Contoh : Bila kita menggunakan obyek zat padat (paţhavi), maka kita dapat membuat segala sesuatu menjadi padat,
walaupun orang lain melihatnya sebagaimana adanya, misalnya seseorang yang dapat berjalan diatas air, baginya air
itu telah menjadi padat, tetapi orang lain mengatakan/melihat ia sedang berjalan diatas air.
Dalam pencapaian kemampuan batin ini, Karma pada kehidupan yang lampau sangat kuat pengaruhnya, ada
seseorang yang belum lama bermeditasi telah mencapai keadaan ini, tetapi bagi karmanya yang kurang baik, akan
sangat kesulitan untuk bermeditasi dan kemampuannyapun sangat terbatas.
Macam-macam Abhiññā
Memiliki Abhiññā adalah sangat berguna bagi seseorang untuk memperluas dan memperdalam pandangan kita
tentang kehidupan, alam semesta serta dapat menembus “Pengertian” yang selama ini belum dimengerti.
Penggunaan Abhiññā ini harus sesuai dengan Sila, karena kemampuan ini bisa merosot dan lenyap jika kita
melanggar sila.
Manfaatnya :
Dengan kemampuan ini; kita dapat melakukan banyak perbuatan baik untuk menolong orang lain yang letaknya jauh
dari keramaian /terpencil, sehingga ketika orang tersebut membutuhkan bantuan kita (emergency), dengan segera/
secepat itu pula kita sudah berada disana untuk memberikan pertolongan kepadanya.
Manfaatnya :
Dengan kemampuan ini; kita dapat mendengar percakapan makhluk-makhluk disekitar kita ataupun yang jaraknya
jauh, sehingga kita bisa mendapatkan informasi dengan cepat.
Manfaatnya :
Dengan kemampuan ini kita dapat membaca/mengetahui pikiran orang lain, sehingga memungkinkan kita dapat
memecahkan persoalan orang lain, walaupun orang tersebut tidak mau membuka rahasianya. Demikian pula dengan
memiliki kemampuan batin ini, kita tidak dapat ditipu orang lain yang hendak berbuat jahat.
Manfaatnya :
Dengan kemampuan ini ; kita dapat menjawab banyak masalah yang berkaitan dengan kehidupan masa lampaunya
ataupun riwayat hidup para Buddha dan para siswanya. Dengan Abhiññā inipun kebenaran kitab suci dapat diuji.
Manfaatnya :
Adalah lenyapnya semua kekotoran batin, ia mencapai penerangan agung (bodhi) dalam pengertian sebagai orang
suci yang bila meninggal dunia tidak akan terlahir kembali.
Bahayanya :
Seseorang yang memiliki Abhiññā sering dikenal sebagai orang sakti , Orang sakti belum tentu suci ia telah mencapai
kesucian, dan ada kemungkinan masih mempunyai keinginan untuk memuaskan nafsu-nafsunya, sehingga dapat
merugikan orang lain. Orang sakti yang tidak bermoral, kesaktiannya dapat luntur, tetapi kesaktian orang suci tak akan
pernah luntur karena orang suci tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar sila.
Kemampuan-kemampuan batin ini seolah-olah mustahil bagi pikiran manusia modern( No. 1 s/d 5 ). Tapi perlu diingat
bahwa semua kemampuan 1 s/d 5 ini bukanlah merupakan Tujuan dari ajaran Sang Buddha, namun yang terpenting
adalah kemampuan no.6, yaitu melenyapkan kekotoran batin secara mutlak atau mencapai nibbana.
Abyãpãda/(skt.Avyãpãda): Cinta kasih, kehendak baik atau penuh kebajikan untuk melawan kebencian, keinginan
jahat atau keengganan.
Nafsu lain yang paling memberontak yaitu kemarahan, keengganan, keinginan jahat atau kebencian yang dalam
bahasa Pali semuanya disebut byapada. Ia menghancurkan baik orang yang memilikinya maupun yang lain. Kata
abyapada dalam bahasa Pali, secara harafiah berarti “ tanpa permusuhan”, sesuai dengan kebajikan yang paling indah
Mettã (Skt. Maitri) yang berarti cinta kasih atau kehendak baik terhadap semua makhluk tanpa kecuali. Ia yang
pikirannya penuh cinta kasih tidak akan mempunyai kebencian kepada siapapun. Bagaikan seorang ibu yang tidak
membedakan antara dirinya dan anak tunggalnya, melindungi sampai bahkan juka harus mengorbankan hidupnya,
demikianlah pengembara yang mengikuti jalan tengah memancarkan pikiran cinta kasihnya menyamakan diri sendiri
dengan pihak lain. Metta Sang Buddha mencakup semua makhluk hidup, termasuk binatang.
Acinteyya/(skt. Acintya) : 1). Tak terpikirkan, 2). Tak terbatas, 3). Diluar jangkauan pikiran.
Adhivacana-samphassa : Kontak-ekspresi.
Adhukkhamasukha : Netral.
Adhyesana : Sembahyang.
Áhãra keempat merupakan kehendak untuk hidup, lahir, terlahir kembali, melangsungkan kehidupan dan untuk
menjadi lebih sempurna. Ahara ini menciptakan akar bagi kelahiran dan kelangsungan yang bergerak maju dengan
perbuatan baik dan buruk (kusalakusala kamma). Hal ini sama dengan kehendak (cetana).
Ahirika/(skt.Ahirika) : 1). Tidak malu untuk berbuat buruk, 2). Tidak mengindahkan moral.
Ajjhava : Kejujuran.
Ajjhosana : Kemelekatan.
Akkodha/(skt. akrodha) : 1). Bebas dari kebencian, 2). Bebas dari kemurkaan / kemarahan.
Akkosati/(skt.ãkrośati) : Menghina.
Ãkiñcaññayatana/(skt.akiñcanyãyatana): 1). Alam kekosongan, 2). Nama tingkat III arupajhana, yaitu batin yang
berada dalam keadaan kosong.
Tujuan kita belajar Dhamma (pariyatti) adalah untuk menyadari adanya akusala dalam diri kita. Pengertian Dhamma
yang kita miliki akan memungkinkan kita untuk menyadarinya. Karena tanpa menyadarinya, kita tidak akan mampu
untuk melenyapkannya. Kemudian, sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah, kita akan mulai untuk
mempraktikkan Dhamma dalam kehidupan kita, sehingga mulailah terjadi penyesuaian antara pengetahuan intelektual
dengan tingkah laku kita. Apa yang kita ketahui sebagai kebaikan secara teori, akan mulai kita terapkan, sehingga
pengetahuan yang kita miliki akan berguna bagi kita. Jika Dhamma tidak kita jalankan, maka tidak akan berguna dan
tidak akan mendatangkan hasil apapun.
Anãgami/(skt. anãgãmin) : Yang tidak akan pernah kembali lagi ke dunia ini, tingkat kesucian ke tiga.
Seorang Anagami ("Yang Tidak Terlahir Kembali") telah menghancurkan sepenuhnya kelima belenggu pertama. Ia
tidak lagi dilahirkan di alam nafsu. Namun pencapaiannya belumlah memadai untuk menjadikannya seorang Arahat,
dan bila ia belum sanggup untuk menjadi seorang Arahat pada kelahiran berikutnya, maka ia akan terlahir kembali di
surga pertama dari "lima kediaman suci", atau surga-surga terhalus dan termurni di antara surga-surga di Alam
Berwujud. Hanya seorang Anagamin-lah yang dilahirkan di sana. Di surga ini ia mengembangkan penembusannya
hingga menjadi dewa-Arahat yang berusia panjang.
2) Mereka yang mencapai penerangan selama pertengahan kedua dari masa kehidupan mereka ( Antaraparinibbayi .)
5) Mereka yang mencapai alam kehidupan akanittha, yaitu alam kehidupan yang tertinggi ( Uddham-soto-
akanitthagami)
Dua yang pertama digolongkan berdasarkan atas masa kehidupan mereka, sedangkan yang ketiga dan keempat
berdasarkan usaha-usaha mereka, sedangkan yang kelima ditandai melalui alam tujuan mereka.
Anariya/(skt.Anarya) : 1). Tidak suci, 2). Hina, 3). Tercela, 4). Rendah
tanhadi
di
19:38
Berbagi