Anda di halaman 1dari 8

INFEKSI

Infeksi adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh


seseorang atau hewan, merupakan invasi inang oleh mikroba yang
memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang.
Infeksi berbeda dengan penyakit.
 Infeksi yang “manifes”, orang yang terinfeksi tampak sakit secara
lahiriah.
 Infeksi yang “non-manifes”, tidak ada gejala atau tanda lahiriah. Infeksi
jangan dirancukan dengan penyakit.

Organisme penginfeksi atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang


untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik,
gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian.

Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan.

Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme


mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri,
parasit, jamur, virus, dan viroid.

Istilah “infeksi” juga hanya mengacu pada organisme patogen, tidak semua
jenis organisme. Sebagai contoh, pertumbuhan normal flora bakteri yang biasa
hadir di dalam saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi.
Hal yang sama berlaku untuk bakteri yang biasanya menghuni mulut.

Patogenesis adalah proses dimana mekanisme infeksi dan mekanisme


perkembangan suatu penyakit. Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit
tergantung pada patogenitasnya.
Dengan kriteria ini, bakteri dikelompokan menjadi tiga, yaitu :
1. Agen penyebab penyakit adalah bakteri patogen yang menyebabkan
suatu penyakit (contohnya Salmonella spp.)
2. Patogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai
patogen ketika mekanisme pertahanan inang diperlemah , contoh
Eschericia coli menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang
dikompromikan (diperlemah).
3. Nonpatogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi patogen.

Bakteri nonpatogen dapat menjadi patogen karena kemampuan adaptasi


terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan
mekanisme resistensi.
Bakteri tanah Serratia marcescens yang semula nonpatogen, berubah menjadi patogen yang
menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang terkompromi

Sam Soemadipradja 1
INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi saat dirawat di Rumah
Sakit.

Jelasnya pada saat masuk Rumah Sakit, pasien tersebut belum


mengalami infeksi atau tidak dalam masa inkubasi kuman tertentu dan
menurunnya imunitas tubuh penderita.

Infeksi nosokomial disebabkan mikroorganisme dan Rumah Sakit tak


luput menjadi salah satu tempat berkembang biaknya kuman.
Kini, infeksi nosokomial telah merupakan salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.
 Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan
infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari, di
seluruh dunia (WHO, 2002).
 Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap mengalami
infeksi nosokomial, dan, di Indonesia, 9,8 persen mengalami
infeksi tersebut.

KRITERIA INFEKSI NOSOKOMIAL, Menurut (Depkes RI, 2003) :


a) Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan
tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
b) Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien
mulai dirawat.
c) Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama
dari waktu inkubasi infeksi tersebut.
d) Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat
persalinan atau selama dirawat di rumah sakit.
e) Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan
terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah
sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah
dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Sam Soemadipradja 2
Infeksi nosokomial terjadi 3 x 24 jam setelah dirawat di RS atau infeksi
pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme berbeda
dengan mikroorganisme saat masuk.

Infeksi nosokomial juga dapat disebabkan atau dibawa oleh tenaga


medis rumah sakit yang kurang memperhatikan kebersihan diri maupun
kebersihan dalam tindakan medis.

Infeksi Nosokomial dapat berasal dari :


 Dokter / Perawat à Sakit / Carrier
 Penderita lain à Sakit / Carrier
 Penderita sendiri à Flora normal tubuh
 Lingkungan à Alat / Bahan tercemar, Ruangan.

Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial didapat melalui:

 Infeksi silang (cross infection) yaitu: nosokomial terjadi akibat


penularan dari penderita atau orang lain di rumah sakit.

 Infeksi sendiri (self infection) yaitu: infeksi nosokomial berasal dari


penderita sendiri (flora endogen) yang berpindah ke tempat atau
bagian tubuh lain, seperti kuman Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus, kuman tersebut dapat berpindah melalui
benda yang dipakai, seperti linen atau gesekan tangan sendiri.

 Infeksi lingkungan (environmental infection) yaitu infeksi yang


disebabkan kuman yang didapat dari bahan atau benda di
lingkungan rumah sakit.

Sam Soemadipradja 3
Mikroorganisme penyebab:

Bakteri Gram negatif :


 Klebsiella pneumoniae ,
 Escherichia coli
 Enterobacter spp
Bakteri Gram positif :
 Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
 Staphylococcus epidermidis (MRSE)
 Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE)
Virus :
 Hepatitis B,
 Hepatitis C,
 HIV
Jamur :
 Candida spp. ,
 Aspergillus spp.
Parasit :
 Malaria

Cara penularan sering terjadi melalui :


 Pembedahan
 Kateter intravena
 Kateter kandung kemih
 Cairan intravena
 Tube Endotrakeal
 Respirator/Ventilator

Faktor-faktor yang menentukan terjadinya Infeksi Nosokomial :


 Kerentanan penderita terhadap infeksi
 Besarnya paparan mikroba
 Cara pemaparan mikroba

Sam Soemadipradja 4
RISIKO TERJADI INFEKSI NOSOKOMIAL MENINGKAT KARENA :

 Pemakaian obat imunosupresan


 Tindakan bedah yang ekstensif
 Prosedur diagnostik dan terapeutik yang intensif
 Penggunaan cairan intravena
 Penggunaan antimikroba berspektrum luas dan tidak rasional

JENIS-JENIS INFEKSI NOSOKOMIAL


a) Bakteriemia :Bakteriemia adalah keadaan pasien dengan
menunjukkan demam tinggi setelah 3x24 jam dirawat di rumah
sakit dengan suhu mencapai 38,5oC.
Dikatakan bakteriemia nosokomial apabila terjadi tindakan invasif di
rumah sakit seperti pemasangan infus, lumbal fungsi dan kateterisasi.
b) Infeksi saluran kemih : Infeksi nosokomial saluran kemih terjadi
setelah dilakukan tindakan keteterisasi buli-buli dan tindakan invasif
pada system reproduksi.
c) Infeksi luka operasi : Infeksi luka operasi dikatakan infeksi
nosokomial bila keadaan pra bedah dan selama pembedahan
terjadi infeksi pada luka operasi.
d) Infeksi hepatitis akut : Timbul setelah 2 minggu dirawat inap atau
atau 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit. Dengan tanda-tanda
klinik yang khas yaitu kenaikan SGOT, SGPT dan billirubin.
e) Infeksi saluran cerna : Infeksi nosokomial saluran cerna yang terjadi
diruang rawat inap dengan tanda dan gejala seperti mencret
dengan atau tanpa muntah, nyeri perut, dan disertai demam.
f) Infeksi saluran napas bagian bawah : Infeksi ini terjadi setelah 3x24

Sam Soemadipradja 5
jam sejak mulai dirawat gejala demam 38,8oC, lekositosis, batuk
dengan dahak dan ditemukan ronki basah.

PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL


 Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak
dengan darah atau cairan tubuh lain.
o Pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker,
sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang
digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah
penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke
tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel
darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
 Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko
penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar
oleh produk darah pasien.
o Terkait dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat
tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan perlukaan
pada tenaga kesehatan maupun pasien.
 Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen
dengan prinsip yang benar.
Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko transmisi
infeksi dari instrumen dan alat lain kepada klien dan tenaga kesehatan.
 Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaimana diketahui
aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah
tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan
manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah
sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.

Berdasarkan data WHO :


tangan mengandung 39.000-4.600.000 CFU/cm2 bakteri yang berpotensi
menyebabkan penyakit menular.
Selain itu, tangan juga merupakan media penyebaran kuman dari

Sam Soemadipradja 6
permukaan satu ke permukaan lainnya.
 Sejak para dokter, perawat, pasien, dan pengunjung rumah sakit adalah
sama rentannya terhadap infeksi nosokomial, langkah-langkah
pencegahan mesti dilakukan untuk mengurangi risiko.

Caranya? Cuci tangan ketika di rumah sakit. 

Penelitian RSCM pada 2002 juga menyebutkan bahwa 85,7% angka


infeksi nosokomial dapat dikendalikan jika petugas medis selalu
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.
Tindakan serupa bisa juga dilakukan oleh setiap orang.

Bidan harus mengetahui lebih rinci soal cara cuci tangan yang benar.

PELAKSANAAN PENANGGULANGAN INFEKSI NOSOKOMIAL SECARA


UMUM

Cuci Tangan :
Teknik mencuci tangan yang baik merupakan satu-satunya cara yang
paling penting untuk mengurangi penyebaran infeksi.
Dengan cara menggosok tangan dengan sabun atau deterjen dan air
kuat kuat selama 15 detik dan dibilas baik baik sebelum dan sesudah
memeriksa penderita,sudah cukup .
Namun bila selama merawat penderita, tangan terkena darah,
sekresi luka,bahan bernanah,atau bahan yang lain yang dicurigai maka
harus dicuci selama 2 - 3 menit dengan menggunakan bahan  cuci
antiseptik.

Aseptik :
Tindakan aseptik adalah pencegahan penularan dengan cara
meniadakan mikroorganisme yang secara potensial berbahaya.
Tujuan asepsis ialah mencegah atau membatasi infeksi di rumah sakit
digunakan dua konsep asepsis yaitu asepsis medis dan bedah.
Asepsis Medis meliputi segala praktek yang di gunakan untuk menjaga
agar para petugas medis,penderita dan lingkungan terhindar dari

Sam Soemadipradja 7
penyebab infeksi, seperti cuci tangan, sanitasi dan kebersihan
lingkungan rumah sakit itu hanyalah beberapa contok asepsis medis.
Asepsis Bedah meliputi cara kerja yang mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam luka dan jaringan penderita.
Maka dalam asepsis bedah semua alat kesehatan harus berprinsip
steril, lingkungan harus bersanitasi, juga flora mikroba di udara harus di
saring lewat filter berefisiensi tinggi.

Sam Soemadipradja 8

Anda mungkin juga menyukai