Kelompok 7 Neonatus
Kelompok 7 Neonatus
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menuar, yang di
sebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasusu berat hermanifestasi sebagi depresi
berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria
homoseksua, atau biseksua, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia dan
penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual individu yang terinfeksi virus
tersebut .(Kemenkes RI 2011)
AIDS merupakan bentuk paling buruk paling hebat dari infeksi HIV, mulai
dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan deagan berkaitan dengan berbaga iinfeksi yang
membawa kematian dan kelainan yang jarang terjadi. (Nursalim 2007)
HIV sistem kerjanya menyerang melalui sel darah putih yang menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut T4 atau sel T
penolong (T helper), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus
sub kelompok lentivirus juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopy
cetak materi genetika sendiri di dalam materi genetik sel-sel yang ditumpanginnya
dan melalui proses ini HIVdapat mematikan sel-sel T4
2.2Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV melalui ASI merupakan faktor penting penularan pasca
persalinan dan meningkatkan resiko transmisi dua kali lipat. ASI di ketahui banyak
mengandung HIV
Beberapa faktor yang mempengarui risiko transmisi HIV melalui ASI antara lain :
Mastitis atau luka pada puting
Luka di mulut bayi
Prematuritas dan
Fungsi kekebalan tubuh bayi
Kondisi kesehatan ibu juga menjadi pertimbangan karena ibu yang terinfeksi
HIV memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dari yang tidak menyusui.
Beberapa badan dunia seperti WHO, UNICEF, dan UNAIDS
merekomendasikan untuk menghindari ASI yang erkena HIV, jika alternatif
lainnya tersedia secara aman.
Faktor resiko penularan HIV dari ibu ke bayi:
1. Selama kehamilan
Tingginya muatan virus ibu
Infeksi plasenta(virus, bakteri, infeksi)
Ibu memiliki infeksi menular seksual
Ibu menderita kekurangan gizi
2
2. Selama kelahiran/persalinan
Tingginya muatan virus ibu
Ibu mengalami pecah ketuban dini
Persalinan yang invasiva
3. Selama menyusui ASI
Ibu baru terinfeksi HIV
Durasi menyusui yang lama
Pemberian makanan campuran pada tahap awal
Ibu mengelami mastitis/abses pada payudara
Penyekit mulut pada bayi
3
Tabel:waktu dan resiko penularan HIV dari ibu ke bayi
Waktu Resiko
Selama kehamilan 5-10%
Saat persalinan 10-20%
Selama menyusui 10-15%
Keseluruhan penularan 25-45%
4
e. Kandidinsis oral yang sering kambuh (merupakan tanda yang mucul pertama
pada infeksi HIV)
f. Pembesaran kelenjar getah bening dan hati
g. gangguan neurologis seperti
- keterlambatan perkembangan mental
- infeksi otak
- infeksi oportunistik (bersama penurunan imunitas)
2.5Penatalaksanaan
1. Penghisapan lendir bayi tidak boleh dilakukan dengan penghisap mulut,
melainkan dengan suction penghisap lendir yang di hubungkan dengan mesin
penghisap
2. Perlakukan bayi seperti individu yang tidak terinfeksi
3. Pencegahan infeksi harus dilakukan agar bayi terhindar dari transmisi infeksi dari
ibu ke bayi
4. Ibu bayi harus di beritahu agar menghindari bayinya terkena sekresi tubuhnya.
5. Pemilihan makanan ayi harus di dahului dengan konseling tentang resiko
penularan IIV melalui ASI. Konseling diberikan sejak perawatan untenatal atau
sebelum persalinan. Pengambilan keputusan oleh ibu dilakukan setelah mendapat
informasi secara lengkap. Pilihan apapun yang di ambil oleh ibu harus di dukung.
6. Upaya pencegahan penularan IIIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu
melahirkan. Ibu akan tetap hidup dengan HIV di tubuhnya, ia membutuhkan
dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini yerutama
karena si ibu akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat
terhadap ODHA. Faktor kerahasiaan status HIV ibu dan bayi sangat penting
dijaga. Dukungan juga harus diberikan kepada anak dan keluarganya. Dekang
dukungan pisiko sosial yang baik, ibu dengan HIV akan bersikap optimis dan
bersemangat mengisi kehidupanya, serta berprilaku sehat agar tidak terjadi
penularan HIV dari dirinya ke orang lain.
7. Dengan pemberian obat-obat ARV. Maka daya tahan tubuh anak dapat meningkat
dan mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lain.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Di negara berkembang seperti Indonesia, terjadi resiko penularan HIV dari ibu
ke anak di perkirakan sekitar 21%-43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan resiko
penularan di negara maju yang bisa di tekan sekitar 14%-26%. Penularan HIV dapat
terjadi saat kehamilan maupun setelah masa peralinan.
Resiko penularan terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam
kandungan 6% dan pasca persalinan sebesar 4%. Selama kehamilan bayi dapat
tertular darah atau cairan vagina yang mengandung HIV melalui paparan virus yang
tertelan pada jalan lahir.
Bayi yang tertular HIV dari ibunya bisa saja tampak normal secara klinis
selama periode neonatal
3.2 SARAN
Untuk mahasiswi kebidanan dihrapkan bisa mwmahami materinya sedalam
dalam mungkin karena virus penularan HIV dari ibu kepada bayinya sangat
berbahaya dan bisa lebih berhati-hati dalam melakukan praktek asuhan persalinan
normalpada ibu.