Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN

ASUHAN PASIEN SERAGAM

RUMAH SAKIT MEDIROSSA CIKARANG


Jl. IndustriTegalgede No. 9 Cikarang Selatan – Bekasi 17550
Telp: (021) 8933216 Fax : (021) 8934979
Email :medirossa_rs@yahoo.com
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

PANDUAN ASUHAN PASIEN YANG SERAGAM

RUMAH SAKIT MEDIROSSA CIKARANG

NOMOR: 22-Kep/03/007

Disusun Oleh:

(dr. Ida Wati)

Ditetapkan Oleh:

(dr Suripto Hasan)

Panduan Asuhan Pasien yang Seragam


1
TIM PENYUSUN

1. Ati Budi Hartini AMG


2. Ira Irawan br Ginting Amd, Ft
3. Mega Despitiara Lianasari S.Kep, Ns
4. Fontanella Dwi Putri Amd, Keb
5. Risti Nuraini S.Kep,Ns

KONTRIBUTOR

1. dr. Suripto Hasan


2. dr. Ida Wati

Panduan Asuhan Pasien yang Seragam


2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan anugerah
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Pasien Seragam,
Rumah Sakit ini dapat selesai disusun. Panduan ini merupakan panduan kerja
bagi semua pihak dalam memberikan pelayanan pasien Rs Medirossa Cikarang .

Dalam panduan ini diuraikan tentang pengertian, ruang lingkup, tata laksana,
dan pendokumentasian terkait Panduan Pasien Seragam di Rs Medirossa
Cikarang. Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan panduan ini.

Cikarang, 2 Januari 2019

dr. Suripto Hasan

Panduan Asuhan Pasien yang Seragam


2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ 1

KATA PENGANTAR.................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................... 3

BAB I DEFINISI

A. Pengertian.................................................................................................. 4

B. Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB II RUANG LINGKUP

BAB III TATA LAKSANA

BAB IV DOKUMENTASI

Panduan Asuhan Pasien yang Seragam


3
BAB I
DEFINISI

A. Pengertian
Asuhan pasien yang seragam adalah asuhan yang menghormati dan
responsive terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien, serta
memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan bagi semua
keputusan klinis yang memadai, tidak bergantung atas kemampuan pasien
untuk membayar atau sumber pembiayaan. Pelayanan pasien merupakan
proses kegiatan pemberian asuhan yang di berikan kepada pasien
dilakukan oleh profesi pemberi asuhan (PPA). Setiap pemberi asuhan
kepada pasien perlakukan semua pasiennya sama dan seragam, tidak
membeda-bedakan atas dasar identitas, budaya, agama, ras, dsb. Pelayanan
pasien yag seragam berlaku pada semua instalasi dan unit pemberi
pelayanan kepada pasien.
Pelayanan pasien yang seragam adalah asuhan yang menghormati dan
responsive terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien, serta
memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan bagi semua
keputusan klinis. Penyediaan pelayanan yang paling sesuai di suatu rumah
sakit untuk mendukung dan merespon setiap kebutuhan pasien yang unik,
memerlukan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi. Ada beberapa
aktivitas tertentu yang bersifat dasar bagi pelayanan pasien. Untuk semua
disiplin yang memberikan pelayanan pasien, aktivitas ini termasuk :
1. Perencanaan dan pemberian asuhan kepada setiap/masing-masing
pasien;
2. Pemantauan pasien untuk mengetahui hasil asuhan pasien;
3. Modifikasi asuhan pasien bila perlu;

Panduan Asuhan Pasien yang Seragam


4
4. Penuntasan asuhan pasien; dan
5. Perencanaan tindak lanjut.
Banyak praktisi kesehatan yaitu dokter, perawat, apoteker, nutrisionis,
terapis rehabilitasi, dan praktisi pelayanan kesehatan lain melaksanakan
aktivitas tersebut. Masing-masing praktisi pelayanan kesehatan
mempunyai peran yang jelas dalam asuhan pasien. Peran tersebut
ditentukan oleh lisensi; kredensial; sertifikat; undang-undang dan
peraturan; ketrampilan (skill) khusus individu, pengetahuan, pengalaman,
juga kebijakan rumah sakit atau uraian tugas. Sebagian pelayanan bisa
dilaksanakan oleh pasien, keluarganya, atau pembantu pelaksana asuhan
lainnya yang terlatih. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan
pelayanan yang sama berhak mendapat kualitas asuhan yang sama di
rumah sakit.

B. Tujuan
1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Medirossa.
2. Penyediaan pelayanan untuk mendukung dan merespon setiap
kebutuhan pasien yang unik.
3. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien sama di seluruh Rumah
Sakit.

Panduan Asuhan Pasien yang Seragam


5
Panduan Asuhan Pasien yang Seragam 6
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pasien penerima asuhan.


B. Pelaksanaan asuhan pelayanan di unit dan instalasi.
C. Pemberi asuhan pelayanan.
D. Tarif pelayanan.

Panduan Asuhan Pasien yang Seragam 7


BAB III
TATA LAKSANA

A. Pelayanan Instalasi :
1. Tata cara asuhan rawat jalan :
a. Sebelum poliklinik dibuka, petugas menyiapkan formulir dan catatan
sebagai kelengkapan dokumen Rekam Medis (RM) yang akan digunakan.
b. Menerima dokumen dari Rekam Medis.
c. PPA memberikan asuhan yang sama untuk semua pasien tanpa membeda-
bedakan Agama, ras, budaya, suku, bangsa dan status social-ekonomi.
d. Mengontrol pembayaran jasa pelayanan rawat jalan yang dibawa pasien.
e. Memanggil pasien secara berurutan agar tidak terjadi antrian yang panjang
di ruang tunggu poliklinik yang bersangkutan.
f. Melakukan pemeriksaan dan terapi bila perlu melakukan tindakan serta
mencatat atau mengisi kedalam dokumen RM secara lengkap dan
ditandatangani.
g. Memberikan keterangan tentang penyakit kepada pasien dan diputuskan
perlu dirujuk atau tidak, dirawat inap atau tidak.
h. Apabila perlu dirawat inap, membuat surat perintah di rawat.
i. Apabila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, membuat surat
permintaan pemeriksaan penunjang.
j. Membuat pengantar pembayaran tindakan jasa rawat jalan diserahkan
kepada pasien untuk dibayarkan ke kasir.
k. Apabila diperlukan, membuat surat keterangan sakit/sehat dan surat
keterangan kematian.
l. Mencatat identitas pasien rawat jalan ke dalam buku register poliklinik
dengan nomor urut nomor RM kedalam ringkasan riwayat penyakit rawat
jalan.

B. Tata cara asuhan rawat inap :


1. Pasien menerima asuhan yang seragam dari semua PPA.
2. PPA memberikan asuhan yang sama untuk semua pasien tanpa membeda-
bedakan Agama, ras, budaya, suku, bangsa dan status social-ekonomi.
3. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus
mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan
penanganan segera.
4. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa
pengobatan yang diterima dimulai secara benar.
5. Penanganan para dokter dan perawat yang professional akan menimbulkan
kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit.
6. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit.
7. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional.
8. Lingkungan rumah sakit yang nyaman.

C. Pelayanan Gawat Darurat.


1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium
dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan sesuai
dengan jadwal praktek dokter.
2. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan
dengan sistem on call.
3. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
4. Seluruh staf Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika Rumah Sakit dan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu
sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3),
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

D. Skrining dan triase :


1. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien
dapat dilayani oleh Rumah Sakit.
2. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
3. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergency.

E. Identifikasi :
1. Setiap pasien yang masuk rawat inap harus dipasangkan gelang identitas
pasien.
2. Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfusi darah
atau produk darah lainnya, sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan laboratorium klinis, sebelum pemeriksaan radiologi, serta
sebelum dilakukan tindakan.

F. Transfer/ perpindahan di dalam rumah sakit


1. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan.

G. Transfer keluar rumah sakit / rujukan :


1. Stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk.
2. Rujukan ke rumah sakit atau sarana kesehatan ditujukan kepada unit atau
individu secara spesifik.
3. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan
berkelanjutan.
4. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan
serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
5. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima.
6. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
H. Penundaan pelayanan
1. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan
2. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan
3. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinis
mereka.

I. Pemulangan pasien
1. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
2. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
3. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
4. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
5. Resume berisi instruksi untuk tindak lanjut.
6. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.

J. Transportasi
1. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
2. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
3. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, dilengkapi dengan
peralatan yang memadai, perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan
kebutuhan pasien yang dibawa.

K. Hak pasien dan keluarga


1. Menghormati kebutuhan privasi pasien.
2. Melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan.
3. Melindungi pasien dari kekerasan fisik.
4. Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko,
mendapatkan perlindungan yang layak.
5. Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan didalam
maupun diluar rumah sakit.
6. Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu
proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih,
dalam bahasa yang dipahami pasien.
7. Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, sedasi, penggunaan
darah atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko
tinggi.

L. Penolakan pelayanan dan pengobatan


1. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak
melanjutkan pengobatan.
2. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan
keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
3. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang Menghormati keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan
pengobatan bantuan hidup dasar ( Do Not Resuscitate )
a. Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak
pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan
bantuan hidup dasar.
b. Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat,
serta persyaratan hukum dan peraturan.

M. Pelayanan pasien tahap terminal


1. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan
kasih sayang pada akhir kehidupannya
2. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua
aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan
3. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya
yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen
nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama dan budaya
pasien dan keluarganya serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.

N. Asesmen pasien
1. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku.
2. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial
dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
3. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan
yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen
4. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap
atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
5. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
6. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau
sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30
hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah
diulangi.
7. Untuk asesmen yang berumur kurang dari 30 hari, apabila ada perubahan
kondisi pasien yang signifikan, maka perubahan dicatat dalam rekam medis
pasien pada saat masuk rawat inap.
8. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien
(discharge planning)
9. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan
untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
10. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
O. Manajemen obat
1. Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan dengan kebijakan
khusus.
2. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang
jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restricted access)

P. Manajemen nutrisi
1. Pasien di skrining untuk status gizi.
2. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
3. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi
dan pembusukan.
4. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
5. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.

Q. Manajemen nyeri
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyeri.
2. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
3. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
4. Komunikasi dengan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri
dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-
masing.

R. Surgical Safety Checklist


1. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda.
2. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-
lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur “sebelum insisi / time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur
/ tindakan pembedahan.

S. Hand hygiene
1. Mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan
dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Menerapkan program hand hygiene yang efektif.

T. Risiko jatuh
1. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.

U. Komunikasi efektif
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
2. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
4. Untuk di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Kamar Bedah, Instalasi Kamar
Bersalin, Instalasi Perinatal dan Instalasi Intensiv Care perintah yang di
informasikan di tulis dengan menggunakan stempel SBAR dan TULBAKON
di lembar CPPT dan di validasi dengan cara memberikan paraf oleh pemberi
perintah ( DPJP atau dokter) minimal 1x24 jam.

V. Manajemen di Instalasi
1. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
3. Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
4. Setiap bulan Instalasi wajib membuat laporan.

W. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RS


1. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kaliberasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua peralatan tetap dalam
kondisi yang baik.
2. Perbaikan peralatan dilaksanakan dengan memperhatikan kontinuitas
pelayanan RS terutama pada pelayanan yang menyangkut emergency dan
bantuan hidup.
3. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Survey kepuasan pelanggan.


B. Formulir pengaduan pelanggan.
C. SPO asuhan pasien yang seragam.

Anda mungkin juga menyukai