Epinita Pardi
03291711053
UNIVERSITAS KHAIRUN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Masalah
Tumbuhan obat merupakan semua jenis tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan obat
tradisonal yang bahan aktifnya dapat dipergunakan sebagai bahan obat sintetik baik secara
tunggal maupun campuran yang dianggap dan dipercaya dapat menyembuhkan suatu
penyakit dan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan. Pemanfaatan tumbuhan
sebagai bahan ramuan obat tradisional terbentuk melalui sosialisasi yang secara turun
temurun dapat dipercaya dan diyakini kebenarannya.
Tanaman obat dapat berkhasiat menyembuhkan beberapa penyakit karena memiliki
kandungan kimia di dalamnya. Ilmu kimia yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman
atau hewan yang berkhasiat obat adalah farmakognosi. Tanaman obat dapat di konsumsi
langsung atau diolah menjadi produk obat herbal. Tanaman obat yang digunakan langsung
tanpa di olah terlebih dahulu atau hanya di keringkan disebut simplisia. Pengolahan tanaman
menjadi simplisia ini biasanya di peruntukan sebagai bahan dasar pembuatan obat. Seluruh
bagian tanaman yang berkhasiat obat dapat di olah menjadi simplisia. Simplisia dari
tumbuhan yaitu simplisia nabati. Simplisia ini penting dibuat karena menjadi bahan baku
pembuatan obat khsususnya pembuatan obat herbal.
Indonesia kaya akan budaya dan kearifan local masyarakat setiap daerah di Indonesia
memiliki kearifan local yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh tantangan alam dan
kebutuhan hidup yang berbeda-beda, sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan
maupun social.
Kearifan local dapat diartikan sebagai pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat local
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. (Fajriani, 2014)
Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai
salah satu upaya dalam penanggulan masalah kesehatan jauh sebelum pelayanan kesehatan
formal dengan obat-obatan sintetik. Pengetahuan dan kearifan local yang dimiliki secara
turun temurun dari leluhurnya, masyarakat memanfaatkan tumbuhan untuk meredahkan
gejala hingga menyembuhkan beragam penyakit yang diderita. Ada yang langsung
dimanfaatkan dan ada juga yang harus diracik dengan tumbuhan obat lainnya. Bahan-bahan
yang dijadikan ramuan dapat diambil dari bagian akar, daun, bunga, buah maupun kayu
(Suparni & Wulandari, 2012).
Indonesia pada umumnya mempunyai adat istiadat dan budaya yang sangat beragam.
Berbeda lokasi dari suatu masyarakat akan berbeda pula jenis tumbuhan obat yang
dimanfaatkan meskipun pada suku yang sama seperti sumber lokasi didapatnya tumbuhan
obat, status budidaya tumbuhan, bagian yang digunakan sebagai obat serta cara pemanfaatan
tumbuhan obat tersebut. Hal ini ada kaitannya dengan ketersediaan jenis tumbuhan obat di
alam serta pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Pengetahuan local dalam
pemanfaatan tumbuhan/bahan alami untuk pengobatan pada umumnya dimiliki masyarakat
yang terutama berada disekitar kelurahannya. Masyarakat pada umumnya memilih
menggunakan obat tradisional dengan memanfaatkan alam sekitarnnya dibandingkan obat
modern. Oleh karena itu, perlu adanya identifikasi bagian-bagian tumbuhan obat secara
khusus yang digunakan pada umumnya oleh masyarakat setempat. Salah satu daerah yang
masih menjaga tradisi leluhur dan memiliki potensi pengetahuan yang besar tentang
tumbuhan obat dan kearifan local adalah Kota Tidore Kepulauan, Kelurahan Sirongo
Folaraha Sehingga sangat menarik dilakukan sebuah penelitian.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Banyaknya siswa yang memiliki minat rendah dalam mempelajari ilmu kimia
mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar
2. Sumber belajar siswa yang digunakan masih sedikit mengintergrasikan etnokimia dalam
pembelajaran kimia
3. Maasyarakat tidak mengetahui bahwa pada setiap tanaman yang digunakan sebagai obat
terkandung bahan kimia yang memiliki manfaat dan dapat membantu proses pengobatan
4. Pembelajaran kimia yang kurang mengaitkan dengan keseharian siswa mengakibatkan
siswa mengalami kesulitan belajar dan pembelajaran kimia kurang bermakna