Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342572311

ANALISIS KEBUTUHAN GURU KIMIA TERHADAP MATERIAL KURIKULUM


MODEL "ATK" DAN POLA EDUKASI "ADIR"

Article · June 2020

CITATIONS READS

0 263

3 authors, including:

Momo Rosbiono Kartamiharja


Universitas Pendidikan Indonesia
12 PUBLICATIONS   19 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Momo Rosbiono Kartamiharja on 30 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KEBUTUHAN GURU KIMIA
TERHADAP MATERIAL KURIKULUM MODEL “ATK”
DAN POLA EDUKASI “ADIR”

Momo Rosbiono
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract: This research initiated from the problems there are low quality of chemistry teacher
comprehend in academic knowledge. The main goals of this research was to comprehend what
model of ”Curriculum Materials” (CM) and “Amalgamation Teacher Knowledge” (ATK)
educative framework were needed by chemistry teacher?. The research conducted by using
descriptive method which express phenomenon are there him. The subject of this research were
the Candidate of Chemistry Teachers which out-going in program of Profession Training and
Education (PTE) at Department of Chemistry Education, Faculty of Mathematics and Science
Education, Indonesia University of Education and Chemistry Teachers from Group Discussion
of Chemistry Teacher (GDCT) at Karawang. The data were collected through questionnaires
and analysis form of teacher academic needs. The data analysis technique worked through
qualitative and quantitative techniques. Based on the empirical and theoretical analysis the
research findings which resulted were: (1) The CM with ATK model was relevance with
academic chemistry teacher needs, this model illustrated the integration of essential concepts
of curriculum, chemistry subject matter, chemistry teaching, professional development of
chemistry teacher, and academic skills of chemistry teacher through “key formulas”; (2) the
CM structure that relevance for chemistry teacher academic needs was included the objectives
formulation, subject matter description, questions, training tasks, and answer keys; (3) the CM
content that relevance for chemistry teacher academic needs was included the essential concepts
of curriculum, chemistry content, chemistry teaching, professional development of chemistry
teacher, and academic skills of chemistry teacher; (4) the educative framework that effectively
for using CM was guidance and training through the mechanism of “absorbing, doing,
interacting, and reflecting” (ADIR).
Key words: curriculum material, ATK model, ADIR mechanism.

PENDAHULUAN pembelajaran merupakan inti dari proses


Banyak faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan secara keseluruhan (Dharma, 2008).
kelangsungan jalannya sistem pendidikan, lima Dalam sistem pendidikan nasional kita,
faktor utama diantaranya adalah guru, siswa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas
kurikulum, pengelolaan pembelajaran, sarana utama mendidik, mengajar, membimbing,
dan prasarana (Cruickshank, 1990). Dari faktor- mengarahkan, melatih, dan menilai peserta
faktor tersebut, guru merupakan elemen kunci, didik pada semua jalur dan jenis pendidikan
karena semua komponen lain tidak akan banyak (Pasal 1 ayat 1 UU No. 14 tahun 2005 tentang
berarti apabila esensi pembelajaran yaitu Guru dan Dosen). Guru merupakan profesi
interaksi guru dengan peserta didik tidak yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan
berkualitas. Begitu pentingnya peran guru ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak
dalam mentransformasikan input-input pen- memiliki keahlian sebagai guru. Berdasarkan
didikan, banyak pakar menyatakan bahwa tidak Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
akan ada perubahan atau peningkatan kualitas Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
di sekolah tanpa adanya perubahan dan tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
peningkatan kualitas guru. Oleh karena itu Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa guru
guru merupakan faktor penentu yang sangat profesional adalah guru yang memiliki
dominan, karena guru memegang peranan kemampuan mengintegrasikan kompetensi
dalam proses pembelajaran, di mana proses utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2)

185
186 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 1, April 2011, hlm. 185-196

kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional yang panduan guru, jurnal-jurnal dan buletin-buletin;
diwujudkan dalam kinerja yang ditampil- dan budaya melakukan Penelitian Tindakan
kannya. Untuk melangsungkan pendidikan yang Kelas (PTK) juga masih rendah. Berdasarkan
berkualitas, guru harus menunjukkan pelaksanaan program sertifikasi guru melalui
kompetensi yang meyakinkan dalam segi penilaian portofolio serta Pendidikan dan
pengetahuan, keterampilan, penguasaan Latihan Profesi Guru (PLPG) menunjukkan
kurikulum, materi pelajaran, metode mengajar, bahwa prosentase kelulusan dari penilaian
teknik evaluasi, dan menilai komitmen terhadap portofolio dan PLPG masing-masing hanya
tugas serta memiliki disiplin yang tinggi. mencapai 49,6% dan 42,89 % pada tahun 2006
Kompetensi guru tersebut perlu terus dari jumlah peserta 200.000 orang. Demikian
dikembangkan secara terprogram, berkelanjutan pada tahun 2007 hanya mencapai kelulusan
melalui suatu sistem pembinaan yang dapat 40.95% dan 50,02 % dari jumlah peserta
meningkatkan kualitas keprofesionalan guru. 180.450 orang; dan pada tahun 2008 hanya
Profesionalisme guru saat ini dinilai masih mencapai 38,22 % dan 33,20 % dari 200.000
memprihatinkan. Data lebih 10 tahun lalu orang peserta. Rendahnya kemampuan guru
sebagaimana dilaporkan Bahrul Hayat dan tersebut terletak pada kemampuan pedagogik
Umar (Adiningsih, 2002) yang mengemukakan dan kemampuan profesional serta proses
nilai rerata nasional tes calon guru PNS di SD, pengembangan diri dalam bentuk menulis karya
SLTP, SLTA, dan SMK tahun 1998/1999 untuk ilmiah (Dasuki, 2009).
bidang studi matematika hanya menguasai Kenyataan masih lemahnya kemampuan
27,67% dari materi yang seharusnya dikuasai. guru dalam aspek pedagogik dan profesional
Hal serupa juga terjadi pada bidang studi fisika tersebut peneliti temukan pada saat menyajikan
(27,35%), biologi (44,96%), kimia (43,55%), pendidikan dan latihan pada program PLPG
dan bahasa Inggris (37,57%). Nilai-nilai sejak tahun 2008 bagi guru-guru IPA SMP
tersebut tentu jauh dari batas ideal, yaitu maupun guru-guru Kimia SMA dan SMK.
minimum 75% sehingga seorang guru bisa Dalam wawancara dengan mereka, sebagian
mengajar dengan baik. Temuan lain yang lebih besar tidak memiliki sumber bacaan akademik
memprihatinkan adalah penelitian dari yang memadai untuk menambah pengetahuan
Konsorsium Ilmu Pendidikan (2000) yang dan melatih diri dalam mengembangkan
memperlihatkan bahwa 40% guru SMP dan keprofesionalannya.
33% guru SMA mengajar bidang studi di luar Memperkuat pandangan di atas, Kauffman
bidang keahliannya. et al. (Grossman & Thompson, 2004)
Uraian di atas menggambarkan kualitas menyatakan bahwa guru-guru terutama guru
guru di Indonesia, bagaimana dapat dikatakan pemula yang mengajar pada berbagai jenjang
profesional jika penguasaan materi mata pendidikan dan bidang studi menghadapi
pelajaran yang diajarkannya masih kurang, dan kesulitan dalam menemukan sumber-sumber
bagaimana dikatakan profesional jika masih ada material kurikulum yang menolong mereka
33% guru yang mengajar di luar bidang untuk mempersiapkan dan menjalankan tugas
keahliannya. Profesional adalah seorang mengajar yang diembannya. Demikian pula
spesialis dan ahli di bidangnya; keahlian buku sumber dan panduan guru kimia di
mereka tidak dimaksudkan untuk digunakan Indonesia keberadaannya masih langka,
pada bidang lainnya, mereka menilai dirinya hanyalah ada pada era kurikulum 1994, baru
tidak memiliki kecerdikan khusus di luar ada kembali melalui Universitas Terbuka
spesialis mereka sebagai guru. Rendahnya seperti modul “Pengembangan Kurikulum dan
profesionalisme guru juga tercermin pada Pembelajaran Kimia” (Arifin dkk., 2007),
kinerja guru dalam pengelolaan program modul “Pembaharuan dalam Pembelajaran
pembelajaran kesehariannya. Sebagai contoh Kimia” (Karyadi dkk., 2007), dan modul
dalam menyusun program pembelajaran guru “Strategi Pembelajaran Kimia” (Anitah dkk.,
kebanyakan tidak menyusun sendiri, melainkan 2007). Padahal keberadaan buku sumber dan
tinggal menggunakan karya Musyawarah Guru panduan guru tersebut sangatlah penting
Mata Pelajaran (MGMP) (Ma’ruf, 2009). sebagai salah satu pendukung peningkatan
Demikian pula hasil penelitian Wardani kualitas guru.
(1998) menunjukkan bahwa kemampuan guru Berdasarkan fungsinya, material kurikulum
dalam penguasaan materi pelajaran dan edukatif dapat memfasilitasi kemauan dan
pengelolaan kelas masih rendah; minat baca kemampuan belajar guru di dalam
guru belum difasilitasi oleh buku sumber dan meningkatkan praktek pembelajarannya,
Momo Rosbiono, Analisis Kebutuhan Guru Kimia terhadap Material Kurikulum Model “ATK” dan Pola Edukasi “ADIR” 187

terutama lebih efektif dengan disajikannya dengan kebutuhan akademik guru kimia?, dan
kajian aspek pedagogical content knowledge (4) bagaimana pola edukasi yang efektif untuk
(PCK) yang memadukan antara konten memanfaatkan material kurikulum oleh guru
pembelajaran dan pedagogi (Schneider, Krajcik kimia?
& Marx, 2000). Material kurikulum edukatif
yang dirancang dengan menerapkan pendekatan
heuristik lebih efektif dalam meningkatkan METODE
belajar guru. Guru siap mengikuti perubahan Metode yang digunakan dalam penelitian
kurikulum manakala mereka memiliki ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang
kompetensi tentang kurikulum, pembelajaran, menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
konten bidang studi, manajemen kurikulum dan tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau
pembelajaran, evaluasi kurikulum dan pengubahan terhadap variabel-variabel bebas,
pembelajaran maupun pemahaman peserta didik tetapi menggambarkan suatu kondisi apa
(Davis & Krajcik, 2005). Material kurikulum adanya (Borg & Gall, 2003; Sukmadinata,
edukatif juga sangat menunjang untuk 2005). Subyek penelitian yang dilibatkan dalam
meningkatkan kemampuan guru dalam penelitian ini adalah Calon Guru Kimia yakni
mempraktekkan pembelajaran, memfasilitasi mahasiswa yang sedang dan telah
guru untuk selalu belajar terus, sehingga melaksanakan program Pendidikan Latihan
mereka memiliki kesiapan untuk menjalankan Profesi (PLP) di Jurusan Pendidikan Kimia,
perannya sebagai agen pengubah dan Fakultas Pendidikan Matematika dan ilmu
pengkonstruksi kurikulum dan pembelajaran Pengetahuan Alam (FPMIPA), Universitas
(Ball & Cohen 1996). Pendidikan Indonesia (UPI) dan guru-guru yang
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi berada dalam kelompok Musyawarah Guru
guru (kimia) sebagaimana dikemukakan di atas, Mata Pelajaran (MGMP) Kimia di Kabupaten
maka material kurikulum berupa buku sumber Karawang dengan total 72 orang.
dan panduan guru sebagai salah satu solusi Data dikumpulkan dengan menggunakan
untuk meningkatkan kinerja profesional guru kuesioner kebutuhan akademik guru dan format
perlu dikembangkan. Landasan teori sebagai analisis kebutuhan akademik guru yang digali
dasar pijakan dalam mengembangkan material dari literatur atau dokumen. Kuesioner
kurikulum tersebut adalah “Amalgamation digunakan untuk menjaring opini guru atau
Teacher Knowledge”(ATK) yang memadukan calon guru kimia untuk menentukan model,
antar unsur pengetahuan: (1) kurikulum, (2) struktur, isi, dan pola edukasi pemanfaatan
materi subyek, (3) pedagogik, (4) material kurikulum yang dibutuhkan mereka.
pengembangan keprofesionalan, dan (5) Informasi yang dijaring meliputi enam kluster
keterampilan akademik sebagaimana diadaptasi analisis yaitu pengetahuan dan keterampilan
dari pandangan Shulman (Reitano, 2004). Teori akademik yang berkaitan dengan: (1) kurikulum
lain yang dijadikan rujukan untuk (2) materi subyek kimia khususnya asam basa,
mengefektifkan pemanfaatan material (3) pedagogik atau pembelajaran kimia asam
kurikulum adalah pola edukasi dengan basa, (4) pengembangan keprofesionalan guru
mekanisme “Absorbing, Doing, Interacting, kimia, (5) keterampilan akademik, (6) pola dan
and Reflecting” (ADIR) sebagaimana diadaptasi mekanisme edukasi pemanfaatan material
dari pandangan Clark (2000). kurikulum. Instrumen penelitian divalidasi isi
Analisis kebutuhan guru merupakan oleh ahli kurikulum, ahli kimia, dan ahli
langkah penting yang harus dilakukan ketika pendidikan kimia. Teknik analisis data
material kurikulum akan dikembangkan. Tanpa dilakukan secara teknik kualitatif dan
dilakukannya kegiatan tersebut, maka upaya kuantitatif.
apapun dalam pendidikan seringkali tidak
efektif. Oleh karena itu yang menjadi fokus
penelitian ini adalah untuk menjawab HASIL DAN PEMBAHASAN
permasalahan-permasalahan: (1) model material 1. Kebutuhan Guru Kimia Terhadap Material
kurikulum apakah yang cocok dengan Kurikulum Model ATK
kebutuhan akademik guru kimia?, (2) struktur a. Kebutuhan Guru Kimia terhadap
material kurikulum seperti apakah yang dapat Pengetahuan Kurikulum
meningkatkan kinerja profesional guru kimia?, Kebutuhan guru kimia terhadap pengetahu-
(3) apakah isi material kurikulum yang sesuai an kurikulum tertera pada Gambar 1.
188 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 1, April 2011, hlm. 185-196

Gambar 1. Kebutuhan Guru Kimia terhadap Pengetahuan Kurikulum (n = 72)


STS = Sangat Tidak Setuju; TS = Tidak Setuju; S = Setuju; SS = Sangat Setuju;
LKK = Level dan Komponen Kurikulum; DK =Desain Kurikulum; PK = Pengembangan Kurikulum;
SNP = Standar Nasional Pendidikan; LMK = Lingkup Materi Kimia; SRK = Silabus dan RPP Kimia.

Berdasarkan data pada Gambar 1, guru kimia di SMA, prinsip dasar pengembangan
kimia dan calon guru kimia berpendapat bahwa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
bahwa material kurikulum edukatif yang akan (RPP). Selain itu, material kurikulum edukatif
dikembangkan harus memuat substansi yang hendaknya bersifat “fleksibel” dalam arti
menambah pengetahuan guru tentang konsep-konsep esensi yang dituangkan
pengertian kurikulum yang akan dijadikan memungkinkan dapat diadaptasi atau ditransfer
pijakan; level kurikulum dan lingkup tugas pada situasi adanya perubahan kurikulum baru.
pengembang kurikulum; komponen-komponen
utama kurikulum; macam-macam desain b. Kebutuhan Guru Kimia terhadap
kurikulum; model-model dan proses yang harus Pengetahuan Materi Subyek Kimia (Asam
dilakukan dalam pengembangan kurikulum; Basa)
konsep-konsep esensi dari setiap komponen Kebutuhan guru kimia terhadap pengetahu-
Standar Nasional Pendidikan, lingkup materi an materi subyek kimia tertera pada Gambar 2.

Gambar 2. Kebutuhan Guru Kimia terhadap Pengetahuan Materi Kimia (Asam Basa) (n = 72)
DPK = Dimensi Pengetahuan Kimia (Asam Basa); PKM = Peta Konsep Materi;
DKUM = Deskripsi Konsep Utama Materi (Asam Basa);
DKPPT = Deskripsi Konsep Prasyarat, Pengayaan, dan Terapan;
DMM = Deskripsi Miskonsepsi Materi (Asam Basa); SBS = Sumber Bacaan Siswa.

Kebutuhan guru kimia terhadap DPK (1993) jarang diidentifikasi. Dengan menge-
materi pelajaran sangatlah rasional, karena tahui dimensi materi, guru dapat memilih dan
materi kimia khususnya asam basa memiliki memilah mana pengetahuan faktual, konseptual,
dimensi makroskopik, mikroskopik, dan prosedural, dan metakognisi yang harus
simbolik sebagaimana dikemukakan Johnstone disajikan kepada peserta didik. PKM juga
Momo Rosbiono, Analisis Kebutuhan Guru Kimia terhadap Material Kurikulum Model “ATK” dan Pola Edukasi “ADIR” 189

dipandang penting oleh mereka, karena peta siswa untuk melengkapi kompetensi
konsep merupakan suatu alat untuk lebih vokasionalnya dengan bekerja di laboratorium.
menguatkan pemahaman terhadap materi yang Sementara dalam kurikulum kimia di
dipelajari. Dengan peta konsep tergambarkan Netherland, isi kurikulum tersebut disajikan
posisi dan keterkaitan antara konsep secara dalam bentuk tema-tema seperti pelindungan
keseluruhan yang membawa pikiran peserta kebakaran, kimia lautan; kualitas makanan dan
didik berpikir secara menyeluruh. DKUM kualitas air (De Vos et al., 2003). Usulan baru
masih diperlukan guru kimia terutama untuk ini konsisten dengan kecenderungan pendidikan
melihat keutuhan konsep yang terdapat dalam menuju isi yang lebih relevan, belajar
suatu materi pokok. Dalam silabus kimia SMA konstektual, pemahaman metodologi ilmiah dan
di negara kita, suatu materi pokok didistribusi- pengembangan literasi kimia bagi peserta didik.
kan pada semester dan jenjang kelas. Tanpa DMM sangat dibutuhkan oleh guru kimia
adanya analisis, besar kemungkinan konsep yang menjadi subyek penelitian. Miskonsepsi
esensi yang harus diajarkan ada yang tidak hanya terjadi pada siswa, melainkan juga
terlewatkan. DKPPT juga masih dibutuhkan pada guru, dosen bahkan ilmuwan sendiri.
oleh guru kimia terutama pengayaan dan Oleh karena itu pengetahuan miskonsepsi yang
terapan konsep. muncul dari suatu materi pelajaran harus
Penjelasan materi pengayaan tidak banyak menjadi perhatian guru. Hal lain yang tidak
diungkap dalam kebanyakan buku kimia SMA, kalah pentingnya bahwa guru kimia masih
padahal hal itu sangat diperlukan guru untuk membutuhkan tentang Sumber Bacaan Siswa
memberikan jawaban terhadap pertanyaan (SBS). Banyak bahan ajar kimia yang dapat
siswa yang kritis. Pelajaran kimia yang tidak digunakan oleh peserta didik, namun sebagai
mengungkapkan terapan konsep dalam guru profesional memiliki kewajiban
kehidupan nyata, akan mengurangi daya tarik mengidentifikasi bahkan mengkreasi SBS yang
dan motivasi belajar peserta didik. Melalui lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik-
pendekatan konstruktivis sosial Vygotsky, nya. Demikian hal penting yang dapat diambil
pembelajaran kimia secara kontekstual (real- berdasarkan data di atas bahwa material
life) sangatlah penting dan merupakan suatu kurikulum yang harus dikembangkan dapat
kewajiban dari guru kimia (Howe, 1996). memaparkan secara “holistik” materi kimia
Di Australia Barat, kurikulum kimia yang akan disajikan kepada peserta didik.
sekolah terbarunya lebih menekankan
pembelajaran pada contoh-contoh bahan kimia c. Kebutuhan Guru Kimia terhadap
penting di rumah tangga; proses kimia di Pengetahuan Pembelajaran Kimia (Asam
lingkungan dan industri, produksi bahan-bahan Basa)
kimia; kimia forensik dan kimia lingkungan Kebutuhan guru kimia terhadap pengetahu-
(Curriculum Council, 2003). Kurikulum kimia an pembelajaran kimia tertera pada Gambar 3.
tersebut juga memberikan kesempatan kepada

Gambar 3. Kebutuhan Guru Kimia terhadap Pengetahuan Pembelajaran Kimia (Asam Basa) (n = 72)
MPMPK = Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajaran Kimia (Asam Basa);
PPM = Penilaian Pembelajaran Materi; PKKM = Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal;
VST = Validasi Soal Tes; PLKSG = Penyusunan Lembar Kerja Siswa dan Guru;
PMP = Pengembangan Media Pembelajaran; PKL = Pengelolaan Kelas dan Laboratorium.
190 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 1, April 2011, hlm. 185-196

Pemahaman terhadap MPMPK dan berisi data hasil optimasi kerja laboratorium
keterampilan mempraktekannya merupakan merupakan acuan bagi guru dalam mengoreksi
salah satu peciri guru kimia profesional. Proses dan memberi pelurusan terhadap data yang
pembelajaran yang menerapkan multi metode dituangkan dalam LKS peserta didik. Kegiatan
akan memaksimalkan pengalaman belajar yang PMP baik melalui penelusuran melalui media
diperoleh peserta didik. Penyusunan perangkat elektronik atau yang dikembangkan sendiri oleh
PPM yang sesuai dengan tujuan pembelajaran guru merupakan bagian penting untuk
akan memberikan informasi yang objektif memperjelas pemahaman peserta didik terhadap
tentang hasil belajar yang dicapai peserta didik. konsep-konsep yang bersifat mikroskopik.
Demikian guru yang dapat melakukan PKKM Demikian pula pemahaman yang baik terhadap
dari materi yang diajarkan, maka guru tersebut kegiatan PKL dapat memfasilitasi peserta didik
dapat mengidentifikasi peserta didik mana yang dalam membiasakan diri terlibat dalam
perlu diberi pengayaan atau diremediasi. pemecahan masalah sebagai salah satu misi
Melakukan kegiatan VST baik dalam utama dari pembelajaran kimia.
menentukan validitas isi, analisis keajegan,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal tes d. Kebutuhan Guru Kimia terhadap
merupakan bagian penting yang hendaknya Pengetahuan Pengembangan
dikuasai guru, agar dari waktu ke waktu guru Keprofesionalan
dapat mengembangkan dan memperoleh Kebutuhan guru kimia terhadap pengetahu-
perangkat penilaian yang handal. Kegiatan an pengembangan keprofesionalan tertera pada
PLKSG khususnya penyusunan LKG yang Gambar 4.

Gambar 4. Kebutuhan Guru Kimia terhadap Pengetahuan Pengembangan Keprofesionalan (n = 72)


PPGI = Perkembangan Pendidikan Guru di Indonesia; HKG = Hak dan Kewajiban Guru (kimia);
ISG = Interaksi Sosial Guru (kimia); PDG = Pengembangan Diri Guru (kimia);
PTK = Penelitian Tindakan Kelas
Data pada Gambar 4 menunjukkan bahwa informasi tentang substansi yang harus diangkat
guru dan calon guru kimia yang menjadi dalam melakukan komunikasi profesional yang
responden penelitian sangat memerlukan baik, sehingga interaksi sosial berlangsung
informasi yang berkaitan dengan pengembang- secara lebih efektif tidak hanya dijalani secara
an keprofesionalannya sebagai-mana ditunjuk- alami apa adanya.
kan oleh tingginya prosentase tanggapan yang National Board of Professional Teacher
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap Standards telah mengembangkan standar dan
pernyataan kuesioner yang diajukan. Sangat prosedur penilaian berdasarkan pada lima
ekstrim lagi kebutuhan terhadap Penelitian prinsip dasar (Depdiknas, 2005) yaitu : guru
Tindakan Kelas (PTK, 99%) dan pengembang- bertanggung jawab (committed to) terhadap
an diri (PDG, 93%). Informasi yang berkaitan siswa dan belajarnya; guru mengetahui materi
dengan PPGI ingin mereka ketahui sebagai ajar yang mereka ajarkan dan bagaimana
dasar mendapatkan orientasi pengembangan mengajar materi tersebut kepada siswa; guru
dirinya yang lebih efektif. Informasi yang bertanggung jawab untuk mengelola dan
berkaitan ISG baik dengan sesama guru, siswa, memonitor belajar siswa; guru berpikir secara
pimpinan sekolah, orang tua, lembaga profesi, sistematik tentang apa-apa yang mereka
dan pemerintah juga mereka perlukan. kerjakan dan pelajari dari pengalaman; guru
Nampaknya bahwa responden menginginkan adalah anggota dari masyarakat belajar. Dua
Momo Rosbiono, Analisis Kebutuhan Guru Kimia terhadap Material Kurikulum Model “ATK” dan Pola Edukasi “ADIR” 191

butir terakhir merupakan bagian yang belum dapat dilakukan melalui pemberian kesempatan
optimal terjadi di lapangan sesuai yang kepada guru-guru untuk mengarang bahan
ditunjukkan oleh responden dalam penelitian pelajaran sendiri sebagai buku tambahan bagi
ini. Budaya mencatat atau mendokumentasikan siswa baik secara perorangan atau
pekerjaan yang telah dilakukan atau disebut berkelompok. Usaha ini dapat memotivasi guru
refleksi merupakan upaya yang harus dalam melakukan inovasi dan mengembangkan
digalakkan. Dengan terinternalisasinya kreativitasnya yang berarti memberi peluang
pengetahuan PTK diharapkan terjadi perbaikan bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya.
pembelajaran secara kontinu. Hal yang perlu disikapi dan dipetik
Ornstein dan Levine (Soetjipto dan Raflis manfaatnya berdasarkan data penelitian ini
Kosasi, 1999) menyatakan bahwa profesi itu adalah bahwa infomasi esensial yang berkaitan
termasuk profesi guru adalah jabatan yang dengan aspek-aspek pengembangan keprofesi-
memerlukan pelatihan khusus dengan waktu onalan guru kimia di atas, harus menjadi
yang panjang. Mempunyai kode etik untuk substansi atau bagian integral dari material
mejelaskan hal-hal yang meragukan atau kurikulum yang akan dikembangkan. Hal ini
menyangsikan yang berhubungan dengan mengindikasikan bahwa material kurikulum
layanan yang diberikan. Pelatihan khususpun yang akan dikembangkan harus membangun
akan berjalan efektif, manakala didukung “Amalgamation Teacher Knowledge” (ATK)
sumber informasi dalam hal ini material sebagimana dipersyaratkan dalam standar
kurikulum yang mengakomodasi kebutuhan kompetensi guru profesional. Hal lain bahwa
guru. material kurikulum harus memiliki karakter
Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap guru “fleksibilitas” yakni dapat megakomodasi
termasuk yang menjadi responden penelitian ini kebutuhan pendidikan prajabatan maupun
adalah merupakan pribadi yang berkembang dalam jabatan. Hal tidak kalah pentingnya
dan memiliki potensi cukup tinggi untuk bahwa material kurikulum hendaknya
berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Bila menuntun guru kimia menuju “kemandirian
perkembangan ini diberi bimbingan yang lebih diri” dalam melakukan refleksi kinerjanya.
terarah akan menunjukkan kinerjanya yang
optimal. Pengembangan profesi guru harus pula e. Kebutuhan Guru Kimia terhadap
diimbangi dengan usaha lain seperti Pengembangan Keterampilan akademik
mengusahakan perpustakaan khusus untuk Kebutuhan guru kimia terhadap pengem-
guru-guru, sehingga guru tidak terlalu sulit bangan keterampilan akademik tertera pada
untuk mencari bahan dan referensi untuk Gambar 5.
mengajar di kelas. Pengembangan yang lain

Gambar 5. Kebutuhan Guru Kimia terhadap Pengembangan Keterampilan Akademik (n = 72)


LMAS= Latihan Menyusun dan Analisis Silabus; LMARPP = Latihan Menyusun dan Analisis Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran; LMALKSG = Latihan Menyusun dan Analissi Lembar Kerja Siswa dan Guru;
LMAMP = Latihan Menyusun dan Analisis Media Pembelajaran; LMASBS = Latihan Menyusun dan
Analisis Sumber Belajar Siswa; LMAST = Latihan Menyusun dan Analisis Soal Tes; LMKKM = Latihan
Menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal; LVST = Latihan Validasi Soal Tes; LSMP = Latihan Simulasi dan
Merefleksi Pembelajaran; LMEL = Latihan Mengembangkan Eksperimen Laboratorium;
LIPTK = Latihan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas.
192 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 1, April 2011, hlm. 185-196

Terdapat 11 keterampilan akademik guru (8) penilaian. Apabila model desain kurikulum
kimia yang diusulkan responden agar yang dianut atau diberlakukan adalah
diakomodasi dalam material kurikulum. Peneliti Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), maka
mengamati bahwa intensitas latihan yang menjadi karakteristik model desain
keterampilan akademik calon guru kimia yang kurikulum tersebut adalah sasarannya dalam
diselenggarakan dalam Mata Kuliah Keahlian bentuk kompetensi {standar kompetensi (SK),
Profesi (MKKP) dan Mata Kuliah Profesi kompetensi dasar (KD), dan indikator hasil
(MKP) ketika pendidikan prajabatan masih belajar (Ind.)}. Dengan cara mensubstitusikan
belum cukup untuk membangun guru kimia karakteristik model desain kurikulum KBK
profesional. Oleh karena itu, keterampilan- yaitu SK, KD, dan Ind. ke dalam nomor (1)
keterampilan tersebut perlu dilatihkan secara tujuan dari komponen kurikulum, maka
intensif dan berkesinambungan pada berbagai komponen silabus dalam KBK harus tersusun
kegiatan pembinaan guru seperti dalam dari komponen SK, KD, Ind., dilanjutkan
Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk dengan nomor (2) sampai nomor (8) dari
pendidikan prajabatan, dan kegiatan komponen kurikulum.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Hal lain yang mungkin dianggap baru bagi
kimia untuk pendidikan dalam jabatan. Perlu guru kimia adalah perlu dikembangkannya
diperhatikan bahwa keterampilan akademik Lembar Kerja Guru (LKG). LKG isinya mirip
guru tidak dapat ditransfer dari seorang pelatih dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada LKG
kepada guru peserta, sehingga latihan harus terisi data (kunci jawaban) sebagai acuan
merupakan syarat yang tidak dapat ditawar lagi, yang harus ditemukan siswa dalam LKS-nya.
tanpa melatih diri maka pencapaian menjadi Dengan cara seperti ini, guru dapat memberikan
guru profesional tidak mungkin terjadi. Agar penilaian yang relatif ajeg terhadap kinerja yang
latihan lebih terarah, efektif, dan efisien, maka dilakukan siswa. Apabila dalam LKG
setiap keterampilan akademik pembelajaran memerlukan data percobaan laboratorium,
yang akan dilatihkan, terlebih dahulu para guru maka guru terlebih dahulu melakukan ujicoba
harus mengetahui bahkan menemukan optimasi terhadap prosedur eksperimen yang
“formula kunci” yang berperan sebagai akan dilakukan siswa. Dengan kata lain guru
pemandu yang dapat mereka adaptasikan pada sudah siap melakukan pengecekan terhadap
kondisi baru. data yang akan dicari siswa. Berdasarkan
Misalnya pada penyusunan komponen kebutuhan responden dalam penelitian ini,
silabus guru memperoleh formula kunci bahwa maka material kurikulum edukatif yang akan
“komponen silabus = komponen kurikulum dikembangkan harus menuangkan “formula
+ model desain kurikulum yang dianut”. kunci’ sebagai pedoman bagi guru. Demikian
Adapun komponen kurikulum terdiri atas: (1) material kurikulum edukatif harus “adaptable”
tujuan, (2) konten, (3) pengalaman belajar, (4) pada perubahan kurikulum. Keseluruhan
metode, (5) alokasi waktu, (6) alat, bahan, dan kebutuhan guru kimia terhadap material
sumber belajar, (7) proses pembelajaran, dan kurikulum ditunjukkan pada Gambar 6.

PENGETAHUAN TENTANG PENGETAHUAN TENTANG


KURIKULUM MATERI SUBYEK KIMIA

LKK = Level dan Komponen Kurikulum FORMULA KUNCI DPK = Dimensi Pengetahuan Kimia
DK =Desain Kurikulum PKM = Peta Konsep Materi
PK = Pengembangan Kurikulum DKUM = Deskripsi Konsep Utama Materi
SNP = Standar Nasional Pendidikan DKPPT = Deskripsi Konsep Prasyarat,
LMK = Lingkup Materi Kimia Pengayaan, dan Terapan
SRK = Silabus Dan RPP Kimia DMM = Deskripsi Miskonsepsi Materi
SBS = Sumber Bacaan Siswa

KETERAMPILAN AKADEMIK GURU KIMIA

LMAS= Latihan Menyusun dan AnalIsis Silabus


LMARPP = Latihan Menyusun dan Analisis RPP
FORMULA KUNCI

LMALKSG = Latihan Menyusun dan Analissi Lembar Kerja Siswa


FORMULA KUNCI

dan Guru
LMAMP = Latihan Menyusun dan Analisis Media Pembelajaran
LMASBS = Latihan Menyusun dan Analisis Sumber Belajar Siswa
LMAST = Latihan Menyusun dan Analisis Soal Tes
LMKKM = Latihan Menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal
LVST = Latihan Validasi Soal Tes
LSMP = Latihan Simulasi dan Merefleksi Pembelajaran
LMEL = Latihan Mengembangkan Eksperimen Laboratorium
LIPTK = Latihan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas
PENGETAHUAN TENTANG
PEMBELAJARAN KIMIA
PENGETAHUAN TENTANG
PENGEMBANGAN KEPROFESIONALAN
MPMPK = Model, Pendekatan,dan Metode
Pembelajaran Kimia
PPGI = Perkembangan Pendidikan Guru di
PPM = Penilaian Pembelajaran Materi
Indonesia
PKKM = Penentuan Kriteria Ketuntasan
HKG = Hak dan Kewajiban Guru (kimia)
Minimal
FORMULA KUNCI ISG = Interaksi Sosial Guru (kimia)
VST = Validasi Soal Tes
PDG = Pengembangan Diri Guru (kimia)
PLKSG = Penyusunan Lembar Kerja Siswa
PTK = Penelitian Tindakan Kelas
dan Guru
PMP = Pengembangan Media Pembelajaran
PKL = Pengelolaan Kelas dan Laboratorium

Gambar 6. Kebutuhan Guru Kimia terhadap Material Kurikulum Model ATK


Momo Rosbiono, Analisis Kebutuhan Guru Kimia terhadap Material Kurikulum Model “ATK” dan Pola Edukasi “ADIR” 193

2. Kebutuhan Guru Kimia dalam Kebutuhan guru kimia dalam melakukan


Menggunakan Material Kurikulum absorbing terhadap informasi yang ada
Melalui Pola Edukasi ADIR dalam material kurikulum tertera pada
a. Kebutuhan Guru Kimia dalam Melakukan Gambar 7.
Absorbing Material Kurikulum

Gambar 7. Kebutuhan Guru Kimia dalam Melakukan Absorbing Informasi Material Kurikulum (n = 72)
BKM= Belajar atau Kerja Mandiri; MM = Mengikuti Magang; MT = Mengikuti Tutorial;
SL = Studi Lanjut; MDMK = Membaca Dokumen Material Kurikulum;
MIPP = Mencari Informasi Permasalahan Pembelajaran.
Data di atas menunjukkan bahwa untuk kurang menghendaki belajar atau bekerja
menginternalisasi atau menyerap konsep- mandiri.
konsep yang isinya terkandung dalam material
kurikulum dapat dilakukan melalui beberapa b. Kebutuhan Guru Kimia dalam Melakukan
cara, baik secara langsung membaca dokumen Aktivitas (doing) yang Dilatihkan dalam
material kurikulum, melalui magang, bahkan Material kurikulum
mereka memiliki kemauan untuk mencari Kebutuhan guru kimia dalam melakukan
informasi terhadap permasalahan yang diajukan aktivitas (doing) yang dilatihkan dalam material
dalam material kurikulum. Namun mereka kurikulum tertera pada Gambar 8.

Gambar 8. Kebutuhan Guru Kimia dalam Melakukan Doing yang Dilatihkan dalam
Material Kurikulum (n = 72)
ML= Melakukan Lokakarya; MP = Mengikuti Pelatihan; MBA = Menyusun Bahan Ajar;
MMDMK = Menyelesaikan Masalah Dalam Material Kurikulum;
MUOE = Melakukan Uji Optimasi Eksperimen.
Berdasarkan data di atas menyatakan upaya untuk menyusun bahan ajar sendiri
bahwa kegiatan yang dibutuhkan guru kimia hampir setengah jumlah peserta masih
yang menjadi subyek penelitian dalam menyatakan belum siap.
menyelesaikan permasalahan yang disajikan
dalam material kurikulum cenderung c. Kebutuhan Guru Kimia dalam Melakukan
menghendaki melalui pelatihan, dan lokakarya. Interacting yang Dilatihkan dalam Material
Mereka memiliki kemauan tinggi untuk berlatih Kurikulum
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran Kebutuhan guru kimia dalam melakukan
bahkan untuk melakukan ujicoba optimasi interacting yang dilatihkan dalam material
prosedur eksperimen di laboratorium. Namun kurikulum tertera pada Gambar 9.
194 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 1, April 2011, hlm. 185-196

Gambar 9. Kebutuhan Guru Kimia dalam Melakukan Interacting yang Dilatihkan dalam
Material Kurikulum (n = 72)
MDTBSS= Mengikuti Diskusi dengan Teman Bidang Studi Sejenis; MDTBSB = Mengikuti Diskusi dengan
Teman Bidang Studi Berbeda; MDDBSS = Megikuti Diskusi dengan Dosen Bidang Studi Sejenis;
MDDBSB = Mengikuti Diskusi dengan Dosen Bidang Studi Berbeda; BPS = Berpartisipasi sebagai Peserta
Seminar; MBABSS = Mengikuti Bimbingan dengan Ahli Bidang Studi Sejenis.
Bimbingan oleh ahli dan diskusi akademik yang selama ini agak menurun, dengan isi
dengan teman sejawat yang berlatar belakang kegiatan didasarkan atas latihan-latihan yang
bidang studi sejenis merupakan bagian dikembangkan dalam material kurikulum.
pengembangan keprofesionalan yang sangat
mereka butuhkan, sedangkan dengan ahli dan d. Kebutuhan Guru Kimia dalam Melakukan
teman sejawat berbeda bidang studi kurang Reflecting yang Dilatihkan dalam Material
mendapat perhatian. Adanya kebersamaan Kurikulum
yang cukup tinggi diantara teman sejawat Kebutuhan guru kimia dalam melakukan
bidang studi sejenis merupakan peluang untuk reflecting yang dilatihkan dalam material
lebih mengoptimalkan fungsi dan peran MGMP kurikulum tertera pada Gambar 10.

Gambar 10. Kebutuhan Guru Kimia dalam Melakukan Reflecting yang Dilatihkan dalam
Material Kurikulum (n = 72)
BSPS = Berpartisipasi Sebagai Penyaji Seminar; MPS = Mengikuti Program Sertifikasi; MRP = Melakukan
Refleksi Pembelajaran; MEI = Melakukan Evaluasi Internal; MEE = Melakukan Evaluasi Eksternal;
MIP = Melakukan Inovasi Pembelajaran; AKMR = Acuan Keberhasilan Melakukan Refleksi.

Refleksi akademik guru kimia yang dapat dilatihkan. Melalui pembiasaan mengadakan
dilakukan melalui pemanfaataan material refleksi pembelajaran, maka ketergantungan
kurikulum diantaranya adalah membuat terhadap pelatih dapat dikurangi, sehingga
rencana dan simulasi pembelajaran. Untuk pengembangan keprofesionalan guru dapat
mengetahui tingkat keberhasilan dari setiap berjalan secara berkesinambungan.
individu yang berlatih, diperlukan adanya Keseluruhan kebutuhan guru kimia
evaluasi internal dan eksternal disertai adanya terhadap pola edukasi penggunaan material
kunci jawaban dari setiap permasalahan yang kurikulum ditunjukkan pada Gambar 11.
Momo Rosbiono, Analisis Kebutuhan Guru Kimia terhadap Material Kurikulum Model “ATK” dan Pola Edukasi “ADIR” 195

EVALUASI
EKSTERNAL

PROGRAM
SEMINAR
SERTIFIKASI
REFLEKSI BIJAK

LOKAKARYA STUDI LANJUT

INTERAKSI PENDALAMAN
PERFORMA PERFORMA
AWAL BIMBINGAN PELATIHAN AKHIR
GURU KIMIA GURU KIMIA
SMA SMA
KERJA SKILLS

DISKUSI TUTORIAL

ABSORPSI PENGETAHUAN
KERJA
MANDIRI MAGANG

EVALUASI
INTERNAL

Gambar 11. Kebutuhan Guru Kimia dalam Menggunakan Material Kurikulum


Melalui Pola Edukasi ADIR

KESIMPULAN metode pembelajaran; penilaian pembelajaran


Material Kurikulum (MK) yang cocok materi kimia; penentuan Kriteria Ketuntasan
untuk memenuhi kebutuhan akademik guru Minimal; validasi soal tes; penyusunan Lembar
kimia yang menjadi subyek penelitian adalah Kerja Siswa dan Guru (LKSG); pengembangan
MK dengan model ”Amalgamation Teacher media pembelajaran; pengelolaan kelas dan
Knowledge” (ATK). Model ini didasarkan atas laboratorium. Materi esensi pengembangan
prinsip pemaduan konsep-konsep esensial keprofesionalan guru kimia meliputi
kurikulum, materi subyek kimia, pembelajaran perkembangan pendidikan guru di Indonesia,
kimia, pengembangan keprofesionalan, hak dan kewajiban guru kimia, interaksi sosial
keterampilan akademik dan yang dihubungkan guru kimia, pengembangan diri guru kimia, dan
melalui ”formula kunci”. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Materi
Struktur MK yang sesuai dengan latihan keterampilan akademik yang dibutuhkan
kebutuhan akademik guru kimia menampilkan terdiri dari penyusunan silabus, RPP, LKSG,
adanya tujuan yang akan dicapai, uraian materi, media pembelajaran, sumber belajar siswa, soal
pertanyaan, latihan, dan kunci jawaban. tes, KKM, validasi soal tes, simulasi dan
Isi MK yang sesuai kebutuhan akademik refelksi pembelajaran, pengembangan
guru kimia meliputi konsep esensi kurikulum, eksperimen kimia, dan latihan implementasi
materi kimia, pembelajaran, pengembangan PTK.
keprofesionalan guru kimia, dan keterampilan Pola edukasi yang dibutuhkan guru kimia
akademik guru kimia. Konsep esensi kurikulum dalam menggunakan MK adalah bimbingan dan
yang dibutuhkan terdiri dari level dan latihan melalui mekanisme ”Absorbing, Doing,
komponen kurikulum, desain kurikulum, Interacting, and Reflecting” (ADIR).
pengembangan kurikulum, Standar Nasional
Pendidikan, Lingkup materi kimia di SMA,
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran DAFTAR PUSTAKA
(RPP) kimia. Konsep esensi materi kimia yang Adiningsih, NU. (2002). “Kualitas dan
dibutuhkan terdiri dari dimensi pengetahuan Profesionlisme Guru”. http://www.
kimia; peta konsep materi; deskripsi konsep pikiranrakyat.com.
utama materi; deskripsi konsep prasyarat, Anitah, Sri et al. (2007). Strategi Pembelajaran
pengayaan, dan terapan; deskripsi miskonsepsi Kimia. Jakarta : Penerbit Universitas
materi yang diajarkan; dan sumber bacaan Terbuka.
siswa. Konsep esensi pembelajaran yang
dibutuhkan adalah model, pendekatan dan
196 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 1, April 2011, hlm. 185-196

Arifin, M. et al. (2007). Pengembangan – 124). Dordrecht: Kluwer Academic


Kurikulum dan Pembelajaran Kimia. Pubblishers.
Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka. Dharma, S. (2008). Penilaian Kinerja Guru.
Ball, D. L. and Cohen, D. K. (1996). “Reform Jakarta: Ditjen PMPTK.
by the Book: What Is-Or Might Be-the Howe, A.C. (1996). Development of Science
Role of Curriculum Materials in Teacher Concept within a Vygostkian framework.
Learning and Instructional Reform?”, Science Education, 72(1), 41-49.
Educational Researcher, vol. 25, number Johnstone, A.H. (1993). The Development of
9, pp. 6-8, 14. Chemistry Teaching: A Changing reponse
Borg, W. dan Gall, M. (2003). Educational to changing demand. Journal of Chemical
Research: An Introduction. USA: Pearson Education, 70(9), 701-705.
Education Inc. Karyadi, B. (2007). Pembaharuan dalam
Clark, D. (2000). ADDIE Model. Pembelajaran Kimia. Jakarta: Penerbit
http://www.nwlink.com/~donclark/ hrd/ Universitas Terbuka.
history/ history.html. Kauffman et al. dalam Grossman, P. and
Cruickshank, D.R. (1990). Research That Thompson, C. (2004). Curriculum
Informs Teachers and Teacher Educators. Materials: Scaffolds for New Teacher
Bloomington, Indiana: Phi Delta Kappa. Learning ?. University of Washington :
Curriculum Council. (2003). Chemistry Center for Study of Teaching and Policy.
Syllabus. Retrieved 15/1/2004. Ma’ruf. (2009). Menjadi Guru Profesional.
Dasuki, A. (2009). Reformasi Guru dan Suara Guru .Wordpress.com.
Tantangannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pidarta. (1999). Pemikiran tentang Supervisi
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Kependidikan. Reitano, P. (2004). From Preservice to
Davis, E.A. and Krajick, J.S. (2005). Designing Inservice Teaching: A Study of Conseptual
Educative Curriculum Materials to Change and Knowledge in Action.
Promote Teacher Learning. Educational Australia: Faculty Education Griffith
Reseacher. University Michigan : Vol. 34, University.
No. 3, pp. 3-14. Schneider, R.M and Krajcik, J., and Marx, R.
Depdiknas. (2005). Undang-Undang No. 14 (2000). The Role of Educative Curriculum
tahun 2005 tentang Undang-Undang Guru Materials in Reforming Science Education.
dan Dosen. Jakarta: Depdiknas. Fourth International Conference of the
Depdiknas, 2005. Pembinaan Profesionalisme Learning Sciences. Michigan University.
Tenaga pengajar (Pengembangan National Science Foundation as part of the
Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Center for Learning Technologies in
Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Education Grant.
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Soetjipto, R.K. (1999). Profesi Keguruan.
Depdiknas. Jakarta: Rineka Cipta.
De Vos et al. (2003). Chemistry Curricula for Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian
General Education: Analysis and Elements Pendidikan. Bandung: PT Remaja
of a Design. In J.K. Gilbert, O. De Jong, Rosdakarya.
R.Justi, D.F. Treagust & J.H. Van Driel Wardani. (1998). “Program Pemberdayaan
(Eds.), Chemical Education: Toward Guru.” Jurnal Ilmu Pendidikan, November
Research based Practice, (Vol. 17, pp. 101 1998, Jilid 6. No. 4 Hal. 289-301.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai