OLEH :
SYAIFIL MAZANA
203110156
2A
Dosen Pembimbing :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 4
A. Latar Belakang ..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................5
A. Konsep Dasar Tentang Perilaku Kekerasan...............................................................5
a) Pengertian.........................................................................................................5
b) Rentang Respon Marah....................................................................................5
c) Faktor Predisposisi............................................................................................6
d) Faktor Presipitasi..............................................................................................7
e) Tanda dan Gejala..............................................................................................7
f) Penatalaksanaan................................................................................................8
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Perilaku Kekerasan.............................................10
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................25
A. Kesimpulan................................................................................................................25
B. Saran..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 26
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara
negara maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak di anggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, data menghitung bahwa sebanyak 2% penduduk dunia
menderita gangguan jiwa sedangkan di negara kita sendiri yaitu Indonesia 1 dari 4 penduduk
mengalami gangguan jiwa.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan di bawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa.
Sering terlihat klien di ikat dengan tidak manusiawi di sertai bentakan dan pengawalan dari
sejumlah anggota keluarga bahkan melibatkan anggota kepolisian.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga atau orang lain, merusak alat
rumah tangga dan marah – marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan
oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama
perawatan klien sewajarnya keluarga sudag mendapatkan pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang di berikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan
perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan
perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol
perilaku kekerasan nya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Dasar Mengenai Perilaku Kekerasan ?
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Perilaku Kekerasan ?
C. Tujuan Penulisan
• Untuk Mengetahui Konsep Dasar Dari Perilaku Kekerasan
• Untuk Mengetahui Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Perilaku Kekerasan
BAB 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga
disebut gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor
dengan gerakan motoric yang tidak terkontrol. (Yosep,2013)
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan
(panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu
rentang, dimana agresi verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) disisi lain.
(Yosep,2011)
c. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya
mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut di alami oleh
individu. ( Muhith,2015)
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau sanksi penganiayaan.
b. Sosial Budaya
Marah dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan, maka semakin besar kemungkinan terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respon yang dipelajarinya
c. Biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan kemarahan
mengakibatkan terjadinya kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
interpretasi indera penciuman dan memori).
d. Perilaku
Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
d. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik injuri fisik,
psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut : ( Muhith,2015)
Tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan mata tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat, sering memaksakan kehendak, merampas makanan dan
memukul bila tidak sengaja.
a. Motor Agitation
Gelisah, mondar-mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang
mengencang, pernafasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam.
b. Verbal
Memberi kata-kata ancaman melukai, disertai melukai pada tingkat ringan,
bicara keras, nada suara tinggi, berdebat.
c. Efek
Marah, bermusuhan, kecemasana berat, efek labil, mudah tersinggung.
d. Tingkat kesadaran
Bingung, kacau, perubahan status mental, disorientasi dan daya ingat menurun.
f. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
TERAPI INDIVIDU
TERAPI KELUARGA
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Stimulasi Persepsi : Perilaku Kekerasan
TERAPI OKUPASI
Terapi ini sering disebut dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk
kegiatan seperti membaca Koran, main catur dapat dijadikan media yang penting setelah mereka
melakukan kegiatan itu diajak untuk berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti
kegiatan bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi.
b. Medis
1) Farmakologis
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya:
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka
dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
c) Aktivitas motoric
Biasanya agresif, menyerang diri sendiri orang lain maupun menyerang
objek yang ada di sekitarnya. Klien perilaku kekerasan terlihat tegang
dan gelisah, muka merah dan jalan mondar-mandir.
d) Afek dan Emosi
Biasanya klien perilaku kekerasan efek dan emosinya labil, emosi klien
cepat berubah-ubah cenderung mudah mengamuk, membanting barang-
barang atau melukai diri sendiri, orang lain maupun objek sekitar dan
berteriak-teriak.
e) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien perilaku kekerasan selama interaksi wawancara biasanya
mudah marah, defensif bahwa pendapatnya paling benar, curiga, sinis
dan menolak dengan kasar. Bermusuhan dengan kata-kata atau
pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah. Curiga dengan
menunjukkan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau
orang lain
f) Persepsi/sensori
Biasanya pasien berniatt untuk melukai orang yang berada disekitarnya
jika pasien mendengar bisikan-bisikan yang membuat emosi pasien
meningkat dan tidak terkendali.
h. Masalah Psikososial
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki masalah dengan kejiwaan
yang membuat orang lain ketakutan sehingga pasien tdak mampu berinteraksi
dengan masyarakat.
i. Pengetahuan
Biasanya pasien memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit dan
gangguan jiwa serta penyebab marah.
2. Pohon Masalah
3. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku Kekerasan
Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping)
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, obat, dosis, waktu, cara
pemberian)
Anjurkan untuk membicarakan efek daan efek samping obat yang dirasakan
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Implementasi yaitu perawat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan
memanajemen perilaku kekerasan .
5. Evaluasi Keperawatan
Mengukur apakah tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat mengobservasi
perilaku klien. Di bawah ini beberapa perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi yang
positif:
2) Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
3) Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada yang lain
marahnya
A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Klien tampak selalu emosi dan marah
Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
Tujuan SP 1
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab, tanda dan gejala serta mengontrol
secara fisik
SP 1 Pasien
Mengidentifikasi penyebab, tanda gejala resiko perilaku kekerasan serta mengontrol
secara fisik
Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang dilakukan
Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
Membantu pasien cara mempraktikkan dan mengontrol perilaku kekerasan
B. Strategi Keperawatan
1) Salam Terapeutik
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Masih ada perasaan marah atau
kesal?”
3) Kontrak Waktu
FASE KERJA
”Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak pernah marah?
Penyebabnya apa? Sama kah dengan yang sekarang? Kalau marah biasanya sering memukul
sesuatu atau tidak? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak, salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Begini Pak, kalau tanda-
tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul Bapak sudah biasa melakukannya.”
FASE TERMINASI
1) Evaluasi Subjektif
“Ya, jadi ada 2 penyebab Bapak marah ....(sebutkan) dan yang Bapak rasakan
...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan...(sebutkan) serta akibatnya...
(sebutkan). Bapak sudah bisa memperagakan tarik nafas dalam tadi dengan
baik.”
3) Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Berapa kali bapak mau
latihan dalam sehari? Mau jam berapa saja latihannya?”
4) Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan rasa marah?”
Waktu
”Nanti 2 jam lagi saya akan datang ke sini. Bagaimana, Bapak mau kan?”
Tempat
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan di anggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan
(panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri di pandang sebagai suatu rentang,
dimana agresive verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence ) di sisi yang lain.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang Proses Keperawatan Pada Perilaku Kekerasan serta
dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-
Komprehensif.pdf
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI