Anda di halaman 1dari 29

FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

“NOLLA J. PENDER”
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang di
ampuh oleh Ns. Ika Wulansari, M.Kep, Sp.Kep, Mat)

OLEH
KELOMPOK 9

ISBAT
FATAN AMAY

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan inayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini untuk memenuhi tugas “Falsafah dan Teori Keperawatan” tentang
“Chronic Sorrow” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, November 2019

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................ 3
2.1 Sejarah Nolla J. Pender...................................................... 3
2.2 Promosi Kesehatan............................................................. 4
2.3 Paradigma Keperawatan.................................................... 5
2.4 Model Promosi Kesehatan Nolla J. Pender........................ 9
2.5 Penjelasan Model HPM Pender......................................... 14
BAB 3 PENUTUP.................................................................................. 24
3.1 Simpulan............................................................................ 24
3.2 Saran................................................................................... 24

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori keperawatan adalah sebagai usaha menguraikan dan menjelaskan
berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan
atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Model konseptual keperawatan
merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang
melibatkan perawat di dalamnya.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari
pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Salah satu tujuan
pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri masalah kesehatan sederhana
terutama melalui upaya peningkatan, pencegahan dan penyembuhan. Hal ini
sesuai dengan prilaku masyarakat yang di harapkan dalam Indonesia Sehat
yaitu: bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi dari ancaman penyakit
serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Tujuan itu akan dicapai antara lain melalui peningkatan dan
pemantapan upaya kesehatan. Hidup sehat merupakan kebutuhan dan tuntutan
yang semakin meningkat,walaupun pada kenyataannya derajat kesehatan
masyarakat Indonesia masih belum sesuai dengan harapan. Sementara itu
pemerintah telah mencanangkan Indonesia Sehat, yang merupakan paradigma
baruyaitu paradigma sehat, yang salah satunya menekankan pendekatan
promotif dan preventif dalam mengatasi permasalahan kesehatan di
masyarakat.Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan
kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pada pelayanan diagnosis
dan pengobatan keparadigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit
dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan. Perubahan

1
paradigma ini menempatkan perawat pada posisi kunci dalam peran dan
fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan yang lain
dilakukan oleh perawat.
Perubahan paradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah
promotif dan preventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Nolla. J
Pender dengan menghasilkan sebuah karya fenomenal tentang “Health
Promotion Model “atau model promosi kesehatan. Model ini menggabungkan
2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif sosial
(social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori yang memandang
pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu yang hal
logis dan ekonomis (Alligood, 2014). Makalah ini akan mencoba membahas
tentang model promosi kesehatan dari Nolla J. Pender serta komponen
paradigma keperawatan tentang model promosi kesehatan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Memperoleh gambaran Nursing Theories dari Model Promosi
Kesehatan dari Nolla J. Pender dalam lingkup pelayanan keperawatan.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Sejarah Nolla J. Pender
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Model Promosi Kesehatan
Nolla J. Pender.
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Model Promosi Kesehatan
Nolla J. Pender dalam lingkup komponen paradigma

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Nolla J. Pender


Teori model konseptual Nolla J. Pender dilatar belakangi oleh adanya
suatu bentuk pergeseran paradigma, dimana pergeseran paradigma ini terjadi
dalam suatu bentuk pemberian pelayanan kesehatan yang menitikberatkan
pada paradigma kesehatan dan keperawatan yang lebih holistik dalam
memandang sebuah penyakit dan berbagai gejala penyebabnya, bukan
sebagai fokus pelayanan kesehatan saja. Pada perubahan paradigma inilah
yang menjadikan perawat sebagai posisi kunci dalam berbagai peran dan
fungsinya dalam melakukan pelayanan kesehatan. Hampir semua lapisan
dibidang pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan promosi dan
preventif (pencegahan) kesehatan dilakukan oleh para perawat. Oleh karena
adanya promosi dan preventif kesehatan yang cenderung dilakukan dan
diupayakan oleh perawat inilah lahir sebuah teori dan model konseptual dari
Nolla J. Pender yang berjudul “Health Promotion Model“ atau model promosi
kesehatan.
Nolla J. Pender lahirpada tanggal 16 Agustus 1941 di Lansing,
Michigan. Ketertarikan pada keperawatan bermula dari Nolla J. Pender berusia
7 tahun, pada saat mengamati para perawat yang sedang memberi asuhan
keperawatan pada bibinya di rumah sakit. Keinginannya untuk memberikan
perawatan kepada orang lain dikembangkan melalui pengalaman dan
pendidikan yang ia yakini sebagai profesi yang menolong orang lain.
Pada tahun 1962 meraih gelar diploma keperawatan dan selanjutnya
diterima bekerja di unit bedah RS Michigan. Tahun 1964, meraih gelar BSN di
Universitas State Michigan di East Lansing, dan gelar MA pada bidang
pertumbuhan dan perkembangan di Universitas Michigan di raih pada tahun
1965. Gelar Ph.D di bidang psikolog dan pendidikan diraih tahun 1969 dari
Universitas North Western di Evanston. Illinois.

3
Pernihakannya dengan Albert Pender seorang asisten professor di
bidang bisnis dan ekonomi memberikan inspirasi menghasilkan sebuah tulisan
tentang keperawatan dalam perspektif ekonomi. Tahun 1975, Dr. Pender
mempublikasikan model konseptual kesehatan preventif. Dasar studinya adalah
bagaimana individu membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka
sendiri dalam konteks keperawatan. Artikel tersebut mengidentifikasi faktor-
faktor yang ditemukan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang
diperlukan individu dalam pencegahan penyakit. Pada tahun 1982, edisi
pertama promosi kesehatan dalam praktek keperawatan dipublikasikan dengan
konsep promosi optimal tentang kesehatan dan perlunya pencegahan penyakit.
Model promosi kesehatan pertama kali diterbitkan tahun 1987 dan mengalami
revisi tahun 1996.

2.2 Promosi Kesehatan


Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup
yang lebih sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan,
memperkuat tindakan masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan
kesehatan dan membangun kebijakan public yang sehat.Kesehatan individu dan
keluarga ditandai dengan efektifnya dalam komunitas, lingkungan dan
masyarakat dimana mereka perlu hidup. Perawat mengerti dan memikirkan
usaha peningkatan derajat kesehatan. Dan telah menetapkan skema untuk
upaya peningkatan derajat kesehatan:
1. Kesehatan individu
Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri.
Peningkatan derajat kesehatan individu itu pada tingkat membuat keputusan
pribadi dan praktek. Setiap derajat peningkatan harus mempertimbangkan
dalam formulasi kesehatan nasional melalui usaha peningkatan derajat
kesehatan.
2. Kesehatan keluarga
Keluarga berperan dalam perkembangan dan kepercayaan kesehatan
dan tindakan kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah karakter
yang berbeda, nilai, peran, dan kekuatan struktur. Gaya orang tua dan

4
lingkungan keluarga dapat memberikan kesehatan atau sebaliknya. Lebih
banyak perhatian harus diberikan kepada perkembangaan strategi untuk
meningkatkan derajat kesehatan keluarga.
3. Kesehatan komunitas
Berdasarkan pendapat dune, kesehatan kelompok yang baik
perilaku mampu memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.
4. Kesehatan lingkungan.
Tingkat dari kesehatan lingkungan yang baik berefek luaske
individu, keluarga, dan komunitas dapat sampai kepotensi optima lmereka.
Kesehatan lingkungan yang baik adalah manifestasi dalam keharmonisan
dan keseimbangan diantara dua manusia disekeliling mereka.
5. Kesehatan masyarakat.
Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat
mempunyai standar hidup menemukan kebutuhan dasar manusia dan
mengajak dalam beraktifitas yang cepat kepotensi mereka. Sebuah
masyarakat yang baik adalah anggota masyarakat yang mau membantu dan
bertanggungung jawab untuk kesehatan.

2.3 Paradigma Keperawatan


Paradigma keperawatan menggabungkan konsep orang, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan (Alligood 2014). Konsep-konsep ini secara
independen signifikan, namun interlaced untuk membentuk sebuah model
dari disiplin keperawatan. Mengingat interpretasi yang unik dari setiap
konsep, pemanfaatan teori keperawatan tertentu bergantung pada pandangan
dunia.
Konsep manusia adalah multidimensi dan menggabungkan sosial
ekonomi, budaya, biologis, dan psikologis varians. Pengalaman hidup
membentuk kemampuan seseorang untuk mengatasi tantangan serta
kemampuan mereka untuk meramalkan konsekuensi dari perilaku ini. Setiap
orang memiliki pandangan yang unik dari dunia karena nuansa luar biasa
yang telah dibuat, kepribadian dan persepsi mereka.

5
Hubungan antara orang dan lingkungan mereka dapat memiliki
pengaruh yang signifikan pada kesehatan mereka. Akses ke makanan bergizi,
paparan bahaya kesehatan, dan perilaku pribadi berisiko adalah pengamatan
dilihat dalam pengaturan klinis. Dampak yang kurang mudah terlihat
termasuk situasi hidup, norma-norma budaya/masyarakat, dan sistem
dukungan sosial.
Konsep kesehatan dianggap sebagai keadaan pikiran yang mungkin
ada meskipun kehadiran penyakit kronis atau penyakit. Kesehatan diukur
pada kontinum di mana periode penyakit dapat menggoyahkan kemampuan
seseorang untuk mempertahankan homeostasis. Oleh karena itu, di saat krisis,
penekanan ditempatkan pada proses penyakit. Namun, status kesehatan
seseorang dapat meningkat selama krisis sebagai perilaku mereka berubah,
menciptakan perbaikan ditandai dalam perasaan mereka secara keseluruhan
kesejahteraan. Defisit perawatan kesehatan baik dapat diperburuk atau
dibantu oleh unsur-unsur dari komponen lainnya.
Perawat memainkan peran penting dalam memfasilitasi kemampuan
pasien untuk mengenali dan mencapai keseimbangan dalam hidup. Untuk
mendukung klien dalam usaha ini perawat harus mengidentifikasi apa yang
berharga untuk klien dalam jangka pendek sambil membantu klien dalam
mengembangkan tujuan jangka panjang. Memberdayakan klien dengan
pengetahuan dan memberikan intervensi perawat khusus melibatkan
kolaborasi dan introspeksi.
Nolla J. Pender pada tahun 1982 dalam upaya untuk menjelaskan
bagaimana orang melihat kesehatan mereka dan bagaimana latar belakang
dan kekuatan lingkungan tindakan pribadi langsung; akhirnya, fungsinya
adalah untuk memprediksi potensi perilaku kesehatan yang positif untuk
kelompok individu atau (Sakraida 2014). Promosi kesehatan di mana-mana
dalam keperawatan. Oleh karena itu, model ini dapat diterapkan dalam arti
luas. Namun, hal itu dapat diterapkan pada tingkat individu sedangkan
akuntansi untuk pengalaman sosial budaya yang unik untuk menjelaskan
fenomena perilaku mempromosikan kesehatan (Kearney-Nunnery, 2008).
Pender merevisi model ini terakhir pada tahun 2006 untuk lebih

6
meningkatkan kegunaannya dalam mengembangkan intervensi keperawatan
dalam mempromosikan kesehatan (McCullagh, 2013). Revisi menekankan
peran bahwa harapan memiliki dalam memprediksi kemanjuran intervensi
keperawatan dan meningkatkan status kesehatan klien (Ho, Berggren &
Dahlborg-Lyckhage, 2010).
HPM membagi proposisi utama dalam tiga kategori utama:
karakteristik individu dan pengalaman, kognisi perilaku spesifik dan
mempengaruhi, dan hasil perilaku (Kazer & Fitzpatrick, 2012). Penentu
utama lebih dikategorikan dalam proposisi ini untuk memprediksi perilaku
mempromosikan kesehatan. Kognisi perilaku spesifik diidentifikasi sebagai
manfaat yang dirasakan tindakan,hambatan untuk bertindak,self-efficacy,
aktivitas terkait mempengaruhi, pengaruh interpersonal, dan pengaruh
situasional (Sakraida 2014). Komitmen seseorang untuk sebuah rencana
tindakan, serta tuntutan dan preferensi bersaing selanjutnya diukur untuk
memprediksi hasil (McCullagh, 2013).
McCullagh (2013) menegaskan bahwa inti dari HPM didasarkan pada
teori-teori perilaku manusia, yang menganalisis dinamika motivasi pribadi;
yang paling berpengaruh adalah teori sosial-kognitif (SCT) dan teori
kepentingan (EVT). Hambatan tindakan yang bisa dikembangkan untuk
tindakan keperawatan tetapi sangat tergantung pada kesiapan untuk bertindak
oleh pasien (Stark, Chase, & DeYoung, 2010). Apakah aktual atau yang
dirasakan, hambatan untuk tindakan mungkin termasuk "waktu,
ketidaknyamanan, kesulitan perilaku,serta biaya personal" (Stark et al., 2010).
tuntutan attentional seperti kemampuan untuk multitask dan
memprosesinformasi baru, serta tuntutan afektif, yang mencakup reaksi
emosional terhadap stres, kesepian, dan kerugian harus dipertimbangkan
karena dapat membatasi perilaku promosi kesehatan, terutama pada populasi
lanjut usia (Stark et al., 2010). Menurut McGuire & Anderson, hambatan
yang dirasakan diidentifikasi sebagai faktor yang paling dominan yang
mempengaruhi perilaku promosi kesehatan.
Asumsi utama dari teori ini fokus pada unsur-unsur paradigma yang
Pender gambarkan yakni:

7
1. Manusia
Manusia sebagai makhluk holistik yang berusaha untuk
mewujudkan sebuah negara yang optimal dari aktualisasi diri dengan
menggunakan atribut bawaan dan eksistensial untuk beradaptasi dengan
lingkungan dan mencapai keseimbangan (Sakraida 2014). Isyarat ini
sementara membimbing seseorang menuju negara yang sejahterasepanjang
kontinum melalui jalur yang paling resistensi. Meskipun manusia tersebut
dipandang sebagai diri regulator independen, penyedia layanan kesehatan
berpengaruh dalam memprovokasi perubahan gaya hidup dengan peran-
pemodelan dan memberikan wawasan (Sakraida 2014).HPM ini didorong
oleh persepsi klien keberhasilan; apakah perilaku akan menghasilkan hasil
yang diinginkan tergantung pada upaya yang dilakukan dan tingkat
kesulitan.
Manusia dalam model promosi kesehatan mengacu pada individu
yang merupakan fokus utama dari modelpender ini, setiap orang memiliki
karakteristik pribadi yang unik dan pengalaman yang mempengaruhi
tindakan selanjutnya. Diakui bahwa individu belajar perilaku kesehatan
dari keluarga dan comunity, sehingga model mencakup komponen untuk
penilaian dan intervensi pada keluarga dan comunity tingkat serta pada
tingkat individu.
Konsep Pender tentang manusia tersebut adalah jumlah dari
pengalaman dan kategori atribut pribadi termasuk biologis, psikologis, dan
pengaruh sosial budaya (Sakraida 2014). Lebih khusus, Pender mencari
pandangan yang paling komprehensif dan optimis manusia dan
mendefinisikan status kesehatan sebagai keadaan halus keseimbangan
antara masing-masing orang dan atau lingkungannya (McCullagh, 2013).
Orang berusaha untuk pertumbuhan dan kemampuan beradaptasi dalam
lingkungan hisor nya.
2. Lingkungan

8
Lingkungan dalam teori Pender ini didefinisikan sebagai
pengaruh interpersonal dan situasional, bukan kekuatan statis.
Lingkungan mengacu pada keadaan fisik, interpersonal, dan ekonomi di
mana orang hidup. Kualitas lingkungan tergantung pada tidak adanya zat
beracun, ketersediaan makanan dan sebagainya.
3. Sehat
Model Pender ini memandang kesehatan sebagai keadaan makhluk
yang bervariasi dalam tingkat sepanjang kontinum, yang dipengaruhi oleh
pengubah internal dan eksternal. "Pender mendefinisikan kesehatan
sebagai aktualisasi potensi manusia yang melekat dan diperoleh melalui
perilaku yang diarahkan pada tujuan, perawatan diri yang kompeten, dan
hubungan yang memuaskan dengan orang lainuntuk menjaga integritas
struktural dan harmoni "(McCullagh, 2013).
4. Perawat
Dalam model Pender ini perawat memainkan peran utama dalam
memberikan informasi yang lengkap dan akurat kepada klien untuk
mempromosikan self-efficacy, yang dibuat lebih efektif bila kepercayaan
praktisi dirasakan dalam keterampilan nya sendiri/pengetahuan yang luas.
Tujuan utama dari perawat adalah untuk membantu orang dan bisa
merawat diri sendiri.

2.4 Model Promosi Kesehatan Menurut Nolla J. Pender


1. Pengertian Teori Model Promosi Kesehatan (Health Promotion Model/HPM)
Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi
manusia dengan lingkungan fisik dan interpesonalnya dalam berbagai dimensi.
Model ini mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-value) dan teori
kognitif sosial (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia
dilihat sebagai fungsi yang holistik. Bagan RPM dapat dilihat sebagai
berikut:

9
Model Promosi Kesehatan Nola J, Pender

Faktor persepi kognitif Factor modifikasi Partisipasi dlm perilaku peningkatan kesehat

Persepsi control kesehatan Karakteristik demografi

Menetapkan perilaku promosi kesehatan


Persepsi efektifitas diri
Karakteristik biologi

Definisi kesehatan Syarat untuk bertindak


interpersonal

Persepsi status kesehatan


Factor situasi

Persepsi manfaat perilaku promosi kesehatan

Persepsi hambatan terhadap perilaku promosi kesehatan

Model Promosi Kesehatan Nola J, Pender

Sumber : Tommey dan Alliod, 2006. Nursing Theorist and Their Work
Philadelphia,. Mosby

2. Komponen Teori Model Promosi Kesehatan


Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai beriku .
a. Teori Nilai Harapan (Etpectancy-Value Theory)

10
Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional
dan ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya akan
tetap digunakan dalamdirinya, ada 2 hal pokok yaitu :
1) Hasil tindakan bernilai positif
2) Pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang
diinginkan.

b. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)


Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan
perilaku yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada:
1) Pengarahan diri (self direction)
2) Pengaturan diri (self regulation)
3) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy).
Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan
dasar:
1) Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai
petunjuk untuk tindakan yang akan datang.
2) Pikiran ke depan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul
dan merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu
3) Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan untuk
generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu
melakukantrial dan error
4) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi
diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan
eksternal untuk menciptakan motivasi dalam bertindak.
5) Refleksi diri, berpikir tentang proses pikir seseorang dan secara
aktif memodifikasinya.
Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi
dan refleksi diri. Kepercayaan diri terdiri dari :
1) Pengenal diri (self atribut)
2) Evaluasi diri (self evaluation)
3) Kemajuan diri (self efficacy).

11
Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu yang berkembang melalui pengalaman,
belajar dari pengalaman yang lain persuasi verbal dan respons
badaniah terhadap situasi tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari
kemampuan (capability) yang berlebihan yang membentuk kompetensi dan
kepercayaan diri. Kemajuanadalah konstruksi sentral dari HPM.

3. Asumsi dari Model Promosi Kesehatan


a. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar tetap hidup di mana
mereka dapat mengekspresikan keunikannya.
b. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran
dirinya, termasuk penilaian terhadap kemampuannya.
c. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan
mencoba mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas.
d. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.
e. Individu merupakan makhluk bio-psiko-sosial yang
kompleks, berinteraksi dengan lingkungannya secara terus menerus,
menjelmakan lingkungan yang diubah secara terus menerus.
f. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan
interpersonal yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang
hidupnya.
g. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah
penting untuk perubahan perilaku.
4. Proposisi Model Promosi Kesehatan
a. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi
kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.
b. Manusia melakukan perubahan perilaku di mana mereka
mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
c. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan
melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku
nyata.

12
d. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk
melakukan tindakan dan perbuatan dari perilaku.
e. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan
pada perilaku kesehatan spesifik.
f. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik
dapat menambah hasil positif.
g. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan
perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
h. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model
perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat
mendukung perilaku yang sudah ada.
i. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber
interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau
mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
j. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau
mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi
kesehatan.
k. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama.
l. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukkan
perilaku yang diharapkan ketika seseorang mempunyai kontrol yang
sedikit dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
m. Komitmen pada rencana  kegiatan kurang menunjukkan  perilaku
yang diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga
lebih suka pada perilaku yang diharapkan.
n. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal
dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.

13
2.5 Penjelasan Model HPM Pender

Kerangka Konseptual Model Promosi Kesehatan


Hasil Perilaku
Sifat2 & Pengalaman Individu Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap

Keuntungan2 dari tindakan yang dirasakan

Kebutuhan bersaing segera (control rendah) & Pilihan2 (Kontrol


Hubungan dengan perilaku sebelumnya
Penghambat2 untuk bertindak yang dirasakan

Kemajuan diri
dirasakan
Tindakan yang terkait yang mempengaruhi
Faktor Pribadi; Komitment pd Rencana
MetodeTindakan
Perilaku Promosi Kesehatan
biologi,psikologis,
social budaya
Pengaruh hubungan interpersonal (klg, kelompok, provider), norma dukungan dan model

Pengaruh situasional; pilihan, sifat kebutuhan; estetika

14
Revisi Model Promosi Kesehatan (Pender, N.J, Murdaugh, C.L., & Parsons,
M.A(2002). Promosi kesehatan dalam praktik keperawatan dikutip dart Tomey &
Alligood (2006)hal 458.

A. Karakteristik dan pengalaman individu


1. Perilaku sebelumnya
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak
langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu:
a. Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku
promosi kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan
yang mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut
secara otomatis.
b. Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self
efficacy, manfaat, hambatan dan pengaruhi aktivitas yang muncul
dari perilaku tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku
baik sebelum saat itu ataupun setelah perilaku tersebut
dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai informasi
yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku
tersebut di kemudian waktu. Perawat dapat membantu pasien
membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan
dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu
pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan
perilaku tersebut dan meningkatkan level/kadar  efficacy dan
pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back
yang positif.
2. Faktor personal
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan
social budaya. Faktor–faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang
didapat dan dibentuk secara alami oleh target perilaku.
a. Faktor biologis personal 

15
Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status
pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, kekuatan,
kecerdasan atau keseimbangan.
b. Faktor psikologis personal 
Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri,
motivasi, kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat
c. Faktor social kultural 
Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi

B. Perilaku spesifik pengetahuan dan sikap (behaviour-spesific cognitionsand


affect)
1. Manfaat tindakan (perceived benefits of actions)
Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung
pada antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan.
Antisipasi manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi
perilaku positif berdasarkan teori expecting value.
2. Hambatan tindakan yang dirasakan (perceived barriers to actions)
Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam
penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu
perilaku yang nyata dan perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam
hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan, Hambatan-
hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan ini
terdiri atas: persepsi mengenai ketidaktersediaan, tidak menyenangkan,
biaya, kesulitan atau penggunaan waktu untuk tindakan-tindakan
khusus. Hambatan-hambatan ini sering dilihat sebagai suatu blocks,
rintangan dan personal cost dari perilaku yang diberikan.
Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan
perilaku-perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok atau makan
makanan tinggi lemak untuk mengadopsi perilaku/gayahidup yang
lebih sehat juga dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya
membangunkan motivasi untuk menghindari perilaku-perilaku yang

16
diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi
maka tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak
tinggi dan harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan
lebih besar. Barier tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM
mempengaruhi promosi kesehatan secara langsung dengan bertindak
sebagai locks terhadap tindakan seperti penurunan komitmen untuk
merencanakan tindakan.
3. Kemajuan diri (perceived self efficacy)
Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura
adalah judgment/keputusan dari kapabilitas seseorang untuk
mengorganisasi dan menjalankan tindakan secara nyata. Judgment dari
personal efficacy dibedakan dari harapan yang ada dalam tujuan.
Perceived self efficacy adalah judgment dari kemampuan untuk
menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya atau
harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi (contohnya
benefit dan cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari
ketrampilan dan kompetensi dalam domain motivasi individu
untuk melibatkan perilaku-perilaku yang mereka lalui. Perasaan
efficacy dan keterampilan dalam performance seseorang sepertinya
mendorong untuk melibatkan/ menjalankan perilaku yang lebih banyak
daripada perasaan ceroboh dan tidak terampil.
Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4
tipe informasi :
a. Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara
nyata dan evaluasi performance yang berhubungan
dengan beberapa standar pribadi atau umpan balik yang diberikan
b. Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performan-ce orang
lain dan hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik
dan orang lain.
c. Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan tindakan tertentu.

17
d. Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana
seseorang menyatakan kemampuannya
Dalam HPM,  self efficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh
aktivity related affect. Semakin positif  affeck, semakin besar persepsi
eficacynya, sebaliknya self eficacy mempengaruhi hambatan tindakan,
dimana efficacy yang tinggi akan mengurangi persepsi terhadap
hambatan untuk melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self efficacy
memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung dengan
harapan efficacy dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi
hambatan dan komitmen dalam melaksanakan rencana tindakan.

1) Activity-related affect (sikap yang berhubungan dengan aktivitas)


Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah
suatu perilaku, didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri.
Respon afektif ini dapat ringan, sedang atau kuat dan secara sadar
di nanti, disimpan didalam memori dan dihubungkan dengan
pikiran-pikiran perilaku selanjutnya. Respon-respon afektif
terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen yaitu : emosional
yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-related),
menindak diri sendiri (self-related), atau lingkungan dimana
tindakan itu terjadi (context-related).
Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan
mempengaruhi apakah individu akan mengulang perilaku itu lagi
atau mempertahankan perilaku lamanya. Perasaan yang tergantung
pada perilaku ini telah diteliti sebagai determinan perilaku
kesehatan pada penelitian terakhir. Perilaku yang berhubungan
dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negatif
kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa menimbulkan
perasaan positif dan negatif. Dengan demikian, keseimbangan di
antara afek  positif dan negative sebelum, saat dan setelah perilaku
tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui. 

18
Activity-related affect ini berbeda dari dimensi evaluasi
terhadap sikap yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen.
Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi
afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada respon
terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa
perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan
positif harus diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara
akurat. Dalam beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan
negatif diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif. Hal
ini tidak rnengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi
telah diteliti lebih banyak dibandingkan perasaan senang, gembira
dan tenang.  Berdasarkan teori kognitif social, terdapat hubungan
antara  self-efficacy dan activity related  affect.
McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek
positif saat latihan merupakan predictor yang penting terhadap
efficacy setelah latihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura
bahwa respon emosional dan pengaruhnya terhadap keadaan
psikologis saat melakukan suatu perilaku berperan sebagai sumber
informasi efficacy. Dengan demikian, activity-related
Affect dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung
maupun tidak langsung melalui  self-efficacy dan komitmen
terhadap rencana tindakan.
2) Interpersonal Influences
Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran
mengenai perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang
lain. Kesadaran ini bisa atau tidak  bisa sesuai dengan kenyataan.
Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku promosi
kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman,
dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal meliputi:
norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial
(dorongan instrumental dan emosional) dan modeling
(pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang).

19
Tiga proses interpersonal ini pada sejumlah penelitian kesehatan
tampak mempredisposisi seseorang untuk melaksanakan perilaku
promosi kesehatan. Norma sosial mernbentuk standar pelaksanaan
yang dapat dipakai atau ditolak oleh individu. Dukungan sosial
untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber dukungan yang
diberikan oleh orang lain. Modeling menggambarkan komponen
berikutnya dari perilaku kesehatan dan merupakan strategi yang
penting bagi perubahan perilaku dalam teori kognitif sosial.
Pengaruh interpersonal mernpengaruhi perilaku promosi kesehatan
secara langsung maupun tidak langsung melalui tekanan social atau
dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan.
Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap
harapan, contoh pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang
cukup untuk berperilaku dalam cara yang konsisten dengan
pengaruh interpersonal, individu mungkin akan
melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan pujian.
3) Situational influences (pengaruh situasional)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi
atau keadaan dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku.
Pengaruh situasi pada perilaku promosi kesehatan meliputi
persepsi terhadap pilihan yang ada, kharakteristik permintaan, dan
ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan dimana perilaku tersebut
dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten dalam perilakunya
di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa lebih
cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan
yang berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman
dan meyakinkan dari pada lingkungan yang tidak aman dan
mengancarn. Lingkungan yang menarik  juga lebih diinginkan
untuk melaksanakan perilaku kesehatan.
Dalam HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan
sebagai pengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku
kesehatan. Situasi dapat secara langsung mempengaruhi perilaku

20
dengan menyediakan suatu lingkungan yang diisi dengan petunjuk-
petunjuk yang akan menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau
lingkungan yang di tulis dilarang merokok akan menciptakan
karakteristik perilaku tidak merokok dilingkungan tersebut seperti
yang diminta. Kedua situasi ini mendukung komitmen untuk
tindakan kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan sedikit
perhatian pada penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih
lanjut sebagai determinan yang secara potensial penting bagi
perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci penting
dalam mengembangkan strategi baru yang lebih efektif untuk
memfasilitasi penerimaan dan pemeliharaan perilaku kesehatan.
C. Hasil perilaku
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan
awal dari suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong
individu ke arah perilaku yang di harapkan.
1. Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA).
Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari
pada tidak. Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan
kemauan berperilaku. Tanggung jawab dalam merencanakan
tindakan pada HPM yang telah direvisi menunjukkan pokok yang
mendasari proses kognitif:
2. Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu
dan tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau
secara sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi
3. Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk
mendapatkan, membawa dan memperkuat perilaku
4. Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada
tempat yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya
merupakan kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahwa
perencanaan tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan
klien akan sukses di implementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa

21
strategi-strategi dari teman sejawat sering mengahasilkan tujuan yang
baik, namun gagal membentuk suatu nilai perilaku kesehatan
5. Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan
Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan
merujuk pada alternatif perilaku yang memaksakan kedalam
kebingungan sebagai bagian dari yang mungkin terjadi sebelumnya
dan segera diharapkan menjadi perilaku promosi kesehatan yang
direncanakan. Kebutuhan berkompetisi dipandang sebagai perilaku
alternatif dimana individu relatif memiliki level kontrol yang rendah
karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti bekerja atau
tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon terhadap
suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan untuk
diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi
dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang
bersifat lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol
yang tinggi. Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan
dan setuju menjadi perilaku kompetisi.
Tingkat dimana individu mampu melawan pilihan kompetensi
tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh dari
“memberi” pilihan kompetisi adalah memilih makanan tinggi lemak
dari pada rendah lemak karena rasa atau selera pilihan, mengemudi
dengan melewati pusat rekreasi, selalu berlatih berhenti di mall (suatu
pilihan untuk melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga). Kedua
kebutuhan kompetisi dan pilihan dapat menggelincirkan suatu rencana
tindakan yang salah satunya telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi
dapat berbeda dari rintangan yang harus dibawa oleh individu dan
perilaku yang tidak diantisipasi berdasarkan pada kebutuhan eksternal
atau hasil yang tidak baik/menghitungkan dapat terjadi. Pilihan
kompetisi  dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan waktu,
karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada
hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan
kesehatan yang positif. 

22
Ada terdapat bermacam kemampuan individu untuk
mendukung perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu
dapat mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih
mudah dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan
pilihan kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri.
Komitmen  yang kuat dapat mendukung pengabdian untuk
melengkapai suatu perilaku mengingat kebutuhan akan kornpetisi atau
pilihan. Didalarn HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera
dan pilihan secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya
perilaku kesehatan.

6. Perilaku promosi kesehatan


Variable pada model ini telah ditujukan secara ekstensif
melalui buku sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih
jauh. Perilaku promosi kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan
pada HPM. Bagaimanapun harus dicatat bahwa perilaku promosi
kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk mencapai
kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan,
khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi
semua aspek kehidupan, menghasilkan pengalarnan kesehatan yang
positif disepanjang proses kehidupan

23
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan perubahan paradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah
promotif dan preventif Nolla. J Pender telah menghasilkan sebuah karya
fenomenal tentang “Health Promotion Model” atau model promosi kesehatan.
Dimana model tersebut menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan
(expectancy value) dan teori kognitif social (social cognitive theory) yang
konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit adalah suatu hal yang logis dan ekonomis.
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup yang
lebih sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat
tindakan masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan dan
membangun kebijakan public yang sehat.Kesehatan individu dan keluarga
ditandai dengan efektifnya dalam komunitas, linkungan dan masyarakat dimana
mereka perlu hidup.
Model Promosi Kesehatan Nolla J. Pender adalah suatu cara untuk
menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpesonalnya
dalam berbagai dimensi. Model ini mengintegrasikan teori nilai harapan

24
(Expectancy-value) dan teori kognitif sosial (Social Cognitive Theory) dalam
perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi yang holistik.

3.2 Saran
1. Perawat
Sebagai pelaku kesehatan dan penyuluh kesehatan diharapkan dapat
memberikan contoh dalam melakukan perubahan perikaku sehat untuk diri
sendiri, keluarga, dan masyarakat. Dalam Promosi Kesehtan sangat
diperlukan peran  perawat dan dapat diterapkan pada seluruh subjek
keperawatan  individu,  keluarga,  kelompok maupun komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014).Nursing theorists and their work (8th ed.). St. Louis, MO:
Elsevier/Mosby.
Ho, A., Berggren, I., &Dahlborg-Lyckhage, E. (2010). Diabetes empowerment
related to Pender's Health Promotion Model: a meta-synthesis. Nursing &
Health Sciences, 12(2), 259-267.doi:10.1111/j.1442-2018.2010.00517.x
Kazer, M., & Fitzpatrick, J. (2012).Encyclopedia of Nursing Research. New York,
NY: Springer Pub.
Kearney-Nunnery, R. (2008).Advancing Your Career: Concepts of Professional
Nursing. Philadelphia: F.A. Davis.
McCullagh, M. C. (2013). Health promotion. In S. J. Peterson, & T. S. Bredow
(Eds.), Middle range theories- application to nursing research (3rd ed. (pp.
224-234). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer/Lippincott Williams &
Wilkins.
Sakraida, T. J. (2014).Health promotion model. In M. R. Alligood (Ed.), Nursing
theorists and their work (8th ed. (pp. 396-416). St. Louis, MO:
Elsevier/Mosby.
Stark, M., Chase, C., &DeYoung, A. (2010). Barriers to Health Promotion in
Community Dwelling Elders.Journal of Community Health Nursing, 27(4),
175-186.doi:10.1080/07370016.2010.515451

25
26

Anda mungkin juga menyukai