Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28hari kemudian pada masa
neonatus ini sangat rawan karena itu memerlukan penyesuaian fisiologi agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intetauteri ke
ekstrauterin memerlukan memerlukan berbagai perubahan biokimia. Namun, banyak
masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan
penyesuaianbiokimia.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi
pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilanyang kurang memadai, majemen persalinan yang tidak tepat dan tidak
bersih, seta kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Di negara berkembang seperti Indonesia, terjadi resiko penularan HIV dari ibu
ke anak di perkirakan sekitar 21%-43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan resiko
penularan di negara maju yang bisa di tekan sekitar 14%-26%. Penularan HIV dapat
terjadi saat kehamilan maupun setelah masa peralinan.
Resiko penularan terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam
kandungan 6% dan pasca persalinan sebesar 4%. Selama kehamilan bayi dapat
tertular darah atau cairan vagina yang mengandung HIV melalui paparan virus yang
tertelan pada jalan lahir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari HIV/AIDS ?
2. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS ?
3. Bagaimana cara pencegahan penulara HIV/AIDS dari ibu ke anak ?
4. Bagaimana tanda dan gejalanya ?
5. Bagaimana penatalaksanaannya ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetaui apa pengertian HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak
4. Untuk mengetahui tanda dan gejalanya
5. Untuk mengetahui penatalaksanaannya

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menuar, yang di
sebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasusu berat hermanifestasi sebagi depresi
berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria
homoseksua, atau biseksua, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia dan
penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual individu yang terinfeksi virus
tersebut .(Kemenkes RI 2011)
AIDS merupakan bentuk paling buruk paling hebat dari infeksi HIV, mulai
dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan deagan berkaitan dengan berbaga iinfeksi yang
membawa kematian dan kelainan yang jarang terjadi. (Nursalim 2007)
HIV sistem kerjanya menyerang melalui sel darah putih yang menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut T4 atau sel T
penolong (T helper), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus
sub kelompok lentivirus juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopy
cetak materi genetika sendiri di dalam materi genetik sel-sel yang ditumpanginnya
dan melalui proses ini HIVdapat mematikan sel-sel T4

2.2Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV melalui ASI merupakan faktor penting penularan pasca
persalinan dan meningkatkan resiko transmisi dua kali lipat. ASI di ketahui banyak
mengandung HIV
Beberapa faktor yang mempengarui risiko transmisi HIV melalui ASI antara lain :
 Mastitis atau luka pada puting
 Luka di mulut bayi
 Prematuritas dan
 Fungsi kekebalan tubuh bayi
Kondisi kesehatan ibu juga menjadi pertimbangan karena ibu yang terinfeksi
HIV memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dari yang tidak menyusui.
Beberapa badan dunia seperti WHO, UNICEF, dan UNAIDS
merekomendasikan untuk menghindari ASI yang erkena HIV, jika alternatif
lainnya tersedia secara aman.
Faktor resiko penularan HIV dari ibu ke bayi:
1. Selama kehamilan
 Tingginya muatan virus ibu
 Infeksi plasenta(virus, bakteri, infeksi)
 Ibu memiliki infeksi menular seksual
 Ibu menderita kekurangan gizi

2
2. Selama kelahiran/persalinan
 Tingginya muatan virus ibu
 Ibu mengalami pecah ketuban dini
 Persalinan yang invasiva
3. Selama menyusui ASI
 Ibu baru terinfeksi HIV
 Durasi menyusui yang lama
 Pemberian makanan campuran pada tahap awal
 Ibu mengelami mastitis/abses pada payudara
 Penyekit mulut pada bayi

2.3Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak


WHO mengupayakan 4 pilar untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke
bayi, yang dilaksanakan secara komprehensif yaitu :
Prog 1 : mencegah terjadinypada penularan HIV pada perempuan usia reproduktif
Prog 2 : mencegah kehamilan yang tidak di rencanakan pada ibu HIV positif
Prog 3 : mencegah terjadinya HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang di
kandungnya
Prog 4 : memberikan dukungan psikologis sosial dan perawatan kepada ibu HIV
positif beserta bayi dan keluargannya.
Mencegah bayi agar tidak terinfeksi HIV tidak cukup hanya memfokuskan
perhatian kepada ibu hamil yang telah terinfeksi HIV. Bagaimanapun penularan HIV
dari ibu ke bayi kemungkinan berawal dari seorang laki-laki HIV positif yang
menularkan HIV kepada pasangan perempuannya melalui hubungan seksual tak
aman, dan selanjutnya ibu menularkan HIV kepada bayi yang dikandungnya.
1. Saat Hamil
Pengguanaan antiretriviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load
rendah sehingga jumlah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan
tubuh kurang efektifuntuk menularkan HIV
2. Saat melahirkan
Penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi baru di lahirkan dan persalinan
sebaiknya dilakukan dengan metode secsio caesar karena terbukti mengurangi
resiko sebannyak 80%.
3. Setelah lahir
Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI untuk
mengurangi resiko penularan. Ibu dengan HIV positif bisa memberikan susu
formula pengganti ASI kepada bayinya, namun pemberian susu formula harus
sesuai dengan persyaratan AFASS dari organisasi kesehatan dunia WHO yaitu
Acceptable-mudah di terima Feasible-mudah di lakukan Afforable-harga
terjngkau sustainable-berkelanjutan dan Safe-aman penggunaanya. Pada daerah
tertentu dimana pemberian susu formula tidak memenuhi persyaratan AFASS. Ibu
HIV harus mendapatkan konseling jika memilih ASI eksklusif

3
Tabel:waktu dan resiko penularan HIV dari ibu ke bayi
Waktu Resiko
Selama kehamilan 5-10%
Saat persalinan 10-20%
Selama menyusui 10-15%
Keseluruhan penularan 25-45%

Bayi yang beresiko tertular HIV diantarannya:


 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
 Bayi yang lahir dari ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
 Bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah yang
berulang
 Bayi atau anak yang terpapar alat suntik atau bekas yang tidak steril

2.4Tanda dan Gejala


1. Gejala terinfeksi HIV pada ibu
 Terdapat 4 stadium penyakit AIDS yaitu:
1) Stadium awal, gejalanya demam, kelelahan, pembesaran kelenjar
getah bening(di leher,ketiak,lipatan paha)
2) Stadium tanpa gejala
Stadium dimana penderita tampak sehat, namun merupakan sumber
penularan infeksi HIV
3) Stadium ARC(AIDS related complex) dengan gejala :
a. Demm >38 derajat celcius
b. Berat badan menurun >10% dalam 3 bulan
c. Pembesaran kelenjargetah bening
d. Diare yang berkala terus menerus
e. Kelemahan tubuh yang menurunkan aktivitas fisik
f. Keringat malam
4) Stadium AIDS gejalannya:
a. Gejala klinis utama yaitu terdapan kanker klit yang disebut
sareoma kaposi(tampak bercak kebirun di kulit)
b. Kanker kelenjar getah bening
c. Infeksi penyakit menyerta misalnya peunomia yang di
sebabkan oleh TBC
d. Peradangan otak/selaput otak
2. Gejala terinfeksi HIV pada bayi dan anak
Gejala umum yang sering ditemukan pada bayi dan anak dengan infeksi HIV
adalah
a. Gangguan tumbuh kembang
b. Berat badan menurun
c. Demam
d. Diare kronik

4
e. Kandidinsis oral yang sering kambuh (merupakan tanda yang mucul pertama
pada infeksi HIV)
f. Pembesaran kelenjar getah bening dan hati
g. gangguan neurologis seperti
- keterlambatan perkembangan mental
- infeksi otak
- infeksi oportunistik (bersama penurunan imunitas)

2.5Penatalaksanaan
1. Penghisapan lendir bayi tidak boleh dilakukan dengan penghisap mulut,
melainkan dengan suction penghisap lendir yang di hubungkan dengan mesin
penghisap
2. Perlakukan bayi seperti individu yang tidak terinfeksi
3. Pencegahan infeksi harus dilakukan agar bayi terhindar dari transmisi infeksi dari
ibu ke bayi
4. Ibu bayi harus di beritahu agar menghindari bayinya terkena sekresi tubuhnya.
5. Pemilihan makanan ayi harus di dahului dengan konseling tentang resiko
penularan IIV melalui ASI. Konseling diberikan sejak perawatan untenatal atau
sebelum persalinan. Pengambilan keputusan oleh ibu dilakukan setelah mendapat
informasi secara lengkap. Pilihan apapun yang di ambil oleh ibu harus di dukung.
6. Upaya pencegahan penularan IIIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu
melahirkan. Ibu akan tetap hidup dengan HIV di tubuhnya, ia membutuhkan
dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini yerutama
karena si ibu akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat
terhadap ODHA. Faktor kerahasiaan status HIV ibu dan bayi sangat penting
dijaga. Dukungan juga harus diberikan kepada anak dan keluarganya. Dekang
dukungan pisiko sosial yang baik, ibu dengan HIV akan bersikap optimis dan
bersemangat mengisi kehidupanya, serta berprilaku sehat agar tidak terjadi
penularan HIV dari dirinya ke orang lain.
7. Dengan pemberian obat-obat ARV. Maka daya tahan tubuh anak dapat meningkat
dan mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lain.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Di negara berkembang seperti Indonesia, terjadi resiko penularan HIV dari ibu
ke anak di perkirakan sekitar 21%-43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan resiko
penularan di negara maju yang bisa di tekan sekitar 14%-26%. Penularan HIV dapat
terjadi saat kehamilan maupun setelah masa peralinan.
Resiko penularan terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam
kandungan 6% dan pasca persalinan sebesar 4%. Selama kehamilan bayi dapat
tertular darah atau cairan vagina yang mengandung HIV melalui paparan virus yang
tertelan pada jalan lahir.
Bayi yang tertular HIV dari ibunya bisa saja tampak normal secara klinis
selama periode neonatal

3.2 SARAN
Untuk mahasiswi kebidanan dihrapkan bisa mwmahami materinya sedalam
dalam mungkin karena virus penularan HIV dari ibu kepada bayinya sangat
berbahaya dan bisa lebih berhati-hati dalam melakukan praktek asuhan persalinan
normalpada ibu.

Anda mungkin juga menyukai