Anda di halaman 1dari 5

Memahami Al-Qur’an Sebagai Inspirasi Peradaban

Dosen Mata Kuliah

Pendidikan Agama Islam:

Miftahul Ulum, S.Th.I, M.Pd

Disusun Oleh:

Shizuka Maharani Azura

1032111026

TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2021/2022
Memahami Al-Qur’an Sebagai Inspirasi Peradaban

I. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ihsan ?
2. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai agama ?
3. Bagaimana implikasi kesadaran tentang Tuhan dalam kehidupan ?

II. Pembahasan
A. Menjelaskan Makna Ikhsan
Ihsan merupakan pilar pentingdalambangunan agama Islam selain pilar iman dan
islam. Ihsan tidakdapatdipisahkandariiman dan islam. Ketiganyamerupakansatukesatuan
yang tidakbolehditinggal salah satunyasebagaikesempurnaankeberislamanseseorang.
Ihsan berikut turunan katan yang sering kali ditemukan pada Al-Qur’an dan hadits
yang menunjukkan urgensinya. Ihsan yang berartiperbuatan baik merupakan pembuktian
atas keimanan dan keislaman seseorang. Ihsan secara harfiah berarti kebaikan sebagai
perilaku, bukan sekadar pengetahuan tentang kebaikan sebagai etika. Ihsan dapat menjadi
alternatif di tengah krisis akhlak di mana kebaikan hanya berhenti pada level pengetahuan
atau jargon, tidak sampai pada tindakan atau aksi nyata.
Sedangkan kita sering menyaksikan pelanggaran hukum dilakukan oleh orang
yang telah 'mengerti' ketentuan dan peraturan.
Ada satuayat Al-Qur’an dan beberapa hadits untuk menggambarkan ihsan secara
umum dan dalam pandangan ulama perihal ihsan dan hubungannya dengan iman dan
islam. Pada Surat An-Nahl ayat 90, kita menemukan perintah Allah kepada umat
manusia untuk berbuat adil, berbuat baik (ihsan), mengulurkan bantuan untuk kerabat.
Melalui pintu masuk Surat An-Nahl ayat 90 ini, kita coba menggali kandungan makna
kata 'al-ihsan' dari sejumlah ulama tafsir.

Al-Baidhawi mengartikan ihsan pada Surat An-Nahlayat 90 sebagai bentuk


ketaatan kepada Allah baik secara kuantitas seperti ibadah sunnah maupun coraknya.
Ulama lain memaknainya sebagai perbuatan baik kepada orang lain. Oleh sebagian
ulama, ihsan diartikan sebagai kelapangan hati dalam memaafkan orang lain.

Ada ulama seperti Jalaluddin As-Suyuthi memaknai ihsan sebagai pelaksanaan


kewajiban-kewajiban. Adapun Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya mengatakan, ihsan
mencakup kebaikan sesuatu secara substansi baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah,
maupun lainnya sebagaimana kebaikan seorang Muslim terhadap orang lain. Ihsan
mengandung makna lebih luas dari sekadar adil karena adil berarti memenuhi hak kepada
pemiliknya tanpa melewati batas atau menguranginya.
Sedangkan kandungan makna ihsan mencakup pengertian kelapangan hati
memaafkan orang yang telah berbuat jahat, menginisiasi hubungan dengan orang yang
memutuskannya, dan juga memberikan sesuatu kepada orang yang enggan berbagi
dengannya.

B. MengidentifikasiProses Internalisasi Nilai-nilai Agama


a. MaknaInternalisasi Nilai-nilai Agama
Internalisasi menurut Kamus Ilmiah Populer adalah pendalaman, \penghayatan
terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan atau kesadaran
akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Internalisasi pada hakikatnya adalah sebuah proses menanamkan suatu nilai pada
seseorang yang akan membuat pola pikirnya dalam melihat realitas pengalaman.
Secara epistimologis internalisasi berasal dari kata intern atau internal yang
berarti bagian dalam atau menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa Indonesia
internalisasi dapat didefinisikan sebagai penghayatan, penguasaan secara mendalam yang
berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, penataran, dan sebagainya.

Kata nilai dapat dilihat dari segietimologis dan terminologis, dari segi etimologis
nilai adalah harga, derajat. Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan
dan tujuan tertentu.Sedangkandarisegiterminologis dapat dilihat berbagai rumusan para
ahli. Tapi perlu ditekankan bahwa nilai adalah kualitas empiris yang seolah-olah tidak
bias didefinisikan, hal senada dikatakan Louis Katsoff bahwa nilai tidak bias
didefinisikan tidak berarti nilai tidak bias dipahami. Jadi, nilai dari segi etimologis adalah
harga/derajat, dan dari terminologis adalah kualitas empiris yang sulit untuk didefinisikan
tetapi tetap bias untuk difahami substansinya.

Menurut Gordon Alport, sebagaimanadikutip oleh Muhammad Faturrohman, nilai


adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Menurut
Fraenkel, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Faturrohman bahwa nilai dapat
diartikan sebagai sebuah pikiran (idea) atau konsep mengenai apa yang dianggap penting
bagi seseorang dalam kehidupannya. Selain itu, kebenaran sebuah nilai juga tidak
menuntut adanya pembuktian empirik, namun lebih terkait dengan penghayatan dan apa
yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi atau tidak disenangi oleh seseorang.
Pengertian nilai yang dipaparkan para tokoh tersebut, dapat diartikan bahwa nilai adalah
suatu keyakinan yang mendasar bagi seseorang atau kelompok orang untuk
menentukan/memilih tindakannya atau menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna
bagi kehidupannya.

Secara hakiki, nilai agama merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang
paling kuatdibandingkandengan nilai-nilailainnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran
tertinggi yang datang dari Tuhan. Struktur mental manusia dan kebenaran mistik-
transendental merupakan duasi siunggul yang dimiliki oleh nilai agama. Karena itu, nilai
tertinggi yang harus dicapai adalah adanya keselarasan semua unsure kehidupan. Antara
kehendak manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan, atau antara
i‘tiqad dan perbuatan.Nilai Islam mencakup didalamnya keselarasan semua unsure
kehidupan antara apa yang diperbuat manusia dengan apa yang telah diperintahkan oleh
Tuhannya.

Agama Islam sebagai agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW. memiliki kebenaran yang hakiki. Nilai-nilai dalam agama merupakan petunjuk,
pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidup
seperti ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer, sehingga terbentuk
polamotivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada keridhaan Allah.
Nilai keislaman dapat didefinisikan sebagai konsep dan keyakinan yang dijunjung tinggi
oleh manusia mengenai beberapa masalah pokok yang berhubungan dengan Islam untuk
dijadikan pedoman dalam bertingkah laku, baik nilai bersumber dari Allah maupun hasil
interaksi manusia tanpa bertentangan dengan syariat.

Jadi, internalisasi nilai-nilai Islam adalah suatu proses yang mendalam dalam
menghayati nilai-nilai agama Islam yang dipergunakan seseorang dalam
menyelenggarakan tata cara hidup serta mengatur hubungan dengan Tuhan (habl min
Allah), sesame manusia (hablminan-nas), dan alam sekitar. Semua nilai tersebut
dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh, dan sasaranny amenyatu dalam
kepribadian seseorang, sehingga menjadi satu perilaku yang positif.

b. Menjelaskan Implikasi Kesadaran tentang Tuhan dalam kehidupan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna kata implikasi adalah
keterlibatan atau suasana terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan berasal dari implikasi
seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yakni berarti membawa jalinan
keterlibatkan atau melibatkan dengan suatu hal.

Implikasi dari penyertaan Tuhan pada dunia adalah Tuhan yang hadir ke dunia dan
dunia dipengaruhi oleh tuhan. Walaupun kehadiran Tuhan dalam dunia yang dapat
dipahami sebagai bentuk panteisme, filsafat proses menghindari kekeliruan pemahaman
tentang dunia menjadi Tuhan atau Tuhan kedalam dunia dengan mempertahankan
perbedaan antara Tuhan dan dunia. Perbedaan ini merupakan manifestasi kekekalan
Tuhan dan kesementaraan dunia. Ini juga terlihat dalam kebebasan aktivitas di dunia.
Meskipun Tuhan menyajikan kemungkinan untuk aktivitas di dunia, setiap kegiatan
“memutuskan” bagaimana mereka yang mungkin akan aktual. Kebebasan setiap
peristiwa, tidak adanya penetapan ilahi, menyediakan sebuah cara untuk proses pemikiran
untuk menghindari Tuhan sebagai penyebab kejahatan. Sejak Tuhan meliputi peristiwa di
dunia, Tuhan akan menyertakan jahat dan baik yang terjadi di dunia ini. Tuhan akan
mempengaruhi sejak dunia mempengaruhi aktualitas Tuhan. Tetapi, karena Tuhan tidak
menentukan respon dari masing-masing peristiwa untuk kemungkinan bahwa Tuhan
hadir, baik melalui intensifikasi pengalaman dan aktualitas yang kurang dari intensitas
pengalaman. Tuhan mengambil ini kurang intens, jahat, pengalaman ketuhanan sendiri,
tetapi yang jahat menebus dengan cara relasi kedalam cara-cara aktualisasi yang baik.
Oleh karena itu, Tuhan menyelamatkan apa yang dapat diselamatkan dari dunia dari pada
hanya termasuk dalam setiap kegiatan isolasi dari aktivitaslainnya.

III. Daftar Pustaka

https://kumparan.com/berita-update/pengertian-iman-dalam-pandangan-agama-islam-
1uxrYtCZJnj (Artikel, diakses pada 4 September 2021)
https://www.dara.co.id/jumat-barokah-islam-menurut-bahasa-istilah-dan-alquran.html
(Artikel, diakses pada 4 September 2021)
Setyaningsih, Rini dan Subiyantoro. 2017. Kebijakan Internalisasi Nilai-Nilai Islam
dalam Pembentukan Religius Mahasiwa. Makalah 
 
Pamungkas, Darmawan Dwi. 2019. Konsep Ihsan dalam Al-Quran Perspektif Tasawuf.
Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131862252/penelitian/Pendidikan+Agama+Yang+Memb
angun+Kesadaran+Religius.pdf (Jurnal, diakses pada 4 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai