school.
Ethnoscience shows authentic instructional materials, classrooms, learning environment, learning method as
well as culture-based approach. Learning process would be effective when ethnoscience is integrated in learning
topics. Those are, for instance, concerned with rituals, traditional house, traditional medicines and other cultural
knowledge relevant to ethnoscience learning. It can be applied through student-centered learning model by such
methods as problem based learning, project based learning, discovery, inquiry and process skill. Ethnoscience
learning can explore the students’ declarative and constructivist- procedural based knowledge.
Key words : ethno science and learning
Abstrak. Pembelajaran Berbasis Etnosains Di Sekolah Dasar. Etnosains merupakan strategi penciptaan
lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari
proses pembelajaran di Sekolah Dasar. Pengintegrasian etnosains dalam pembelajaran dapat menggambarkan
secara jelas kekhasan materi ajar, ruang kelas, lingkungan belajar, metode pembelajaran maupun pendekatan
pembelajaran yang berbasis budaya. Proses pembelajaran akan efektif jika etnosains diintegrasikan kedalam
tema-tema pembelajaran sebagai tema pokok pembelajaran. Misalnya tentang pengetahuan budaya yang
berkaitan ritual adat, tanaman obat-obatan tradisional, rumah adat, dan pengetahuan budaya lainnya yang
relevansi dengan tema pembelajaran.Etnosains dapat diimplementasikan melalui metode pembelajaran yang
berpusat pada siswa melalui metode problem based learning (PBL), project based learning (PjBL), discovery,
inkuiri, dan keterampilan proses. Dengan pengintegrasian etnosains maka pembelajaran yang berlangsung bukan
saja menggali pengetahuan deklaratif siswa, tetapi juga pengetahuan prosedural yang mengacu pada
konstruktivisme.
Kata Kunci: Pembelajaran dan Etnosains

PENDAHULUAN budaya sangat diperlukan bagi siswa, karena


dengan menerapkan pembelajaran berbasis
Etnosains berlandasakan pandangan budaya akan mengajarkan sikap cinta terhadap
konstruktivisme, mengutamakan pembelajaran budaya dan bangsa, karena pembelajaran
bermakna. Pembelajaran yang bermakna berbasis etnosains akan memperkenalkan
merupakan pembelajaran yang dikemas sesuai kepada siswa tentang potensi-potensi sebuah
dengan karakteristik siswa. Pembelajaran yang daerah, sehingga siswa akan lebih mengenal
bermakna memungkinkan siswa belajar sambil budaya daerahnya. Etnosains sebagai
melakukan “learning by Doing”. Learning by pengetahuan budaya juga mengajarkan kepada
doing menyebabkan siswa dapat membuat anak untuk bersikap tenggang rasa kepada
keterkaitan-keterakitan yang menghasilkan sesama teman yang memiliki latar belakang
makna, pada saat siswa mampu budaya berbeda. Kebudayaan luhur warisan
menghubungkan isi dari subjek-subjek nenek moyang berangsur-angsur akan hilang
akademik dengan konteks kehidupan siswa terdesak kebudayaan asing yang
yang menemukan makna (Johnson, 2014:64). ditransformasikan media elektronik.
Etnosains merupakan pengetahuan Diharapkan dengan adanya peran dunia
budaya yang dimiliki suatu daerah dan bangsa. pendidikan dalam penanaman wawasan
Parris (2010:) dalam artikel berjudul “Cultural bermuatan etnosains, siswa akan mempunyai
Dimensions of Learning: Addressing the pengetahuan yang lebih luas tentang
Challenges of Multicultural Instruction” lingkungan sekitarnya dan terhindar dari
menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis keterasingan terhadap lingkungannya.

140
141 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 1 Nomor 2 Juli 2017

Ada beberapa hasil penelitian yang Dalam kenyataannya sekarang proses


menyatakan etnosains dapat diintegrasikan pendidikan formal cenderung dipandang
kedalam pembelajaran. Misalnya, hasil sebagai proses pembelajaran yang terpisah dari
penelitian dari Davison & Miller (1998), proses akulturasi dan terpisah dari konteks
tentang siswa Indian Amerika yang suatu komunitas budaya. Di samping itu,
menemukan makna pembelajaran khsususnya banyak orang yang memandang mata pelajaran
matematika dan sains ketika etnosains di sekolah memiliki tempat yang lebih tinggi
diintegrasikan dalam pembelajaran. Siswa (social prestige), dari pada tradisi budaya yang
dapat memahami materi dengan baik saat dipandang tidak berarti dan rendah
dikoneksikan dengan pengetahuan budaya. Hal (discreditation). Pengetahuan tentang
ini berkaitan dengan teori Vygotsky yang kebudayaan merupakan pengetahuan budaya
menitikberatkan interaksi dari faktor-faktor yang sangat dijunjungtinggi oleh masyarakat.
interpersonal (sosial), kultural – historis, dan Namun yang terjadi pengetahuan tentang
individual sebagai kunci dari perkembangan kebudayaan sudah terkikis dan tergantikan
manusia. Perubahan kognitif terjadi dalam oleh pengetahuan budaya asing yang sama
ZPD (zone of proximal development) ketika sekali tidak dipahami. Agar eksistensi budaya
guru dan siswa berbagi alat-alat budaya dan tetap kukuh, maka kepada siswa sebagai
interaksi dengan mediasi budaya menghasilkan generasi penerus bangsa perlu ditanamkan rasa
perubahan kognitif ketika cinta akan kebudayaan di daerah. Salah satu
menginternalisasikan dalam diri siswa, Tudge cara yang ditempuh di sekolah adalah dengan
& Scrimsher dalam Schunk (2012:339). Selain cara mengintegrasikan pengetahuan budaya
itu, hasil penelitian dari Gallagher, dkk., (etnosains) dalam proses pembelajaran.
(2004) pada bidang Ilmu Pendidikan & Selain masalah tersebut di atas, peserta
Kebudayaan Lingkungan di didik masih dipandang sebagai objek yang
Amerika menemukan etnosains memiliki tidak tahu, sedangkan guru sebagai subjek
tujuan memperkaya perencanaan program ilmu yang serba tahu. Proses pembelajaran masih
pengetahuan, pendidikan guru, penelitian, dan berpusat pada guru, dengan paradigma
di sekolah-sekolah, berbagai ide-ide yang konvensional. Gaya pembelajaran seperti ini
ditawarkan dengan latar belakang budaya pada tidak mendorong peserta didik bereksplorasi
pembelajaran. Ada lima hal penting yang mengembangkan pengetahuan dan potensi
ditemukan dari penelitian tersebut yakni; (1) dirinya. Praktik penyelenggaraan pembelajaran
budaya, kognisi, dan ilmu belajar sebagai seperti ini, tidak dapat dipungkiri masih terjadi
kolaborasi pembelajaran yang membuat hasil sampai saat ini.
pembelajaran siswa meningkat; (2) teori,
tujuan, dan strategi pengajaran berbasis IDENTIFIKASI ETNOSAINS DALAM
etnosains sebagai strategi pengajaran yang PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
fokus kepada observasi, meta-analisis dari
pemecahan masalah, dan penemuan hal baru Etnosains berasal dari kata Yunani
oleh siswa; (3) etnosains dapa diintegrasikan yakni “Ethnos” yang berarti bangsa dan
dalam ilmu di sekolah dasar, ekologi, “Scientia” yang berarti pengetahuan, Werner
perikanan laut, dan ilmu pendidikan dalam Hum (1999:13). Etnosains adalah
umumnya; (4) bermanfaat bagi guru karena pengetahuan yang khas dimiliki oleh suatu
dapat mengenal beragam budaya dari bangsa. Menurut Sturtevant (1961:99) yang
siswa; (5) siswa dapat bekerja proyek secara dikutip oleh Hume (1999:12), mendefenisikan
kelompok dalam proses pembelajaran. etnosains sebagai system of knowledge and
Dari hasil penelitian-penelitian ini, cognition typical of a given cuHlture.
etnosains sangatlah penting diintegrasikan Penekanannya adalah pada sistem
dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Siswa pengetahuan, yang merupakan pengetahuan
sekolah dasar merupakan siswa yang masih yang khas dari suatu masyarakat, karena
mengalami perkembangan kognitif bersifat berbeda dengan pengetahuan masyarakat yang
operasional konkret. Cara berpikir anak-anak lain. Sebagai sebuah paradigma, etnosains
tidak lagi didominasi oleh persepsi, anak-anak menggunakan defenisi kebudayaan yang
dapat menggunakan pengalaman-pengalaman berbeda dengan paradigma-paradigma lain
sebagai acuan dan tidak selalu bingung apa dalam antropologi budaya.
yang mereka pahami.
142 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 1 Nomor 2 Juli 2017

Ethnoscience dalam kamus pembelajaran berkaitan dengan pengetahuan


Anthropologi, diartikan sebagai suatu studi kebudayaan yang dimiliki daerah setempat.
kebudayaan dengan cara pendekatan Misalnya berkaitan dengan tanaman obat-
menggunakan pengetahuan yang sesuai obatan, makna rumah adat, produksi lokal dari
dengan kebudayaan masyarakat yang daerah setempat yang dijadikan kebutuhan
dipelajari (Suyono, 1985 : 133). Menurut pangan, sandang dan pakaian. Sebagai contoh
perspektif antropologi, pengajaran dianggap pengetahuan budaya yang dimiliki oleh daerah
sebagai transmisi budaya (cultural tertentu di Indonesia yakni (1) etnis lokal pada
transmission) dan pembelajaran sebagai masyarakat Lampung pada masyarakat
penguasaan budaya (cultural acquisition). Sungkai Bunga Mayang yang masih
Proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di menggunakan pengobatan tradisional. (2)
kelas dapat diibaratkan sebagai proses Pranata Mangsa yang digunakan sebagai
pemindahan dan perolehan budaya dari guru penentu atau perkiraan musim bagi para petani
dan oleh murid. Untuk pembatasan, kata di pulau Jawa sejak zaman Hindu. (3) Rumah
budaya (culture) yang dimaksud adalah suatu “ni’ang” berbentuk kerucut di kabupaten
sistem atau tatanan tentang simbol dan arti Manggarai, dan lain sebagainya. Dari
yang berlaku pada interaksi sosial suatu identifikasi tersebut, kebudayaan yang dimiliki
masyarakat. Secara khusus dinyatakan bahwa sangat relevan dengan pengetahuan yang ada
perasaan dan pemahaman siswa yang dalam proses pembelajaran di kelas.
berlandaskan kebudayaan di masyarakatnya
ikut serta berperan dalam menginterpretasikan ETNOSAINS DALAM KURIKULUM 2013
dan menyerap pengetahuan yang baru.
Etnosains adalah cabang pengkajian Dalam kurikulum 2013 dikembangkan
budaya yang berusaha memahami bagaimana kompetensi inti dalam pembelajaran.
pribumi memahami alam. Pribumi biasanya Kompetensi inti merupakan operasionalisasi
memiliki ideologi dan falsafah hidup yang Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk
mempengaruhi mereka mempertahankan kualitas yang harus dimiliki oleh siswa yang
hidup. Jadi etnosains merupakan salah satu telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
bentuk etnografi baru karena melalui etnosains pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
mampu membangun teori yang berbasis etno tertentu. Gambaran mengenai kompetensi
atau folk. Etnosains dapat di bedakan menjadi utama akan dikelompokkan ke dalam aspek
dua pendekatan yaitu pendekatan ekologi dan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
pendekatan prosesual. Pendekatan ekologi harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang
mencakup antroposentrisme dan ekosentrisme. sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi
Pendekatan prosesual mencakup inti menggambarkan kualitas yang seimbang
pentransformasian budaya. Dengan demikian antara pencapaian hard skills dan soft skills.
etnosains yang dikembangkan dalam model- Kurikulum 2013 menyatukan sekolah dan
model pembelajaran dapat menghasilkan masyarakat pada dimensi pendidikan.
pembelajaran bermakna bagi siswa. Seperti sehingga; K1, K2, K3, dan K4 bersifat
yang ditekankan Vygotsky dalam Schunk holistik. Untuk itu inovasi pembelajaran
(2012:331) yakni aspek sosial pembelajaran dengan memasukan budaya dalam kelas
pada konteks sosial dan budaya. Interaksi sebagai solusi dalam mengembangkan
sosial dengan orang lain memacu kompetensi siswa.
pembangunan gagasan baru dan meningkatkan Tanpa disadari budaya membentuk
perkembangan intelektual pembelajar. kepribadian individu manusia yang baik dan
Bentuk etnosains akan lebih muda individu manusia yang jahat. Untuk itu, dalam
diidentifiasi melalui proses pendidikan tentang pendidikan formal perlu memasukan budaya di
kehidupan sehari-hari yang dikembangkan dalam kelas sebagai inovasi pembelajaran.
oleh komunitas budaya, baik proses, cara, Dalam kurikulum 2013 budaya sebagai bentuk
metode, maupun isinya. Pengetahuan budaya pengembangan karakter anak. Inovasi dalam
seperti dongeng, tembang, permainan- pembelajaran yang berkaitan dengan budaya
permainan, rumah adat, ritual adat, produksi adalah etnosains. Sebagai konsekwensinya,
lokal, pemanfaatan alam merupakan salah satu pada tingkat operasional, menampilkan
wujud sistem pendidikan etnosains. pembelajaran yang berbasis budaya, yang unik
Identifikasi etnosains dimasukan dalam dan unggul didaerahnya masing-masing dalam
143 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 1 Nomor 2 Juli 2017

penyelenggaraan pendidikan khususnya dalam pembelajaran, baik metode pembelajaran,


pembelajaran di sekolah dasar. keberhasilan materi maupun pendekatan pembelajaran.
proses pembelajaran di sekolah sangat Usaha untuk mengintegrasikan etnosains ke
dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang dalam kurikulum pembelajaran sekolah dasar,
dimiliki oleh siswa atau masyarakat dimana agar dapat mengakomodasi perbedaan kultural
sekolah itu berada. Hal ini senada yang siswa, memanfaatkan sumber kebudayaan
dikemukakan Ibrahim, dkk., (2002:5) yang sebagai sumber konten pembelajaran dan
menyatakan bahwa selain landasan filosofis, memanfaatkannya sebagai titik berangkat
psikologis dan ilmu pengetahuan serta untuk pengembangan kebudayaan itu sendiri.
teknologi (iptek), landasan sosial budaya harus Karakteristik etnosains yang
dipertimbangkan dalam pengembangan diintegrasikan dalam pembelajaran dapat
kurikulum karena pendidikan selalu mengadopsi karatkeristik Snively & Corsiglia
mengandung nilai yang harus sesuai dengan (2001:12). Bagan di bawah ini menjelaskan
nilai yang berlaku di masyarakat. Sampai saat karakteristik pengetahuan tradisional
ini jarang ditemukan pembelajaran dengan (etnosains).
mengintegrasikan etnosains dalam

Perspektif Etnosains

Pembelajaran di Sekolaah Dsar Kurikulum 2013

Perangkat pembelajaran Pengembangan kompetensi inti (KI)

menggunakan
diintegrasikan K1 : Spiritualitas
K2 : Sosial
Metode pembelajaran K3 : Pengetahuan
Tema-tema pembelajaran
K4 : Keterampilan

Bagan 1. Modifikasi karakteristik pengetahuan tradisional (etnosains) Snively &


Corsiglia (2001:12)

Bagan 1. memperlihatkan bahwa ini disebut dengan pembelajaran inkulturasi.


pengetahuan tradisional (etnosains) dapat (2) pembelajaran yang berpusat pada siswa
diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah akan berjalan efektif, karena proses asimilasi
dasar melalui pengembangan tema-tema dan akomodasi belajar dari siswa akan berjalan
pembelajaran dalam materi ajar. Selain itu, dengan baaik. Hal ini dapat mendukung siswa
etnosains dapat mengembangkan kompetensi untuk memecahkan masalah pembelajaran
yang dimiliki siswa. dalam menerapkan karena mengintegrasikan pengetahuan dengan
etnosains dapat menggunakan metode pengalaman yang mereka alami dalam
pembelajaran yang berpusat pada siswa yakni, kehidupan sehari-hari.
metode observasi, bertanya, klasifikasi, Untuk mengkaji pembelajaran
prediksi, pemecahan masalah dan membuat berbasis budaya di dalam kurikulum 2013,
kesimpulan. dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sebagai
Dengan demikian, pengaruh latar berikut:
belakang yang dimiliki siswa terhadap proses 1. Penetapan kompetensi pembelajaran
pembelajaran ada dua macam yaitu, (1) Peraturan pemerintah No. 32 tahun
pengaruh positif akan muncul jika 2013 pasal 1 ayat 4 yaitu kompetensi
pembelajaran di sekolah yang sedang adalah seperangkat sikap,
dipelajari selaras dengan pengetahuan budaya pengetahuan, dan keterampilan yang
siswa sehari-hari. Proses pembelajaran seperti harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
144 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 1 Nomor 2 Juli 2017

oleh peserta didik setelah c. Kompetensi dasar


mempelajari suatu muatan Peraturan pemerintah no. 32
pembelajaran, menamatkan suatu tahun 2013 pasal 1 ayat 14,
program, atau menyelesaikan satuan Kompetensi Dasar adalah
pendidikan tertentu. Pembelajaran kemampuan untuk mencapai
berbasis budaya dapat diintegrasikan Kompetensi In ti yang harus
dalam pembelaajran untuk diperoleh Peserta didik melalui
pengembangan kompetensi peserta pembelajaran. Untuk kompetensi
didik. Jika menelisik kebelakang, inti dalam pembelajaran
pembelajaran yang dilaksanakan diintegrasikan pembelajaran
selama ini cendrung berpusat pada berbasis budaya. Pembelajaran
guru, sehingga tidak berbasis budaya melatih anak
mengembangkan kompetensi siswa. untuk mengenal budayanya
Dengan pembelajaran berbasis sendiri.
budaya peserta didik diharapkan d. Pembelajaran
memiliki sikap, pengetahuan, dan Peraturan pemerintah No. 32
keterampilan yang cinta budaya tahun 2013 pasal 1 ayat 19,
bangsa Indonesia dan bermanfaat pembelajaran adalah proses
dalam kelangsungan hidup dari interaksi antar peserta didik,
perserta didik itu sendiri. antara peserta didik dengan
2. Muatan pembelajaran pendidik dan sumber belajar
a. Silabus pada suatu lingkungan belajar.
Peraturan pemerintah No. 32 Dengan pembelajaran berbasis
tahun 2013 pasal 1 ayat 18, budaya, pembelajaran akan
silabus adalah rencana berpusat pada siswa. etnosains
pembelajaran pada suatu mata yang diintegrasikan dalam
pelajaran atau tema tertentu pembelajaran berkaitan dengan
mencakup kompetensi inti, budaya yang dimiliki anak dan
kompetensi Dasar, materi pengetahuan budaya yang digali
pembelajaran, kegiatan dari praktisi budaya setempat
pembelajaran, penilaian, alokasi melalui observasi dan
waktu, dan sumber belajar. menemukan. Sehingga
Dalam pengintegrasian pembelajaran bisa berlangsung
etnosains, silabus dirancang efektif karena terjadi interaksi
dengan pengembangan materi antar peserta didik dengan
pembelajaran dalam bentuk tema pendidik, antar peserta didik, dan
kebudayaan yang diramu dari antar masyarakat.
kompetensi inti (KI) dan 3. Aspek penilaian
kompetensi Dasar (KD). Peraturan pemerintah no. 32 tahun
b. Kompetensi inti 2013 pasal 1 ayat 12 standar
Peraturan pemerintah No. 32 penilaian pendidikan adalah kriteria
tahun 2013 pasal 1 ayat 13, mengenai mekanisme, prosedur, dan
kompetensi inti adalah tingkat instrumen penilaian hasil belajar
kemampuan untuk mencapai peserta didik. Dalam penilaian
Standar Kompetensi Lulusan pembelajaran berbasis etnosains
yang harus dimiliki seorang menggunakan penilaian proses dan
peserta didik pada setiap tingkat penialian hasil. Penilaian proses
kelas atau program. Etnosains diberikan proses pembelajaran
atau pembelajaran budaya berlangsung dengan menggunakan
diharapkan menanamkan nilai instrumen penilaian dan penilaian
pada pembentukan karakter hasil diberikan pada saat tes awal
peserta didi dari pencapaian dan tes akhir selama proses
kompetensi yang mereka miliki. pembelajaran.
145 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 1 Nomor 2 Juli 2017

IMPLEMENTASI ETNOSAINS DALAM penggunaan bahasa lokal atau bahasa daerah


PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR pada satu hari dalam enam hari. Hal ini
dipandang perlu diaplikasikan supaya peserta
Paradigma pembelajaran diharapkan didik tetap mengenal bahasa daerah dimana
perubahan paradigma pembelajaran dari yang tempat merka dibentuk dan dibesarkan. Selain
berpusat pada guru berubah menjadi itu, permainan tradisional diimplementasikan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. dalam kegiatan olahraga. Tidak secara
pembelajaran berpusat pada siswa (student langsung dari pengenalan pengetahuan budaya
centred learning) menjadi ciri pembelajaran ini akan menanamkan nilai-nilai pada siswa
kurikulum 2013 yang merujuk pada teori tentang kejujuran, nilai sejarah, nilai seni,
konstruktivisme dengan menempatkan siswa gotong royong, dan sebagainya. Nilai-nilai ini
sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dapat diperoleh dari tempat sekolah mereka
dalam dirinya yang memerlukan berbagai berada. Misalnya, landasan filosofi hidup
aktifitas atau kegiatan untuk mengembangkan orang Jawa tengah (alon-alon asal klakon),
menjadi pemahaman yang bermakna. Dalam filosofi hidup Jawa Timur (rawe-rawe rantas
pandangan pembelajaran kurikulum 2013 malang-malang putung), Kabupaten
siswa perlu dan harus mengkonstruksi Manggarai, NTT (nai ca anggit tuka ca
pemahaman melalui penalaran siswa sendiri leleng), dan masih banyak contoh lain.
dalam pembelajaran inkuiri dan pemecahan Dalam implementasi pembelajaran
masalah (problem solving). berbasis etnosains diperoeh melalui metode-
Hal ini dinyatakan dalam Undang- metode pembelajaran yang berpusat pada
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas siswa, yakni melalui kegiatan eksplorasi dan
Pasal 1 ayat 20 yaitu pembelajaran merupakan menemukan. Penerapan etnosains dalam
sebuah proses interaksi aantara peserta didik pembelajaran disesuaikan dengan prinsip
dengan pendidik dan sumber belajar dalam pendidikan dalam konteks budaya di sekolah
suatu lingkungan belajar. Siswa dalam dasar. Pembelajaran di sekolah dasar yang
melaksanakan pembelajaran lebih terbuka dan cocok dengan penerapan etnosains adalah
menantang dengan terlibat jauh dalam berpikir tema-tema pembelajaran IPA dan
tingkat tinggi (high order thinking). Untuk itu, pembelajaran matematika dikelas tinggi. Hal
guru sebagai fasilitator harus menerapkan ini didukung oleh karakteristik etnosains
metode, pendekatan pembelajaran dan strategi menurut Snively dan Corsigli (2001:12),
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain etnosains ada dalam berbagai kehidupan
pendekatan, model dan strategi pembelajaran masyarakat tradisional seperti ekologi, botani,
yang perlu diperhatikan adalah lingkungan hortikultura, matematika, dan sebagainya.
belajar. Lingkungan belajar harus menarik dan Misalnya dalam etnosains dikembangkan
mampu membangkitkan gairah belajar serta menjadi etnomatematika, dengan mempelajari
menghadirkan suasana yang nyaman untuk adat tertentu pada suatu daerah yang berkaitan
belajar. Pembelajaran yang berpusat pada dengan matematika. Tahapan impelementasi
siswa mengacu pada pembelajaran pengembangan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pembelajaran kontekstual etnosains disajikan dalam bagan berikut ini.
merupakan pembelajaran yang mengaitkan
pengalaman nyata siswa dengan materi yang
diajarkan. Pengalaman nyata siswa tidak
terlepas dari pengetahuan siswa tentang
budaya yang mereka miliki. Pengetahuan
budaya merupakan pengetahuan riil yang
dimiliki siswa dari pengalaman hidup.
Contoh implementasi yang
direalisasikan pada pembelajaran misalnya
membuat tema yang berkaitan dengan
pengetahuan budaya (etnosains) yang diramu
dari kompetensi dasar (KD) dan kompetensi
inti (KI) di kurikulum Sekolah Dasar. Selain
pemetaan tema, etnosains dapat diterapkan
dalam kegiatan ekstrakurikuler. Misalnya
146 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 1 Nomor 2 Juli 2017

Etnosains

Mata pelajaran matematika dan IPA

Pengetahuan deklaratif Pengetahuan prosedural (fenomena alam


dan budaya)
Fenomena alam dan bubudaya

Pembelajaran di kelas Pembelajaran scientific


berorientasi lingkungan budaya Approach

Materi pembelajaran konseptual


(minds on) Model pembelajaran
discovery, inkuiri, PBL,
PjBL dan KPS (Hands-on)

Bagan 2. Tahap pengembangan Etnosains dalam pembelajaran

Dari bagan di atas, pembelajaran PENUTUP


etnosains diintegrasikan kedalam materi yang
bersifat deklaratif dan prosedural. Materi yang Pembelajaran etnosains merupakan
dikembangkan berorientasi pada lingkungan strategi penciptaan lingkungan belajar dan
budaya dan pengetahuan budaya. Pelaksanaan perancangan pengalaman belajar yang
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari
pembelajaran saintifik (scientific Aprroach) proses pembelajaran di Sekolah Dasar.
melalui model pembelajaran diskoveri, inkuiri, Pembelajaran etnosains diimplementasikan
PBL, PjBL, dan KPS (keterampilan proses). dalam pembelajaran di Sekolah Dasar dengan
Tujuan implementasi etnosains dalam dengan cara memasukkan budaya yang
pembelajaran yakni (1) Mengenal dan menjadi berkembang di masyarakat ke dalam
lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, pembelajaran tersebut. Keterlibatan aktif
dan budaya. (2) Memberikan bekal dalam mereka belajar akan memunculkan
kemampuan dan keterampilan serta nilai-nilai yang di tanamkan melalui
pengetahuan mengenai daerahnya yang pengalaman hidup dan rasa empati terhadap
berguna bagi dirinya maupun lingkungan lingkungan dengan demkian guru tidak hanya
masyarakat pada umumnya. (3) Membekali menyampaikan secara teori, namun juga dapat
sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai- mentransferkan nilai-nilai apa yang diambil
nilai aturan-aturan yang berlaku didaerahnya dari kegiatan pembelajaran melalui pendidikan
serta melestarikan dengan mengembangkan karakter.
nilai-nilai luhur budaya setempat. 4) Berperan Pengintegrasian etnosains ke dalam
serta dalam membentuk karakter bangsa dan pembelajaran akan lebih efektif, jika
membentuk karakter dari peserta didik itu dimasukkan ke dalam materi pokok. Latar
sendiri. 5) Melestarikan budaya bangsa. belakang budaya yang dimiliki siswa
berpengaruh terhadap proses pembelajaran
siswa dalam usahanya menguasai konsep-
147 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 1 Nomor 2 Juli 2017

konsep pembelajaran yang diajarkan di Ibrahim. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran.


sekolah. Kurikulum hendaknya Bandung: Jurusan Kurikulum dan
memperhatikan dan peduli terhadap sistem Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu
sosial yang berkembang dan berlaku di suatu Pendidikan UP1.
masyaraakat. Pengembangan kurikulum perlu
Johnson, Elaine B. 2014. CTL (Contextual
mengintegrasikan etnosains agar proses
Teaching & Learning). Bandung:
pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna
Kaifa.
dan kontekstual.

DAFTAR PUSTAKA Okebukola,P.A.O. 1986. “Influenced of


Prefered Learning Style on
Ahimsa, Putra H.S. 1985. “Etnosains dan
Cooperative Learning in Science”.
Etnometodologi: Sebuah
Science Education. 70 (5), 509-517.
Perbandingan dalam Masyarakat
Indonesia”. Majalah Ilmu-Ilmu Parris, Patrick. 2010. “Cultural Dimensions Of
Sosial Indonesia. Jakarta: Lembaga Learning: Addressing The
Ilmu Pengetahuan Indonesia Jilid XII Challenges of Multicultural
No. 2. Instruction”. Journal. (online)
(http://www.journal/atabszauniversit
Arends, Richard I. 2013. Belajar Untuk
y.com. diunduh pada tanggal 7
Mengajar: Learning To Teach.
Januari 2017).
Jakarta: Salemba Humanika
Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories An
Arikunto, Suharsimi dan Said. 1999.
Educational Perspective. Teori-teori
Pendidikan berkarakter. Jakarta:
pembelajaran: Perspektif
Kanisius.
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Pelajar
Paradigma Pendidikan Nasional
Snively,G& Corsiglia. 2001. Discovering
Abad XXI. Jakarta.
Indigenous Science: Implications for
David M. Davison & Kenneth W. Miller.
Science Education. Science
1998. An Ethnoscience Approach to
Education.Vol 85 (1).Pp.7-34.
Curriculun Issues for American
Indian Students. Journal. Department Suyatno, Suyono. 1985. “Revitalisasi kearifan
of Curriculum and Instruction, Lokal Sebagai Upaya Penguaatan
Montana State University-Billings. Identitas Keindonesian”. (online)
(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id
Eyford, H. 1993. “Relevant Education: the
/lamanbahasa/artikel/1366. diunduh
Cultural dimensions”, dalam Papua
tanggal 5 Januari 2017).
New Guinea Journal of Education.
Yakubu, J. M. 1994. “Integration of
Gallagher, Kevin et.al. 2004. Ecological Basis
Indigenous thought and Practice with
For Low Toxicity Integrated Pest
Science and Technology: A case
Management in Rice dalam Jules
study of Ghana”. International
Pretty (ed). Journal. Earthscan:
Journal of Science Education.
London
George, C. 1991. “School Science and
Ethnoscience.” Journal of Science
and Mathematics Education in South
East Asia.
Hume, Douglas William. 1997. Towards a
Synthesis Of Ethnoscience And
Symbolic Anthropology: An
Ethnography Of Surgical Culture.
Thesis. California State University,
Fullerton.

Anda mungkin juga menyukai