Anda di halaman 1dari 4

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA RUPTURE PERINEUM

PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH KOLAKA


Zafitri Nulandari*a, Andi Nilawati Usman*a,,Risfa Yulianty*b, Veni Hadju*c, Sri Ramadhani*d,
Aryadi Arsyad*e

a
Departemen Kebidanan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Indonesia
b
Departemen Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Indonesia
c
Departemen Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Indonesia
d
Departemen Klinik Patologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Indonesia
e
Departemen biostatistika, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Indonesia

*Corresponding Author
Email: nulandariz20p@student.unhas.ac.id; astrizafitri@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan: Pada pasca persalinan dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti
perdarahan, salah satunya Rupture perineum. Ruptur perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin yaitu, dan faktor penolong.
Adapun Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui Faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya rupture pada Ibu Bersalin di rumah sakit Benyamin Guluh Kolaka.
Metode: Desain penelitian menggunakan explanonatory research. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengumpulkan semua data ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka Pada bulan januari-oktober tahun 2021.
Hasil:
Kesimpulan : penyebab perdarahan pada ibu bersalin yang paling banyak adalah rupture
perineum yang sangat perlu mendapat perhatian pada calon ibu yang akan bersalin sehingga
dapat mengurangi resiko rupture khususnya pada ibu primigravida maupun multigravida
Kata kunci: Persalinan, Rupture Perineum, Perdarahan

Pendahuluan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin dan plasenta dari Rahim
melalui jalan lahir, pada periode pasca persalinan, sulit untuk menentukan terminologi berdasarkan
batasan kala persalinan yang terjadi dari kala I sampai kala IV. Pada pasca persalinan dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti perdarahan karena atonia uteri, retensio plasenta, dan rupture
perineum.
Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir atau robeknya perineum pada saat janin lahir,
yang biasa terjadi saat kelahiran bayi dengan menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat.
Robekan ini sifatnya traumatik karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin lewat.
Ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya.
Menurut World Health Organization (WHO) angka Kematian Ibu adalah kematian selama
kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera. Angka Kematian Ibu didefinisikan sebagai AKI per 100.000 Kelahiran Hidup. Menurut
WHO, kematian ibu umumnya akibat komplikasi saat dan pasca kehamilan.
Pada tahun 2017 sekitar 810 ibu di dunia meninggal dunia akibat persalinan. 94% dari semua
kematian ibu terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Menurut laporan World
Health Organization (WHO), penyebab langsung kematian ibu terjadi saat dan pasca-melahirkan. 75%
kasus kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan, infeksi, atau tekanan darah tinggi saat kehamilan. Data
World Bank mencatat, Indonesia menduduki posisi ketiga AKI tertinggi tahun 2017 dengan 177 kematian
per 100 ribu kelahiran.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 menyatakan Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan
angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs. Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari
pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan
4.627 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar
4.221 kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh
gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110
kasus, dan sebanyak 1.330 kasus perdarahan.
Berdasarkan data dinas Kesehatan kabupaten kolaka Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kolaka
pada tahun 2016 yaitu sebanyak 117, tahun 2017 sebanyak 137, tahun 2018 sebanyak 165 dan
meningkat pada tahun 2019 yaitu 186. dimana sejak tahun 2016 sampai tahun 2019 terjadi kenaikan
yang konsisten hingga mencapai angka 186 per 100.000 Kelahiran Hidup. Kasus kematian secara absolut
sebanyak 5 orang dimana 1 kasus di masa kehamilan dan 4 kasus di masa nifas. Berdasarkan penyebab,
kasus kematian ibu ini 2 di antaranya karena perdarahan dan 3 kasus karena penyebab lain-lain.
Penyebab langsung kematian ibu terkait persalinan terutama adalah perdarahan postpartum
menjadi penyebab utama, 41% kematian ibu di Indonesia. Angka kejadian perdarahan post partum
berkisar antara 5% sampai 15 % dimana frekuensi kejadian perdaran post partum menurut penyebabnya
yaitu : atonia uteri 50-60 %, retensio plasenta 16-17%, sisa plesenta 23-24%, rupture perenium 4-5 %
dan kelainan darah 0,5-0,8 %
Robekan perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin yaitu,
dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak
ditolong. Pasien tidak mampun berhenti mengejan, partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan
dorongan fundus yang berlebihan,edema dan kerapuhan pada perineum, varikositasvulva melemahkan
jaringan perineum,arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan
kepala bayi kearah posterior, perluasan episiotomi. Faktor janin antara lain bayi yang besar, posisi
kepala yang abnormal (misalnya presentasi muka ), kelahihan bokong, ektraksi forceps yang sukar
distosia bahu,anomaly,congenital, seperti hiydrosepalus. Faktor penolong yaitu posisi meneran pada
posisi persalinan.
Berdasarkan data sekunder yang di dapatkan di Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka pada
tanggal 1 september 2021, dari bulan Januari – Oktober 2021 terdapat …. orang ibu bersalin. Dari 9….
orang ibu bersalin terdapat … orang ibu yang mengalami rupture perineum. Tujuan penelitian untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin di Rumah
Sakit Benyamin Guluh Kolaka.

Metode
Desain penelitian menggunakan explanonatory research yang dilakukan menggunakan
analisis dinamika kolerasi antara fenomena, baik antara factor resiko (independent) maupun
factor (dependent). Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
factor yang berhubungan dengan terjadinya tingkat derajat rupture perineum pada ibu bersalin di
rumah sakit benyamin guluh kolaka.
Pengambilan data sekunder dilakukan di rumah sakit benyamin guluh di jl DR. Sutomo,
no.1, Kolaka. dan dilakukan pada bulan januari-oktober tahun 2021. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data ibu bersalin yang mengalami rupture
perineum pada ibu bersallin, Adapun variabelnya paritas, umur, jarak kehamilan, jenis kelamin
bayi, berat badan bayi lahir, tingkat rupture perineum.
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan pada tiap
variable dan hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat
dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi

Hasil

Tabel 1. Distribusi frekuensi dengan rupture perineum berdasarkan paritas, umur, jarak
kehamilan, jenis kelamin, berat badan bayi lahir
Distribusi Reponden Berdasarkan Rupture Perineum

Tabel 2. Tabulasi silang antara berdasarkan paritas, umur, jarak kehamilan, jenis
kelamin, berat badan bayi lahir dengan rupture

Diskusi
Hubungan paritas dengan rupture perineum

Hubungan umur dengan rupture perineum

Hubungan jarak kehamilan dengan rupture perineum

Hubungan jenis kelamin dengan rupture perineum

Hubungan berat badan bayi lahir dengan rupture perineum


Jenis
Distribusi Reponden Berdasarkan Rupture Perineum
Dari tabel 5 di atas menunjukan bahwa dari 332 ibu bersalin spontan yang terjadi di Rumah Sakit
Permata Bunda Purwodadi pada ibu dengan BBL Rendah yang mengalami rupture perineum sebanyak
22 orang (7,5%) dan yang tidak rupture perineum 32 (9,63%). Ibu bersalin BBL normal yang mengalami
rupture perineum sebanyak 220 orang (75,8%) dan yang tidak rupture perineum 22 orang (52,3%). Ibu
bersalin BBL besar yang mengalami rupture perineum sebanyak 48 orang (16,5%) dan yang tidak rupture
perineum 10 orang (23,8%).

Anda mungkin juga menyukai