protein plasma
hipoalbumenia lipoprotein
3. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Urin
Urinalisis adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis sindroma
nefrotik. Proteinuria nefrotik akan terlihat oleh 3+ atau 4+ pada dipstik
bacaan, atau dengan pengujian semi kuantitatif oleh asam sulfosalicylic.
Sebuah 3+ merupakan 300 mg/dl dari protein urin atau lebih, yaitu 3g/L
atau lebih dan dengan demikian dalam kisaran nefrotik. Albumin adalah
protein utama yang diuji.
a. Protein >3,5 gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari
b. Urinal cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstik positif untuk protein dan darah
d. Berat jumlah urin menigkat normal : 285 mosmol
2) Darah
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a. Protein total menurun (N:6,2-8,1 mg/100ml)
b. Albumin menurun (N:4-5,8 mg/100 ml). Hal ini disebut sebagai
hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/100
ml). Pada sindroma nefrotik ternyata kata bolisme protein meningkat
akibat katabolisme protein yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan
katabolisme ini merupakan factor tambahan terjadinya
hipoalbuminemia (albuminuria). Pada sindroma nefrotik sering pula
dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus sehingga intake
berkurang yang pada gilirannya dapat menimbulkan hipoproteinemia.
Pada umumnya edema anasarka terjadi bila kadar albumin darah < 2
gram /100 ml, dan syok hipovolemia terjadi biasanya pada kadar <
1gram/100 ml (Amin,2015:23)
3) Pemeriksaan Diagnostik
a. Rotngen dada bisa menunjukkan adanya cairan yang berlebihan.
b. USG ginjal CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan ginjal.
c. Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis
kronis atau pembentukan jaringan parut yang tidak spesifik pada
glomeruli (Amin,2015:23)
4. Penatalaksanaan
Pengobatan sindroma nefrotik terdiri dari pengobatan spesifik yang
ditunjukkan terhadap penyakit dasar pengobatan non-spesifik untuk
mengurangi protenuria, mengontrol edema dan mengobati komplikasi.
Etiologi sekunder dari sindrom nefrotik harus dicari dan diberi terapi, dan obat
obatan yang menjadi penyebabnya disingkirkan.
a. Diuretik
Deuretik furosemid 1-2mg/kgBB/dosis 2-4 kali sehari.
Diuretik kuat (loop diuteric) misalnya furosemid (dosis awal 20-
40mg/hari) atau golongan tiazid dengan tanpa kombinasi dengan
potassium sparing diuretic ( spinronolakton) digunakan untuk mengobati
edema dan hipertensi. Penurunan berat badan tidak boleh melebihi
0,5kg/hari.
b. Diet
Diet untuk pasien sindrom nefrotik adalah 35kal/kgbb./hari, sebagian
besar terdiri dari karbohidrat. Diet rendah garam (2-3gr/hari) rendah lemak
harus diberikan. Pembatasan asupan protein 0,8-1,0gr/kgBB/hari dapat
mengalami kekurangan vitamin ini.
c. Terapi antikoagulan
Bila didiagsis adanya peristiwa tromboebolism, terapi antiokoagulan
dengan heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk
mencapai waktu tromboplastin parsial (PPT) terapeutik mugkin
meningkat karena adanya penurunan jumlah antitrombin lll. Setelah terapi
heparin intravena, antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai
sindrom nefrotik dapat diatasi.
d. Terapi obat
Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pembeirian kortikosteroid
yaitu prednisone 1-1,5mg/hari dosis tunggal pagi hari selama 4-6 minggu.
Kemudian dikurangi 5mg/minggu sampai terjadi dosis maintenance (5-
10mg) kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan dihentikan dalam 1-2
minggu. Bila pada saat tapering off, keadaan penderita memburuk kembali
(timbul edema, protenuri), diberikan kembali full dose selama 4 minggu
kemudian tapering off kembali.
Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan pada pasien dengan
nefropati membranosa dan glomerulosklerosis fokal untuk mengurangi
sintesis protagladin yang menyebabkan dilatasi. Ini menyebabkan
vasokontriksi kasus penurunan proteinuria sampai 75.
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak ada respon,
kambuh yang berulang kali atau timbul afek samping kortikosteroid. Dapat
diberikan siklofosfamid 1,5mg/kbBB/hari.
Obat penurunan lemak golongan statin seperti simvastatin, pravastin dan
lovastatin dapat menurunkan kolestrol LDL. Trigliserida dan
meningkatkan kolestrol HDL.
Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (captopril 12,5mg), kalsium
antagonis (Herbeaser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat enzim
konversi angiotensin ( angiotensin converting enzyme inhibitors) dan
antagonis reseptor angiotensin ll dapat menurunkan tekanan darah dan
kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam menurunkan
proteinuria (Amin:2015:18)
a) Ansietas
b) Posisi tubuh
c) Drformitas tulang
d) Deformitas dinding dada
e) Penurunan energi dan kelelahan
f) Hiperfentilasi
g) Sindroma hipoventilasi
h) Kerusakan muskulus skeletel
i) Imaturitas neurologis
j) Disfungsi neuromuskular
k) Obesitas
l) Nyeri
m) Kerusakan persepsi atau kognitif
n) Kelelahan otot-otot pernafasan
o) Cedera medula spinalis(Wilkinson,2013:99)
c. Resiko infeksi
Definisi : berisiko terhadap invasi organisme patogen
Fakto-faktor resiko :
a) Penyakit kronis
b) Penekanan sistem imun
c) Ketidak adekuatan imunitas dapatan
d) Pertahanan primer tidak adekuat (mis, kulit luka, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh, perubahan pH sekresi, dan
gangguan peristalsis)
e) Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai (mis, hemoglobin turun,
leukopenia, dan supresi respons inflamasi)
f) Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen
g) Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan patogen
h) Prosedur invasif
i) Malnutrisi
j) Agens farmasi (mis, obat imunosupresi)
k) Pecah ketuban
l) Kerusakan jaringan (wilkinson,2013:423)
Aktifitas Keperawatan
a) Tentukan lokasi dan derajat edema parifer, sakral, dan periorbital pada
skala 1+ sampai 4+
b) Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diinfeksikan
dengan peningkatan tanda gawat napas, pningkatan frekuensi nadi,
peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal, atau suara
nafas tidak normal
c) Kaji ekstermitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan
sirkulasi dan integritas kulit
d) Kaji efek pengobatan (misalnya, steroid,diuretik,dan litium) pada
edema
e) Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstermitas
f) Manajement cairan (NIC):
1) Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
2) Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
3) Pantau hasil laboratorium yang relavan terhadap retensi cairan
(misalnya, peningkatan berat jenis urine, peningkatan BUN,
penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar osmolalitas urine)
4) Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan (misalnya, crakle,
peningkatan CVP atau tekanan baji kapiler paru,edema,distensi
vena leher,dan asites),sesuai dengan keperluan.
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
Aktivitas kolaboratif
Aktifitas lain
Aktifitas keperawatan
Aktivitas Kolaboratif
Aktifitas Lain :
Aktifitas keperawatan
Ativitas kolaboratif
1) Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau
kultur positif
2) Pengendalian infeksi (NIC):
Berikan antibiotik
Akifitas lain :
1) Lindungi pasien terhadap kontasminasi dengan tidak menugaskan
perawat yang sama untuk pasien lain yang mngalami infeksi dan
memisahkan ruang perawatan pasien dengan pasien yang
terinfeksi.
2) Pengendalian infeksi (NIC):
Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-
masing pasien.
Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan
Terapkan kewaspadaan universal
Batasi jumlah pengunjung (Wilkinson,2013:424-427)
5) Kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil :
Contoh menggunkan bahasa NOC
a) Menunjukkkan bahasa imobilitas: fisiologi, yang ditandai oleh
indikator berikut ( sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan,
atau tidak ada):
b) Menunjukkan interegitas jaringan Intergritas jaringan kulit: kulit
dan membran mukosa, yang dibuktikan oleh indikator berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringam, atau tidak
ada gangguan):
1) Sensai
2) Elastisitas
3) Hidrasi
4) Tekstur
5) Ketebalan
6) Keutuhan kulit
Contoh lain:
Pasien akan
1) Mendemostrasikan aktivitas perawatan kulit rutin yang efektif
2) Memiliki nadi kuat dan simetris
3) Memiliki warna kulit normal
4) Tidak mengalami nyeri di ekstremitas
5) Mengonsumsi makanan secara adekuat untk meningkatkan intergritas
kulit.
Aktifitas Keperawatan
a) Pada saat masuk rumah sakit dan ketika terjadi perubahan kondisi
fisik, kaji adanya faktor resikao yang dapat menyebabkan kerusakan
kulit (misalnya, harus terbaring ditempat tidur atau kursi, kehilangan
kendali sus atau kandung kemih, gizi buruk, dan kesadaran mental)
b) Identifikasi sumber penekanan dan friksi (misalnya, gips, linen, tempat
tidur, dan pakaian)
c) Pencegahn ilkus dikubitus (NIC)
Pantau kulit terhadap :
1) Ruam dan lecet
2) Warna dan suhu
3) Kelembapan dan kekeringan yang berlebihan
4) Area kemerahan dan rusak
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain:
Aktivitas lain :
1) Berikn bantalan pada ujung gips dan sambung traksi
Untuk individu ang hanya duduk dikursi
2) Pertimbangkan pertimbangkan kesejajaran postur, distribusi berat,
keseimbangan, dan kestabilan: dan pengurangan tekanan saat
memindahkan pasien kekursi atau kursi roda.
3) Ganti titik berat pasien setip 15jika mampu
4) Gunakan alat bantu penurun tekanan pada alat kursi, jangan
gunakan alat bantu berbentuk seperti donat Untuk pasien yang
hanya dapat berbaring ditempat tidur;
5) Hindari posisi langsung pada trokanter
6) Tinggalkan bagian kepala tempat tidur seminimal dan secepat
mungkin.
7) Gunakan kasur atau tempat tidur penurunan tekanan (misalnya,
busa, udara, egg-crate)
8) Gunakan teknik yang benar dalam mengubah posisi, memindahkn,
dan memiringkan.
9) Gunakan alat pengungkit, bukan menarik pasien saat pemindahan
dsn pengubshsn posisi.
10) Pengubahan ulkus dekubitus (NIC):
Ubah posisi setiap 1 sampai 2 jam secara teratur, jik perlu
Pasang palng sejajar untuk membantu pasien mengganti titik berat
secra sering.
Atur posisi dengan bantal untuk menaikkan titik penekanan dari
tempat tidur.
Gunakan pelindung dari siku, jika perlu (Wilkinson,2013:711-713)
DAFTAR PUSTAKA
Dkk, K. m. (2011). Ilmu Kesehatan Anak Esensial edisi Enam. Singapura: saunder selselvier.
Judith M. Wilkinson, N. (2013). buku saku diagnosis keperawatan edisi 9. Jakarta: EGC.
Majid, T. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: CV.Trans Info Media.
Nugroho, D. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, anak bedah, dan penyakit dalam.
yogyakarta: Nuha Medica.
Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-
Noc. yogyakarta: Media Hardy.
1. Seorang anak berusia 2 tahun mengidap penyakit nefrotik sindroma wajahnya sembab
atau edema dapat di hubungkan dengan ...
a. Hipoalbumin
b. Hipoproteinemia
c. Albuminuria
d. Hipertensi
e. Hematuria
3. An. A berusia 3 tahun di bawa ke UGD dengan keluhan nyeri pada bagian perut, tidak
nafsu makan, perut buncit, diare, N= 70x/menit, TD 90/65 mmHg,RR 16x/menit.
Pada pemeriksaan diagnostik ditemukan adanya hipoalbumin. Berdasarkan kasus
tersebut pemeriksaan yang paling menunjang adalah...
a. Darah
b. Pemeriksaan urin
c. Rontgen dada
d. USG ginjal
e. Biopsi Ginjal
4. Seorang anak berusia 4 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan tidak nafsu makan
perutnya buncit,diare, nyeri pada perut. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
ditemukan N: 70x/menit, TD: 80/60 mmHg, S: 36,5 0c, RR: 15x/menit. Pada kasus
tersebut tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah...
a. Pantau pola pernafasan
b. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat bronkodilator
c. Timbang berat badan setiap hari
d. Pantau hasil laboratorium
e. Pantau secara teratur lingkar abdomen
6. Nyoya A masuk rumah sakit dengan keluhan edema diseruluh badan, kemudian
Nynya A mendapat terapi deuretik frusoemid 1-2kali perhari pasien juga dianjurka
untuk diet 35kkal/kgbb/hari sebagian besar terdiri dari karbohidrat ,rendah garam 2-
3gr/hari termasuk juga rendah lemak dan juga pembatasan protein 0,8-
1,0gr/kgBB/hari.
Dari data diatas Nyoya A sedang mengalami perawatan untuk.
a.Mengurangi proteinuria dan mengontrol edema
b.Mengurangi nyeri
c.Memberi terapi obat-obatan
d.Memberi makanan TKTP
e.Memjaga keseimbangan volume cairan
7. Pasien masuk rumah sakit dengan keadaan proteinuria berat, terutama albuminuria
1g/m2/24am pasien juga mengalami hipoproteinemia (albumin serum <2,5g/dl)
edema dan hiperkolestrolemia (>250mg/dl).Pasien juga mendapat terapi berupa
pemberian kortikosteroid yaitu prednisone 1-1,5mg/hari.
Dari data diatas diagnose medis yang tepat untuk pasien tersebut adalah.
a.Menderita DBD
b.Menderita kanker mame
c.Mederita sindrom nefrotik
d.Gangguan keseimbangan nutrisi
e.Gangguan pencernaan
8. Anak usia 7 tahun masuk rumah sakit dengan edma pitting ata asites. Anoreksia,
malaise, dan nyeri perut tekanan darah meningkat 25% sedangkan tubular nekrosis
akut dan hipotensi akut dapat terjadi pada keadaan hipoalbumia da hipovolumia.
Diagnose keperawata yang paling utama pada pasien tersut adalah.
a.kekurangan kebutuhan cairan
b.Ketidak efektifan pola napas
c.Anoreksia
d.kelebihan volume cairan
e.Gangguan sitem imun