Anda di halaman 1dari 2

PERS REALIS LKBH UNIVERSITAS BALIKPAPAN

Wawan Sanjaya (Pengacara LKBH UNIBA)

LISTRIK PADAM DI SEBAGIAN WILAYAH KALIMANTAN TIMUR, PLN


HARUS BERTANGGUNGJAWAB

Terjadinya pemadaman listrik di beberapa wilayah Kalimantan Timur jangan


dianggap sebagai persoalan sepele. Saat ini kebutuan akan listrik sudah merupakan
kebutuhan primer dimana hampir semua elemen masyarakat membutuhkan listrik,
apalagi banyak golongan masyarakat yang menggantungkan kehidupan ekonominya
dari keberadaan listrik itu sendiri. PLN selaku badan usaha milik Negara yang
menjalankan peran tunggal berkaitan dengan distribusi kebutuhan listrik di
masyarakat harus dapat bertindak profesional mengingat peran tunggalnya tersebut.

Dalam hal apapun tentu kita mengenal 4 prinsip dasar dalam ukuran kinerja,
yakni Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Evaluasi. Dalam konteks pelayanan
masyarakat selaku konsumen listrik dari PLN seharusnya tidak hanya elemen
perencanaan dan pelaksanaan penyaluran listrik bagi masyarakat saja yang harusnya
diperhatikan oleh PLN tetapi juga aspek pengawasan agar dapat dilakukan pencegahan
dari potensi masalah pemadaman listrik tersebut terjadi.

Ibarat nasi sudah menjadi bubur, akibat pemadaman listrik yang terjadi pada
tanggal 27 Mei 2021 yang lalu banyak masyarakat yang terdampak misalnya driver
gojek yang tidak bisa men charger handphonenya dan akhirnya tidak bisa mencari
orderan, industry penyedia jasa es batu, usaha laundry, penjahit serta usaha lainnya
yang memang tidak memiliki kecukupan anggaran untuk membeli jenset, dalam
masyarakat umum saja misalnya banyak masyarakat yang ikan piarannya mati karena
listrik pada tersebut.

Selanjutnya apakah PLN harus berdiam diri dari realita permasalahan yang di
alami sebagian masyarakat di Kalimantan timur tersebut ? tentu tidak bisa. Secara
Hukum PLN harus bertanggungjawab. Bahwa berdasarkan aturan mengenai ganti rugi
yang diatur dalam Pasal 6 ayat Permen ESDM 27/2017 diatur bahwa PT PLN (Persero)
wajib memberikan pengurangan tagihan listrik kepada Konsumen apabila realisasi
tingkat mutu pelayanan tenaga listrik melebihi 10% (sepuluh persen) di atas besaran
tingkat mutu pelayanan tenaga listrik yang ditetapkan, untuk indikator: a. lama
gangguan, b. jumlah gangguan, c. kecepatan pelayanan perubahan daya tegangan
rendah, d. kesalahan pembacaan kWh meter, e. waktu koreksi kesalahan rekening;
dan/atau f. kecepatan pelayanan sambungan baru tegangan rendah.

Bahwa kemudian kewajiban Pengurangan tagihan listrik kepada Konsumen


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sebesar 35% (tiga puluh lima persen)
dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen pada golongan tarif yang
dikenakan penyesuaian tarif tenaga listrik (tariff adjustment) atau 20% (dua puluh
persen) dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen pada golongan tarif
yang tidak dikenakan penyesuaian tarif tenaga listrik (tariff adjustment).

Sementara itu untuk Konsumen pada Tarif Tenaga Listrik Prabayar,


pengurangan tagihan disetarakan dengan pengurangan tagihan pada Konsumen untuk
Tarif Tenaga Listrik Reguler dengan Daya Tersambung yang sama, Pengurangan
tagihan diperhitungkan pada tagihan listrik atau pembelian token tenaga listrik
prabayar pada bulan berikutnya.

Bahwa apabila ternyata PLN tidak menjalankan kewajibannya tersebut tentu ini
menjadi pertanyaan besar dan masyarakat bisa melakukan upaya hukum gugatan
konsumen atau dengan tidak dibayarkannya ganti kerugian untuk masyarakat patut
diduga PLN melakukan penggelapan hak masyarakat tersebut dan konsekuensinya
adalah hukum pidana.

Anda mungkin juga menyukai